Anda di halaman 1dari 138

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KECAMATAN


SINGKAWANG TENGAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan pendidikan strata (S1) keperawatan

Oleh:
HERU ZAINUDDIN
NIM S11.120

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI)
PONTIANAK
2015

i
Diterima dan disetujui untuk dipertahankan pada penelitian ini dengan judul:
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Di
Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah”

Pembimbing 1

Raihan. SKM.M.Kep
NIK. 83020893. 1. 034

Pembimbing II

Ns. Anita Komala. S. Kep


NIDN. 83250803.2.080

ii
SKRIPSI
“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KUALITAS HIDUP
PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KECAMATAN
SINGKAWANG TENGAH”

Disusun Oleh:

HERU ZAINUDDIN
NIM: S11.120

Telah di pertahankan di depan tim penguji

Penguji I Penguji II

Ns. Syarif Safarudin. M. kep Hajimi SKM. M. Kes


NIK: 83010895.1.040 NIP: 19700523

Penguji III Penguji IV

Raihan. SKM. M. Kep Ns. Anita Komala, S. Kep

NIK. 83020893. 1. 034 NIDN: 83250803.2.080

Laporan penelitian ini telah diterima sebagai satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Ketua STIKES YARSI Pontianak

Ns. Wahyu Kirana, M. Kep., Sp. Jiwa


NIK: 83011296.2.047

iii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KUALITAS HIDUP
PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KECAMATAN
SINGKAWANG TENGAH

Heru Zainuddin

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Tinggi Kesehatan Yayasan


Rumah Sakit Islam (YARSI) Pontianak, Indonesia

ABSTRAK

Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu berubahnya pola
penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Hal ini
dikarenakan pola hidup masyarakat yang tidak sehat mulai dari pola konsumsi yang
serba instan, semakin canggihnya teknologi yang menyebabkan seseorang kurang
bergerak atau melakukan aktivitas fisik, life style, dan lain-lain. Salah satu penyakit
tidak menular yang banyak ditemukan di masyarakat yaitu diabetes mellitus (DM) atau
biasa juga disebut penyakit gula atau kencing manis. Penelitian ini bertujuan
mengetahui tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode analitik korelatif dengan
rancangan cross sectional dan analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
chi square, penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah,
dengan 58 sampel. Dari hasil penelitian variabel tingkat pengetahuan dengan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus yang dilakukan didapatkan hasil p value 0,000 ( p<
0,05). Sehingga Ha diterima, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan
Singkawang Tengah. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan
Singkawang Tengah.
Kata kunci: tingkat pengetahuan, kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

iv
CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE WITH THE QUALITY OF LIFE
OF PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS IN MIDDLE SINGKAWANG
DISTRICT HEALTH CENTERS

Heru Zainuddin

S1 Study Program of Nursing High School of Islamic Hospital Health Foundation


(YARSI) Pontianak, Indonesia

ABSTRACT

In the current era of globalization there has been a change in the pattern of
epidemiological transition, namely the spread of diseases from infectious diseases
become non-communicable diseases. This is because the lifestyle of the people who are
not healthy from almost instantaneous consumption patterns, increasingly
sophisticated technology that causes a person less mobile or physical activity, life style,
and others. One of the non-communicable diseases which are found in society, namely
diabetes mellitus (DM) or usually called diabetes or diabetes. determine the level of
knowledge about the relationship with the quality of life of patients with diabetes
mellitus in Central Singkawang District Health Clinics. type of research is quantitative
research with correlative analytic method with cross sectional design and analysis
used in this study is the chi square test, the study was conducted in the Central District
Health Clinics Singkawang. with 58 samples. of the research variable level of
knowledge and quality of life of patients with diabetes mellitus who conducted showed
p value of 0.000 (p <0.05). So Ha is received. there is a significant relationship between
the level of knowledge of the quality of life of patients with diabetes mellitus in Central
Singkawang District Health Clinics. so There is a significant correlation between the
level of knowledge of the quality of life of patients with diabetes mellitus in Central
Singkawang District Health Clinics.

Keywords: level of knowledge, the quality of life of patients with diabetes mellitus

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas nikmat, rahmat dan hidayah

Nya yang telah diberikan kepada kita semua serta masih diberi kesehatan jasmani, dan

rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”hubungan tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah” tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan S1-Keperawatan di STIKes YARSI pontianak Tahun ajaran

2014/2015.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih memiliki

kekurangan dan hambatan serta tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung

oleh pihak-pihak terkait. Peneliti ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya

kepada pihak-pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil

kepada peneliti. Di antaranya kepada :

1. Ibu Wahyu Kirana M. Kep Sp. Jiwa selaku Ketua STIKES YARSI Pontianak yang

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan.

2. Ibu Lintang Sari M. Kep selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES YARSI

Pontianak yang telah memberi kesempatan, arahan dan motivasi untuk

menyelesaikan perkuliahan.

vi
3. Bapak Raihan. SKM,. M. Kep selaku pembimbing I yang banyak memberi

masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ns. Anita Komala, S.Kep., sebagai pembimbing II yang banyak membantu dan

memberikan masukan sehingga terselesaikannya skripsi penelitian ini.

