I. DASAR TEORI
Sejumlah reaksi yang mana keadaan oksidasinya berubah, yang
disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi disebut sebagai reaksi
oksidasi-reduksi atau dengan pendek disebut reaksi redoks. Istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat.
Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam
suatu zat . Atau dengan kata lain oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom,ion
atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke
harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang
memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. Berlaku
untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif. Jadi, suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses ini zat tersebut
dioksidasi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serempak, karena elektron
yang dilepas oleh suatu zat harus diambil oleh zat yang lain. Jadi, proses-
proses oksidasi dan reduksi berubah menjadi hasil reaksi, contoh :
97
Reaksi di atas telah memenuhi hukum kekekalan muatan dan hukum
kekekalan massa, pada reaksi tersebut pereaksi Cl- mengalami kenaikan
bilangan oksidasi menjadi hasil pereaksi Cl2, sedangkan Mn dan MnO2
mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi Mn2+. Pada suatu reaksi
redoks zat mereduksi zat lain disebut oksidator, sedangkan zat yang
mengoksidasi zat lain disebut reduktor.
Reaksi redoks yang terjadi oleh suatu spesi disebut disproporsionasi
atau reaksi autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur yang mempunyai
bilangan oksidasi di antara bilangan oksidasi tertinggi dan terendah yang
saling bereaksi satu sama lain.
Metode percobaan langsung untuk menentukan potensial elektroda
yaitu berdasarkan penentuan percobaan potensial. Antara dua elektroda, bila
dibuat suatu hubungan listrik antara dua daerah yang mempunyai rapatan
muatan yang berbeda maka muatan listrik akan mengalir dari daerah yang
mempunyai rapatan muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang
lebih tinngi menuju daerah dengan potensial listrik yang lebih rendah.
Gabungan dua setengah sel disebut sel elektokimia.
Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara
tertentu, kedua elektroda logam dan larutannya harus berhubungan secara
sederhana elektroda saling dihubungkan dengan kawat logam yang
memungkinkan aliran elektroda.
Aliran listrik di antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini
hanya dapat dilakukan melalui larutan yang “menjembatani” kedua setengah
sel. Hubungan ini disebut jembatan garam. Jembatan garam ini terdiri dari
pipa U terbaik yang diisi dengan elektrolit yang menghantarkan listrik
seperti kalium klorida, dan disumbat dengan kapas pada kedua ujungnya
untuk mencegah aliran mekanis. Jembatan ini menghubungkan kedua cairan
tanpa mencampurnya. Elektrolit dalam jembatan garam selalu dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak bereaksi dengan masing-masing larutan
yang dihubungkan nama alat ini biasa disebut sel Galvani atau Sel Volta.
98
Angka yang biasanya tertera di pengukuran lingkar arus listrik
menunjukan perbedaan potensial di antara dua setengah sel tersebut. Karena
perbedaan potensial ini merupakan “daya dorong” elektron, maka sering
disebut daya elektromotif (eruf) sel atau potensial sel satuan yang digunakan
untuk mengukur potensial listrik adalah Volt, jadi potensial sel disebut juga
Voltase Sel.
Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik suatu sel
penentuan reaksi sel, dan untuk menentukan apakah reaksi sel seperti
tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik sel E0 adalah daya gerak
listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu.
1) Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda standar
elektroda katode dikurangi potensial elektroda anode.
E0 sel = E0 katode - E0anode
Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E0 sel < 0
maka menyatakan reaksi berlangsung tidak spontan.
2) Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan
reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan
reaksi yang berlangsung pada katode adalah reaksi reduksi. Reaksi sel
adalah jumlah dari kedua reaksi ini.
Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa dilihat
dalam deret keaktifan logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt
Au, semakin kekanan maka potensial reduksinya semakin meningkat
sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan semakin ke kiri makin mudah
untuk dioksidasi.
