Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN VII

Judul : Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia


Tujuan : 1. Untuk mempelajari pendesakan
2. Untuk mempelajari reaksi redoks pada sel volta
Hari / Tanggal : Sabtu / 1 Desember 2012
Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Sejumlah reaksi yang mana keadaan oksidasinya berubah, yang
disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi disebut sebagai reaksi
oksidasi-reduksi atau dengan pendek disebut reaksi redoks. Istilah oksidasi
diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat.
Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam
suatu zat . Atau dengan kata lain oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom,ion
atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke
harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang
memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. Berlaku
untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif. Jadi, suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses ini zat tersebut
dioksidasi. Berlaku untuk zat padat,lelehan maupun gas.
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung serempak, karena elektron
yang dilepas oleh suatu zat harus diambil oleh zat yang lain. Jadi, proses-
proses oksidasi dan reduksi berubah menjadi hasil reaksi, contoh :

2 Cl- + MnO2+ 4 H+ Cl2 + Mn2+ + 2 H2O

97
Reaksi di atas telah memenuhi hukum kekekalan muatan dan hukum
kekekalan massa, pada reaksi tersebut pereaksi Cl- mengalami kenaikan
bilangan oksidasi menjadi hasil pereaksi Cl2, sedangkan Mn dan MnO2
mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi Mn2+. Pada suatu reaksi
redoks zat mereduksi zat lain disebut oksidator, sedangkan zat yang
mengoksidasi zat lain disebut reduktor.
Reaksi redoks yang terjadi oleh suatu spesi disebut disproporsionasi
atau reaksi autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur yang mempunyai
bilangan oksidasi di antara bilangan oksidasi tertinggi dan terendah yang
saling bereaksi satu sama lain.
Metode percobaan langsung untuk menentukan potensial elektroda
yaitu berdasarkan penentuan percobaan potensial. Antara dua elektroda, bila
dibuat suatu hubungan listrik antara dua daerah yang mempunyai rapatan
muatan yang berbeda maka muatan listrik akan mengalir dari daerah yang
mempunyai rapatan muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang
lebih tinngi menuju daerah dengan potensial listrik yang lebih rendah.
Gabungan dua setengah sel disebut sel elektokimia.
Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara
tertentu, kedua elektroda logam dan larutannya harus berhubungan secara
sederhana elektroda saling dihubungkan dengan kawat logam yang
memungkinkan aliran elektroda.
Aliran listrik di antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini
hanya dapat dilakukan melalui larutan yang “menjembatani” kedua setengah
sel. Hubungan ini disebut jembatan garam. Jembatan garam ini terdiri dari
pipa U terbaik yang diisi dengan elektrolit yang menghantarkan listrik
seperti kalium klorida, dan disumbat dengan kapas pada kedua ujungnya
untuk mencegah aliran mekanis. Jembatan ini menghubungkan kedua cairan
tanpa mencampurnya. Elektrolit dalam jembatan garam selalu dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak bereaksi dengan masing-masing larutan
yang dihubungkan nama alat ini biasa disebut sel Galvani atau Sel Volta.

98
Angka yang biasanya tertera di pengukuran lingkar arus listrik
menunjukan perbedaan potensial di antara dua setengah sel tersebut. Karena
perbedaan potensial ini merupakan “daya dorong” elektron, maka sering
disebut daya elektromotif (eruf) sel atau potensial sel satuan yang digunakan
untuk mengukur potensial listrik adalah Volt, jadi potensial sel disebut juga
Voltase Sel.
Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik suatu sel
penentuan reaksi sel, dan untuk menentukan apakah reaksi sel seperti
tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik sel E0 adalah daya gerak
listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu.
1) Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda standar
elektroda katode dikurangi potensial elektroda anode.
E0 sel = E0 katode - E0anode

Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E0 sel < 0
maka menyatakan reaksi berlangsung tidak spontan.

2) Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan
reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan
reaksi yang berlangsung pada katode adalah reaksi reduksi. Reaksi sel
adalah jumlah dari kedua reaksi ini.
Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa dilihat
dalam deret keaktifan logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt
Au, semakin kekanan maka potensial reduksinya semakin meningkat
sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan semakin ke kiri makin mudah
untuk dioksidasi.
Elektroda acuan untuk mengukur potensial elektroda dipilih elektroda
hidrogen baku. Potensial elektroda standar suatu elektroda diberi nilai
positif bila elektroda ini lebih positif dari pada elektroda hidrogen standar,
dan tandanya negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen standar.

99
Penulisan dengan lambang kerap kali digunakan untuk menggambarkan
sebuah sel. Penulisan ini disebut diagram sel, untuk sel elektrokimia :

Zn /│Zn2+ ││Ag+ │ Ag

Berdasarkan konvensi, maka sebelah kiri merupakan elektroda dimana


terjadi oksidasi dan disebut anode. Sedangkan kanan merupakan elektroda
dimana terjadi reduksi disebut katode. Garis tegak lurus tunggal merupakan
batas antara suatu elektroda dan fase lain. Garis tegak lurus ganda
menekankan bahwa larutan tersebut dihubungkan oleh jembatan garam.

Dengan menghubungkan elektroda dengan sumber energi luar (berupa


suatu generator atau baterai timbal), elektroda dapat dibuat mengalir dalam
arah yang berlawanan. Dalam reaksi elektrolisis, energi listrik digunakan
untuk menghasilkan suatu perubahan kimia yang tidak akan terjadi secara
spontan (E sel bernilai negatif).

Dalam beberapa hal tegangan yang diperlukan untuk menjalankan


reaksi elektroda tertentu dapat melampaui hitungan secara teori, interaksi
yang disebut polarisasi mungkin terjadi antara permukaan elektroda yang
terdapat direaksi elektrolisis.

Hukum Faraday adalah hukum dasar untuk elektrolisis dan


elektroanalisis. Hukum ini digunakan untuk menjelaskan pemakaian sel
elektrolitik dalam pemeriksaan kimia. Sehubungan dengan ini, Faraday
merumuskan dua hukum dasar yang dikenal hukum elektrolisis, yaitu :

a) Massa zat yang bereaksi pada elektroda sebanding dengan jumlah


kelistrikan yang mengalir melalui sel.
b) Massa ekivalen zat yang berbeda dihasilkan atau dipakai pada elektroda
dengan melewatkan sejumlah tertentu muatan listrik melalui sel.

100
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan:
1. Gelas kimia : 4 buah
2. Spatula : 1 buah
3. Pipet tetes : 1 buah
4. LCD : 1 buah
5. Laptop : 1 buah
6. Gunting : 1 buah
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Larutan CuSO4
2. Zn
3. Larutan ZnSO4
4. Cu

III. PROSEDUR KERJA


3.1 Beberapa Reaksi Redoks
1. Memasukkan 2 ml larutan CuSO4 kedalam gelas kimia, kemudian
menambahkan sedikit logam Zn dan mendiamkannya selama
beberapa menit.
2. Mencatat apa yang terjadi.
3. Pada tabung yang lain memasukkan logam Cu kedalam gelas kimia
yang berisi Larutan ZnSO4 1 M.
4. Mengamati apa yang terjadi.
3.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta
1. Mendengarkan, melihat, mencatat penjelasan asisten dosen tentang
sel elektrokimia.

