Anda di halaman 1dari 2

Agar tidak rugikan konsumen, koperasi wajib berbadan hukum

Jumat, 11 Juli 2014 15:29Reporter : Ardyan Mohamad


Hari koperasi nasional. ©2013Rumgapres/Abror Rizki

Merdeka.com - Koperasi di seluruh Indonesia akan segera diwajibkan mengurus status


badan hukum, paling lambat 1 Januari 2015. Kebijakan dari Kementerian Koperasi
Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) ini buat memperkecil risiko kasus pidana
atau perdata melibatkan lembaga keuangan mikro tersebut.
BERITA TERKAIT
 AJB Bumiputera siap beroperasi setelah restrukturisasi
 Punya penduduk muslim besar, pertumbuhan keuangan syariah RI tak sesuai harapan
 Soal penyelamatan Asuransi Bumiputera, ini kata bos OJK

Kewajiban itu tercantum pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 lembaga


keuangan mikro, yang mulai disahkan awal tahun ini. Dalam beleid tersebut, Otoritas
Jasa Keuangan juga mendapat peran untuk mengawasi situasi bisnis koperasi di
seluruh Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank OJK Firdaus Djaelani,


menjelaskan pihaknya kini akan mulai mengampanyekan perlunya koperasi
mengurus status badan hukum. Kalau bisa, unit usaha koperasi yang sudah
memiliki rasio permodalan besar mengurus status Perseroan Terbatas (PT).
"Januari 2015 mereka mulai melakukan, mereka harus mendaftar, daftar ke
Pemerintah Daerah bisa jadi, atau nanti ke Dinas Koperasi atau Dinas
Perdagangan, ujarnya di Jakarta, Jumat (11/7).
OJK menyarankan ada partisipasi pemerintah daerah terhadap lembaga
keuangan mikro. Dalam UU nomor 1 Tahun 2013, yang dimaksud lembaga mikro
bukan hanya koperasi, melainkan juga baitul maal wa tamwil (BMT) atau asuransi
leasing perorangan. Bila sampai tahun depan membandel, maka otoritas terkait
bakal menindak mereka. "Tentunya mereka boleh dibilang tidak bisa beroperasi
lagi, dia diangap lembaga keuangan liar, kata Firdaus.
Dalam kesempatan terpisah, Deputi Bidang Pembiayaan Kemenkop-UKM Chairul
Djamhari, mengharapkan masyarakat teliti dengan ketentuan teknis bisnis
koperasi. Terutama soal adanya Rapat Anggota Tahunan (RAT) rutin setahun
sekali. Selain itu, calon nasabah wajib memeriksa pemanfaatan dana Sisa Hasil
Usaha (SHU) tahun lalu.

Masyarakat bisa memeriksa status 208.628 unit koperasi di seluruh Indonesia


sampai Mei 2014 di Kemenkop UKM. Sebanyak 60.584 lembaga keuangan mikro
ini dilaporkan mati suri. "Jadi ada yang aktif, ada yang setengah aktif, ada yang
mati suri, dan ada yang tinggal nama," kata Chairul.

Pengawasan terhadap aktivitas koperasi dan BMT menurut OJK semakin


diperlukan, terutama setelah heboh kasus pelarian dana nasabah Koperasi
Cipaganti, anak usaha PT Cipaganti Citra Graha. Saat kasus ini
meledak, OJKmengaku tak punya wewenang mengatur bisnis koperasi.
Untuk diketahui pada Februari 2014, induk usaha koperasi Cipaganti terbelit
utang Rp 77 miliar. Akhirnya, dana kelolaan yang diputar jadi tidak maksimal, dan
merugikan nasabah. Pada 23 Juni 2014 lalu, Bos PT Cipaganti Citra Graha
Andianto Setiabudi ditahan Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat, atas dugaan
penipuan dan pelarian dana nasabah, senilai Rp 3,2 triliun. Dua petinggi
Cipaganti lainnya yakni, Yulinda Setiawan dan Djulia Sri Redjeki ikut dicokok
polisi.

Diduga, koperasi Cipaganti terlalu agresif menawarkan imbal hasil dari program
investasinya. Nasabah dijanjikan imbal hasil 1,4 persen sampai 1,6 persen saban
bulan dari program kemitraan. Celakanya, Kemenkop UKM membantah Cipaganti
punya izin menerbitkan program pengumpulan modal dari masyarakat. [arr]

Anda mungkin juga menyukai