Anda di halaman 1dari 5

FALSAFAH KEPERAWATAN (PHILOSOPHY of NURSING)

Oleh : Robin F. Sitopu


Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Abstrak: Filosofi mengandung arti kesatuan dari keyakinan dasar, nilai-nilai, dan
sikap yang diperoleh melalui perseorangan ataupun suatu kelompok atau juga
sebuah cara berpikir tentang dunia dan mengandung pertanyaan siapa, apa,
mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Filosofi membutuhkan suatu
pemahaman yang kritis dan komprehensif, hal ini dimaksudkan untuk memandu
suatu tindakan dan keputusan. Sebagai tambahan, filosofi mengharuskan kita
memperkaya pemahaman, mengembangkan imajinasi, menjelajahi nilai-nilai, dan
mempersatukan pengetahuan. Bidang garapan filosofi ilmu diarahkan pada
komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Ontologi adalah ilmu yang meliputi apa hakikat ilmu
itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan
ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana.
Epistemologi adalah ilmu yang meliputi sumber, sarana, dan tata cara
menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Sedangkan
aksiologi merupakan ilmu yang meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan, dengan kata lain aksiologi
menceritakan tentang apa manfaat ilmu bagi kita.Filosofi keperawatan sebagai
dasar untuk praktik keperawatan mempromosikan aplikasi yang tepat dari
pengetahuan keperawatan serta pengembangan teori dan pengetahuan
keperawatan lebih lanjut.
Kata kunci: Filosofi, Keperawatan, Ontologi, Epistemologi, Aksiologi

1
PENDAHULUAN
Filosofi adalah suatu tuntutan dalam organisasi yang bertujuan untuk
memandu arah. Ini adalah pernyataan mengenai kepercayaan, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip yang terkandung suatu gagasan-gagasan, keyakinan, dan sikap
dalam berorganisasi dan secara langsung terlibat dalam komposisinya (Allen
dalam Tuck, etc, 1998). Bevis dalam Tuck, etc (1998) menyatakan bahwa filosofi
adalah membangun keyakinan yang berspekulasi tentang sifat dan nilai dari suatu
fenomena. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip suatu organisasi menetapkan indikator
dalam pengambilan keputusan dan menentukan apa yang penting bagi organisasi.
Pembahasan mengenai filosofi mengandung pertanyaan dan jawaban
“mengapa memiliki filosofi itu penting?” dan “apa yang dapat dilakukan filosofi
bagi kita?”. Filosofi keperawatan dideskripsikan oleh Reed dalam Marchuk
(2014) sebagai suatu pernyataan dasar dan anggapan universal, keyakinan, dan
prinsip-prinsip mengenai sifat pengetahuan dan kebenarannya (epistemologi) dan
mengenai sifat entitas yang diwakili metaparadigma. Filosofi keperawatan juga
mendeskripsikan dengan tepat arti keperawatan, didasari konsep metaparadigma
keperawatan pasien, perawat, kesehatan, dan lingkungan (Kenney dalam
Marchuk, 2014).
Florence Nightingale dikenal sebagai pendiri filosofis keperawatan
modern. Sebagai tambahan, beliau dianggap sebagai ahli teori perawat pertama
membangun empat konsep penting dari semua filosofi dan teori keperawatan;
perawat, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan (Dossey dalam Alpers, etc,
2013). Nightingale percaya bahwa keperawatan adalah gabungan antara seni dan
ilmu. Sebagai tambahan, beliau percaya keperawatan adalah profesi yang otonom
tetapi kolaboratif dengan profesi perawatan kesehatan lainnya. Keperawatan harus
didasarkan pada sains dan mempromosikan praktik dimana setiap perawat dapat
mewujudkan potensi penuh sebagai pemberi asuhan (Selanders dan Crane dalam
Alpers, etc, 2013). Filosofi mengandung arti kesatuan dari keyakinan dasar, nilai-
nilai, dan sikap yang diperoleh melalui perseorangan ataupun suatu kelompok atau
juga sebuah cara berpikir tentang dunia dan mengandung pertanyaan siapa, apa,
mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Filosofi membutuhkan suatu
pemahaman yang kritis dan komprehensif, hal ini dimaksudkan untuk memandu

2
suatu tindakan dan keputusan. Sebagai tambahan, filosofi mengharuskan kita
memperkaya pemahaman, mengembangkan imajinasi, menjelajahi nilai-nilai, dan
mempersatukan pengetahuan.