5. Dosen dan staff STIKES YARSI Pontianak yang tidak bisa sebutkan satu persatu

yang telah banyak memberi inspirasi hingga terselesaikannya skripsi penelitian ini.

6. Bapak Drs. Akhmad Kismed selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang

yang telah memberi izin pengambilan data dan penelitian di Puskesmas

Kecamatan Singkawang Tengah.

7. Bapak R. Hendri Apriyanto, SKM.MPH selaku Kepala Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah yang telah memberi izin penelitian.

8. Rekan-rekan seperjuangan dan keluarga besar S1 Angkatan III yang tidak bisa di

sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam hal senang dan susah

ketika menyusun skripsi ini hingga selesai.

9. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

mendukung atas selesainya skripsi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis susun belum sempurna, maka

dari itu penulis mengharapkan dukungan dan saran yang mendukung untuk mendekati

kesempurnaan skripsi penelitian ini.

Pontianak,… Agustus 2015

Heru zainuddin

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

ABSTRAK ...................................................................................................... xii

ABSTRAK ........................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 12

A. Diabetes mellitus ........................................................................... 12

B. Pengetahuan .................................................................................. 36

C. Kualitas hidup ............................................................................... 46

D. Penelitian terkait. ........................................................................... 54

E. Kerangka Teori .............................................................................. 56

viii
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... 57

A. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................... 57

B. Variabel Penelitian ........................................................................ 58

C. Hipotesis ........................................................................................ 59

D. Definisi Operasional ...................................................................... 59

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 61

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 61

B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 61

C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 62

D. Jenis Data ...................................................................................... 64

E. Alat dan prosedur pengumpulan data ............................................ 65

F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 67

G. Pengolahan Data ............................................................................ 68

H. Analisa Data .................................................................................. 70

I. Etika Penelitian. ............................................................................ 71

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. . 73

B. Pembahasan Penelitian ..................................................................... 76

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... . 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... . 82

B. Saran ............................................................................................... . 83

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kriteria DM .......................................................................... 14


Tabel 2.2 : Domain Kualitas Hidup ....................................................... 54
Tabel 3.1 : Definisi Operasional ........................................................... 61
Tabel 4.1 : Rencana jadwal penelitian dalam minggu .......................... 63

x
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 : Kerangka Teori .................................................................... 57


Skema 3.1 : Kerangka Konseptual ........................................................... 59

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden ........................................


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden ...........................................
Lampiran 3 : Kuesioner A karakteristik responden ...................................
Lampiran 4 : Kuesioner B kualitas hidup ..................................................
Lampiran 5 : Kuesioner C pengetahuan manajemen DM. ........................
Lampiran 6 : Lembar konsultasi pembimbing I dan II. .............................
Lampiran 7 : Daftar riwayat hidup. ...........................................................

xii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan di uraikan tentang latar belakang, masalah penelitian, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu

berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit

tidak menular. Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat yang tidak sehat mulai

dari pola konsumsi yang serba instan, semakin canggihnya teknologi yang

menyebabkan seseorang kurang bergerak atau melakukan aktivitas fisik, life

style, dan lain-lain. Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di

masyarakat yaitu diabetes mellitus (DM) atau biasa juga disebut penyakit gula

atau kencing manis (Waspadji dkk, 2009).

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit non communicable

disease (penyakit tidak menular) yang paling sering terjadi di dunia. DM

merupakan penyakit kronik yang terjadi akibat pankreas tidak mampu

menghasilkan insulin tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2011) keadaan

hiperglikemia ini jika berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan

dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah (ADA, 2012).

1
2

Tanda dan gejala-gejala yang muncul pada penderita DM adalah polifagia

(makan banyak), poliuria (kencing banyak), dan polidipsia (minum banyak).

Kondisi lain yang muncul biasanya dapat berupa penurunan berat badan, gatal,

kesemutan, mata kabur, mudah lelah, luka yang tidak sembuh, dan sering timbul

infeksi kulit (Widjadja, 2009).

Diabetes Mellitus di klasifikasikan menjadi menjadi DM tipe 1 dan DM

tipe 2. yang dimana pada DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(INDDM) yaitu DM yang bergantung insulin. Umumnya terjadi sebelum usia 30

tahun, tetapi dapat terjadi pada semua umur. dan pasien ini sangat tergantung

insulin melalui penyuntikan untuk mengendalikan gula darah. Sedangkan DM

tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yaitu DM yang

tidak tergantung pada insulin. DM tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih

dari 45 tahun karena berkembang dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula

darah tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, proses penyembuhan luka yang lama, infeksi vagina, kelainan

penglihatan (Tarwoto dkk, 2012).

Penyebab penyakit ini belum diketahui secara lengkap dan kemungkinan

faktor penyebab dan faktor resiko penyakit DM diantaranya : riwayat keturunan

dengan diabetes, lingkungan, usia diatas 45 tahun, obesitas, etnik, hipertensi,

kebiasaan diet, kurang olahraga, wanita dengan hirsutisme atau penyakit

policistik ovari (Tarwoto dkk, 2012).


3

Prevalensi penduduk dunia dengan DM diperhitungkan mencapai 125 juta

per-tahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun,

mendatang tahun 2010. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta

penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030.

Prevalensi DM di Indonesia mencapai 8.426.000 (tahun 2000) yang

diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030 artinya terjadi kenaikan

tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2007).

