Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5,
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua kategori
kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian
yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang
disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu
hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau
persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan
tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu
adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam kehamilan
merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada masa nifas.
Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kasus
kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus, tahun 2013
adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus. Meningkat dari
tahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki kematian ibu
tertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014. Laporan Tahunan Dinas
Kesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal pada tahun 2012 dan 2013
adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi. Pada tahun 2014 penyebab
kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia 31,25%, perdarahan 18,75%, dan
infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap tahunnya penyebab utama kematian

1
ibu secara langsung di kota Padang masih sama. Preeklampsia merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan
proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah
minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika
timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan
ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan
berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada
sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-
kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder
terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin
terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal
diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan
adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsi?
2. Apa penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu hamil?
3. Apa saja jenis-jenis preeklamsi?
4. Apa yang dimaksud dengan eklamsi?
5. Bagaimana protap penanganan preeklamsi dan eklamsi?

1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari preeklamsi
3. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya preeklamsi
pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis preeklamsi
5. Untuk mengetahui dan memahami eklamsi
6. Untuk mengetahui dan memahami protap penanganan preeklamsi dan
eklamsi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pre-eklamsi
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan,
dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam
kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa
lebih awal terjadi.
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa (prawirohardjo, 2005).
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema
yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (muchtar,
1998)
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi
(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi
berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang
dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.
2.2. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru
didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah
sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang
diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan

3
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan
diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ; beberapa
wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsi antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut antara lain, gizi
buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya
preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali,
kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor
resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum

4
kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsi
pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang
bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.
2.3. Klasifikasi
Preeklampsia riangan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Preeklampsia ingan bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi

berbaring telentang, atau kenaikan sistdik 30 mmHg atau lebih cara

pengukuran sekurang-urangnnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak

periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka : atau kehamilan berat

badan 1 kg lebih atau lebih perminggu.

c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih perliter : kwalitatif 1 + atau

2 + pada urun kater atau midstream.

2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 16/110 mmHg atau lebih

b. Proteinuria 5 gram atau lebih perliter

c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500cc per 24 jam

d. Adanya gangguian serbral, gangguan visus, dan rasa nyeri di

pigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sisanosis

Frekuensi :

Adanya yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% seluruh kehamilan,

dan 12% pada kehamilan pimigravida. Menurut beberapa penulis dan

frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%.

5
Lebih banyak dijumpai pada primigravida dari pada multigravida,

terutama primigravida usia muda.

Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia adalah molahida

tidosa, diabetes melitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obetasi, dan

umur yang lebih dari 35 tahum.

2.4. Patofisiologi

Perubahan pada tekanan darah disebabkan spasmus pembuluh darah

yang disertai dengan retensi garam dan air, bila spesmus pembuluh darah

ditemukan diseluruh tubuh, maka tekanan darah yang meningkat merupakan

usaha untuk mengatasi tekanan periver agar kebutuhan oksigen dalam

jaringan dapat dicakup.

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan

yang berlebihan dalam ruang intresititial belum diketahui sebabnya.

Perubahan yang terjadi pada ginjal disebabkan oleh aliran darah keginjal

menurun, menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang sehingga menyebabkan

diuresis turun dan pada kehamilan lanjut dapat terjadi diguria atau anuria.

suatu keadaan hiperdinamika dimana temuan khas hipertensi dan

proteinuria merupakan akibat hiperfusi ginjal untuk mengendalikan sejumlah

besar darah yang berfungs diginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai

suatu mekanime protektif, sehingga akan mengakibatkan keluhan nyeri kepala

dan gangguan pengelihatan atau perubahan mental serta tingkat kesadaran

yang akan menjadi eklamspsia.

6
Patofisiologi pre eklapmsia setidaknya berkaitan pada perubahan

fisiologi pada kehamian. Hl yang dapat melatarbelakangi ibu hamil mengenai

preeklampsia ringan adalah :

1. Faktor fisik

Ibu :

a. Primigravida, mekanisme kejadiannya tidak diketahui, namun

kejadiannya preeklampsia ringan pada ibu primigravida mencapai 85%

(Cunningham, 2005 : 630).

b. Ancmalia rahim yang menyebabkan gangguan perfusi plasenta

sehingga perfusi plasenta menurunkan dan mengakibatkan aktivitas sel

endometrium kemudian menyebabkan aktivitas orang perfusi.

