Manufaktur melibatkan gabungan bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead untuk menghasilkan
produk baru. Barang yang dihasilkan itu berwujud dan dapat disimpan dan diangkut dari pabrik ke pelanggan.
Sebuah layanan ditandai dengan sifat tak berwujudnya. Ini tidak dapat dipisahkan dari pelanggan dan tidak dapat
diinventarisasi. Akuntansi biaya tradisional telah menekankan manufaktur dan hampir mengabaikan layanan.
Sekarang lebih, pendekatan itu tidak akan berhasil. Perekonomian kita telah semakin berorientasi pada pelayanan.
Manajer harus dapat melacak biaya layanan yang diberikan sama persis seperti mereka harus melacak biaya barang
yang diproduksi.
Jika sebuah perusahaan memproduksi produk yang unik dalam kelompok kecil, dan jika produk tersebut
mengeluarkan biaya yang berbeda,maka perusahaan harus mencatat biaya masing-masing produk atau batch. Ini
disebut sebagai job-order costing system. Di sisi lain, perusahaan dapat membuat banyak unit identik dari produk
yang sama. Karena unitnya sama, biaya masing-masing unit juga sama. Akuntansi biaya unit identik relatif mudah
dan disebut sebagai process-costing system.
B. SETTING UP THE COST ACCOUNTING SYSTEM
Mengingat karakteristik proses produksi perusahaan, sekarang saatnya untuk menyiapkan sistem yang akan
digunakan untuk menghasilkan informasi biaya yang sesuai. Secara umum, sistem akuntansi biaya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akumulasi biaya, pengukuran biaya, dan penetapan biaya.
1. Cost Accumulation adalah pengakuan dan pencatatan atas biaya yang timbul. Pada bagian ini nantinya akan
ada dokumen terkait untuk menelusuri jejak biaya, yang kemudian akan disimpan di dalam database. Hal ini
dilakukan untuk tujuan pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh pihak manajemen.
2. Cost Measurement adalah penentuan total biaya dari Direct Material, Direct Labor and Overhead . Bagian ini
erat kaitannya dengan akumulasi dari biaya yang telah dicatat. Setelah dicatat biaya yang ada kemudian
dikelompokkan. Di dalam bagian ini juga dikenal istilah actual costing dan normal costing untuk membantu
manajemen di dalam mengukur biaya dan mengasosiasikannya dengan produksi.
- Actual Costing : adalah penggunaaan biaya aktual untuk direct materials, direct labor dan overhead namun
di dalam praktiknya hal ini tidak bisa sepenuhnya digunakan dikarenakan cukup sulit untuk menentukan
informasi unit biaya yang didasarkan atas timely basis. Penentuan Actual costing cukup sulit diterapkan
untuk overhead hal ini disebabkan karena biaya overhead acap kali berfluktuasi dan acap kali berubah
dalam dan atau antar periode waktu
- Normal Costing : Adalah solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah pada actual costing. Overhead
nantinya akan telah ditentukan pada perhitungan tahun atau periode sebelumnya (predetermined basis) dan
menggunakan actual cost untuk direct material dan direct labor.
3. Cost Assignment adalah asosiasi dari biaya produksi dengan unit yang akan diproduksi. Pada bagian ini,
biaya yang telah diakumulasikan akan dibebankan kepada produk atau jasa yang akan dipasarkan.
Pembebanan overhead yang ditunjukkan untuk produk yang berbeda akan menjadi kesulitan sekaligus
tantangan tersendiri. Walaupun permasalahan ini sudah bisa dipecahkan dengan normal costing, namun
produsen tetap harus memperhatikan hal-hal berikut ini untuk pemicu biaya yang akan timbul :
1. Unit produced
2. Direct labor hours
3. Direct labor dollar
4. Machine hours
5. Direct material dollar/cost
C. DESKRIPSI JOB-ORDER COSTING SYSTEM
- Gambaran job-order costing
Perusahaan yang beroperasi di industri job-order menghasilkan beragam produk atau pekerjaan yang
biasanya sangat berbeda satu sama lain. Contoh proses job-order meliputi pencetakan, konstruksi, pembuatan
furnitur, perbaikan mobil, dan layanan kecantikan. Sistem job-order dapat digunakan untuk memproduksi barang
untuk persediaan yang kemudian dijual di pasar umum. Seringkali, bagaimanapun, pekerjaan dikaitkan dengan
pesanan pelanggan tertentu. Fitur kunci dari penetapan biaya pesanan pekerjaan adalah biaya satu pekerjaan berbeda
dari pekerjaan lain dan harus dipantau secara terpisah.Setelah pekerjaan selesai, biaya unit dapat diperoleh dengan
membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang diproduksi.