Angka kejadian DM di dunia dari tahun ke tahun terus meningkat, data

terakhir dari World Health Organization (WHO) menunjukkan pada tahun 2000

sebanyak 150 juta penduduk dunia menderita DM dan angka ini akan menjadi

dua kali lipat pada tahun 2025. Peningkatan angka penderita penyakit ini akan

terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia karena pertumbuhan populasi,

penuaan, diet yang tidak sehat, obesitas dan kurang aktivitas fisik (WHO, 2014).

Indonesia menduduki posisi keempat dunia setelah India, Cina, dan

Amerika dalam prevalensi DM. Pada tahun 2000 masyarakat Indonesia yang

menderita DM adalah sebesar 8,4 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat pada

tahun 2030 menjadi 21,3 juta jiwa. Data ini menunjukkan bahwa angka kejadian

DM tidak hanya tinggi di negara maju tetapi juga di negara berkembang, seperti

Indonesia. Saat ini prevalensi DM di indonesia yang telah didiagnosis dokter

adalah 1,4% jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat (Riskesdas, 2013).

Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2%-2,3% dari penduduk usia lebih

15 tahun. Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan


4

posisi DM yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau

kenaikan peringkatnya di kalangan 10 besar penyakit (leading diseases). Selain

itu DM juga makin memberi kontribusi yang lebih besar terhadap kematian (ten

disease leading cause of disease) (Bustan, 2007).

Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

(DM) adalah penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan proporsi kematian

yaitu 5,7% setelah stroke, TB paru, hipertensi, cedera, dan perinatal. Pada tahun

2007, prevalensi DM tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan provinsi

Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti provinsi Riau (10,4%), dan

provinsi Aceh (8,5%) sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di provinsi

Papua (1,7%) dan provinsi NTT (1,8%).

Provinsi Kalimantan Barat mempunyai proporsi DM tertinggi di indonesia

yaitu 11,1% dan kabupaten/kota dengan proporsi DM di kota singkawang

sejumlah 20,1% dengan Undiagnosed Diabetes Mellitus (UDDM) sebesar

12,6%. Dan Menurut penelitian Laurentia angka kejadian tertinggi pada

masyarakat yang mengalami DM di kota singkawang terjadi pada tingkat

pendidikan rendah. Sedangkan banyak proporsi DM di kota singkawang

diakibatkan oleh faktor resiko kegemukan, obesitas sentral dan hipertensi

(Laurentia, 2010).

Berdasarkan sistem pencatatan pelaporan terpadu dinas kesehatan

Singkawang pada bulan januari sampai dengan desember 2014 jumlah rata-rata

penderita diabetes mellitus yang kontrol kesehatan tiap bulan di puskesmas


5

sebanyak 284 tiap bulan. Masing-masing puskesmas di wilayah Singkawang

yaitu puskesmas kecamatan Singkawang Utara dengan penderita 44 orang tiap

bulan, puskesmas kecamatan Singkawang Selatan yaitu 26 orang tiap bulan,

puskesmas kecamatan Singkawang Tengah 138 orang tiap bulan, puskesmas

kecamatan Singkawang Barat yaitu 63 orang tiap bulan dan puskesmas

kecamatan Singkawang Timur yaitu 13 orang tiap bulan.

Diabetes mellitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik

yang membahayakan apabila tidak diobati. Akibat dari hiperglikemi dapat terjadi

komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan keadaan

hiperglikemi dalam jangka waktu yang lama berkontribusi terhadap komplikasi

kronik pada kardiovaskuler, ginjal, penyakit mata dan komplikasi neuropatik.

Diabetes mellitus juga berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit

makrovaskuler seperti infark miokard (MCI) dan stroke (Smeltzer & Bare, 2008).

Komplikasi-komplikasi ini tentunya berdampak besar terhadap sosial

ekonomi dan kualitas hidup pasien DM. Bila seorang pasien DM mengalami

komplikasi, tentu akan menurunkan kualitas hidupnya. Tingkat pengetahuan

mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam

pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang

baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dan

mencegah komplikasi-komplikasi DM. Rendahnya kejadian komplikasi pada

pasien DM tentu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien DM. (Andrianus,

2014).
6

Sedangkan menurut WHO (2006), penderita diabetes beresiko mengalami

kerusakan mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini akan

memberikan efek terhadap kualitas hidup pasien. Penurunan kualitas hidup

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap angka kesakitan dan kematian,

serta mempengaruhi usia harapan hidup pasien DM.

Diabetes mellitus juga akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber

daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat

diperlukan program pengendalian diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe

2 bisa dicegah ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan

faktor resiko (Kep. Men. Kes, 2010).

Pencegahan diabetes mellitus dengan cara kontrol nutrisi diet,berat badan,

latihan fisik atau berolahraga. Dan pemberian obat-obatan oral hipoglikemik

agent, pemberian hormon insulin, selain untuk menambah pengetahuan pasien

DM dengan pendidikan kesehatan dan monitoring glukosa darah sangat penting

apakah ada tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia (Tarwoto dkk,

2012).

