Anda di halaman 1dari 20

JURNAL PENDAHULUAN II

“SEDIAAN STERIL”

1) Definisi infus atau parenteral volume besar


a. Menurut Stevanus Lukas, Halaman 73 :
Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10 ml
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0% serta
mineral dan glikogen 6%.
b. Menurut Ansel’s Pharmaceutical DosageFormDrugDelivery System,
Halaman 508
Infus adalah sediaan injeksi yang steril, bebas pirogen yang
dimaksudkan untuk diberikan secara panenteral.
c. Menurut Swarbrick (Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology Volume 1 :
1001)
Parenteral berasal dari dua kata “para” dan “enteron” yang berarti
menghindari usus. Sediaan ini akan digunakan untuk injeksi yang melewati kulit
atau batas jaringan luar.
d. Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ansel’s. Halaman 399
Parenteral adalah sediaan yang pemberiannya lewat suntikan seperti
berbagai sediaan yang diberikan dengan suntikkan. Kata ini berasal dari kata
Yunani, para dan enteron berarti diluar usus halus dan merupakan rute pemberian
lain dari rute oral.
2) Syarat – syarat sediaan parenteral volume besar
a. Menurut Lachman halaman 1254
Persyaratan sediaan parenteral volume besar
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada
dalam sediaan, terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat
pengrusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap
steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material
dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. Untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak
menentukan wadah adalah:
 Bebas kuman
 Bebas pirogen
 Bebas pelarut secara fisiologis tidak netral
 Isotonis
 Isohidris
 Bebas bahan melayang
b. Menurut Lukas, Stevanus Halaman 14 – 15
Kerja optimal larutan obat yang diberikan secara parenteralhanya
diperoleh jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada di dalam sediaan dengan
pernyataan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama
penyimpanan akibat pengrusakan obat secara kimiawi dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan
tetap steril, tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dengan
material dinding wadah.
3. Aman secara toksikologi
4. Bebas pirogen
5. Tersatukan/ kompatibel dengan sediaan parenteral lain tanpa terjadi reaksi
6. Steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik bentuk vegetatif spora
yang patogen maupun non patogen.
7. Isotonis
8. Isohidris
9. Bebas partikel melayang
10. Stabil, baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologi
c. Menurut Swarbick. J dan James. C.B, 2007 : 201 – 206
Persyaratan sediaan parenteral volume besar:
1. Steril
2. Bebas pirogen
3. Bebas bahan partikulat
4. Dikemas dalam wadah dosis tunggal
5. Persyaratan volume (memiliki volume besar untuk I.V minimum 150 ml dan
volume maksimum 1000 ml)
6. Tidak harus isotonis
7. Memiliki kelebihan pengisian
d. Menurut SDF, halaman 163 – 164
Persyaratan dari injeksi volume besar adalah
1. Harus steril
2. Bebas pirogen dan bebas dari bahan partikulat
3. Dikemas dalam wadah gelas atau plastik yang sesuai.
3) Perbedaan injeksi tipe bolus dan injeksi tipe infusion
Menurut Modul skillaba Jilid I
a. Injeksi tipe bolus adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung ke
dalam saluran/jalan infus.
b. Injeksi tipe infusionadalah menggunakan alat kontrol dapat diberikan secara
tradisional melalui cairan yang digantung dengan atau tanpa pengatur kecepatan
aliran. Infus melalui intravena, intra arteri dan intra thecal (spinal) dapat
dilengkapi dengan menggunakan pompo khusus yang ditanam maupun yang di
eksternal.
4) Jenis – jenis sediaan infusa
a. Infus elektrolit
1. Cairan fisiologi tubuh manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan
intraseluler (di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K+, Mg++ , sulfat,
fosfat, protein serta senyawa organik asam fosfat seprti ATP, heksamonofosfat
dan lain – lain. Air pun mengandung cairan ekstra seluler (diluar sel) 20%
yang kurang lebih memgandung 3 liter air dan terbagi atas cairan intestinal
(diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran
darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+ , klorida dan bi karbonat.
Ion Jumlah normal mv/ liter
Na 137,0 – 148,0
K 3,0 –5,0
Ca 4,8 – 5,4
Mg 1,7 – 3,3
Cl 98,0 – 108,0
HCo3 24,0 – 28,0
HPo4 1,5 – 2,3
SO4 1 – 2,0
Protein 14,6 – 19,4

2. Fungsi larutan elektrolit


Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi
plasma darah yang menyimpang yaitu :
a) Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion
klorida dalam jumlah berlebih.
b) Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion
natrium, kalium dan kalsium dalam jumlah berlebih.

Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam. Basa darah


mengikuti sistem dapar yaitu:

Hidrogen karbonat – karbonat

Hidrogen fosfat – hidrogen fosfat

Serum – protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma darah adalah
kecelakaan, kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ,
gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output
dan input tidak seimbang. Kehilangan natrium disebut hiporolemia.
Kekurangan H2O disebut dehidrasi. Kekurangan HCo3 disebut asidosis
metabolik. Sedangkan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
Contoh :
Infus Asering (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Resep larutan dasar elektrolit :
Na+ 130 mEg
K+ 4 mEg
Cl&_ 109 mEg
Cl ++ 3 mEg
Asetat 28 mEg
API 1000 ml
Formulasinya sebagai berikut :
Resep human albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96%
human albumin)
Human albumin 192 g
Ion natrium 125 mmol/ L 2,88 g/ L
Ion kalium max 2 mmol/ L 0,08 g/
Ion kalsium max 2 mmol /L 0,08 g/L
Ion klorida max 100 mmol/ L 3,55 g/L
Aqua pro injeksi 1000 ml
3. Plasma protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari
plasma darah donor manusia dewasa. Plasma mengandung kurang lebih 5 gr
protein per 100 ml, 83-90% adalah albumin. Sedangkan sisanya adalah alfa
dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan plasma protein dalam volume
250-500 ml, tetapi kadang-kadang sampai 1500 ml sebagai penyokong volume
darah. Tanggal kadaluarsanya antara 3-5 tahun, tergantung pada kondisi
penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah darah dinamakan
darah lengkap manusia, sel darah merah, albumin serum manusia normal dan
froks protein plasma manusia. Pada pengumpulan darah manusia dari donor
darah untuk digunakan pada transfusi. Kita harus berhati – hati
memperlakukan seluruh darah atau sel darah agar darah atau sel darah tidak
menggumpal.
Contoh : infus plasmananta
Formulanya sebagai berikut :
Plasma protein fraction (human) 5%, 100 ml USP
Plasma protein 5 gram
Sodium karbonat 0,004 M
(Setara dengan sodium caprylate dan acethyltrypthopan)
Sodium ion 145 mEg/ L
Potasium 0,25 mEg/ L
Chloride 100 mEg/ L
4. Larutan gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen yakni suatu
senyawa polipeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena
strukturnya terdiri atas protein, sehinggga dengan protein plasma dapat
memberikan efek osmotik yang sama. Pada suhu kamar gelatin dapat
mengental sehingga kita perlu menghangatkan larutan. Pada proses pemanasan
gelatin dapat terurai. Untuk memperbaiki kelarutan glioksial atau isosianat
agar bentuj molekulnya bertambah panjang dan bercabang. Setelah 24 jam di
eliminasi atau diurai secara enzimatik, gelatin hilang dari peredaran darah.
Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang
diisotonikkan dengan natrium klorida dan dapat distterilkan pada suhu 121 –
1240C dalam autoklaf
Contohnya :
Infus haemacel, infus haemacd
Formulanya sebagai berikut :
Resep : 3,5% collaidal infusion solution
Gelatin dari polipeptida (bovinebone) 35 gram
Chlorida ion 5,14 gr 145 mmol
Potasium ion 0,20 gr 5,1 mmol
Calcium ion 0,225 gr 6,25 mmol
Sodium ion 3,33 gr 145 mmol
Aqua pro injeksi 1000 ml
5. Larutan dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan
glukosa sebagai komponen monomer yang terikat secara glikosidik pada posisi
alpa 1,6. Bentuk melokul berupa benang panjang bergelombang. Dekstran
terbentuk di dalam media yang mengandung sakarosa dibawah pengaruh
enzim dekstransakarose yang diproduksi sebagai spesies leconastac.
Sebagai pengganti plasma kita gunakan 6% atau 10% larutan
dekstran 40 atau 70% dengan berat molekul rata – rata 40.000 atau 70.000
dengan penambahan NaCl pada pembuatan larutan dekstran. Kita dapat
mensterilkan larutan pada suhu 1200C dan yang disimpan pada suhu 40C
terbukti stabil dalam waktu 19 tahun.

