3.1.1. Mengemukakan tinjauan sosiologis dalam mengkaji pengelompokkan sosial.
3.1.2. Menjelaskan tinjauan sosiologis dalam mengkaji pengelompokkan sosial.
Tinjauan Sosiologis Dalam Mengkaji Pengelompokkan Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki naluri untuk hidup bersama dalam kelompok sosial yang kita kenal sebagai masyarakat. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dapat dicapai secara optimal melalui sistem kerjasama dalam kelompok sosial. Pada saat-saat awal terbentuknya peradaban manusia, pengelompokkan sosialnya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Kira kira antara 25 orang sampai 30 orang untuk setiap kelompoknya. Hal ini sangat bertalian dengan ketersediaan bahan makanan, dan upaya pertahanan terhadap serangan dari kelompok lain yang bermusuhan, atau gangguan binatang buas. Pada masyarakat yang pola kehidupannya masih sederhana, misalnya pada masyarakat pemburu, pengepul hasil hutan (food gathering), dan petani peladang yang berpindah-pindah tempat (sedenter), nyaris tidak terdapat suatu sistem pengelompokkan sosial. Semua anggota kelompok terlibat secara langsung dalam proses produksi kebutuhan hidupnya. Pada masyarakat yang sudah mengembangkan teknologi pertanian dengan sistem irigasi tetap (irrigated-culvitation), terdapat surplus hasil produksi. Salah satu dampak positif dari perkembangan ini, tidak semua anggota masyarakat perlu turun ke sawah. Sebagian dari mereka berprofesi membuat alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga, bahkan menjadi pedagang. Dengan demikian, sudah terjadi sistem pengelompokkan sosial berdasarkan profesi. Pada masyarakat kota industry, sistem pengelompokkan sosialnya sudah sangat heterogen. Pengelompokkan sosial dibidang profesi tidak hanya bergerak dibidang pertanian dan perdagangan saja, tetapi di bidang-bidang lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, hukum, kemiliteran, pegawai pemerintahan, dan jasa. Sebagai negara yang memiliki keberagaman di bidang sosial budaya, pengelompokkan sosial masyarakatnya juga sangat beragam, antara lain berdasarkan etnis atau kesukubangsaan, ras, agama, politik, gender atau jenis kelamin, serta tingkat umur. Keberagaman pengelompokkan sosial ini sering menimbulkan konflik sosial yang serius, apabila tidak ditanggulangi secara bijaksana oleh para tokoh masyarakat dan para penyelenggara negara.