Salah satu sasaran terapi pada diabetes mellitus adalah peningkatan kualitas

hidup. Dalam hal ini, kualitas hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi

para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu

tindakan / intervensi atau terapi (Coons, 2005). Kualitas hidup yang rendah dapat

memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian. Beberapa

studi melaporkan Health Related Quality of Life (HRQOL) penderita diabetes


7

mellitus lebih rendah dibandingkan dengan tanpa riwayat diabetes mellitus

(Andayani, 2010).

Penderita diabetes melitus akan mengalami perubahan pada kualitas hidup.

Menurut Goz et al, 2007 kualitas hidup merupakan suatu pandangan persepsi

subjektif multi dimensi yang dibentuk oleh individu terhadap fisik, emosional

dan kemampuan sosial termasuk kemampuan kognitif (kepuasan) dan

kemampuan emosional/kebahagiaan. Sedangkan menurut WHO kualitas hidup

adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dan konteks

budaya serta sistem nilai di mana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan

tujuan individu, harapan, standar dan perhatian (WHO, 2004).

Menurut Diener dan Suh (2000) menyatakan bahwa kriteria individu dalam

menilai kehidupannya berbeda-beda tergantung dari nilai yang berlaku di

masyarakatnya. Salah satu kriteria individu yang dapat mempengaruhi kualitas

hidup adalah karakteristik pasien DM tipe 2 yaitu umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, sosial ekonomi, lama menderita DM tipe 2 dan status

pernikahan.

Menurut Soegondo (2004), bila penyandang DM telah menjalankan

perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan di dalam kelompok dengan

kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan. Tatap muka

dengan penyuluh tetap harus dilakukan secara teratur, walaupun frekuensinya

dapat dikurangi. Di dalam pertemuan tersebut dapat dibahas berbagai askep

kehidupan penyandang DM yang berhubungan dengan diabetes, baik yang


8

diungkapkan sendiri oleh penyandang DM atau dimulai penyuluh. Pengetahuan

tentang hal-hal tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup

penyandang DM beserta keluarganya.

Penelitian mengenai kualitas hidup pasien DM menurut Ningtyas (2013)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan,

status sosial ekonomi, berdasarkan pendapatan, lama menderita dan komplikasi

DM dengan kualitas hidup pasien DM tipe II. Sedangkan Griffin et al dalam

Skarbec (2006) menyatakan bahwa dukungan keluarga paling signifikan

terhadap kontrol gula darah dan manajemen diabetes mellitus yang berpengaruh

terhadap penurunan kualitas hidup. Umur, olahraga, waktu tidur, kepatuhan

berobat, dukungan keluarga, diet ada hubungan dengan status kualitas hidup

pasien DM (Mandagi, 2010). Menurut Murdiningsih dan Ghofur (2013)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan

terhadap kadar glukosa darah penderita DM yang akan berpengaruh terhadap

kualitas hidupnya. Penelitian yang dilakukan Pompili (2009) di Italia tentang

kualitas hidup dan resiko bunuh diri pada pasien DM, diketahui bahwa pasien

DM menunjukan keputusasaan yang lebih besar dan ide bunuh diri, serta kualitas

hidup yang buruk terkait dengan keberhasilan diri (self efficacy) yang rendah.

Pengukuran kualitas hidup bersifat multidimensi yang meliputi fungsi

fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan kualitas hidup bisa dilakukan dengan

menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO.


9

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

pada penderita diabetes mellitus Penelitian ini berjudul,”hubungan tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di puskesmas

kecamatan Singkawang Tengah”. untuk membuktikan hubungan tingkat

pengetahuan terhadap kualitas hidup penderita penyakit DM.

B. Rumusan Masalah

Dari kejadian kasus Diabetes mellitus, peneliti tertarik untuk meneliti

“apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien DM di

Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitan ini terbagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan

khusus:

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas

Kecamatan Singkawang Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien diabetes mellitus di Puskesmas

Kecamatan Singkawang Tengah

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah


10

c. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah

d. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang

Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian untuk peneliti, institusi pendidikan, dinas

kesehatan kota Singkawang, puskesmas, pasien dan keluarga.

1. Peneliti

Untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan

dengan kualitas hidup pasien Diabetes mellitus di puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah.

Mendapatkan informasi yang mendukung ke arah keperawatan

medikal bedah di dalam ruang Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah,

bagi pasien yang menderita penyakit diabetes mellitus di ruang

keperawatan agar meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah.

2. Institusi Pendidikan

Untuk menambah referensi baru dalam keperawatan medikal bedah

yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup

pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah.


11

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Singkawang

Di harapkan dapat menambah informasi tentang tingkat pengetahuan

dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang tentang penyakitnya tersebut.

4. Puskesmas

Mendapatkan informasi yang mendukung tentang tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes yang berobat di

Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah.

5. Pasien dan Keluarga

Mendapatkan tambahan pengetahuan dan motivasi dari dukungan

keluarga agar menilai secara positif dari segi kualitas hidup pada pasien

diabetes mellitus.
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka ini akan di bahas lebih dalam dan diuraikan teori yang

akan digunakan sebagai bahan rujukan dalam pembahan hasil penelitian. serta acuan

untuk dasar penelitian.

A. Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus pada bab ini akan dibahas tentang pengertian,

kriteria, klasifikasi, etiologi dan faktor resiko, patofisiologi, tanda dan gejala,

diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan, adaptasi psikologis pada pasien diabetes

mellitus.