Contoh :
Infus otsutron -70 (otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Dextran 70 in normal salin 6%
Dextran 70 6,0%
Sodium chlorida 0,9%
Aqua pro injeksi 500 ml
Osmolarity = 316,5 mOsm/L
6. Infus protein (asam amino)
Larutan protein diinfuskan ke dalam tububjika tubub mengalami
kekurangan protein. Umumnya larutan terdiri atas 8 asam amino penting yaitu
L-Isoleusin, L-leusin, L-lisine, L-metionin, L-fenilalamin, L-trionin, L-
triptopan dan L-valin. Ke delapan asam amino tersebut penting dan harus
selalu ada dalam jumlah dan perbandingan tertentu didalam infus. Hilangnya
satu komponen dapat menyebabkan efek yang diharapkan tidak terjadi.
Komponen lainnya adalah sorbitol sebagai penyangga energi,
demikian pula vitamin dan tambahan elektrolit. Larutan diatur pada pH sekitar
6. Harga pH yang lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk menghindari pengurangan asam amino pada sterilisasi
panas, umumnya dilakukan pada suhu 1200C dengan tekanan uap disertai
penjenuhan gas netral. Natrium pirosulfat dalam jumlah sangat kecil mampu
menusir oksigen pada kondisi tertentu.
Contoh :
a. Infus aminofusin L (primer)
Formulanya sebagai berikut :
Resep amino acid
L- solercine 1,55 g
L- leucine 2,20 g
L-lysinemonohidrochlorida 2,50 g
L-methionone 2,10 g
L- phenilalanine 2,20 g
L- threonine 1,00 g
L- trypthophane 0,45 g
L- valine 1,50 g
L- alanine 6,00 g
L- arginine 4,00 g
L- glutamicacid 9,00 g
Glycine 10,00 g
L- histidane 1,00 g
L- proline 7,00 g
Sorbitol 50,00 g
Xylitol 50,00 g
Potasium hydrochlorida 1,68 g
Magnesium acetat 1,07 g
Sodium hydroxide 1,60 g
L- malicacid vitamin 2,01 g
Aqua pro injeksi 10000 ml
b. Infus karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa
atau dextrosa yang cocok untuk donor kalori, kota menggunakannya untuk
memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia dan lain-lain.
Kegunaannya 5% isotonis, 20% untuk diuretika dan 30-50%
terapi cedera otak. Contohnya : larutan manitol 15-20% digunakan untuk
menguji fungsi ginjal.
c. Infus elektrolit dan karbohidrat
Contoh : infus Ka-EN 4 B poed (otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Na+ 30 mEg
K+ 8 mEg
Cl- 28 mEg
Laktat 10 mEg
Glukosa 37,5 mEg
Aqua p.i 1000 ml
d. Larutan irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar
(3 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan diluar
sistem peredaran dan umumny menggunakan jenis tutup yang diputar atau
plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan
cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka –
luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pul mengurangi
pendarahan.
Adapun persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak diabsorpsi
4. Bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat dieksresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
Contoh : Larutan glycine 1,5% dalam 3 liter dan Larutan asam asetat
0,25% dalam 1 – 3 liter
e. Larutan dialisis peritoneal.
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan
steril dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikan ke dalam vena,
tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumny
menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan
larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian
bertujuan menghilangkan senyawa – senyawa toksik yang secara normal
dikeluarkan atau di eksresikan ginjal. Penggunaan larutan dialisis
peritonealmerupakan pilihan yang dapat dilakukan. Larutan di absorpsi
dalan larutan peritoneal mengikuti peredaran darah. Selanjutnya, di dalam
ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin dari sel darah ke dalam
cairan dialisis yang bekerja sebagai membran semipermiabel.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah :
1. Hipertonis
2. Steril
3. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
Contohnya :
Larutan dianeal 1,5% dan 2,5% 2 liter.
Formulasinya sebagai berikut :
NaCl 538 mg 538 mg
Na laktat 488 mg 448 mg
CaCl2 25,7 mg 25,7 mg
MgCl2 5,08 mg 5,08 mg
Dextrose 1,5 g 2,5 g
Aqua P.i 100 ml 100 ml
Osmolarity 346 396
PH 5,2 5,2
f. Infus plasma expander atau penambah darah
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat
pendarahan, luka bakar, operasi dan lain – lain.
1) Wholeblood
Wholeblood adalah darah yang telah di ambil dari donor
darah manusia yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptik
yang ketat. Darah ditambah dengan ion sitrat atau heparin sebagai