PEMBAHASAN
Filosofi mengandung arti kesatuan dari keyakinan dasar, nilai-nilai, dan
sikap yang diperoleh melalui perseorangan ataupun suatu kelompok atau juga
sebuah cara berpikir tentang dunia dan mengandung pertanyaan siapa, apa,
mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Filosofi atau filsafat berasal dari bahasa
Yunani, yaitu philosophia. Dalam bahasa Yunani, kata filosofi merupakan kata
majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta, dan
sebagainya) dan (sophia = kebijaksanaan). Jadi filosofi dapat diartikan sebagai
“cinta kebijaksanaan”. Orang yang mendalami filosofi disebut filsuf. Filosofi
menunjukkan sesuatu hal yang lebih berfokus pada tujuan hidup manusia yang
dikarakteristikkan dengan merumuskan setiap asumsi dan kepercayaan, teori, dan
pengetahuan terbatas yang diperoleh dari pengalaman dan perenungan seseorang
dalam pengalaman pembelajaran lainnya (Reed, 2004). Filosofi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia sama dengan filsafat yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya;
teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kejadian; ilmu yang berintikan
logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi sama dengan
filsafat atau falsafah yaitu suatu gagasan yang didasarkan pada suatu asumsi dan
kepercayaan seseorang, teori serta pengetahuan yang terbatas yang dikaitkan
dengan pengalaman pribadi seseorang.

Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki


seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan
bertindak/berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan pada klien dalam
rentang sehat-sakit.
Menurut Salsberry dalam Kern (2005) filosofi keperawatan memunculkan
3 aspek yaitu ontologi (apa itu keperawatan), epistemologi (bagaimana kita
lahirnya keperawatan), dan etik atau aksiologi (mengapa keperawatan itu perlu

3
atau bermanfaat). Callista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan
merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Sedangkan Florence Nightingale (1895) definisi keperawatan adalah
menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk
bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan
adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan
holistic berdasarkan ilmu serta sesuai dengan standar pelayanan.

Secara epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan


berkaitan naluriah bahwa keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan
manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan seadanya. Namun
demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan
dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh
semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan.
Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan “mother instinct” (naluri keibuan)
yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi
anak, dan merawat orang lemah).

Diawali oleh seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena


bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih
cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang
kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan
dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma
keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran
baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik
dengan cara pengalaman pribadi, otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar
kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan
metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya
Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando
(1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970)
menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan

4
stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep
manusia yang unik.

Aksiologi mengandung arti bahwa mengapa keperawatan itu perlu atau


bermanfaat. Dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu,
pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai
masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga
bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi
sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan
derajat kesehatannya.

Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para


profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan
logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta
bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya.
Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran
tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.

KESIMPULAN
Filosofi menunjukkan sesuatu hal yang lebih berfokus pada tujuan hidup
manusia yang dikarakteristikkan dengan merumuskan setiap asumsi dan
kepercayaan, teori, dan pengetahuan terbatas yang diperoleh dari pengalaman dan
perenungan seseorang dalam pengalaman pembelajaran lainnya (Reed, 2004).

Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki


seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan
bertindak/berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan pada klien dalam
rentang sehat-sakit.
Menurut Salsberry dalam Kern (2005) filosofi keperawatan memunculkan
3 aspek yaitu ontologi (apa itu keperawatan), epistemologi (bagaimana kita
lahirnya keperawatan), dan etik atau aksiologi (mengapa keperawatan itu perlu
atau bermanfaat).

Anda mungkin juga menyukai