Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Manusia sungguh memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Allah


menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Meskipun demikian, manusia
berpotensi (berpeluang) untuk menjadi makhluk paling mulia atau paling hina. Hanya orang
yang beriman dan beramal shalih yang akan menjadi makhluk mulia di sisi Allah.

Potensi inilah yang menjadikan manusia sangat disayang oleh Allah. Di antara bukti
kasih sayang-Nya adalah penciptaan alam semesta ini. Alam sengaja diciptakan oleh Allah
dengan penuh keseimbangan dan keteraturan, bukan tercipta secara kebetulan. Penciptaan
alam ini terkait dengan kepentingan manusia sebagai khalifah fil ardh (pemakmur di muka
bumi ini), karenanya alam diciptakan dalam pola-pola tertentu yang teratur agar manusia
dapat dengan mudah memahami alam dan memanfaatkannya.

Manusia, sebagai makhluk Allah Swt, memiliki sifat fitrah (kesucian) dan hanif
(cenderungan kepada kebenaran). Manusia ketika masih di alam arwah telah berjanji akan
senantiasa beriman kepada Allah. Namun Allah tidak membiarkan manusia berkata seperti itu
begitu saja. Allah akan menguji kebenaran janji mereka. Ujian keimanan itu adalah menjadi
makhluk penghuni bumi. Lantas Allah juga membekali manusia dengan hati, akal, dan nafsu
untuk menjalankan misi khalifah tersebut.

Sebagai khalifah manusia tidak akan lepas dari kewajibannya menyembah Allah SWT
yaitu beribadah. Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam
ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah
tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.

Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai konsep tentang manusia
sebagai khalifah fil Ardhi dan konsep tentang ibadah.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Khalifatullah Fil Ardhi?
2. Bagaimana Konsep ibadah dalam islam?

Page 1
BAB II
ISI

1. KONSEP TENTANG KHALIFATULLAH AL – ARDHI

Keutamaan manusia yang paling utama ialah Allah menjadikan manusia sebagai
‘kholifah bumi’, artinya sebagai pengganti Allah SWT di muka bumi. Maksudnya, manusia
merupakan sumber daya untuk melaksanakan segala kehendak-Nya agar terwujud suatu
sebab dan akibat di muka bumi, atau dengan kata lain sebagai pelaksana terjadinya proses
rahasia takdir yang sudah ditentukan Allah sejak zaman azali. Sebagai Penguasa Tunggal
yang hakiki, Allah SWT telah memberikan mandat kepada manusia sejak zaman azali. Allah
menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya sebagai berikut

‫ض َخ ِليفَةً قَالُوا أَتَجْ َع ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِسدُ فِي َها َويَ ْس ِفكُ ال ِدِّ َما َء َونَحْ ُن‬ ْ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمالئِ َك ِة ِإنِِّي َجا ِع ٌل فِي‬
ِ ‫األر‬
َ‫ِّس لَكَ قَا َل إِنِِّي أ َ ْعلَ ُم َما ال ت َ ْعلَ ُمون‬
ُ ‫سبِِّ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَ ِد‬
َ ُ‫ن‬
Artinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".(Q.S Al Baqarah : 30)

Ayat itu menunjukkan bahwa Allah menjadikan manusia yaitu Adam AS


sebagai khalifah (pengganti) di muka bumi, yaitu menggantikan mereka yang berbuat
kerusakan dan tidak istiqamah (dalam mengerjakan perintah Allah SWT). Perkataan malaikat
ini adalah dalil bahwa sudah ada kaum yang melakukan kerusakan di muka bumi, mereka
masih menghuni bumi sehingga malaikat berkata sesuai apa yang sedang terjadi di muka
bumi, atau bisa juga kaum tersebut telah keluar dari bumi, dan malaikat menceritakan
kelakuan mereka di muka bumi dahulu. Hingga kemudian Allah SWT mengabarkan kepada
mereka bahwa Dia lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat. Bahwasanya
khalifah yang menggantikan mereka akan berhukum di muka bumi dengan syari’at dan
agama Allah, menyebarkan dakwah tauhid, mengikhlaskan peribadatan dan beriman
kepadaNya.