Elektroda acuan untuk mengukur potensial elektroda dipilih elektroda
hidrogen baku. Potensial elektroda standar suatu elektroda diberi nilai
positif bila elektroda ini lebih positif dari pada elektroda hidrogen standar,
dan tandanya negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen standar.
99
Penulisan dengan lambang kerap kali digunakan untuk menggambarkan
sebuah sel. Penulisan ini disebut diagram sel, untuk sel elektrokimia :
Zn /│Zn2+ ││Ag+ │ Ag
100
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan:
1. Gelas kimia : 4 buah
2. Spatula : 1 buah
3. Pipet tetes : 1 buah
4. LCD : 1 buah
5. Laptop : 1 buah
6. Gunting : 1 buah
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Larutan CuSO4
2. Zn
3. Larutan ZnSO4
4. Cu
101
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Beberapa Reaksi Redoks
No Variabel yang diamati Hasil pengamatan
1 5 ml larutan CuSO4 + sedikit Larutan CuSO4 bewarna biru
logam Zn. Logam Zn bewarna abu-abu
Membiarkannya selama 5 menit. Ada gas / gelembung
Logam Zn berubah warna menjadi
abu-abu menjadi hitam lalu
menjadi cokelat.
2 Larutan ZnSO4 1 M sebanyak 5 Larutan ZnSO4 bewarna putih
ml + Logam Cu. bening.
Logam Cu bewarna merah bata /
cokelat
Membiarkannya selama 5 menit. Tidak terjadi reaksi
V. ANALISIS DATA
5.1 Beberapa Reaksi Redoks
Pertama memasukkan logam Zn ke dalam larutan 5 ml CuSO4 1
M, yang berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas
kimia menjadi hangat, dan terdapat endapan di gelas kimia. Pada reaksi
kedua yaitu memasukkan logam Cu kedalam larutan 10 ml ZnSO4 1 M
yang berada dalam gelas kimia. Setelah didiamkan beberapa saat, tidak
terjadi apa-apa dalam larutan tersebut.
102
Zn yang dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 akan mengalami
reaksi seperti berikut :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu E0 = 1,1 V
0 +2 +2 0
Oksidasi
Reduksi
103
5.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta
Di dalam sel volta diisi logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 yang
berperan sebagai anode. Kemudian di katode diisi logam Ag dengan
larutan Ag(NO3)2 . Zn yang berperan sebagai anode dicelupkan ke
dalam larutan yang mengandung ion Zn2+ yaitu larutan Zn(NO3)2 dan
logam Ag dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Ag2+
yaitu Ag(NO3)2.
Bila logam Zn dihubungkan dengan logam Ag melalui kawat
penghantar, maka terjadi reaksi. Pada anode logam Zn akan melepas
elektron melalui kawat penghantar dan logam Zn teroksidasi menjadi
Zn2+ kemudian memasuki larutan. Elektron dari Zn mengalir dari
melalui kawat penghantar,dan menuju katode. Di katode, elektron
ditangkap oleh ion Ag2+ yang berada di dalam larutan dan mengendap
sebagai logam Ag. Jembatan garam memungkinkan cepat berjalannya
arus listrik antara keduanya. Tanpa adanya jembatan garam maka
larutan akan menjadi larutan setengah sel, Zn akan kelebihan ion Zn2+
dan bermuatan positif. Sedangkan dalam setengah sel Ag akan
kekurangan ion Ag2+ dan kelebihan anodanya menumpuk muatan
negatif. Dengan demikian arus listrik akan berhenti.
104
E0 Sel = E katode – E anode
VI. KESIMPULAN
1. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan
larutan Ag(NO3)2 di katode mendapat nilail E0 Sel sebesar + 1,56 V.
2. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di katode dan logam Ag dengan
larutan Ag(NO3)2 dianode mendapat nilail E0 Sel sebesar -1,56 V.
3. Logam Zn dengan larutan Ag(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan
larutan Zn(NO3)2 di katode tidak terdapat reaksi dan elektron tidak
mengalir.
105
VII. DAFTAR PUSTAKA
Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Makro 1 & 2 Edisi ke-5. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
106