Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

DIABETES MELLITUS
Dosen Pembimbing: Ns. Widya Addiarto, S.Kep

Di Susun Oleh:

Kelompok 1

1. Ansori (14201.06.14001)
2. Devita Sari (14201.06.14011)
3. Istatutik Nabillah (14201.06.14022)
4. Rista Septiawati N. (14201.06.14033)
5. Unilatin Nikma (14201.06.14041)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG
PROBOLINGGO
2015
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH
DIABETES MELLITUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar


SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI

Mengetahui,
Dosen Mata Ajar

Ns. Widya Addiarto, S.Kep


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di


STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul
“SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI” dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok


pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Achmad Kusyairi, S.Kep.Ns.,M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan
4. Ns. Widya Addiarto, S.Kep. sebagai dosen Mata Ajar Sistem Imunologi
dan Hematologi
5. Ns. Nafolion Nur Rahmat S.Kep. sebagai Dosen Wali S1 Keperawatan
Tingkat 1
6. Santi Damayanti, A.md. selaku panitia Perpustakaan
7. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa


sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap
kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Mamfaat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.2 Etiologi

2.3 Manifestasi Klinis

2.4 Patofisiologi

2.5 Masalah yang Lazim

2.6 Penatalaksanaan

2.7 Discharge Planning

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Intervensi Keperawatan

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai


oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relatif maupun absolute.

Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung


insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam
kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada
usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia dewasa pertengahan
(40-50tahun). Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai
negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penderita DM di dunia dari
tahunke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan
diperkirakan meningkat 333 juta jiwa ditahun 2025 mendatang, dan setengah dari
angka tersebut meningkat terjadi di Negara berkembang, termasuk Negara
Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi
di dunia yaitu 8,4 juta jiwa.

Penderita DM di RSUD Kota Semarang berdasarkan data dari instalasi Rekam


Medik pada tahun 2011 terdapat 663 jiwa yang menderita DM, 613 jiwa
diantaranya mengalami komplikasi tidak menutup kemungkinan tersebut akan
meningkat di tahun mendatang. Jumlah populasi yang meningkat tersebut
berkaitan dengan hal faktor genetika, lifeek pectancy bertambah, urbanisasi yang
merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas
meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit
yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak
negative yang ditimbulkan. Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua
tingkatan masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada
setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis. Gejala DM yang bervariasi yang
dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan
adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering
ataupun berat badan yang menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa
memperhatikan diet, olahraga, pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan
kadar gula darahnya. DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal,
pembuluh darah kaki, syaraf dan lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan
penderita non DM mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi
penyakit jantung koroner,7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita
ulkus diabetika.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi dari penyakit Diabetes Mellitus?

1.2.2 Apa etiologi dari penyakit Diabetes Mellitus?

1.2.3 Apa manifestasi klinis dari penyakit Diabetes Mellitus?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari penyakit Diabetes Millitus?

1.2.5 Apakah masalah yang lazim muncul pada penyakit Diabetes Mellitus?

1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Diabetes Mellitus?

1.2.7 Apa saja discharge planning dari penyakit Diabetes Mellitus?

1.2.8 Apa saja pengkajian yang harus dilakukan pada penderita Diabetes
Mellitus?

1.2.9 Apa saja pola fungsi kesehatan yang harus dikaji pada penderita
Diabetes Mellitu?

1.2.10 Apa saja pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada penderita
Diabetes Mellitus?
1.2.11 Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada
penderita Diabetes Mellitus?
1.2.12 Apa saja analisa data yang timbul pada penderita Diabetes Mellitus?

1.2.13 Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita Diabetes
Mellitus?

1.2.14 Apa saja prioritas masalah yang muncul pada penderita Diabetes
Mellitus?
1.2.15 Apa saja intervensi keperawatan yang dilakukan pada penderita
Diabetes Mellitus?

