Menurut Fontaine (2005) dalam Potter (2010), terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis alternatif atau komplementer. Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan individu. Seperti namanya, terapi komplementer tersebut dipergunakan untuk melengkapi terapi konvensional. Banyak terpai komplementer, seperti sentuhan terapeutik, berisi metode terapeutik dan diagnostik spesifik terhadap yang lainnya, seperti teknik imajinasi terpimpin dan terapi pernapasan, mudah dipelajari dan digunakan. Terapi komplementer juga meliputi relaksasi, olahraga, oijat,refleksi, doa, umpan balik biologis, hipoterapi, terapikreatif, termasuk seni, musik, atau terapi dansa, meditasi, terapi kiropraktik, oateopati dan herbal. Terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang dipakai oleh tenaga praktisi lainya dalam pengobatan sebagi terapi pelengkap tindakan perawat. Perawat dapat memberikan alternatif pengobatan nyeri haid yang dapat dilakukan di rumah tanpa harus meminum obat. (Achjar, 2010) Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.