“SEDIAAN STERIL”
Serum – protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma darah adalah
kecelakaan, kebakaran, operasi atau perubahan patologis organ,
gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang menyebabkan output
dan input tidak seimbang. Kehilangan natrium disebut hiporolemia.
Kekurangan H2O disebut dehidrasi. Kekurangan HCo3 disebut asidosis
metabolik. Sedangkan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
Contoh :
Infus Asering (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Resep larutan dasar elektrolit :
Na+ 130 mEg
K+ 4 mEg
Cl&_ 109 mEg
Cl ++ 3 mEg
Asetat 28 mEg
API 1000 ml
Formulasinya sebagai berikut :
Resep human albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96%
human albumin)
Human albumin 192 g
Ion natrium 125 mmol/ L 2,88 g/ L
Ion kalium max 2 mmol/ L 0,08 g/
Ion kalsium max 2 mmol /L 0,08 g/L
Ion klorida max 100 mmol/ L 3,55 g/L
Aqua pro injeksi 1000 ml
3. Plasma protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari
plasma darah donor manusia dewasa. Plasma mengandung kurang lebih 5 gr
protein per 100 ml, 83-90% adalah albumin. Sedangkan sisanya adalah alfa
dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan plasma protein dalam volume
250-500 ml, tetapi kadang-kadang sampai 1500 ml sebagai penyokong volume
darah. Tanggal kadaluarsanya antara 3-5 tahun, tergantung pada kondisi
penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah darah dinamakan
darah lengkap manusia, sel darah merah, albumin serum manusia normal dan
froks protein plasma manusia. Pada pengumpulan darah manusia dari donor
darah untuk digunakan pada transfusi. Kita harus berhati – hati
memperlakukan seluruh darah atau sel darah agar darah atau sel darah tidak
menggumpal.
Contoh : infus plasmananta
Formulanya sebagai berikut :
Plasma protein fraction (human) 5%, 100 ml USP
Plasma protein 5 gram
Sodium karbonat 0,004 M
(Setara dengan sodium caprylate dan acethyltrypthopan)
Sodium ion 145 mEg/ L
Potasium 0,25 mEg/ L
Chloride 100 mEg/ L
4. Larutan gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen yakni suatu
senyawa polipeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena
strukturnya terdiri atas protein, sehinggga dengan protein plasma dapat
memberikan efek osmotik yang sama. Pada suhu kamar gelatin dapat
mengental sehingga kita perlu menghangatkan larutan. Pada proses pemanasan
gelatin dapat terurai. Untuk memperbaiki kelarutan glioksial atau isosianat
agar bentuj molekulnya bertambah panjang dan bercabang. Setelah 24 jam di
eliminasi atau diurai secara enzimatik, gelatin hilang dari peredaran darah.
Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang
diisotonikkan dengan natrium klorida dan dapat distterilkan pada suhu 121 –
1240C dalam autoklaf
Contohnya :
Infus haemacel, infus haemacd
Formulanya sebagai berikut :
Resep : 3,5% collaidal infusion solution
Gelatin dari polipeptida (bovinebone) 35 gram
Chlorida ion 5,14 gr 145 mmol
Potasium ion 0,20 gr 5,1 mmol
Calcium ion 0,225 gr 6,25 mmol
Sodium ion 3,33 gr 145 mmol
Aqua pro injeksi 1000 ml
5. Larutan dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan
glukosa sebagai komponen monomer yang terikat secara glikosidik pada posisi
alpa 1,6. Bentuk melokul berupa benang panjang bergelombang. Dekstran
terbentuk di dalam media yang mengandung sakarosa dibawah pengaruh
enzim dekstransakarose yang diproduksi sebagai spesies leconastac.
Sebagai pengganti plasma kita gunakan 6% atau 10% larutan
dekstran 40 atau 70% dengan berat molekul rata – rata 40.000 atau 70.000
dengan penambahan NaCl pada pembuatan larutan dekstran. Kita dapat
mensterilkan larutan pada suhu 1200C dan yang disimpan pada suhu 40C
terbukti stabil dalam waktu 19 tahun.
Contoh :
Infus otsutron -70 (otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Dextran 70 in normal salin 6%
Dextran 70 6,0%
Sodium chlorida 0,9%
Aqua pro injeksi 500 ml
Osmolarity = 316,5 mOsm/L
6. Infus protein (asam amino)
Larutan protein diinfuskan ke dalam tububjika tubub mengalami
kekurangan protein. Umumnya larutan terdiri atas 8 asam amino penting yaitu
L-Isoleusin, L-leusin, L-lisine, L-metionin, L-fenilalamin, L-trionin, L-
triptopan dan L-valin. Ke delapan asam amino tersebut penting dan harus
selalu ada dalam jumlah dan perbandingan tertentu didalam infus. Hilangnya
satu komponen dapat menyebabkan efek yang diharapkan tidak terjadi.