Untuk menampung seluruh biaya produksi disetiap order digunakan kartu yang disebub job-order cost
sheet.
Dari tanggal 2 Januari sampai 19 Januari, supervisor produksi menggunakan tiga formulir permintaan $
1.000 bahan langsung dari gudang. Dari tanggal 20 Januari sampai 31 Januari, dua formulir permintaan tambahan
seharga $ 500 bahan langsung digunakan. Tiga form pertama untukJob 101; dua permintaan terakhir adalah untuk
Job 102.
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, biaya overhead aktual tidak pernah masuk ke akun work-in-process
inventory. Prosedur yang biasa dilakukan adalah mencatat biaya overhead aktual pada sisi debit akun kontrol
overhead. Misalnya, biaya overhead aktual akan dicatat sebagai berikut:
d. Accounting for Finished Goods Inventory
Misalnya, Job 101 selesai pada bulan Januari. Karena Job 101 selesai, total biaya produksi sebesar $ 1.840
harus ditransfer dari akun work-in-process inventory ke akun finished goods inventory. Transfer ini dijelaskan oleh
entri berikut:
Perbedaan utama antara kalkulasi biaya proses dan biaya pekerjaan pesanan (job order costing) terletak
pada perluasan rata-rata yang digunakan untuk menghitung biaya per unit produk atau jasa. Dalam sistem job
costing, setiap pekerjaan menggunakan kuantitas sumberdaya produksi yang berbeda, sehigga tidak dapat
membebankan setiap pekerjaan dengan rata-rata biaya produksi yang sama. Sebaliknya, jika unit produk atau jasa
yang identik atau serupa dibuat secara masal, tidak diproses sebagai pekerjaan individual, kalkulasi biaya proses
akan digunakan untuk menghitung rata-rata biaya produksi semua unit yang diproduksi. Sistem kalkulasi biaya
proses memisahkan biaya ke dalam kategori biaya menurut kapan biaya itu dimasukkan ke dalam proses.
Kasus 1 menunjukkan bahwa sistem kalkulasi biaya proses, rata-rata biaya per unit dihitung dengan membagi
total biaya selama suatu periode akuntansi dengan total unit yang diproduksi selama periode tersebut. Kasus 1 dapat
diberlakukan apabila perusahaan membuat produk atau memberikan jasa yang homogen tetapi tidak memiliki unit
yang belum selesai ketika setiap periode akuntansi berakhir, yang merupakan situasi umum pada organisasi sektor
jasa.
Kasus 2: Kalkulasi Biaya Proses Tanpa Persediaan Awal Barang dalam Proses tetapi Memiliki Beberapa
Persediaan Akhir Barang dalam Proses
Keakuratan estimasi penyelesaian biaya konversi tergantung pada ketelitian, keterampilan, dan pengalaman
para estimator serta sifat proses konversi. Hal yang harus dipahami di sini adalah bahwa unit yang baru dirakit
sebagian tidak sama dengan unit yang telah dirakit sebelumnya. Ketika menangani beberapa unit yang telah dirakit
sepenuhnya dan beberapa unit yang baru dirakit sebagian, kita dapat menghitung dalam lima langkah:
Langkah 1: Mengikhtisarkan arus unit fisik output.
Langkah 2: Menghitung output dalam istilah unit ekuivalen.
Langkah 3: Menghitung biaya unit ekuivalen.
Langkah 4: Mengikhtisarkan total biaya untuk diperhitungkan.
Langkah 5: Membebankan total biaya ke unit yang telah selesai dan ke unit barang dalam proses akhir.
Langkah 1 dan 2 : Unit Fisik dan Unit Ekuivalen
Unit fisik adalah jumlah unit output, yang telah selesai maupun yang belum selesai. Unit ekuivalen adalah
jumlah yang berasal dari unit output yang (1) menghabiskan kuantitas setiap input (faktor produksi) berupa unit
yang telah selesai dan unit yang belum selesai dari barang dalam proses, dan (2) mengkonversi kuantitas input
menjadi jumlah unit output jadi yang dapat dibuat dengan kuantitas input tersebut. Konsep unit ekuivalen juga
ditemukan dalam lingkungan nonmanufaktur. Ketika menghitung unit ekuivalen pada langkah 2, berfokuslah pada
kuantitas. Abaikan nilai uangnya hingga unit ekuivalen selesai dihitung.
Ayat Jurnal
Dalam kaitannya dengan bahan langsung dan biaya konversi, ayat jurnal pada sistem kalkulasi biaya proses
sama dengan ayat jurnal yang dibuat pada sistem kalkulasi biaya pekerjaan. Perbedaan utamanya adalah bahwa,
dalam kalkulasi biaya proses, ada satu akun Barang dalam Proses untuk setiap proses.