101
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Beberapa Reaksi Redoks
No Variabel yang diamati Hasil pengamatan
1  5 ml larutan CuSO4 + sedikit Larutan CuSO4 bewarna biru
logam Zn. Logam Zn bewarna abu-abu
 Membiarkannya selama 5 menit. Ada gas / gelembung
Logam Zn berubah warna menjadi
abu-abu menjadi hitam lalu
menjadi cokelat.
2  Larutan ZnSO4 1 M sebanyak 5 Larutan ZnSO4 bewarna putih
ml + Logam Cu. bening.
Logam Cu bewarna merah bata /
cokelat
 Membiarkannya selama 5 menit. Tidak terjadi reaksi

4.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta


No Variabel yang diamati Hasil pengamatan
1  Anode E0 sel = 1,56 V
Logam : Zn Elektron mengalir dari anode ke
Larutan: Zn(NO3)2 1 M. katode
 Katode .
Logam : Ag
Larutan : Ag(NO3)2 1 M.
2  Anode E0 sel = -
Logam : Ag Elektron tidak mengalir dan tidak
Larutan: Zn(NO3)2 1 M. terjadi reaksi
 Katode
Logam : Zn
Larutan : Ag(NO3)2 1 M.

V. ANALISIS DATA
5.1 Beberapa Reaksi Redoks
Pertama memasukkan logam Zn ke dalam larutan 5 ml CuSO4 1
M, yang berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas
kimia menjadi hangat, dan terdapat endapan di gelas kimia. Pada reaksi
kedua yaitu memasukkan logam Cu kedalam larutan 10 ml ZnSO4 1 M
yang berada dalam gelas kimia. Setelah didiamkan beberapa saat, tidak
terjadi apa-apa dalam larutan tersebut.

102
Zn yang dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 akan mengalami
reaksi seperti berikut :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu E0 = 1,1 V
0 +2 +2 0
Oksidasi

Reduksi

Reaksi ini termasuk reaksi spontan, karena menurut deret


keaktifan logam Cu berada lebih karena dari pada Zn, sehingga dalam
reaksi. Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Zn lebih kiri mengakibatkan Zn
teroksidasi menjadi ionnya yaitu Zn2+. Gelas kimia yang terasa hangat
juga menyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dalam reaksi tersebut,
yaitu adanya pelepasan elektron dari Zn sehingga Zn menjadi Zn2+ dan
penangkapan elektron oleh Cu2+ sehingga menjadi Cu dan mengendap.
Zn yang berubah warna itu sebenarnya bukan Zn tapi Cu yang berubah
dari larutan menjadi padatan (endapan) sedangkan Zn menjadi larutan
ZnSO4. Itu dibuktikan dengan endapan berwarna merah bata, warna
khas dari tembaga. Adanya gas/gelembung itu membuktikan bahwa
telah terjadi reaksi kimia dari Zn dengan CuSO4. Dan kalau dilihat
dengan kecepatan reaksinya pada saat praktikum maka nilai E0 selnya
positif.
Logam Cu yang dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4 mengalami
reaksi karena potensial reduksi Cu lebih besar daripada Zn. Jadi Cu
tidak bisa dioksidasi oleh Zn2+ menjadi Cu2+ dan Zn2+ tidak bisa
direduksi oleh Cu2+ menjadi Zn, hal ini juga terlihat dari deret keaktifan
logam, Cu lebih mudah direduksi dibandingkan Zn. Agar bisa bereaksi
diperlukan energi luar yaitu dengan konsep elektrolisis. Maka nilai E0
selnya adalah negatif.

103
5.2 Reaksi Redoks pada Sel Volta
Di dalam sel volta diisi logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 yang
berperan sebagai anode. Kemudian di katode diisi logam Ag dengan
larutan Ag(NO3)2 . Zn yang berperan sebagai anode dicelupkan ke
dalam larutan yang mengandung ion Zn2+ yaitu larutan Zn(NO3)2 dan
logam Ag dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ion Ag2+
yaitu Ag(NO3)2.
Bila logam Zn dihubungkan dengan logam Ag melalui kawat
penghantar, maka terjadi reaksi. Pada anode logam Zn akan melepas
elektron melalui kawat penghantar dan logam Zn teroksidasi menjadi
Zn2+ kemudian memasuki larutan. Elektron dari Zn mengalir dari
melalui kawat penghantar,dan menuju katode. Di katode, elektron
ditangkap oleh ion Ag2+ yang berada di dalam larutan dan mengendap
sebagai logam Ag. Jembatan garam memungkinkan cepat berjalannya
arus listrik antara keduanya. Tanpa adanya jembatan garam maka
larutan akan menjadi larutan setengah sel, Zn akan kelebihan ion Zn2+
dan bermuatan positif. Sedangkan dalam setengah sel Ag akan
kekurangan ion Ag2+ dan kelebihan anodanya menumpuk muatan
negatif. Dengan demikian arus listrik akan berhenti.