Komponen lainnya adalah sorbitol sebagai penyangga energi,
demikian pula vitamin dan tambahan elektrolit. Larutan diatur pada pH sekitar
6. Harga pH yang lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk menghindari pengurangan asam amino pada sterilisasi
panas, umumnya dilakukan pada suhu 1200C dengan tekanan uap disertai
penjenuhan gas netral. Natrium pirosulfat dalam jumlah sangat kecil mampu
menusir oksigen pada kondisi tertentu.
Contoh :
a. Infus aminofusin L (primer)
Formulanya sebagai berikut :
Resep amino acid
L- solercine 1,55 g
L- leucine 2,20 g
L-lysinemonohidrochlorida 2,50 g
L-methionone 2,10 g
L- phenilalanine 2,20 g
L- threonine 1,00 g
L- trypthophane 0,45 g
L- valine 1,50 g
L- alanine 6,00 g
L- arginine 4,00 g
L- glutamicacid 9,00 g
Glycine 10,00 g
L- histidane 1,00 g
L- proline 7,00 g
Sorbitol 50,00 g
Xylitol 50,00 g
Potasium hydrochlorida 1,68 g
Magnesium acetat 1,07 g
Sodium hydroxide 1,60 g
L- malicacid vitamin 2,01 g
Aqua pro injeksi 10000 ml
b. Infus karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa
atau dextrosa yang cocok untuk donor kalori, kota menggunakannya untuk
memenuhi kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia dan lain-lain.
Kegunaannya 5% isotonis, 20% untuk diuretika dan 30-50%
terapi cedera otak. Contohnya : larutan manitol 15-20% digunakan untuk
menguji fungsi ginjal.
c. Infus elektrolit dan karbohidrat
Contoh : infus Ka-EN 4 B poed (otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Na+ 30 mEg
K+ 8 mEg
Cl- 28 mEg
Laktat 10 mEg
Glukosa 37,5 mEg
Aqua p.i 1000 ml
d. Larutan irigasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar
(3 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan diluar
sistem peredaran dan umumny menggunakan jenis tutup yang diputar atau
plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan
cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci luka –
luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pul mengurangi
pendarahan.
Adapun persyaratan larutan irigasi sebagai berikut :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak diabsorpsi
4. Bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat dieksresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
Contoh : Larutan glycine 1,5% dalam 3 liter dan Larutan asam asetat
0,25% dalam 1 – 3 liter
e. Larutan dialisis peritoneal.
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan
steril dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikan ke dalam vena,
tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan peritoneal dan umumny
menggunakan tutup plastik yang dipatahkan sehingga memungkinkan
larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian
bertujuan menghilangkan senyawa – senyawa toksik yang secara normal
dikeluarkan atau di eksresikan ginjal. Penggunaan larutan dialisis
peritonealmerupakan pilihan yang dapat dilakukan. Larutan di absorpsi
dalan larutan peritoneal mengikuti peredaran darah. Selanjutnya, di dalam
ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin dari sel darah ke dalam
cairan dialisis yang bekerja sebagai membran semipermiabel.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah :
1. Hipertonis
2. Steril
3. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
Contohnya :
Larutan dianeal 1,5% dan 2,5% 2 liter.
Formulasinya sebagai berikut :
NaCl 538 mg 538 mg
Na laktat 488 mg 448 mg
CaCl2 25,7 mg 25,7 mg
MgCl2 5,08 mg 5,08 mg
Dextrose 1,5 g 2,5 g
Aqua P.i 100 ml 100 ml
Osmolarity 346 396
PH 5,2 5,2
f. Infus plasma expander atau penambah darah
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat
pendarahan, luka bakar, operasi dan lain – lain.
1) Wholeblood
Wholeblood adalah darah yang telah di ambil dari donor
darah manusia yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptik
yang ketat. Darah ditambah dengan ion sitrat atau heparin sebagai
antikoagulan.
2) Human albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang
didapat dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat.
Tidak kurang dari 96% protein harus albumin. Setiap 100 ml
mengandung 25 gram albumin serum yang sebanding dengan
ekuivalen kosmotikkannya dengan 500 ml plasma manusia normal atau
5 gram sebanding dengan 100 ml plasma manusia normal. Tanggal
kadaluarsa berkisar antara 3-10 tahun.