antikoagulan.
2) Human albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang
didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat.
Tidak kurang dari 96% protein harus albumin. Setiap 100 ml
mengandung 25 gram albumin serum yang sebanding dengan
ekuivalen kosmotikkannya dengan 500 ml plasma manusia normal atau
5 gram sebanding dengan 100 ml plasma manusia normal. Tanggal
kadaluarsa berkisar antara 3-10 tahun.
Contoh : infus human albumin 20%
5) Tujuan Pemberian Infus
a. Menurut Ensiklopedia Volume : 11, Halaman 201
Injeksi parenteral volume besar sering digunakan dalam memperbaiki
gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh yang serius dan menyediakan
nutrisi dasar.
b. Menurut Sterile Dosage Forms, Halaman 163
Larutan steril volume besar meliputi obat-obat yang digunakan untuk
irigasi atau untuk dianalisis
c. Menurut RPS 18th, Halaman 1570
Cairan intravena umumnya digunakan untuk sejumlah kondisi klinik. Ini
meliputi : memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit, memperbaiki
gangguan dalam cairan bahan untuk menyediakan nutrisi dasar, bahan baku untuk
praktek penyediaan nutrisi parenteral total dan digunakan sebagai pembawa untuk
bahan obat lain
6) Metode Pemberian Infus
a. Menurut RPS 18th, Halaman 1574
Cara pemberian infuse
1. Injeksi intravena langsung, volume kecil (1-50) dan obat disuntikkan kedalam
vena dalam waktu singkat
2. Metode pergantian volume, alat control volume ditujukan untuk infuse
berselang larutan obat dan jumlah tepat pengontrolan laju aliran, alat atau
metode ini meliputi alat kalibrasi, plastic tempat pengampungan cairan
langsung dibawah intravena yang sebelumnya dipasang atau lebih yang
dilekatkan pada penyediaan cairan yang bebas. Prosedur untuk pemberian
infuse intravena berselang dengan suatu alat pengontrol volume sebagai
berikut :
 Menggunakan tekhnik aseptic
 Udara dihilangkan dari pipa alat pengontrol volume dengan membuka
klem sampai cairan menjauh
 Klem dibuka diatas tempat kalbrasi dan chamber kalibrasi diisi 25-50 mL
cairan dari wadah utama
 Klem diatas chamber ditutup
 Klem diatas chamber dibuka untuk mencukupkan larutan hingga volume
yang diinkan (50-150 mL) lalu ditutup
 Aliran dimulai jika klem dibawah unti volume control dibuka
3. Metode Piggyback
Metode ini menunjukkan berselang intravena dari larutan kedua, campuran
obat ini melalui tempat penusukkan vena dan system intravena yang telah
dibuat sebelumnya. Dengan cara ini obat akan masuk pada vena mulai dari
bagian atas cairan intravena yang pertama.
b. Menurut SDF, Halaman 1974 : 196
1. Hook-ups
Mengikuti cairan untuk ditambahkan atau larutan untuk diubah smentara
infuse berlangsung. Tabung dengan sebuah jepitan menghubungkan dua
wadah.
2. Metode Piggy-back
Ditujukkan untuk tetesan intravena yang gesekan pada kedua larutan, obat
yang tersusun kembali melewati bagian kebocoran dalam system intravena
utama yang telah ditetapkan.
7). Masalah-masalah dalam pemberian infuse
a. Menurut ansel”s dalam buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Halaman
402
1. Pada pemberian infus dalam rute intravena, masalah yang sering timbul adalah
kemungkinan terbentuknya thrombus akibat rangsang tusukan jarum pada
dinding vena, thrombus ini meruakan gumpalan darah yang terbentuk dalam
pembuluh darah yang terbentuk dalam pembuluh darah atau jantung yang
disebabkan oleh melambatnya darah atau pembuluh darah.
2. Pada pemberian infuse dalam rute intamuskular, menghasilkan efek obat yang
kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
oleh pemberian lewat intravena. Kerusakan akibat suntikan intramuskuler
biasanya berkaitan dengan titik tempat jarum ditusukkan dan dimana obat
ditempatkan, kerusakan itu meliputi paralisis akibat rusaknya saraf, abses, kista,
emboli, hematon, terkelupasnya kulit dan pembentukan parut.
3. Pada pemberian infuse dalam rute subkutan, sediaan larutan suspense kental
tidak diberikan pada rute ini, karena dapat menimbulkan sakit, lecet atau abses
dan mungkin sangat nyeri.
8). Pewadahan parenteral dosis besar
a. Menurut DOM (1971:1973)
Wadah laritan parenteral volume besar berkisar 50-200 mL meskipun
ukuran yang biasa tersedia adalah 150, 250, 500 dan 1000 mL. karena volume
vesar dikombinasikan dengan wadah yang lebih besar dan penanganan yang lebih
tinggi, sehingga meningkatkan potensi dan kontaminasi dibandingkan dengan
parenteral volume kecil.
b. Menurut Lukas, Halaman, 38