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah kadar glukosa yang meningkat secara

kronis. Kadar glukosa darah puasa pada berbagai keadaan adalah sebagai

berikut: diabetes ≥ 7,0 mmol/L, toleransi glukosa terganggu (impaired

glucose tolerance) 6-7 mmol/L, normal < 6 mmol/L; kadar glukosa 2 jam

setelah pemberian 75 g glukosa ke dalam plasma adalah: diabetes ≥ 11,1

mmol/L, tolerance glukosa terganggu 7,8-11,1 mmol/L: normal < 7,8

mmol/L (Davey, 2005).

Diabetes Mellitus adalah keadaan ketika kadar gula dalam darah

tinggi melebihi kadar gula normal akibatnya penyakit ini disertai berbagai

12
13

kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal dalam tubuh dan kadar

gula yang tinggi ini disebut hiperglikemia (Widjadja, 2009).

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai

dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa

darah tinggi) (Black, 2014).

Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam kelompok penyakit

metabolik yang ditandai dengan hiperglikemik kronik yang disebabkan

oleh gangguan dari sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Secara

umum diabetes di bagi dalam dua bentuk utama yaitu kerusakan sel β

pankreas yang menyebabkan defisiensi sebagian atau keseluruhan insulin,

dan resistensi insulin pada jaringan dengan sedikit atau tanpa gangguan

sintesis atau pelepasan insulin. penurunan aksi pada jaringan target

menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

(Jose, 2010).

2. Kriteria DM

Menurut Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) dalam Tarwoto dkk, 2012

untuk menentukan diagnosa dan kriteria DM, memenuhi 2 diantara 3

kriteria sebagai berikut:

a. Adanya tanda dan gejala DM ditambah kadar gula darah acak atau

random lebih atau sama dengan 200 mg/dl.


14

b. Gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS) lebih besar atau

sama dengan 126 mg/dl (puasa sekurangnya 8 jam)

c. Hasil glukosa toleran test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200

mg/dl, 2 jam sesudah beban.

Sedangkan pre Diabetes Mellitus diantara lain :

a. Impaired glucose tolerance (IGT) jika hasil pemeriksaan 2 jam

sesudah beban glukosa > 140 s.d <200 mg/dl

b. Impaired fasting glucose (IFG), jika hasil pemeriksaan glukosa darah

puasa > 110 s.d < 126 mg/dl)

Kadar glukosa bukan DM belum pasti DM DM

Darah (mg/dl)

plasma <100 mg/dl 100-199 mg/dl ≥200mg/dl


sewaktu vena
Darah <90 mg/dl 90-199 mg/dl ≥200mg/dl
kapiler

Plasma <100 mg/dl 100-125 mg/dl ≥126mg/dl


puasa vena
Darah <90 mg/dl 90-99 mg/dl ≥100mg/dl
kapiler
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah dalam Mendiagnosis DM Menurut

PERKENI, (2006).
15

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut WHO, 1985 dan American Diabetes Association, 2004,

dalam Tarwoto dkk, 2012 penyakit DM diklasifikasikan menjadi:

a. Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus

INDDM yaitu DM yang bergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi

pada 5 % s.d 10 % penderita DM. Pasien sangat tergantung insulin

melalui penyuntikan untuk mengendalikan gula darah.

Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta pankreas yang

menghasilkan insulin. Hal ini berhubungan dengan kombinasi antara

faktor genetik, immunologi dan kemungkinan lingkungan, seperti

virus. Terdapat juga hubungan terjadinya diabetes tipe 1 dengan

beberapa antigen leukosit manusia (HLAs) dan adanya autoimun

antibodi cel islet (ICAs) yang dapat merusak sel-sel beta pankreas.

Bagaimana proses terjadinya kerusakan sel beta itu ini tidak jelas.

Ketidakmampuan sel beta menghasilkan insulin mengakibatkan

glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati

dan tetap berada dalam darah sehingga menimbulkan hiperglikemia.

Peningkatan gula darah yang tinggi lebih dari 180mg/100ml,

menyebabkan glukosa keluar melalui urin (glukosuria), hal ini

disebabkan karena ketidakmampuan ginjal menyerap kembali

glukosa (reabsorpsi) yang telah di filtrasi melebihi ambang batas

disekresi disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang optimal,


16

keadaan ini disebut diuresis osmotik, sebagai akibat kebanyakanya

urin yang diproduksi maka akan mengalami peningkatan berkemih

(poliuria) serta rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga

mengganggu metabolisme protein dan lemak dan menurunkan

simpanan/cadangan makanan, mengakibatkan kelaparan sel dan

merangsang selera makan (polifagia).

b. Pada diabetes tipe 1 sangat berisiko terjadinya coma diabetikum,

akibat adanya ketoasidosis. Keadaan ini disebabkan karena adanya

akselerasi katabolisme lemak, disertai peningkatan pembentukan

badan keton dan penurunan sintesis asam lemak dan trigliserida.

Makanan yang di makan secara normal 5% akan di ubah menjadi

lemak di jaringan adipose, disamping dimanfaatkan untuk

metabolisme yang menghasilkan CO2 dan H20. Pada diabetes,

kurang dari 5% di ubah menjadi lemak walaupun jumlah yang di

bakar menjadi CO2 dan H2O juga menurun dan jumlah yang diubah

menjadi glikogen juga tidak meningkat, sehingga glukosa tertimbun

dalam aliran darah.

c. Diabetes mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus tipe 2 NIDDM yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin.