1.2.16 Apa saja implementasi yang dilakukan pada penderita Diabetes


Mellitus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Diabetes Millitus
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Diabetes Millitus
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Diabetes Millitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Diabetes Millitus
5. Untuk mengetahui masalah yang lazim pada penyakit Diabetes Millitus
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Diabetes Millitus
7. Untuk mengetahui discharge planning dari penyakit Diabetes Millitus
8. Untuk mengetahui pengkajian yang harus dilakukan pada penderita
Diabetes Mellitus
9. Untuk mengetahui pola fungsi kesehatan yang harus dikaji pada
penderita Diabetes Mellitu
10. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada
penderita Diabetes Mellitus
11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada
penderita Diabetes Mellitus
12. Untuk mengetahui analisa data yang timbul pada penderita Diabetes
Mellitus
13. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita
Diabetes Mellitus
14. Untuk mengetahui prioritas masalah yang muncul pada penderita
Diabetes Mellitus
15. Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan pada
penderita Diabetes Mellitus
16. Untuk mengetahui implementasi yang dilakukan pada penderita
Diabetes Mellitus

1.4 Manfaat

1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk


mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik
dalam menelaah suatu fenomena kesehatan yang spesifik tentang
penyakit Diabetes Mellitus.

1.4.2. Bagi Profesi Keperawatan


Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan
terhadap fenomena kesehatan yang saat ini menjadi momok tersendiri
di kalangan masyarakat ini.
1.4.3. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca
adalah untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang
penyakit Diabetes Mellitus.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan


hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati . (Yuliana Elin, 2009).

Kriteria diagnosis DM (Sudoyo Aru, dkk 2009)

1. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1mmoL/L)


2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu
3. Gejala klasik Dm+glukosa plasma ≥126 m/dL (7,0 mmol/L)
4. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
5. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1 mmoL/L)
6. TTGO dilakukan dengan standar WHO , menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan ke dalam air
secara pelaksanaan TTGO (WHO 1994): (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan
karbohidrat yang cukup).
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap di perbolehkan.
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 ajm pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu:
(Sudoyo Aru,dkk 2009)

1. < 140 mg/dL: Normal


2. 140-<200 mg/dL: Toleransi glukosa terganggu
3. > 200 mg/dL: Diabetes

Klasifikasi diabetes mellitus

1.) Klasifikasi klinis :


 Tipe I: IDDM

Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses


autoimun.

 Tipe II: NIDDM

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.


Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati.

2.) Klasifikasi Resiko Statistik:


Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa Berpotensi
menderita kelainan glukosa.

Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes


(IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan
rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans
sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini
dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang
baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas
maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab
terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.

2.2 Etiologi

Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas.


Kombinasi factor genetic, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

Faktor-faktor Genetika. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I


itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya. 95% pasien berkulit putih (Caucasian) dengan diabetes tipe I
memperlihatkan tipe HLA yang spesifik. Risiko terjadinya diabetes tipe I
meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari
kedua tipe HLA ini. Risiko tersebut meningkat sampai 10 hingga 20 kali lipat
pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 (jika dibandingkan
dengan populasi umum).

Faktor-faktor Imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu


respons autoimun. Respons ini merupakan respons abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes
tipe I. Riset dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap
perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau
pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody yang terdeteksi tetapi tidak
memperlihatkan gejala klinis diabetes). Riset lainnya menyelidiki efek protektif
yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta.

Faktor-faktor Lingkungan. Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap


kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.
Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan dekstruksi sel beta.

Interaksi antara faktor-faktor genetic, imunologi dan lingkungan dalam


etiologi diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut.
Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti
sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetic merupakan faktor dasar
yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang secara umum
dapat diterima.

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi


insulin (Price & Wilson):

1. Kadar glukosa puasa tidak normal


2. Hiperglikemia berat berakibat gkulosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkat pengeluaran urin (polifagia) dan timbul rasa haus
( polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk

Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.

2.4 Klasifikasi

1. Akut
a. Hipoglikemie dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (serebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler)
c. Penyakit mikrovaskuler: mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas) saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren
Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0: tidak ada luka
2) Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade 2: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade 3: terjadi abses
5) Grade 4: gangren pada kaki bagian distal
6) Grade 5: gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

2.5 Patofisiologi

Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan


glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari
asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak.