Pewadahan menggunakan botol infuse atau kolf volume besar

c. Menurut RPS, 1990 Halaman 1572


Wadah untu cairan I.V harus didesain untuk mempertahankan
kesterilan larutan, kejernihan (bebas dari partikulat) dan tidak berpirogen dari
saat waktu preparasi, selesai penyimpanan dans elama pemberian klinik. Penutup
wadah harus didesain untuk memfasilitasi sisipan melewati dari tepat pemberian
yang mana injeksi telah diatur pada kedalam pembuluh darah yang cocok cairan
I.V dapat disimpan didalam wadah kaca atau wadah plastic, yang kedua dapat
terbuat dari bahan fleksibel/plastic semiright.

9). Pengertian dan macam-macam pirogen


1. Pengertian pirogen
a. Menurut Lukas, Halaman 99
Pirogen adalah senyawa denga berat molekul tinggi yang
dinyatakan sebagai senyawa lipolisakarida-protein-lipoid kompleks yang
diproduksi kira-kira 5-10% dari masa total bakteri
b. Menurut ensiklopedia II, Halaman 2013
Pirogen atau endotoksin bakteri adalah produk metabolit dari
pertumbuhan mikroba, larut air, tahan panas, LPS-nya tidak dapat dihancurkan
dengan sterilisasi uap air/penyaringan.
c. Menurut lachman, Halaman 641
Pirogen adalah produk metabolism mikroorganisme umumnya
bakteri dan kapang serta virus telah dilaporkan sebagai penghasil pirogen.
d. Menurut Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form, Halaman 508
Pirogen adalah senyawa organic yang menimbulkan demam berasal
dari pengotoran mikroba dan merupakan penyebab banyak reaksi-reaksi febril
yang timbul pada penderita yang menerima suntikan intravena
2. Macam-macam pirogen
a. Menurut RPS, Halaman 1550
Pirogen dibagi menjadi dua kelas :
 Pirogen eksogen, berasal dari luar tubuh dan menginduksi kenaikkan suhu
ketika diinjeksikan kepada manusi dan hewan walaupun lipopolisakarida
(endotoksid jelas berada dimana-mana)
 Pirogen endogen, bahan sintetik yang homogen dengan berbagai sel tubuh
setelah dikeluarkan sebagai endotoksin oleh pirogen endogen.