Bayi :

Dengan terjadinya janin besar dan gemelli dapat menyebabkan gangguan

dalam adaptasi fisiologi pada kehamilan normal. Hal ini dapat

menyebabkan vasospasme yang merupakan sebagian mekanisme dasar

tanda gejala yang menyertai pre eklampsia.

2. Faktor Kesehatan.

a. Riwayat pre eklampsia

Suatu penyakit yang diderita oleh keluarga yang di tandai dengan

adanya kenaikan tekanan darah, adanya oedema dan ditemukannya

proteinuria.

b. Wanita dengan obetasi

Wanita yang mengalami berlebihan berat badan)

Pengukuran dengan menggunakan rumus BROCCA :

7
BB Ideal = (TB – 100%) – 10% (TB – 100)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%, bila > 10% sudah

kegemukan. Dan bila diatas 20% terjadi obetasi.

c. Wanita yang mengalami : kehamilan molahidatidosa

Kehamilan ganda adalah ibu dengan kehamilan bayi kembar.

Kehamilan ganda adalah bila proses fertilasi menghasilkan janin lebih

dari satu.

Diagnosa gemelli :

1) Palpasi : Uterus teraba lebih besar, teraba 3

bagian besar, teraba 2 dan 2 punggung, teraba bagian-bagian kecil

yang banyak.

2) Infeksi : Perut yang lebih membuncit dan lebih

besar, kadang-kadang terlihat kaki diberbagai tempat.

3) Auskultasi : Ada 2 punctum maximum bila dihitung saat

yang sama.

4) Pemeriksaan rontgen akan lebih memastikan.

Molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak berkembang

tidak secara wajar dimana tidak ditemukan janin yang hampir

seluruh villi corialis mengalami perubahan hidrofik..

Gejala molahidatidosa

Tidak adanya tanda-tanda janin tidak ada ballotemen, tidak ada

DJJ dan tidak tampak kerangka janin hidup pada foto rongten.

Palpasi : abdomen (TFU tidak teraba, teraba lunak, terdapat nyri

tekanan, tidak teraba adnya bagian-bagian janin dan Ballotemen).

8
Auskultasi : DJJ tidak terdengar hanya ada bising usus,.

3. Faktor Nutrisi

Sejumlah besar garam yang termasuk kedalam darah dapat

menyebabkan volume darah didalam pembuluh darah bertambah.

Akibatnya, jantung bekerja lebih kuat dan tekanan darahpun meningkat.

Jadi, aturlah menu makanan dengan kecukupan gizi seimbang dan protein

tinggi seperti daging, ikan, susu, telur, keju, dan kacang-kacangan .

Hindari makanan yang mengandung banyak garam (Natrium).

Natrium banyak terdapat pada garam, bumbu dapur, bahan pengembang

maupun pengawet makanan karena itu, perlu menghindari makanan

cemilan, seperti biskuit, kue-kue, makanan instan, banyak saus, makanan

kaleng, dan sebagainya.

4. Faktor Usia

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (Sejak dilahirkan atau di

adakan).Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk melahirkan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun. Kehamilan resiko

tinggi dapat timbul pada kehamilan < usia 18 tahun dan > 35 tahun .

Akibat yang timbul pada ibu adalah :

a. Terdapat kadar protein tinggi dalam urin karena mengganggu pada

ginjal. Gejala preeklampsia ringan menunjukkan angka kadar protein

urine lebih tinggi dari 500 mg pre 24 jam. Yang parah dapat mencapai

angka kurang dari 400 ml per 24 jam.

9
b. Oedema atau bengkak dapat mudah di kenali di daerah kaki dan

seluruh tubuh. Pembengkakan ini ter jadi akibat pembuluh darah

kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembas

keluar dan masuk kedalam jaringan tubuh dan tertimbun dibagian

tersebut.

c. Nyeri uluh hati adaah sebagian manifestasi dari hati atau liver yang

mengalami nekrosis dam trombosis pada lobus di liver.

d. Nyeri di kuadran kanan atas, karena terjadi spasme pembuluh darah

otak (anemia jaringna otak) kemuadian terjadi nekrosis jaringan otak

sehingga menyebabkan rasa nyeri kepala yang hebat dan menetap .