2.6 Pathway

Faktor genetik Faktor lingkungan Imunologi


Kerusakan sel beta

Ketidakseimbangan produksi insulin

Glukosa dalam darah tidak dapat dibawa masuk ke dalam intrasel

Hipergliksa Anabolisme protein menurun

Batas melebihi ambang ginjal Kerusakan pada antibodi

Glukosuria Kekebalan tubuh menurun

Resiko
Kehilangan kalori Dieresis osmotik dehidrasi Neuropati sensori
perifer
Sel kekurangan bahan Dehidrasi

untuk metabolism Tidak merasa sakit


Resiko syok

Protein dan lemak Nekrosis luka


dibakar
Gangrene
BB menurun Terjadi lapar dan haus
Kerusakan integritas
Polidipsia / polipagia jaringan
Kelemahan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
keb. tubuh
2.6 Masalah yang Lazim
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit ke dalam sel
tubuh, hipovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangrene)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
(DM)
5. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung
kemih, sfingter kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala poliuria
dan dehidrasi
8. Keletihan

2.7 Penatalaksanaan

Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan:

1. Penurunan berat badan yang cepat


2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidasi diabetic (KAD) atau Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

2.8 Discharge Planning


1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
karbohidrat
3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal
ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar gula darah
4. Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti
sayuran dan sereal
6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak
kolesterol LDL, anatara lain: daging merah, produk susu, kuning telur,
mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya
7. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

3.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus


dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan
yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Data subjektif yang mungkin timbul :
- Klien mengeluh sering kesemutan.
- Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
- Klien mengeluh sering merasa haus
- Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
- Klien mengeluh merasa lemah
- Klien mengeluh pandangannya kabur
Data objektif :
- Klien tampak lemas.
- Terjadi penurunan berat badan
- Tonus otot menurun
- Terjadi atropi otot
- Kulit dan membrane mukosa tampak kering
- Tampak adanya luka ganggren
- Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien
cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam,
tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan.
b. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
c. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
f) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
g) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1)
g. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus :
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:
1. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah

3.3 Intervensi Keperawatan


Dx Tujuan/NOC Intervensi/NIC Rasional
1. Setelah a). Kaji tingkat a). Mengetahui
dilakukan nyeri: kualitas, subyektifitas klien
tindakan frekuensi, durasi dan terhadap nyeri untuk
keperawatan lokasi menentukan tindakan
selama 6 hari b). Berikan posisi selanjutnya
klien dapat pain yang nyaman b). Menurunkan
control dan c). Berikan ketegangan
mengidentifikasi lingkungan yang c). Menurunkan stimulasi
Tingkat nyeri. tenang dapat menurunkan
d). Monitor respon ketegangan
Dengan kriteria verbal dan nonverbal d). Mengetahui tingkat
hasil: e). Monitor vital sign nyeri untuk menentukan
a). Penampilan f). Kaji faktor intervensi
rileks penyebab e). Nyeri mempengaruhi
b). klien g). Lakukan ttv
menyatakan relaksasi dan f). Intervensi di sesuaikan
nyeri berkurang distraksi dengan penyebab
c). Skala nyeri g). Mengalihkan perhatian
0-2 untuk mengurangi nyeri.
a.
2. Setelah Managemen Nutrisi a). Mengetahui apa yang
dilakukan a). Tanyakan pada menjadi kelemahan pasien
tindakan pasien apakah dalam makanan
keperawatan memiliki alergi b). Mengetahui makanan
selama 6 hari makanan apa saja dan kandungan
Status Nutrisi b). Kerja sama yang seperti apa yang
meningkat, dengan ahli gizi dibutuhkan oleh pasien
Dengan criteria: dalam menentukan c). Menjaga keseimbangan
a). Intake makan jumlah kalori,protein dalam tubuh sehingga
dan minuman dan lemak secara selalu homeostatis
adekuat tepat sesuai dengan d). Meningkatkan peran
b). Intake nutrisi kebutuhan pasien pasien untuk mengatur
adekuat c). Anjurkan dietnya
c). BB normal masukan kalori e). Mengetahui BB ideal
sesuai dengan atau tidak
kebutuhan f). Meningkatkan daya
d). Ajari pasien tahan tubuh
tentang diet yang g). Memperlancar
benar berdasarkan kebutuhan eliminasi
kebutuhan tubuh daripada pasien
e). Timbang berat h). Menambah sumber
badan secara teratur energi
f). Anjurkan i). Menjaga intake
penambahan intake makanan yang adekuat.
protein,zat besi dan
vitamin C yang
sesuai
g). Pastikan bahwa
diet mengandung
makanan berserat
tinggi untuk
mencegah sembelit
h). Berikan makanan
berprotein tinggi,
kalori tinggi dan
makanan bergizi
yang sesuai
i). Pastikan
kemampuan pasien
untuk memenuhi
kebutuhan pasiennya