10). Uji pirogen


a. Menurut FI edisi IV, 1995 : 908-909
1. Gunakan kelinci dewasa yang sehat
2. Beda suhu tidak boleh berada kurang lebih 30 dari suhu yang telah ditetapkan
3. Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu
48 jam atau sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen.
4. Pengujian dilakukan dalam ruang terpisah yang khusus untuk iji pirogen
5. Kelinci tidak diberi makan selama dilakukan pengujian
6. Bila pengujian menggunakan thermistor masukkan kelinci kedalam kotak
penyikap sehingga kelinci bertahan dengan letak leher yang longgar sehingga
dapat duduk dengan bebas.
7. Tentukan suhu awal masing masing kelinci yang merupakan dasar untuk
menentukan kenaikkan suhu.
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikkan
per mL per kg bobot badan. Melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan
penyuntikkan dilakukan dalam waktu 10 menit. Untuk uji pirogen obat atau
perangkat injeksi gunakan sebagai larutan hasil cucian atau bilasan dari
permukaan alat yang berhubungan lansung dengan sediaan parenteral. Tempat
penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Hangatkan larutan pada suhu 370C
sebelum penyuntikan, catat suhu berturut-turut antara jam ke 1 dan jam ke 3
setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat
apabila tak seekorpun kelinci menunjukkan kenaikkan suhu 0.50C atau lebih.
b. Menurut parrot, 1971 ; Halaman 290
Tes pirogen menggunakan kelinci albino dengan berat sekitar 1500
gram kelinci digunakan pada setiap tes. Temperature normal yaitu 38.90C-39.80C.
10 mm parenteral diinjeksikan kedalam pembuluh darah telinga dari tiap kelinci
menunjukkan kenaikan temperature control atau jika jumlah kenaikan melebihi
1.40C
c. Menurut dirjen POM, 1979 ; Halaman 802
Pengujian dilakukan dengan mengukur peningkatan suhu badan
kelinci yang disebabkan penyuntikan intravena sediaan uji steril.
d. Menurut stefanus lukas, 2011 ; Halaman 101
Larutan yang diteliti diinjeksikan kedalam vena telinga kelinci dan
peningkatan suhu diukur memlalui rektal. Hasil negative pada kelinci
membuktikan hipertermi pada manusia tidak perlu dirisaukan .
Prosedur :
1) Dibebas piriogenkan alat suntik, jarum dan alat gelas dengan cara dipanaskan
pada temperature 2500C selama tidak kurang dari30 menit atau dengan cara
lain yang sesuai.
2) Hangatkan produk yang diuji sampai temperature 370C kurang lebih 20C
Tes limulus, Lisat yang diperoleh dari butir darah kepiting. Limus
palyphemus, mengandung system emym dan protein. Apabila ada polisakarida
dalam jumlah kecil dari pirogen bakteri gram negative, maka akan menyebabkan
terjadinya pengumpulan. Tes hanya memerlukan waktu 90 menit dan tidak positif
terhadap seluruh pirogen hasil reksi.
Oleh karena itu hasil yang positif menjadi bukti adanya pirogen,
namun bila negativ maka bukan jaminan bebas pirogen. Penemuan ini meransang
perkembangan uji limulus amebocyte lysate (LAL) oleh FDA.
Mekanisme demam dan efek pirogen
Menurut Scoville's Halaman 195
Pirogen dapat diartikan sebagai penghasil panas. Pirtogenin dibentuk
dari bahan-bahan mikroorganisme, kadang-kadang kehadirannya dalam cairan
atau larutan parenteral dan penghasil fibril ketika larutan di injeksikan ke dalam
tubuh pasien. Tipe pirogen atau reaksi fibril terdiri dari demam dan menggigil.
Untuk campuran pirogen. Pasien mengalami kenaikan suhu tubuh antara 15 menit
sampai 8 jam dan kecepatan nadi. Reaksi ini menyebabkan pengeluaran keringat
yang berlebihan dan penurunan temperatur, mual, sakit kepala dan alguminaria
juga dapat menyertai reaksi ini.
Menurut PTM, Halaman 153
Agen yang sengaja digunakan untuk mengontrol induksi demam,
bahan pyrogenic biasanya dikaitkan dengan reaksi yang tidak diinginkan
biasanya dihasilkan oleh kontaminan dalam larutan obat yang di suntikkan.