Akibat yang timbul pada janin berupa

Janin yang dikandung ibu hamil mengidap pre eklampsia ringan akan

hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan

ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darak ke

plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan

terhambat sehingga terjadi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR),

biasanya juga bayi dilahirkan kurang bulan (Prematur), biru saat dilahirkan

(Asfiksia) dan sebagainya.

2.5. Pencegahan komplikasi

Pemeriksaan ANC yang teratur standar pemeriksaan ANC 4 kali pada

masa kehamilan 2 kali trimester I, 1 kali trimester II, 1 kali trimester III dapat

menentukan tanda-tanda dini preeklamsia, dan harus dilakukan penanganan

semestinya, kita perlu waspada akan timbulnya pre eklampsia dengan adanya

faktor predisposisi, walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat di cegah

10
sepenuhnya namaun dapat dikurang dengan memberikan konseling manfaat

istirahat dan diet berguna dalam pencegahan diet tinggi protein dan rendah

lemak karbohidrat dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu

dianjurkan.

Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita

tanpa memberikan diuretika dan obat anti hipertensi, memang hal yang

penting bagi pemeriksaan antenatal yang baik .

1. Istirahat Total

Istirahat total dapat mengurangi kerja jantung ibu, suplai darah kerahim

pun lebih terjaga kecukupannya. Denagn kata lain, Aktifitas yang

meningkat menyebabkan tekanan darah meningkat lebih tinggi lagi.

2. Perbanyak Minum

Biasakan minum air putih lebih banyak dari biasanya, air akan mendorong

garam keluar tubuh. Dengan banyak minum, maka akan lebih sering ke

toilet sehingga lebihan garam bisa terbawa keluar minimal minum 2 liter

perhari.

3. Tertib Minum Obat

Jangan sekali-sekali melanggar aturan dokter. Setiap obat yang di

konsumsi harus ada persetujuan dan anjuran dari dokter. Biasanya dokter

akan memberikan obat anti hipertensi. Dan bila perlu diberikan obat

penenang..

4. Pemantauan Tinggi Fundus Uteri

5. Pemeriksaan janin dalam rahim denyut jantung dan pemuatan air ketuban.

6. Usulan untuk melakukan USG

11
2.6. Penatalaksanaan Preeklamsi
1. Di puskesmas

a. Banyak istirahat

b. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

c. Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 m

per oral selama 7 hari

d. Roborantia

e. Kunjungan ulang setiap 1 minggu

f. Pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin, hemotrokit, trombosit, urine

lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.

2. Rawat Inap

a. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya

perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia

b. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali

berturut-turut (2 minggu)

c. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia

berat.

1) Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak tidak ada perbaikan

maka preeklampsia ringan dianggap sebagai preeklampsia berat.

2) Bila ada perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan penderita

tetap dirawat selama 2 hari lagi baru lalu dipulangkan. Perawatan

lalu disesuaikan dengan perawatan rawat.

3) Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum

1 minggu dan kehanilan masih pre etrm maka teta lalu disesuaikan

dengan perawatan rawat.

12
Perawatan obesitas pasien preeklampsia ringan :

1. Kehamilan pre aterm (kurang 37 minggu)

a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan

persalinan di tunggu sampai aterm.

b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif

selama perawatan maka kehamilannya dapat di akhiri pada umur

kehamilan 37 minggu atau lebih.

2. Kehamilan aterm

Persalinan ditunggu sampai terjadi obset persalinan atau di

pertimbangankan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal

persalinan.