1. Biaya dalam proses – Perakitan xxx
Pengendalian utang usaha xxx
(untuk mencatat bahan langsung yang dibeli dan digunakan pada produksi)
2. Barang dalam proses – perakitan xxx
Berbagai akun seperti pengendalian utang xxx
Upah dan akumulasi penyusutan
(untuk mencatat biaya konversi selama bulan Februari)
Contohnya mencakup energy, perlengkapan manufaktur, semua tenaga kerja manufaktur dan penyusutan
pabrik)
3. Barang dalam proses – pengujian xxx
Barang dalam proses perakitan xxx
Untuk mencatat biaya barang yang telah selesai dan dipindahkan dari perakitan ke pengujian selama bulan Februari
Kasus 3: Kalkulasi Biaya Proses dengan Beberapa Persediaan Awal dan Akhir Barang dalam Proses
Lima langkah yang telah dijabarkan sebelumnya untuk menghitung (1) biaya unit yang telah selesai dan
dipindahkan serta (2) biaya barang dalam proses akhir. Akan tetapi, untuk membebankan biaya ke setiap kategori
tersebut kita harus memilih metode penilaian persediaan. Pertama kita akan menguraikan pendekatan lima langkah
untuk metode rata-rata tertimbang, baru metode FIFO. Metode penilaian yang berbeda akan menghasilkan jumlah
biaya unit yang telah selesai dan barang dalam proses akhir yang juga berbeda karena biaya per unit input cenderung
berubah dari satu periode ke periode selanjutnya.
Barang dalam proses, persediaan awal (1 Maret) 225 $18.000 $8.100 $26.100
Tingkat penyelesaian barang dalam proses awal 100% 60%
Dimulai selama bulan Maret 275
Diselesaikan dan ditransfer keluar selama bulan 400
Maret
Barang dalam proses, persediaan akhir (31 Maret) 100
Tingkat penyelesaian barang dalam proses akhir 100% 50%
Total biaya yang ditambahkan selama bulan Maret $19.800 $16.380 $36.180
*barang dalam proses, persediaan awal (yang sama dengan barang dalam proses,
persediaan akhir untuk bulan Februari)
Bahan langsung : 225 unitfisik × 100% yang diselesaika × $80 per unit = $18.000
Biaya konversi : 225 unit × 60% yang diselesaikan × $60 per unit = $8.100
B. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode kalkulasi biaya proses rata-rata tertimbang (weighted average process costing method)
menghitung biaya per unit ekuivalen dari semua pekerjaan yang telah dilakukan hingga tanggal tersebut (tanpa
mengindahkan periode akuntansi di mana pekerjaan tersebut dilakukan) dan membebankan biaya ini ke unit
ekuivalen persediaan akhir barang dalam proses. Metode rata-rata tertimbang dengan menggunakan prosedur lima
langkah yang telah di bahas sebelumnya:
Langkah 1: Mengikhtisarkan arus unit fisik output.
Langkah 2: Menghitung output dalam istilah unit ekuivalen.
Unit ekuivalen barang dalam proses awal + unit ekuivalen dari pekerjaan yang dilakukan selama
periode berjalan = unit ekuivalen yang telah selesai dan dipindahkan selama
periode berjalan + unit ekuivalen barang dalam proses akhir
Langkah 3: Menghitung biaya unit ekuivalen.
Biaya rata-rata tertimbang ekuivalen diperoleh dengan membagi jumlah biaya barang dalam proses
awal ditambah biaya pekerjaan yang dilakukan selama periode berjalan dengan total unit ekuivalen
dari pekerjaan yang telah dilakukan selama berjalan dengan total unit ekuivalen dari pekerjaan
yang telah dilakukan hingga tanggal tersebut.
Langkah 4: Mengikhtisarkan total biaya untuk diperhitungkan.
Langkah 5: Membebankan total biaya ke unit yang telah selesai dan ke unit barang dalam proses akhir.
C. Metode FIFO
Metode kalkulasi biaya proses first-in, first-out(FIFO) (1) membebankan biaya unit ekuivalen persediaan
awal barang dalam proses selama periode akuntansi sebelumnya ke unit pertama yang telah selesai dan dipindahkan
dari proses; dan (2) membebankan unit ekuivalen yang dikerjakan selama periode berjalan pertama ke persediaan
awal yang telah selesai, kemudian ke unit yang baru dimulai serta diselesaikan, dan akhirnya ke unit persediaan
akhir barang dalam proses. Fitur-fitur yang membebankan metode kalkulasi biaya proses FIFO adalah bahwa
pekerjaan yang dilakukan sebelum periode berjalan atas persediaan awal dipisahkan dari pekerjaan yang
dilakukan selama periode berjalan.
