Anda di halaman 1dari 7

KLIPING HEWAN LANGKA

CIRI-CIRI, HABITAT, PENYEBAB LANGKA DAN CARA MELESTARIKAN

AHMAD DZARKASIH SYAHPUTRA


IV /

GAJAH SUMATERA - BADAK SUMATERA - ORANG UTAN SUMATERA - HARIMAU SUMATERA – JALAK BALI –
KOMODO -
GAJAH SUMATERA
TEMPAT TINGGAL CIRI-CIRI
 Gajah sumatera hidup di hutan-hutan dataran Elephas maximus sumatranus.
rendah di bawah 300 meter dpl. Tapi juga sering Bobot gajah sumatera sekitar 3-5 ton dengan tinggi 2-3 meter.9
ditemukan merambah ke dataran yang lebih Kulitnya terlihat lebih terang dibanding gajah Asia lain dan
tinggi. dibagian kupingnya sering terlihat depigmentasi, terlihat
 Jenis hutan yang disukainya adalah kawasan rawa seperti flek putih kemerahan.
dan hutan gambut. Hanya gajah jantan yang memiliki gading yang panjang. Pada
 Populasinya tersebar di 7 propinsi meliputi betina, kalaupun ada gadingnya pendek hampir tidak
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, kelihatan
Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Gajah sumatera memiliki dua tonjolan sedangkan gajah Afrika
Lampung. cenderung datar.
PENYEBAB LANGKA Kuping gajah sumatera lebih kecil dan berbentuk segitiga
 disebabkan oleh aktivitas pembalakan liar, sedangkan gajah Afrika kupingnya besar dan berbentuk kotak
penyusutan dan fragmentasi habitat, serta Gajah sumatera memiliki 5 kuku di kaki bagian depan dan 4
pembunuhan akibat konflik dan perburuan. kuku di kaki belakang
Perburuan biasanya hanya diambil gadingnya
saja,

PELESTARIAN
 menetapkan Provinsi Riau sebagai Pusat
Konservasi Gajah Sumatera melalui Permenhut
No. 5/2006.
 Tim Patroli Gajah Flying Squad mengarahkan
gajah-gajah liar untuk kembali ke hutan
 pemasangan GPS Satellite Collar. Alat ini
dipasang pada Gajah liar untuk mengetahui
keberadaan sebagai upaya monitoring
keberadaan dan pergerakannya
BADAK SUMATERA
TEMPAT TINGGAL CIRI-CIRI
 Hutan rawa dataran rendah hingga Hutan Dicerorhinus sumatrensis
perbukitan memiliki rambut terbanyak dibandingkan seluruh sub-spesies
 umumnya satwa langka ini sangat menyukai badak di dunia
hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau
kemerahan - sebagian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di
sekitar matanya.
PENYEBAB LANGKA
Panjang cula depan biasanya berkisar antara 25 - 80 cm, sedangkan
 perburuan Badak Sumatera untuk diambil
cula belakang biasanya relatif pendek dan tidak lebih dari 10 cm
cula maupun bagian-bagian tubuh lainnya
Panjang tubuh satwa dewasa berkisar antara 2-3 meter dengan
 Rusaknya hutan diiringi dengan berbagai
tinggi 1 - 1,5 meter. Berat badan diperkirakan berkisar antara 600-
aktivitas yang tidak berkelanjutan oleh
950 kg.
manusia

PELESTARIAN
 merehabilitasi habitat Badak Sumatera di
TNBBS khususnya di beberapa lokasi yang
dikonversi secara ilegal
 memperkuat upaya-upaya anti-perburuan
satwa dilindungi
 secara regular berpatroli di areal-areal kunci
 upaya-upaya perlindungan habitat,
pengelolaan kawasan, pengembangan
masyarakat, advokasi dan kebijakan, serta
pendidikan dan penyadartahuan. .
ORANG UTAN SUMATERA
TEMPAT TINGGAL CIRI-CIRI
 Provinsi-provinsi bagian utara dan tengah Pongo abelii
Sumatera Orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada
 Hutan hujan tropis dataran rendah dan orangutan jantan.
hutan rawa gambut Panjang tubuhnya sekitar 1,25 meter sampai 1,5 meter. Berat
orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sedangkan yang
jantan sekitar 50-90 kilogram.
PENYEBAB LANGKA
Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan.
 Penurunan dan Hilangnya Habitat
Jantan dewasa umumnya penyendiri sementara para betina sering
 Perburuan dan perdagangan liar orangutan
dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok
untuk dijadikan hewan peliharaan
terdiri dari 1-2 orangutan dan kedua jenis kelamin mempunyai
daya jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih
tergantung pada ketersediaan buah di hutan

PELESTARIAN
 mengembangkan Rencana Tata Ruang
Berbasiskan Ekosistem Pulau Sumatera
 mempublikasikan panduan teknis
Penanganan Konflik Manusia dan Orangutan
di dalam dan sekitar Perkebunan Kelapa
Sawit.
 melindungi lansekap hutan yang tersisa di
Bukit Tiga Puluh dan Jambi di mana
lansekap tersebut juga merupakan areal
introduksi orangutan Sumatera di alam.