Ion negatif dari garam (Cl-) akan menetralkan kelebihan ion


positif dalam setengah sel Zn dan ion positif dari garam (Na+) akan
menetralkan kelebihan muatan negatif dari setengah sel Ag. E0 sel yang
berharga +1,56 V dinyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dan pereaksi
ini elektronnya mengalir dari anode ke katode. Diagramnya Zn /Zn2+
//Ag+ /Ag.

Apabila kita tukar logam Zn dan larutan Zn(NO3)2 diletakkan di


katode dan logam Ag dengan larutan Ag (NO3)2 diletakkan di anode.
Maka harga E0 selnya akan negatif, yaitu -1,56 V. di karenakan elektron
mengalir dari katode ke anode. Sehingga terbaca oleh Voltmeter negatif
atau dapat dibuktikan dengan teori yang dinyatakan dalam rumus :

104
E0 Sel = E katode – E anode

Di karenakan elektron mengalir dari katode ke anode maka nilai E


anode akan lebih besar dari nilai E katode, setelah melalui perhitungan
maka nilai E selnya negatif.

Sehingga akan lebih sesuai ketika Zn dan larutan Zn(NO3)2


diletakkan di anode sedangkan Ag dan Larutan Ag(NO3)2 diletakkan di
katode karena potensial reduksi Zn lebih kecil daripada Ag. Reaksi
kimianya adalah :

Oksidasi : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2e-

Reduksi : 2Ag+ (aq) + 2e- 2Ag(s)

Keseluruhan : Zn (s) + 2Ag+ (aq) Zn2+ (aq) + 2Ag (s)

Sedangkan apabila larutannya dibalik Zn larutannya Ag(NO3)2


dan logam. Ag larutannya Zn (NO3)2 maka elektronnya tidak
mengalir sehingga tidak terjadi reaksi. Antara anode dan katode, ion
Ag2+ akan masuk ke dalam logam Zn dan Zn akan melepas Zn2+ .
dengan kata lain logam Zn bereaksi dengan larutan Ag(NO3)2
sedangkan Ag tidak bereaksi dengan larutannya maka tidak ada elekton
yang mengalir melalui kawat, dan maka nilai E0 selnya tidak ada.

VI. KESIMPULAN
1. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan
larutan Ag(NO3)2 di katode mendapat nilail E0 Sel sebesar + 1,56 V.
2. Logam Zn dengan larutan Zn(NO3)2 di katode dan logam Ag dengan
larutan Ag(NO3)2 dianode mendapat nilail E0 Sel sebesar -1,56 V.
3. Logam Zn dengan larutan Ag(NO3)2 di anode dan logam Ag dengan
larutan Zn(NO3)2 di katode tidak terdapat reaksi dan elektron tidak
mengalir.

105
VII. DAFTAR PUSTAKA

Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga.

Dosen-dosen Kimia di Perguruan Tinggi Wilayah Barat. 1994. Penuntun


Praktikum Kimia Dasar. Bandung: ITB.

Petrucci, Ralp.H. 1999. Kimia Dasar Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.

Syahmani. 2012. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Banjarmasin: FKIP


UNLAM Banjarmasin.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Makro 1 & 2 Edisi ke-5. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

106

Anda mungkin juga menyukai