D. Perbandingan Metode Rata-rata Tertimbang dan FIFO
Persediaan akhir menurut metode rata-rata tertimbang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persediaan akhir
menurut FIFO. Perbedaan tersebut akan menjadi signifikan apabila diagregatkan dengan ribuan produk lainnya.
Biaya unit yang diselesaikan dan laba operasi dapat saja jauh berbeda antara metode rata-rata tertimbang dan FIFO
jika
(1) bahan langsung atau biaya konversi per unit ekuivalen secara signifikan berbeda dari periode ke periode dan
(2) tingkat persediaan fisik barang dalam proses sangatlah besar terkait dengan total jumlah unit yang ditransfer
keluar dari proses tersebut.
Operasi adalah metode atau teknik standar yang dilakukan secara berulang-ulang pada bahan yang berbeda,
menghasilkan barang jadi yang berbeda. Beberapa operasi biasanya dilakukadi dalam sebuah departemen. Misalnya,
dalam pembuatan jas mungkin memiliki operasi pemotongan dan operasi hemming dalam satu departemen.
Sistem penetapan biaya operasi adalah sistem penetapan biaya hybrid yang diterapkan pada batch yang
serupa, tapi tidak identik, produknya. Setiap batch produk seringkali merupakan variasi dari satu desain, dan itu
berjalan melalui serangkaian operasi. Dalam setiap operasi, semua unit produk diperlakukan persis sama
menggunakan jumlah sumberdaya pengoperasian yang identik.
Sistem kalkulasi biaya operasi menggunakan pesanan kerja yang merinci bahan langsung yang diperlukan
dan operasi langkah demi langkah. Biaya produk dikompilasi untuk setiap pesanan kerja. Bahan langsung yang
bersifat khusus untuk pesanan kerja yang berbeda akan diidentifikasi secara spesifik dengan pesanan kerja yang
sesuai, seperti pada kalkulasi biaya pekerjaan. Biaya konversi rata-rata akan dibebankan ke setiap unit yang melalui
operasi tertentu. Unit yang tidak melalui suatu operasi tidak akan menerima alokasi biaya operasi tersebut. Contoh,
kita mengasumsikan bahwa hanya dua kategori biaya – bahan langsung dan biaya konversi tetapi kalkulasi biaya
operasi dapat saja memiliki lebih dari dua ketagori biaya. Biaya pada setiap kategori diidentifikasi dengan pesanan
kerja khusus yang menggunakan metode kalkulasi biaya pekerjaan atau biaya pesanan yang sesuai.
Baltimore Company, sebuah pabrik pakaian membuat dua lini blazer untuk toko serba ada. Blazer wool
menggunakan bahan berkualitas tinggi dan memerlukan lebih banyak operasi ketimbang blazer polyester.
Sistem kalkulasi biaya operasi yang dianut Baltimore menggunakan tariff yang dianggarkan untuk
menghitung biaya konversi setiap operasi. Tariff yang dianggarkan adalah :
$232.000
= = $11,60 per unit
20.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
AYAT JURNAL
Adidas pembuat sepatu yang telah lama membuat sepatu untuk atlit professional, menggunakan konsep biaya
Hybrid ketika memulai program Mi Adidas. Mi Adidas memberikan para pelanggan di seluruh Amerika Utara,
Eropa, dan Asia kesempatan untuk menciptakan sepatu sesuai dengan spesifikasi pribadinya menyangkut funngsi,
kecocokan dan penampilan. Mi Adidas sudah tersedia di 100 toko ritel di A.S dan di unit mobil khusus yang selalu
hadir pada saat peristiwa olahraga besar diadakan.
Prosesnya kurang lebih sebagai berikut : pelanggan mendatanagi stasiun Mi Adidas, dimana seorang wiraniaga akan
mencatat profil pelanggan secara mendalam, sebuah scanner computer akan menscan kaki pelanggan, dan pelanggan
memilih 90 hingga 100 model serta warna yang berbeda atas sepatu yang akan dirancangnya. Data yang diperoleh
akan ditransfer ke pabrik dan sebuah tim akan membuat sepatu yang diinginkan.
Secara historis, biaya yang terkait dengan setiap produk yang diinginkan umumnya masuk dalam domain job order
costing. Namun, adidas menggunakan sistem Hybrid costing – job order costing untuk bahan dan komponen khusus
yang dipilih oleh pelanggan dan process costing untuk memperhitungkan biaya konversi produksi. Biaya pembuatan
setiap pasang sepatu dihitung dengan mengakumulasikan semua biaya produksi dan membaginya dengan jumlah
sepatu yang dibuat. Meskipun setiap pasang sepatu berbeda, biaya pembuatan setiap pasang sepatu adalah sama.