Kurang lebih 90%-95% penderita DM adalah diabetes tipe ini. DM

tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas produksi insulin

(resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin.


17

Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaaan sel

dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa.

Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya

insulin yang berperan dalam menstimulasi glukosa masuk ke

jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa di hati. Adanya insulin

juga dapat mencegah pemecahan lemak yang menghasilkan badan

keton.

DM tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun.

Karena berkembang lambat dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika

gula darah tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas,

poliuria, polidipsi, proses penyembuhan luka yang lama, infeksi

vagina, kelainan penglihatan. Faktor resiko DM tipe 2 diantaranya

sebagai berikut :

1) Usia diatas 45 tahun.

2) Obesitas, berat badan lebih dari 120% dari berat badan ideal

(kira-kira terjadi pada 90%).

3) Riwayat keluarga dengan DM tipe 2.

4) Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT) atau

gangguan glukosa puasa (IFG).

5) Hipertensi lebih dari 140/90 mmhg atau hiperlipidemia,

kolesterol atau trigliserida lebih dari 150 mg/dl.


18

6) Riwayat gestasional DM atau riwayat melahirkan bayi diatas 4

kg.

7) Polycystic ovarian syndrome yang diakibatkan resistensi dari

insulin. Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi

(keluarnya sel telur dari ovarium), tidak terjadi menstruasi,

tumbuhnya rambut sevara berlebihan, tidak bisa hamil.

d. Diabetes karena malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya pada

penduduk yang miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika ada 3

gejala dari gejala yang mungkin yaitu :

1) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan

kurang dari 80 % berat badan ideal.

2) Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan.

3) Usia antara 15-40 tahun.

4) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat

badan.

5) Nyeri perut berulang.

e. Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atas

penyakit tertentu, misalnya penyakit pankreas (pankreatitis,

neoplasma, trauma/pancreatectomy), endokrinopati (akromegali,

Cushing’s syndrome, pheochromacytoma, hyperthyroidism), obat-

obatan atau zat kimia (glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin,


19

nicotinic acid), penyakit infeksi seperti kongenital rubella, infeksi

cytomegalovirus, serta syndrome genetic diabetes seperti Syndrome

Down.

f. Diabetes mellitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa

kehamilan, dapat didiagnosa dengan menggunakan test toleran

glukosa, terjadi pada kira-kira 24 minggu kehamilan. Individu

dengan DM gestasional 25 % akan berkembang menjadi DM.

4. Etiologi dan faktor resiko

Menurut Tarwoto dkk, 2012 Penyebab penyakit ini belum diketahui

secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor resiko

penyakit DM diantaranya :

a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada DM tipe 1

diturunkan sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik

mempunyai resiko 25 %-50 %, sementara saudara kandung beresiko

6 % dan anak beresiko 5 % (Black, 2009).

b. Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang

dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel

pankreas,obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan, streptozotocin,

pentamidine.

c. Usia di atas 45 tahun.


20

d. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 % berat badan

ideal.

e. Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia.

f. Hipertensi, tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90

mmHg.

g. HDL kolesterol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau

trigliserida lebih dari 250 mg/dl/

h. Riwayat gestasional DM (Smeltzer, 2004).

i. Kebiasaan diet.

j. Kurang olahraga.

k. Wanita dengan hirsutisme atau penyakit policistik ovari.

5. Patofisiologi

Menurut Tarwoto dkk, 2012 DM merupakan kumpulan gejala yang

kronik dan bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan gula

darah/glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi

atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam

darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa

dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang masuk

sebagian digunakan untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan

dalam bentuk glikogen dihati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin.
21

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans

pankreas yang kemudian produksinya masuk dalam darah dengan jumlah

sedikit kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk. Pada

orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk mempertahankan gula

darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl.

Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau

langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang

dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel

lemak. Pada diabetes terjadi berkurangnya insulin atau tidak adanya insulin

berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunnya penggunaan

glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan

protein.

Pada DM tipe 2 masalah utama adalah berhubungan resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan penurunan

sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor

khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi

metabolisme glukosa. Pada DM tipe 2 reaksi intraseluler dikurangi,

sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun dan menstimulasi

penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh

hati. Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor

genetik berperan utama.


22

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukkan

glukosa dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam

mengatur kadar glukosa darah dalam batas normal atau sedikit lebih tinggi

kadarnya. Namun, jika sel beta tidak dapat menjaga dengan meningkatkan

kebutuhan insulin, mengakibatkan kadar glukosa meningkat, dan DM tipe

2 berkembang.

a. Menurunnya penggunaan glukosa

Pada diabetes sel-sel membutuhkan insulin untuk membawa

glukosa hanya sekitar 25 % untuk energi. Kecuali jaringan saraf,

eritrosit dan sel-sel usus, hati dan tubulus ginjal tidak membutuhkan

insulin transport glukosa (Black, 2009). Sel-sel lain seperti, jaringan

adipose, otot jantung membutuhkan insulin untuk transport glukosa.

Tanpa adekuatnya jumlah insulin, banyak glukosa tidak dapat

digunakan . dengan tidak adekuatnya insulin maka gula darah

menjadi tinggi (hiperglikemia), karena hati tidak dapat menyimpan

glukosa menjadi glikogen. Supaya terjadi keseimbangan agar gula

darah kembali menjadi normal maka tubuh mengeluarkan glukosa

melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada dalam urin

(glukosuria), disisi lain pengeluaran glukosa melalui urin

menyebabkan diuretik osmotik dan meningkatnya jumlah air yang

dikeluarkan, hal ini beresiko terjadi defisit volume cairan (Black,

2009).
23

b. Meningkatnya mobilisasi lemak

Pada diabetes tipe 1 lebih berat dibandingkan tipe 2, mobilisasi

lemak yang di pecah untuk energi jika terjadi cadangan glukosa tidak

ada. Hasil metabolisme lemak adalah keton. Keton akan terkumpul

dalam darah, dikeluarkan lewat ginjal dan paru. Derajat keton dapat

diukur dari darah dan urin. Jika kadarnya tinggi, indikasi diabetes

tidak terkontrol.

Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan

memproduksi ion hidrogen sehingga pH menjadi turun dan asidosis

metabolik dapat terjadi. Pada saat keton di keluarkan , sodium juga

ikut keluar sehingga sodium menjadi rendah dan berkembang

menjadi asidosis. Sekresi keton juga mengakibatkan tekanan osmotik

sehingga meningkatkan kehilangan cairan. Jika lemak sebagai

sumber energi utama, maka lipid tubuh dapat meningkat, resiko

arterosklerosis juga meningkat.

Meskipun gangguan sekresi insulin dikarakteristikan pada DM

tipe 2, terdapat sediaan insulin yang cukup untuk mencegah

terpecahnya lemak dan terkumpulnya produksi keton tubuh. Karena

itu tipe DKA (Diabetik Ketoacidosis) tidak terjadi pada DM tipe 2.

Tidak terkontrolnya DM tipe 2 dapat saja, terjadi menyebabkan

masalah akut seperti Hyperglycemic Hyperosmolar Nonketotic

Syndrome (HHNS).
24

c. Meningkatnya penggunaan protein

Kurangnya insulin berpengaruh pada pembuangan protein.

Pada keadaan normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis protein,

jika terjadi ketidakseimbangan, asam amino dikonversi menjadi

glukosa di hati sehingga kadar glukosa menjadi tinggi.

6. Tanda dan gejala diabetes mellitus

a. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil

(poliuria) adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa di

keluarkan oleh ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan

filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk

mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan banyak air,

sehingga frekuensi miksi menjadi meningkat.

b. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)

c. Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan

(dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan

peningkatan rasa haus.

d. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)

e. Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi

menyebabkan cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi

pusat lapar.

f. Penurunan berat badan


25

g. Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan

cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.

h. Kelainan pada mata, penglihatan kabur

i. Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran

darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk

pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.

j. Kulit gatal, infeksi gatal, gatal-gatal disekitar penis dan vagina

peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada

kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang

kulit.

k. Ketonuria

l. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan

asam lemak akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada pada

darah dan dikeluarkan melalui ginjal.

m. Kelemahan dan keletihan

n. Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan

potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.

o. Terkadang tanpa gejala

p. Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan

peningkatan glukosa darah.


26

7. Diagnosis Diabetes Mellitus

Untuk menegakkan diagnosa DM diperlukan berbagai pemeriksaan

seperti anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

lain sebagainya.

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Biasanya ada keluhan poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, lemah

badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria,

serta pruritus vulva pada wanita.

b. Pemeriksaan kadar gula glukosa darah

1) Gula darah puasa > 126 mg/dl (7.0 mmol/L), puasa artinya

adalah tidak ada asupan kalori 8 jam sebelum pemeriksaan

dilakukan.

2) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl. (11,1

mmol/L).

3) Kadar tes toleransi glukosa oral (TGOT) setelah makan >200

mg/dl

c. Pemeriksaan glikosilat Hemoglobin (HbAıс)

Selama 120 hari masa hidup hemoglobin dalam eritrosit,

normalnya hemoglobin sudah mengandung glukosa. Bila kadar

glukosa meningkat diatas normal, maka jumlah glikosilat

hemoglobin juga akan meningkat. Pergantian hemoglobin yang


27

lambat, nilai hemoglobin yang tinggi menunjukkan bahwa kadar

glukosa darah tinggi selama 4 hingga 8 minggu. Nilai glikosilat

hemoglobin tergantung dari metode pengukuran yang dipakai,

namun berkisar antara 3.5 % hingga 5.5 % (Schteingart, 2006) atau

dibawah 7% (Black, 2005).

8. Komplikasi

Pasien dengan DM beresiko terjadi komplikasi baik bersifat akut

maupun kronis diantaranya :

a. Komplikasi akut

1) Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi

biasanya terjadi pada NIDDM.

2) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil

metabolisme lemak dan protein terutama terjadi pada IDDM.

3) Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau

tidak terkontrol.

b. Komplikasi kronis

1) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada

organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti

pada :

a) Retinopati Diabetika (kerusakan saraf retina dimata)

sehingga mengakibatkan kebutaan.