Produk parenteral tidak banyak digunakan sebelum dikenalkan oleh Salvarsan
pada tahun 1912 dan pemeriksaan farmakope akan menunjukkan bahan yang
disuntikkan bahkan tidak disterilkan hingga akhir tahun 1920. Namun demikian,
pasien yang menerima suntikan yang telah disterilkan dapat sesekali mengalami
reaksi pyrogenic, dinyatakan sebagai menggigil, muntah, suhu meningkat dan
malaise umum.
Sumber-sumber pirogen
Scoville, 1971 ; 196
Sumber pirogen. sumber utama pirogen adalah air suling yang telah
menjadi terkontaminasi dengan udara yang-terbawa bakteri yang tumbuh dan
menghasilkan exotoxins. di samping itu, pirogen dapat terbawa ke destilasi
dalam proses penyulingan. sumber lain dari pirogen adalah air yang
menempel di permukaan dalam wadah atau botol yang digunakan dalam
menyiapkan solusi. zat terlarut seperti klorida dekstrosa dan natrium juga
mungkin mengandung pirogen.
Swarbrick, J dan James, C.B. 2007: 203
1. Air yang digunakan sebagai pelarut
2. Wadah yang berkontak dengan larutan selama proses penyiapan, pengemasan,
penyimpanan atau pemberian bahan kimia yang digunakan dalam penyiapan
produk
Cara Mencegah Pirogen
Modern Pharmaeutis 415 :
Secara umum, pirogen dapat dibinasakan dengan memperpanjang
lama pemanasan. Teknik menghilangkan pirogen yang lain yang mana
biasanya kurang efektif atau dapat dipakai termasuk ultra filtrasi, absorpsi
atau adsorpsi, secara kimia (oksidasi), penyimpanan lama atau kombinasi
dari semuanya.
Cara Menghilangkan Pirogen
SDF ; 97
Pirogen dapat dihilangkan dengan oksidasi pemanasan yang tinggi
atau pembakaran. Dengan temperature 250o C untuk 30-45 menit atau 170oC
sampai 180oC selama 3-4 jam. Pirogen dalam larutan ideliminasi secara kimia
melalui oksidasi dengan peroksides asam alkali tapi bahan ini juga dapat merusak
obat dan larutan kimia lainnya. Absorpsi pirogen dalam larutan oleh asbestos dan
charcoal efektif tapi obat dan larutan lainnya dapat hilang sebagian atau
seluruhnya.
Menurut Scoville's 197
Jauh lebih baik mencegah pembentukan pirogen bagaimanapun
pirogen dapat dihilangkan dengan pengabsorbsi pada suatu lapisan penyaring
asbescur aktif. Metode ini digunakan terutama jika dipikirkan bahwa bahan-
bahan kimia dapat terkontaminasi oleh pirogen. Bahkan ketika salah satu dari
metode absorbsi digunakan tindakan pencegahan tetap dilakukan penyulingan,
pengumpulan dan penyimpanan air suling dan dalam perlakukan yang cepat dari
pirogen pembuatan larutan. Metode penyaringan asbescur terkomoresi dari tipe-
tipe serum-serum, permukaan asbescur dan kemudian dihilangkan dari pirogen
diabsorbsi pada permukaan saringan melalui lapisan penyaring.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Ui Press : Jakarta

Bakan, J.A. 1995. Mekriemulsion ; Swarbick, J.Boylan, CJ. Encyclopedia Of


Pharmaceutical Technology. Volume 1. Marcell Dekker : New York

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta

Howard. 2000. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System Ninth
Edition. Lipicort Walliams and Wlkins : Amerika

Gennaro. 2000. Remington’s Pharmaceutical Science 18th Edition International


Federation Of Pharmaceutical Manufacture Associations : Switzerland

Luka. 2006. Formulasi Steril. Penrbit Andis : Yogyakarta

Lachman. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3. UI Press : Jakarta

Martin, W inc. 1971. Dispersing Of Medication. Marck Publishing Company : USA

Turco. 1979. Sterile Dosage Formulations second Edition. Philadelphia : Lea dan
Febiger : USA
LABORATORIUM FARMASETIKA
TEKHNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL

JURNAL PENDAHULUAN II
“SEDIAAN STERIL”

OLEH :

NAMA : FEBY DITA ANGGIAWATI POSSUMAH


NIM : F201601171
KELAS : G4NR 1
KELOMPOK : IV (Empat)
ASISTEN : NUR KHATIDJAH, S.Farm., M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI

2017

Anda mungkin juga menyukai