Dan demikian juga anak keturunan Adam yang kemudian mereka menjadi para Nabi,
para Rasul, orang-orang pilihan, ulama yang shalih, dan hamba-hamba yang ikhlas. Mereka
inilah yang mewujudkan peribadatan pada Allah semata, berhukum dengan syariatNya,
mengerjakan perintahNya, dan mencegah apa yang dilarangNya di muka bumi. Inilah apa
yang diupayakan para Nabi, para Rasul, ulama yang shalih, dan hamba yang ikhlas. Setelah
nampak ketetapan Allah dalam hal ini, tahulah para malaikat bahwa ini adalah kebaikan yang
agung.

Page 2
Sebagian ulama berpendapat, sesungguhnya ada kaum sebelum Adam yaitu sekelompok
manusia dan makhluk lain yang disebut al-jinn dan al-hinn.

Ringkasnya, Adam AS adalah khalifah yang menggantikan kaum sebelumnya. Dan apa
peristiwa yang terjadi sebelum Adam AS hanya diketahui oleh Allah SWT. Tidak diketahui
adanya dalil yang menjelaskan keadaan makhluk sebelum Adam AS, bagaimana sifat
mereka, amalan mereka, tidak ada penjelasan atas hal itu. Tetapi dijadikannya mereka
sebagai khalifah menunjukkan bahwa sebelumnya mereka memang ada di muka bumi. Maka
Adam menggantikan mereka dalam hal menampakkan kebenaran, menjelaskan syariat
Allah SWT dan berhukum dengannya, dan menjelaskan apa yang Allah ridhai dan dapat
mendekatkan diri padaNya, dan mencegah dari kerusakan di muka bumi.

Demikianlah pula yang dilanjutkan oleh keturunan Adam AS, yaitu para Nabi, orang-
orang shalih dan pilihan. Mereka menyeru pada kebenaran dan menjelaskannya,
membimbing umat kepada agama Allah SWT, menyuruh segenap penghuni bumi untuk
menaati Allah, mengesakanNya dengan tauhid, berhukum dengan syariatNya, dan
mengingkari siapa yang menyelisihiNya.

2. KONSEP TENTANG IBADAH

2.1. PENGERTIAN IBADAH

Ibadah diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah menyembah. Konsep ibadah
memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik sosial, politik
maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama, karena
pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada Tuhannya. Allah SWT
dengan jelas dalam surah annisa : 36 menyatakan :

‫َو ا عْ ب ُ د ُوا َّللاه َ َو َال ت ُشْ ِر ك ُ وا ب ِ ِه شَ يْ ئ ًا ۖ َو ب ِ الْ َو ا لِ د َ يْ ِن إ ِ ْح سَ ا ن ً ا َو ب ِ ِذ ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو الْ ي َ ت َا َم ٰى‬


‫اح بِ ب ِ الْ َج ن ْ ب ِ َو ا ب ْ ِن ال س ه ب ِ ي ِل َو َم ا‬ ِ ‫ص‬ ‫ج ن ُ بِ َو ال ه‬ ُ ْ‫ار ال‬ ِ ‫ار ِذ ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو الْ َج‬ ِ ‫َو الْ َم سَ ا ِك ي ِن َو الْ َج‬
‫خ و ًر ا‬ ً ‫ب َم ْن كَ ا َن ُم ْخ ت‬
ُ َ ‫َاال ف‬ ُّ ‫ت أ َي ْ َم ا ن ُ ك ُ ْم ۗ إ ِ هن َّللاه َ َال ي ُِح‬
ْ َ‫َم ل َ ك‬
Artinya :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri".(Q.S An-Nisa’ : 36)

2.2. TUJUAN IBADAH

Ibadah adalah wujud pengabdian seorang hamba pada Tuhan-Nya yang didasari sikap
ikhlas dan pasrah diri. Dengan demikian tujuan ibadah tidak lain adalah mendapat
Keridhaan Allah SWT semata, sehingga manusia dapat menyadari tujuan hidupnya dan
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba yang soleh dengan demikian Ibadah tidak

Page 3
hanya sarana menciptakan kesalehan individu tetapi juga bagaimana ibadah melahirkan
hamba-hamba yang shaleh yang memberi kebaikan dan mamfaat bagi orang lain. Oleh karena
itu, hambanya yang menjalankan ibadah dengan ikhlas dia akan merasakan dirinya akan
selalu dekat dengan Tuhannya, sehingga ibadah dapat menjadi sarana taqarub ilallah
atau pendekatan diri pada Allah. Melalui jalan taqarub ilallah Allah, maka kita baru bisa
menyerap sifat sifat ALLAH yang mulia, sehingga mampu melahirkan seorang hamba yang
shaleh.