3. Cara persalinan

Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek

kala II

2.7. Jenis-jenis Pre-eklamsi


1. Preeklamsi ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
Penyebab preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai “maladaptation sundrome” akibat vasospasme general
segala akibat. Gejala klinis preeklamsi ringan meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg
atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90
mmHg sampai kurang 110 mmHg
b. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positi 2 (+2)
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

13
Penangan preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung gejala
yang timbul, yakni :
a. Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara :
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah
garam
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal)
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan
kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi
berat
Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun
tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau
lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset persaliana atau di
pertimbangkan untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal
persalinan
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II

14
2. Preeklamsi berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi
berat :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110
mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit < 100.000/𝑚𝑚3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum

Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakan


organ-organ tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati,
gangguan pembekuan darah, sindrome HELLP, bahkan dapat terjadi
kematian pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklamsi tak segera diatasi
dengan baik dan benar. Penanganan preeklamsi berat, yakni
a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap
penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan
nonstress test (NST) dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau
gejala impending eklamsi, kehgagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah
atau setelah 24 jam perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo
(tidak ada perbaikan)
2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda
Intravena Uterine Growt retardatin (IUGR)

15
3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring
kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella
setiap jam, infus RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi infus
RL (60-125 cc/jam) 500CC, berikan antasida, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam, pemberian obat
anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-
tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka,
diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg.
Diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang
90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

Penanganan preeklamsi berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan


penderita dirawat inap anatara lain :
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan diet
rendah garam, lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr
IM, 4 gr bokong kanan, dan 4 gr bokong kiri; suntikan dapat diulang
dengan dosis 4 gr setiap jam; syarat pemberia MgSO4 adalah reflek

16
patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/
menit dan harus tersedia antidotnya yaitu calsium gluconas 10%
dalam ampul sedia 10cc; infus dextrose 5% dan ringer laktat; berikan
obat anti hipertensi; injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya
dapat diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari;
diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul
IV lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi
dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau
forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli
kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau
tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa:
tidak terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah
anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter
kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau
dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh
bidan)

17
2.8. Protap Penanganan Preeklamsi dan Eklamsi

PREEKLAMSI DAN EKLAMSPSIA

Pemeriksaan Dasar diagnosa klinis


1. Fisik ibu 1. Kenaikan berat badan
a. Tekanana darah 2. Kenaikan tekanan darah
b. Berat badan – edema 3. Proteinuria
c. Proteinuria 4. Oliguria
2. Janin 5. Kejang atau koma
a. gerakan janin 6. Nyeri kepala/
b. jantung janin epigastrium
c. air ketuban 7. Penglihatan kabur
3. Konsultasi dokter 8. Edema paru-paru
a. Laboratprium 9. Gangguan kesadaran
b. rujukan

Konservatif Terapi aktif


1. Kamar isolasi 1. Indikasi vital
2. Observasi 2. Gagal pengobatan 2X 24
a. Kesembanagn cairan jam
b. Infus 2000/24 jam 3. Medis teknis
3. Pengobatan a. Induksi persalinan
a. Stroganol b. Pecahkan ketuban
b. Penthotal c. Kala II forsep
c. Diazepam
d. Litik koktil
e. Magnesium sulfat
4. Evaluasi pengobatan
a. Diuresis
Seksio sesarea
b. Kesadaran membaik
1. Gagal induksi
c. Kejang berkurang
2. Indikasi obstetri
d. Nadi dan tekanan
darah menurun
e. Keluhan berkurang

Pengobatan konservatif berhasil


1. Pengawasan hamil intensif
2. Kahamilan mencapai
aterm
3. Persalinan pervaginam

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab kematian
ibu dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan dan
preeklamsi berat. Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat
diketahui secara pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”,
gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan ditandai
dengan : kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah 140/90 mmHg
atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit); edema tekan
pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan; proteinuria
lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.
Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada ibu
hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik) atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi.

B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang
kami tulis dan kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritikannya yang membangun demi kelancaran makalah
kami ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Yeyeh, Ai Rukiah. Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan.