.
HARIMAU SUMATERA
TEMPAT TINGGAL CIRI-CIRI
 hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatera Panthera tigris sumatrae
 Hutan hujan tropis Harimau Sumatera memiliki tubuh yang relatif paling kecil
dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini.
PENYEBAB LANGKA Jantan dewasa bisa memiliki tinggi hingga 60 cm dan panjang dari
 kehilangan habitat karena tingginya laju kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140 kg.
deforestasi Harimau betina memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga
 terancam oleh perdagangan ilegal dimana 91 kg.
bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan Warna kulit Harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari
seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga
oranye tua.
PELESTARIAN
 Pemerintah Indonesia mendeklarasikan
kawasan penting, Tesso Nilo, sebagai Taman
Nasional untuk memastikan masa depan
yang aman bagi keberadaan Harimau
Sumatera.
 Program Nasional Pemulihan Harimau
Indonesia sekarang merupakan bagian dari
tujuan global dan meliputi enam lansekap
prioritas Harimau Sumatera ini: Ulumasen,
Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh,
Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan,
dan Bukit Barisan Selatan.
JALAK BALI
TEMPAT TINGGAL CIRI-CIRI
 Jalak bali menyukai habitat hutan mangrove, Leucopsar rothschildi
hutan rawa, hutan musim dataran rendah Bulunya 90% berwarna putih bersih, pada ujung bulu sayap dan
dan daerah savana. Penyebaran jalak bali bulu ekornya ditemukan warna hitam lebarnya 25 mm.
secara alami hanya terdapat di Taman Pelupuk matanya berwarna biru tua mengelilingi bola mata, paruh
Nasional Bali Barat (TNBB) runcing dengan panjang 2–3 cm, di bagian ujungnya berwarna
 Selain itu, penyebaran jalak bali terdapat di kuning kecoklatan, rahangnya berwarna abu-abu kehitaman.
daerah Tegal Bunder, Lampu Merah, Batu Burung jantan bentuknya lebih indah, mempunyai jambul di
Gondang, Prapat Agung, Batu Licin, dan kepalanya dengan beberapa helai bulu berwarna putih bersih.
Teluk Brumbun. Panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor kurang lebih 25 cm,
PENYEBAB LANGKA panjang paruh 3 cm, panjang kepala 5 cm, panjang leher 2 cm,
 Predator, cth : Biawak dan Ular (dijumpai panjang sayap 13 cm, panjang ekor 6 cm, dengan warna kehitaman
diwilayah Nusa Penida) di ujungnya sepanjang 2 cm dan panjang kaki (tidak termasuk paha)
 Faktor alam, habitat aslinya hanya 4 cm.
terkonsentrasi dibagian barat pulau Bali Berat badan 107,75 gram, jumlah bulu sayap 11-12 helai dan jumlah
yaitu Taman Nasional Bali Barat. bulu ekor 17-18 helai.
 perburuan liar masih sering dijumpai

PELESTARIAN
 menegakkan hukum tradisional yang
mengatur kehidupan sehari-hari, burung
jalak Bali yang sedang dilindungi dari
pemburu dan pedagang satwa liar.
 Pada program konservasi Starling FNPF di
Bali, staf khusus Bird Keeper membiakkan
jalak Bali untuk pembebasan liar, juga
rehabilitasi dan pelepasan spesies burung
endemik bekas penangkaran lainnya
KOMODO
TEMPAT TINGGAL CIRI-CIRI
 hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Varanus komodoensis
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram,
termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya
PENYEBAB LANGKA Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya,
 Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar
habitat, kebakaran (populasi komodo di 2.5 cm, yang kerap diganti
Pulau Padar hampir punah karena kebakaran Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan
alami bercabang
 berkurangnya mangsa, meningkatnya Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan
pariwisata, dan perburuan gelap; warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata,
sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan
PELESTARIAN
memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya.
 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan
berdirinya Taman Nasional Komodo untuk putih pada latar belakang hitam.
melindungi populasi komodo dan
ekosistemnya di beberapa pulau termasuk
Komodo, Rinca, dan Padar.
 ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan
Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu
pelestarian komodo

Anda mungkin juga menyukai