2.3. JENIS IBADAH

a. Ibadah Mahdoh

Ibadah mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka menjalin hubungan yang baik
antara hamba dan Allah SWT. Kaidah ibadah mahdoh menyatakan bahwa seluruh ibadah
pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Pada jenis ibadah ini
diharamkan melakukan kreativitas karena ibadah ini hanya Allah yang memiliki otoritas
penuh dalam memberikan perintah dan mengatur tata caranya. Manusia tidak punya pilihan
lain kecuali tunduk dan patuh pada ketetapan hukum yang telah diatur secara terperinci.

b. Ibadah ghairo Mahdoh

Ibadah gairo mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan antara manusia dengan
manusia lainya. Maka pengertian ibadah ini berlakunya kaidah muamalah yang menyatakan
bahwa seluruh ibadah muamalah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.dengan demikian dalam masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk
melakukan kreativitas dalam menetapkan suatu hukum. Amal ibadah ghairah mahdhoh ini
yang memiliki korelasi langsung antara amal shaleh dalam bermuamalah dengan keimanan
seorang . Keimanan yang kuat tentu mendorong manusia untuk bergairah melaksanakan
perintah-Nya.

2.4. MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH

Allah menerima ibadah kita bukan dilihat dari segi kuantitas atau jumlahnya, namun
Allah melihat ibadah seseorang dari segi kualitasnya. Untuk membangun kualitas ibadah
yang benar, maka harus dimulai dari dua hal yaitu cinta yang sempurna dan ketundukan dan
kepatuhan yang sempurna. Kecintaan yang sempurna harus dilandasi dengan niat yanig ikhlas
tanpa mengharapkan apa – apa kecuali keridhaan Allah semata. Kecintaan kepada Allah
harus diatas segala cinta yang lainnya dengan demikian tidak ada sesuatupun yang menjadi
tempat kita bergantung kecuali kepada Allah SWT. Bukti cinta kepada Allah tercermin dalam
ajaran Tauhid yaitu larangan memperkutukan Allah dengan seauatu apapun, baik itu yang
mengandung syirik khoupi maupun syirik besar.

2.5. HUBUNGAN ANTARA IBADAH DAN AKHLAK

Ibadah akan memiliki nilai dan makna ketika pelaksanaan ibadah seseorang dapat
mepengaruhi perilaku kehidupan sehari – hari. Akhlak manusia pada hakikatnya dapat
menjadi ukuran seberapa jauh kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak mungkin

Page 4
seorang hamba bisa menyerap sifat-sifat Tuhan yang mulia jika manusia merasa jauh dari
Tuhannya. Akhlak dalam islam merupakan salah satu bukti kekuatan iman seseorang yang
direalisasikan dalam wujud amal saleh. Oleh karena itu seluruh ajaran agama islam pada
hakekatnya bertujuan melakukan pembinaan akhlak.

Page 5
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Keutamaan manusia yang paling utama ialah Allah menjadikan manusia sebagai
‘kholifah bumi’, artinya sebagai pengganti Allah SWT di muka bumi dan sebagai khalifah
manusia tidak akan lepas dari kewajibannya menyembah Allah SWT yaitu beribadah. Dalam
beribadah pun sudah terdapat peraturannya. Setiap manusia wajib mematuhi peraturan itu
supaya mendapatkan pahala dari Allah SWT. Karena sesungguhnya beribadah kpd Allah itu
sebuah kewajiban.

2. SARAN
Menyadari bahwa kami penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Page 6
DAFTAR PUSTAKA

https://hamidassyifa.wordpress.com/2011/02/17/khalifatullah-fil-ardli-keutamaan-manusia/
https://jalahati.wordpress.com/2013/03/02/konsep-ibadah-dalam-islam/

Page 7

Anda mungkin juga menyukai