Jakarta: Tim 2010

Gusta, Dien Anggraini Nursal. Dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada Ibu
Hamil di RSUP M. DJAMIL Padang Tahun 2014. From :
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/161,15 September
2018

Magdalena, Mariah. Diah Hisoryati. Gambaran Faktor Penyebab Preeklampsia


Pada Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembelang Jombang. From :
file:///C:/Users/asus/Downloads/30-Article%20Text-58-1-10-20160828.pdf,
15 September 2018

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Kadek Eva
    Kadek Eva
    Dokumen83 halaman
    Kadek Eva
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Self-Reporting Questionnaire
    Self-Reporting Questionnaire
    Dokumen3 halaman
    Self-Reporting Questionnaire
    Yushlihah Rofiati
    Belum ada peringkat
  • LP Pneumonia
    LP Pneumonia
    Dokumen12 halaman
    LP Pneumonia
    Ni Putu arista
    Belum ada peringkat
  • 451 1018 1 SM
    451 1018 1 SM
    Dokumen11 halaman
    451 1018 1 SM
    Ririen Sylvia Sagita Bilondatu
    Belum ada peringkat
  • Kadek Eva
    Kadek Eva
    Dokumen83 halaman
    Kadek Eva
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Bab II Tinjauan Pustaka-Dikonversi
    Bab II Tinjauan Pustaka-Dikonversi
    Dokumen14 halaman
    Bab II Tinjauan Pustaka-Dikonversi
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Bab II Tinjauan Pustaka-Dikonversi
    Bab II Tinjauan Pustaka-Dikonversi
    Dokumen14 halaman
    Bab II Tinjauan Pustaka-Dikonversi
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Lupus Penyakit Autoimun
    Lupus Penyakit Autoimun
    Dokumen28 halaman
    Lupus Penyakit Autoimun
    Ainun Irvanto
    Belum ada peringkat
  • 1044 2103 1 PB
    1044 2103 1 PB
    Dokumen10 halaman
    1044 2103 1 PB
    Zahratul Muna
    Belum ada peringkat
  • DHF-Demam Berdarah
    DHF-Demam Berdarah
    Dokumen32 halaman
    DHF-Demam Berdarah
    Cindy monica
    Belum ada peringkat
  • 451 1018 1 SM
    451 1018 1 SM
    Dokumen11 halaman
    451 1018 1 SM
    Ririen Sylvia Sagita Bilondatu
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen8 halaman
    Artikel
    Afifa Ayu Rizqi
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan SLE 1
    Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan SLE 1
    Dokumen28 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan SLE 1
    jokosan
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Umy PDF
    Skripsi Umy PDF
    Dokumen109 halaman
    Skripsi Umy PDF
    Nirwanhy Makmur
    Belum ada peringkat
  • Kelompok
    Kelompok
    Dokumen18 halaman
    Kelompok
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • 451 1018 1 SM
    451 1018 1 SM
    Dokumen11 halaman
    451 1018 1 SM
    Ririen Sylvia Sagita Bilondatu
    Belum ada peringkat
  • Format Asuhan Keperawatan Neonatus & Anak
    Format Asuhan Keperawatan Neonatus & Anak
    Dokumen9 halaman
    Format Asuhan Keperawatan Neonatus & Anak
    dinda putri marichi
    Belum ada peringkat
  • JURNAL ILMIAH BIDAN
    JURNAL ILMIAH BIDAN
    Dokumen7 halaman
    JURNAL ILMIAH BIDAN
    Fatamorgana Abdullah
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Puskesmas
    Pengertian Puskesmas
    Dokumen19 halaman
    Pengertian Puskesmas
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Bab II Tinjauan Pustaka
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Dokumen14 halaman
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan I
    Pertemuan I
    Dokumen12 halaman
    Pertemuan I
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Makalah Akupuntur
    Makalah Akupuntur
    Dokumen19 halaman
    Makalah Akupuntur
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen14 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • 91 96 Fairuz R
    91 96 Fairuz R
    Dokumen6 halaman
    91 96 Fairuz R
    Fernando Feliz Christian
    Belum ada peringkat
  • G09 Agu
    G09 Agu
    Dokumen31 halaman
    G09 Agu
    Kios Prima Banjarnegara, 0813-2700-6746
    Belum ada peringkat
  • BBM Teorikesalahan
    BBM Teorikesalahan
    Dokumen31 halaman
    BBM Teorikesalahan
    Adi Amril
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan I
    Pertemuan I
    Dokumen4 halaman
    Pertemuan I
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan I
    Pertemuan I
    Dokumen4 halaman
    Pertemuan I
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat
  • File
    File
    Dokumen113 halaman
    File
    UMan Nugrroz
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan I
    Pertemuan I
    Dokumen12 halaman
    Pertemuan I
    Made Agus Sumardika
    Belum ada peringkat