3. NOC M1) Memantau kadar 1). untuk mengetahui


glukosa darah, glukosa dalam darah. kondisi glukosa dalam
resiko · 2) Pantau tanda-tanda darah apakah mengalami
ketidakstabilan hiperglikemia : peningkatan / penurunan
manajemen poliuria, polidipsia, 2) poliuria, polidipsia,dan
diabetes polifagia, kelesuan polifagia dapat
dengan criteria M 3) Mengintruksikan menyebabkan tingkat
hasil pasien dan keluarga kelesuan berlebih pada
1). Dapat terhadap tubuh klien karena
mengontrol pencegahan, pengontrolan fungsi tubuh
kadar glukosa pengenalan yang tidak sesuai
darah manajemen, dan 3) agar dapat
2). hiperglikemia memanajemen diabetes
Pemahamanama· 4) Konsultasi dengan yang dialami oleh klien
najemen dokter jika tanda dan dan mengetahui cara
diabetes gejala hiperglikemia penanganan terhadap
3). Dapat memburuk hiperglikemia
mengontrol 5) Mengontrol 4) agar dapat
stress insulin seperti yang. mengantisipasi dan
4). Tingkat Ditentukan menghambat keparahan
pemahaman yang diakibatkan oleh
pencegahan hiperglikemia
komplikasi. 5) untuk mengetahui
perkembangan insulin
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati . (Yuliana elin,2009). Didalam sel zat makanan terutama
glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit yamg hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini di sebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peran penting yaitu bertugas memsukkan
glukosa kedalam sel yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
bakar.
DM tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes). Jika Insulin tidak
bekerja aktif glukosa tidak dapat masuk ke sel dengan akibat glikosa akan
tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa darah
meningkat. DM tipe 2/ NIDDM/ (non insulin dependent diabetes melitus
Jumlah insulin normal malah meningkat lebih banyak tapi jumlah reseptor
Insulin yang di permukaan sel yang berkurang.Dalam jangka panjang akan
menimbulkan yang disebut komplikasi jangka panjang akibat kelainan
glukosa,pasien dapat terkena komplikasi di mata hingga buta atau
komplikasi lain seperti kaki busuk ( jangren ), komplikasi pada ginjal,
jantung dll.

4.2 Saran
Bagi perawat haruslah penting menjaga kebutuhan gizi pasien dan
harus memperhatikan diet apa saja yang harus di berikan kepada pasien.
Jagalah kesehatan anda sejak dini sebelum timbul gejala penyakit yang
kita takuti. Mulailah memilah-milah makanan yang baik untuk kesehatan
kita dan hindari stress yang dapat memperparah penyakit yang diderita.
Bukan hanya perawat saja, tetapi masyarakat luas juga perlu
memperhatikan kesehatan, dengan pola hidup sehat dan olah raga yang
teratur serta menjaga makanan yang dimakan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction


Publishing

Amin, Hardi. 2013. NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction


Publishing

Amin, Hardi. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction


Publishing

M. clevo, Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai