Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELANGGARAN HAM DI INDONESIA


“KASUS MUNIR”

Disusun oleh :
1. Dian Afrika Permatasari / 1641150058
2. M. Marozi Effendi / 1641150010
3. M. Yusril Ihza Al Hakam / 1641150082
4. Syahrul Syahroni / 1641150127
D4 SKL-2C

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


SISTEM KELISTRIKAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia
sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun.
Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan
suku, golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia
yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam
bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal.
Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering
terjadi di sekitar kita. Mulai dari pelanggaran kecil yang berkaitan dengan norma
hingga pelanggaran HAM besar yang bersifat kriminal dan menyangkut soal
keselamatan jiwa. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya keseriusan dari
pemerintah menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan menghukum
individu atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu masyarakat
juga perlu mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari
lingkungan sosial tempat mereka tinggal hingga nantinya akan terbetuk penegakan
HAM tingkat nasional.
Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir. Kasus
Munir tergolong pelanggaran yang bersifat kriminal dimana terjadi suatu
pembuhunan berencana terhadap seseorang bernama Munir. Kasus Munir
menjelaskan bahwa Hak warga Negara untuk memperoleh kebenaran belum
dipenuhi oleh pemerintah. Oleh karena itu, penulis mengambil Kasus Munir sebagai
pembahasan dalam makalah.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kronologis pembunuhan kasus munir?

1
2. Bagaimana undang-undang yang berkaitan dalam kasus munir?
3. Mengapa kasus munir tidak kunjung usai?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia dan Undang-Undangnya.
2. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia dan
solusinya.\
4. Untuk mengetahui penegakkan HAM di Indonesia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No.
39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik
Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan
martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang
dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini
berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak
dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat
dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu
terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai
kemanusiaan.Hak asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan
hak memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :
a. Hak asasi pribadi (Personal Rights)
Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara
Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan
mendapatkan hidup yang layak.
d. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun,
hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
e. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah
(Rights Of Legal Equality)
f. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.

3
2.2 Ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena
diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas
bangsa, ras, atau jenis kelamin.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian
dari manusia secara otomatis
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar
dan membatasi orang lain
Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut:
a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-
wenangan.
b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab
untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar

2.3 HAM di Indonesia


Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku
tiga undang-undang dalam 4 periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
c. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
d. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

2.4 Komisi Nasional HAM


Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat
dengan lembaga Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.

4
Tujuan Komnas HAM antara lain :
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
(Dikutip dari laman:
http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ham.html)

2.5 Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang
dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis
dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

2.6 Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia

5
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD
No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM)
2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa
serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti
pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain

2.7 Instrumen Nasional HAM


1. UUD 1945 : Pembukaan UUD 1945, alenia I – IV; Pasal 28A sampai dengan
28J; Pasal 27 sampai dengan 34
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. UU No. 36 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
4. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
5. UU No. 7 Tahun 1984 tentang Rativikasi Konvensi PBB tentang penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
6. UU No. 8 tahun 1998 tentang pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau penghukuman lain yang Kejam, tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia
7. UU No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO nomor 182 mengenai
pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak

6
8. UU No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang
hak-hak ekonomi, Sosial dan Budaya
9. UU No. 12 tahun 2005 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil
dan Politik

2.8 Upaya mengatasi pelanggaran hak asasi manusia


Upaya penanganan pelanggaran HAM di Indonesia yang bersifat berat,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui pengadilan HAM, sedangkan untuk kasus
pelanggaran HAM yang biasa diselesaikan melalui pengadilan umum.Beberapa
upaya yang dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari untuk
menghargai dan menegakkan HAM antara lain dapat dilakukan melalui perilaku
sebagai berikut
1. Mematuhi instrumen-instrumen HAM yang telah ditetapkan.
2. Melaksanakan hak asasi yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab.
3. Memahami bahwa selain memiliki hak asasi, setiap orang juga memiliki
kewajiban asasi yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menghormati hak-hak orang lain.
(Dikutip dari laman: https://www.scribd.com/document/265903928/Makalah-
Pelanggaran-Ham)

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kronologis Kejadian Kasus Munir


Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 dan
meninggal di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur
38 tahun. Beliau keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan
terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia
Indonesia Imparsial.
Saat menjabat Dewan Kontras namanya melambung sebagai seorang
pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela
para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dan Kopassus. Setelah
Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Kopassus Prabowo
Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar.
Munir Said Thalib, akan melanjutkan studi S2 bidang hukum humaniter di
Universitas Utrecht, Belanda pukul 21.30 WIB. Melalui pengeras suara, seluruh
penumpang pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 974 tujuan
Amsterdam dipersilakan petugas bendara naik ke pesawat.
Pollycarpus Budihari Priyanto menjadi pelaku pembunuhan Munir Said
Thalib. Saat Munir tewas, status Pollycarpus adalah pilot pesawat Garuda yang
sempat dianggap berafiliasi dengan pejabat Badan Intelijen Negara (BIN).
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis Pollycarpus bersalah melakukan
pembunuhan berencana, serta pemalsuan dokumen, dan dijatuhi hukuman 14 tahun
penjara.
Banding yang diajukan Pollycarpus tidak membuahkan hasil, karena
putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta justru menguatkan putusan Pengadilan
Negeri. Di tingkat kasasi, Pollycarpus dianggap tidak bersalah atas kasus
pembunuhan dan hanya dijatuhi hukuman 2 tahun karena pemalsuan dokumen.
Setelahnya melalui Peninjauan Kembali (PK) yang dimohonkan Kejaksaan, ia
kembali dianggap bersalah melakukan pembunuhan berencana serta pemalsuan
dokumen dan dijatuhui hukuman 20 tahun penjara. Melalui PK yang diajukan

8
Pollycarpus, MA melalui putusannya nomor 133 PK/Pid/2011 memangkas
hukumannya menjadi 14 tahun penjara.
Pada 29 November 2014 lalu, Pollycarpus melenggang keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan Sukamiskin, karena sudah menjalani dua pertiga dari 14 tahun
hukumannya. Pollycarpus dinyatakan bebas bersyarat. Saat melenggang keluar
penjara, ia sempat ditanya wartawan prihal peristiwa pembunuhan Munir. Pilot
kelahiran Solo tahun 1961 itu menjawab singkat dengan mengatakan "bukan,
bukan," sembari melenggang pergi.
Dikutip dari putusan MA nomor 133 PK/Pid/2011,
diketahui Pollycarpus ikut terbang bersama Munir menumpangi pesawat Garuda
dengan nomor penerbangan GA-974 dari Jakarta. Ia berada di dalam pesawat bukan
sebagai pilot, melainkan sebagai kru tambahan penerbangan untuk tugas Aviation
Security, dengan modal surat palsu. Dalam penerbangan tersebut, ia menabur racun
ke minuman untuk Munir.
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14
tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan
bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di
makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut.
Hakim Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan, Pollycarpus menerima
beberapa panggilan telepon dari sebuah agen intelijen senior tetapi tidak
menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim investigasi
independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke
publik.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (Purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang
dekat Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan
dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan
kesaksian mengarah padanya. Namun demikian, pada 31 Desember 2008, Muchdi
divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang,
serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah diperiksa.
(Dikutip dari laman: https://www.kompasiana.com/arunnisa45/kasus-
pembunuhan-munir_54f5d7bea33311454f8b46da)

9
3.2 Undang-Undang dalam Kasus Munir
Pasal yang di kenakan terhadap kasus munir adalah sebagai berikut.
1. Pasal 340 UU KUHP dengan ancaman maksimal hukuman seumur hidup
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, di ancam karena pembunuhan dengan rencana , dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.”
2. Pasal 55 ayat 1 UU KUHP
Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :
“Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan”.
(Dikutip dari laman: http://gitarodianah.blogspot.co.id/2014/09/kasus-
munir.html?m=1\)