Contoh : infus human albumin 20%
5) Tujuan Pemberian Infus
a. Menurut Ensiklopedia Volume : 11, Halaman 201
Injeksi parenteral volume besar sering digunakan dalam memperbaiki
gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh yang serius dan menyediakan
nutrisi dasar.
b. Menurut Sterile Dosage Forms, Halaman 163
Larutan steril volume besar meliputi obat-obat yang digunakan untuk
irigasi atau untuk dianalisis
c. Menurut RPS 18th, Halaman 1570
Cairan intravena umumnya digunakan untuk sejumlah kondisi klinik. Ini
meliputi : memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit, memperbaiki
gangguan dalam cairan bahan untuk menyediakan nutrisi dasar, bahan baku untuk
praktek penyediaan nutrisi parenteral total dan digunakan sebagai pembawa untuk
bahan obat lain
6) Metode Pemberian Infus
a. Menurut RPS 18th, Halaman 1574
Cara pemberian infuse
1. Injeksi intravena langsung, volume kecil (1-50) dan obat disuntikkan kedalam
vena dalam waktu singkat
2. Metode pergantian volume, alat control volume ditujukan untuk infuse
berselang larutan obat dan jumlah tepat pengontrolan laju aliran, alat atau
metode ini meliputi alat kalibrasi, plastic tempat pengampungan cairan
langsung dibawah intravena yang sebelumnya dipasang atau lebih yang
dilekatkan pada penyediaan cairan yang bebas. Prosedur untuk pemberian
infuse intravena berselang dengan suatu alat pengontrol volume sebagai
berikut :
Menggunakan tekhnik aseptic
Udara dihilangkan dari pipa alat pengontrol volume dengan membuka
klem sampai cairan menjauh
Klem dibuka diatas tempat kalbrasi dan chamber kalibrasi diisi 25-50 mL
cairan dari wadah utama
Klem diatas chamber ditutup
Klem diatas chamber dibuka untuk mencukupkan larutan hingga volume
yang diinkan (50-150 mL) lalu ditutup
Aliran dimulai jika klem dibawah unti volume control dibuka
3. Metode Piggyback
Metode ini menunjukkan berselang intravena dari larutan kedua, campuran
obat ini melalui tempat penusukkan vena dan system intravena yang telah
dibuat sebelumnya. Dengan cara ini obat akan masuk pada vena mulai dari
bagian atas cairan intravena yang pertama.
b. Menurut SDF, Halaman 1974 : 196
1. Hook-ups
Mengikuti cairan untuk ditambahkan atau larutan untuk diubah smentara
infuse berlangsung. Tabung dengan sebuah jepitan menghubungkan dua
wadah.
2. Metode Piggy-back
Ditujukkan untuk tetesan intravena yang gesekan pada kedua larutan, obat
yang tersusun kembali melewati bagian kebocoran dalam system intravena
utama yang telah ditetapkan.
7). Masalah-masalah dalam pemberian infuse
a. Menurut ansel”s dalam buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Halaman
402
1. Pada pemberian infus dalam rute intravena, masalah yang sering timbul adalah
kemungkinan terbentuknya thrombus akibat rangsang tusukan jarum pada
dinding vena, thrombus ini meruakan gumpalan darah yang terbentuk dalam
pembuluh darah yang terbentuk dalam pembuluh darah atau jantung yang
disebabkan oleh melambatnya darah atau pembuluh darah.
2. Pada pemberian infuse dalam rute intamuskular, menghasilkan efek obat yang
kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
oleh pemberian lewat intravena. Kerusakan akibat suntikan intramuskuler
biasanya berkaitan dengan titik tempat jarum ditusukkan dan dimana obat
ditempatkan, kerusakan itu meliputi paralisis akibat rusaknya saraf, abses, kista,
emboli, hematon, terkelupasnya kulit dan pembentukan parut.
3. Pada pemberian infuse dalam rute subkutan, sediaan larutan suspense kental
tidak diberikan pada rute ini, karena dapat menimbulkan sakit, lecet atau abses
dan mungkin sangat nyeri.
8). Pewadahan parenteral dosis besar
a. Menurut DOM (1971:1973)
Wadah laritan parenteral volume besar berkisar 50-200 mL meskipun
ukuran yang biasa tersedia adalah 150, 250, 500 dan 1000 mL. karena volume
vesar dikombinasikan dengan wadah yang lebih besar dan penanganan yang lebih
tinggi, sehingga meningkatkan potensi dan kontaminasi dibandingkan dengan
parenteral volume kecil.
b. Menurut Lukas, Halaman, 38
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Ui Press : Jakarta
Howard. 2000. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System Ninth
Edition. Lipicort Walliams and Wlkins : Amerika
Lachman. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3. UI Press : Jakarta
Turco. 1979. Sterile Dosage Formulations second Edition. Philadelphia : Lea dan
Febiger : USA
LABORATORIUM FARMASETIKA
TEKHNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
JURNAL PENDAHULUAN II
“SEDIAAN STERIL”
OLEH :
2017