Laporan DKP3 KJP
Laporan DKP3 KJP
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Ratna 40 tahun berat badan 40 kg dating berobat dengan keluhan
gatal diketiak, bawah payudara kadang juga dilipat paha dan disekitar
kelamin. Keluhan tersebut dirasakan sejak 1 minggu yang lalu dan semakin
gatal dan merah jika cuaca panas dan berkeringat. Sehari – hari berjualan
sayur di pasar dari pagi hingga siang. Keluarga tidak ada yang sakit seperti
itu.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
1. Gatal : gejala kelainan kulit menyebabkan rangsangan ingin
menggaruk
1.3 Kata Kunci
1. Ratna 40 tahun, BB 40 kg
2.
1.4 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pruritus
2.1.1 Definisi
Pruritus dapat didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit
yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.[1]
2.1.2 Etiologi
Pruritus atau rasa gatal yang timbul adalah tanpa kelainan primer.
Kelainan sekunder dapat disebabkan akibat garukan (misalnya eksosriasi,
jaringan parut, dan prurigo). Adapun pada pruritus setempat jarang
ditemukan. Kulit mungkin tetap normal, tetapi yang lebih sering terjadinya
beberapa abnormalitas. Dua bentuk pruritus setempat adalah liken simpleks
kronik dan prurigo, serta pruritus anogenital.[2]
2.1.3 Patofisiologi
2.2 Candidosis
2.2.1 Definisi
2.2.3 Epidemiologi
2.2.4 Klasifikasi
2.2.7 Patofisiologi
1) Kandidiasis kulit
Sebagian besar infeksi kandidiasis kutaneus lokal dapat diobati
dengan sejumlah agen antijamur topikal (misalnya, klotrimazol, ekonazol,
ciclopirox, miconazole, ketoconazole, nystatin). Jika infeksi adalah
paronychia, aspek yang paling penting dari terapi adalah drainase abses,
diikuti oleh terapi antijamur oral dengan flukonazol atau itrakonazol.
Dalam kasus infeksi kulit yang luas, infeksi pada pasien
immunocompromised, folikulitis, atau onikomikosis, terapi antijamur
sistemik dianjurkan. Untuk onikomikosis Candida, itraconazole oral
(Sporanox) tampaknya paling berkhasiat. Dua rejimen pengobatan
tersedia: dosis harian itrakonazol yang diambil selama 3-6 bulan atau
rejimen dosis pulsed yang membutuhkan dosis harian yang sedikit lebih
tinggi selama 7 hari, diikuti dengan 3 minggu pemberian obat. Siklus ini
diulang setiap bulan selama 3-6 bulan.[9]
2.2.12 Prognosis
2.3.13 Komplikasi
2.3 Jelaskan tentang Tinea Cruris !
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan tubuh yang mengandung
zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, serta kuku yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita, yang mampu mencernakan
keratin.
Tinea kruris lebih sering pada rentang usia 51-60 tahun dan tiga kali lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita.[21] Orang dewasa
lebih sering menderita tinea kruris bila dibandingkan dengan anak-anak.[22]
Manifestasi klinis tinea kruris adalah rasa gatal yang meningkat saat
berkeringat atau terbakar pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan
daerah perineum.[17] Berupa lesi yang berbentuk polisiklik / bulat berbatas
tegas, efloresensi polimorfik, dan tepi lebih aktif.[21]
2.6 Apa hubungan kasus dalam pemicu dengan dengan jualan sayur pagi
hingga siang hari ?
Cuaca yang panas menyebabkan produksi keringat yang banyak dan
mengakibatkan lokasi lipatan kulit yang tertutup pakaian menjadi lembap dan
rentan terhadap infeksi kandidiasis.[11]
Hal itu disebabkan bahwa jamur kandida memiliki predileksi daerah lipatan
yang sering maserasi, didukung oleh cuaca yang panas menyebabkan produksi
keringat yang banyak dan mengakibatkan lokasi lipatan kulit yang tertutup pakaian
menjadi lembap dan rentan terhadap infeksi kandidiasis.[11]
2.7 Apa hubungan umur dan berat badan pada kasus tersebut ?
Pada kasus kandidiosis usia merupakan salah satu faktor resiko, pada orang
tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.[8]
2.8 Edukasi
Pada pasien diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang
penyakit, penyebab penyakit, faktor risiko, dan terapi. Pada pasien disarankan
untuk menghindari kelembapan dengan cara cepat berganti baju apabila
berkeringat, mengenakan pakaian dengan bahan tipis yang menyerap keringat.
Mandi menggunakan sabun antiseptik dan mencampur air mandi dengan larutan
antiseptik juga harus dihentikan dan pasien disarankan menggunakan sabun
bayi. Pasien juga disarankan untuk memotong kukunya agar tidak
menimbulkan luka saat menggaruk lesi.[26]
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Djajakusumah, T.S., 2011. Penatalaksanaan Pruritus Anogenital.
Dermatoses & STIs Associated with Travel to Tropical Countries: 293-208.
2. Graham-Brown, Robin. 2008. Dermatologi. Ed.8. Jakarta : Erlangga. pp:33-
34
11. Tan H. Superfisial fungal infection seen at the national skin center. Jpn J
Med Mycol 2005; 46: 77-80.
12. Sri Linuwih, Kusmarinah B, Wresti I. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Ketujuh (cetakan kelima). Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018.
13. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ed. 3. Jakarta : EGC;
2015.
17. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyait kulit dan Kelamin. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013
18. Kundu RV, Garg A. Yeast Infections: Candidiasis, Tinea(Pityriasis)
versicolor, and Malassezia (Pityrosporum) Folliculitis. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolf K, editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Ed. New York: McGraw-Hill.
2012.p.2298-2311.
19. Adiguna MS. Update treatment in inguinal intertrigo and its differential.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2011.
20. Wiratma MK. Laporan kasus tinea kruris pada penderita diabetes melitus.
Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2011.
21. Yadav A, Urhekar AD, Mane V, Danu MS, Goel N, Ajit KG. Optimization
and isolation of dermatophytes from clinical samples and in vitro antifungal
susceptibility testing by disc diffusion method. Journal of Microbiology and
Biotechnology. 2013; 2(3)19-34.
22. Abdelal EB, Shalaby MAS, Abdo HM, Alzafarany MA, Abubakr AA.
Detection of dermatophytes in clinically normal extra- crural sites in
patients with tinea cruris. The Gulf Journal of Dermatology and
Venereology. 2013; (20)1: 31-9.
23. Haber M. Dermatological fungal infections. Canadian Journal of Diagnosis
University of Calgary’s. 2007.
24. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of
Dermatology, 4 Volume Set. 8 edition. Chichester, West Sussex, UK ;
Hoboken, NJ: Wiley-Blackwell; 2010. 4432 p.
26. Brooks G.F., Carrol K.C., Butel J.S., & Morse S.A. Medical
Microbiology. 24th ed, Mc Graw Hill, 2007 : 642-5.