3.3 Kasus Munir yang Tidak Kunjung Usai


Kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di Indonesia.
Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat
itu lebih bersifat otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran
untuk bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter karena setiap
manusia atau warga Negara memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup,
hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia
saat ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung
tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah hingga saat ini masih kurang tegas dalam menangani kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang ketatnya
peraturan perundang-undangan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Dan
pemerintah kurang disiplin melaksanakan undang-undang yang telah ditetapkan,
sehingga terdapat kesan kelonggaran bagi pelaku pelanggaran HAM.
Selain hal tersebut, kasus munir merupakan suatu kejahatan yang dicurigai
dilakukan oleh penguasa sebelumnya, sehingga terkesan pemerintah sekarang

10
menutup-nutupi “borok” pemerintah sebelumnya agar nama baik pemerintahan
tidak tercemar.
Seharusnya pemerintah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya
untuk memberikan Hak-hak yang diimiliki seluruh masyarakat yang tertuang dalam
UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemerintah menjamin
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun dan oleh siapa pun. Hal diatas sangat bertentangan dengan hal yang
diterima munir sebagai warga Negara yang hanya ingin memperjuangkan
kebenaran atas ketidak adilan yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru,
sehingga dengan dibunuhnya munir sudah jelas merupakan salah satu kasus
pelanggaran HAM.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan
Yang Maha Esa kepada seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang dapat
mengganggu gugat, tidak terkecuali pemerintah. Jadi sudah sepatutnya pemerintah
memberikan apa yang seharusnya rakyat miliki yang diantaranya adalah hak untuk
mendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39
Tahun 1999 yang isinya mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu
Hak hidup, Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri,
Hak memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak
atas kesejahteraan, Hak turut serta dalam pemerintah, Hak wanita dan Hak anak.
Berdasarkan kronologis kasus munir yang telah dipaparkan diatas, kasus
munir termasuk kasus pembunuhan berencana. Tersangka yang telah divonis yakni
Pollycarpuss dan Mayjen Muchdi Pr. Dimana Pollycarpus sebagai pilot atas
penerbangan Munir ke Belanda yang telah divonis 14 tahun penjara dan Muchdi
selaku dalang otak pembunuhan Munir yang telah bebas pada tanggal 31 Desember
2008.
Terdapat beberapa pasal yang mengatur terkait dengan Kasus Munir, yaitu
Pasal 340 UU KUHP dan Pasal 55 ayat 1 UU KUHP. Isi dari Pasal 340 UU KUHP
adalah “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, di ancam karena pembunuhan dengan rencana , dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun.”. Sedangkan isi dari Pasal 55 ayat 1 UU KUHP adalah “Mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan”.
Kasus Munir merupakan contoh pelanggaran HAM yang harus di jadikan
pelajaran untuk bangsa indonesia kedepannya agar lebih menghargai HAM itu
sendiri. Untuk itu diperlukan perhatian pemerintah yang mendalam dan pemahaman
yang lebih dari seluruh rakyat agar dapat bersama-sama menegakkan HAM di
bangsa yang kita cintai ini.

12
4.2 Saran
Terkait dengan paparan pada bab sebelumnya, ada saran yang perlu
disampaikan kepada beberapa pihak. Beberapa pihak tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Bagi masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar dapat mengatasi terjadinya pelanggaran
HAM dengan lebih menghargai HAM yang dimikili tiap manusia itu sendiri
b. Bagi pemerintah
Pemerintah diharapkan dapat menegakkan HAM menjadi lebih baik serta dapat
menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM yang ridak kunjung usai

13
DAFTAR PUSTAKA

 http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ham.html
 https://www.scribd.com/document/265903928/Makalah-Pelanggaran-Ham
 https://www.scribd.com/doc/54785849/Makalah-Pelanggaran-HAM-
KASUS-MUNIR
 http://gitarodianah.blogspot.co.id/2014/09/kasus-munir.html?m=1\
 https://www.kompasiana.com/arunnisa45/kasus-pembunuhan-
munir_54f5d7bea33311454f8b46da

14

Anda mungkin juga menyukai