28

b) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada organ

tubuh.

c) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)

dapat mengakibatkan gagal ginjal.

2) Makroangiopati

a) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti

miokard infark maupun gangguan fungsi jantung karena

arterosklerosis.

b) Penyakit vaskuler perifer

c) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke.

3) Gangguan diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka

yang tidak sembuh-sembuh.

4) Disfungsi erektil diabetika.

Angka kematian dan kesakitan diabetes terjadi akibat

komplikasi seperti karena :

a) Hiperglikemia atau Hipoglikemia.

b) Meningkatnya resiko infeksi.

c) Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati.

d) Komplikasi neurofatik.

e) Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung

koroner, stroke.
29

9. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi Diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskuler dan neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (Padila, 2012).

Menurut Tarwoto dkk, (2012) ada 5 komponen dalam penatalaksana-

an diabetes :

a. Management diet DM

Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar

penanganan pasien DM. Tujuan yang paling penting dalam

manajemen nutrisi dan diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori

tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal.

Komposisi nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan kalori,

karbohidrat, lemak, protein dan serat.

b. Latihan fisik/exercise

Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena

pada saat latihan fisik energi dipakai adalah glukosa dan asam lemak

bebas. Latihan fisik bertujuan :

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme

karbohidrat

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan

normal
30

3) Meningkatkan sensifitas insulin

4) Meningkatkan kadar hdl (high density lipoprotein) dan

menurunkan kadar trigliserida

5) Menurunkan tekanan darah

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan

aerobik, jalan, lari, bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan

dalam latihan fisik pasien DM adalah frekuensi, intensitas, durasi

waktu dan jenis latihan. Misalnya pada olahraga sebaiknya secara

teratur 3 x/mg, dengan intensitas 60-70% dari heart rate maximum

(220-umur), lamanya 20-45 menit.

c. Obat-obatan

1) Obat antidiabetik oral atau oral Hypoglikemik Agent (OH)

Efektif pada DM tipe 2, jika managemen nutrisi dan latihan

gagal

Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :

a) Sulfonilurea : bekerja dengan merangsang beta sel

pankreas untuk melepaskan cadangan insulinnya. Yang

termasuk obat jenis ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid,

Klorpropamid

b) Biguanida : bekerja dengan menghambat penyerapan

glukosa di usus, misalnya mitformin, glukophage.


31

2) Pemberian hormon insulin

Pasien dengan DM tipe satu tidak mampu memproduksi

insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada

pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe 2 yang tidak

tergantung pada insulin. Berbeda dengan DM tipe 2 ynag tidak

tergantung pada insulin, tetapi memerlukannya sebagai

pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam

mempertahankan kehidupan. Tujuan pemberian insulin adalah

meningkatkan transport glukosa ke dalam sel dan menghambat

konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa.

Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :

a) Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti

Regular insulin, actrapid

b) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12) jam seperti

neutral protamine hagedron (NPH), insulin, lente

insulin

c) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam) seperti

protamine zinc insulin dan ultralente insulin

d) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah,

misalnya 70 % NPH, 30 % regular.

Absorpsi dan durasi dari insulin bervariasi tergantung

pada tempat penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen


32

diabsorpsi lebih cepat sehingga durasinya lebih pendek

dibandingkan pada lengan atau bokong.

d. Pendidikan kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan

DM adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang

perlu disampaikan pada pasien DM adalah :

1) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

penyebab, patofisiologi dan test diagnosis.

2) Diet atau managemen diet pada pasien DM

3) Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga

4) Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya

pentalaksanaan hipoglikemia, pencegahan terjadi

gangren pada kaki dengan latihan senam kami.

5) Pemberian obat-obatan DM dan cara injeksi insulin

6) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara

mandiri.

e. Monitoring glukosa darah

Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala

hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah

bagaimana memonitor glukosa darah secara mandiri dengan

menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk

memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil. Pengukuiran


33

glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu atau pengukuran

gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa, pengukuran 2 jam

setelah makan dan pengukuran pada saat puasa.

10. Adaptasi psikologis pada pasien diabetes mellitus

Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik

mengharuskan seseorang individu untuk berespon dan melakukan sesuatu.

Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis stres

dapat menyebabkan perasaan negatif yang berlawanan dengan apa yang

diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat

mengganggu cara seseorang melihat realitas, menyelesaikan masalah,

berpikir secara umu dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Persepsi

atau pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan stres

(Potter & Perry, 2005). Diabetes mellitus dengan berbagai perubahan fisik

yang mengharuskan kepatuhan penderita untuk pengontrolan penyakit

dapat menjadi sumber stres.

Adaptasi psikologis disebut juga dengan mekanisme koping.

Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan

teknik penyelesaian masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman,

atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya untuk distress

emosional. Reaksi pasien diabetes mellitus mungkin dapat memperlihatkan

hal-hal berikut ini (Semiardji, 2006).


34

a. Sikap menyangkal

Setiap orang memiliki kemampuan adaptasi dalam dirinya,

beberapa diantaranya dapat memperlihatkan perilaku penyangkalan

pada saat pertama kali terdiagnosa suatu penyakit. Pasien kadang-

kadang tidak dapat menerima kenyataan bahwa penyebab pola

makan dapat mempengaruhi penyakit yang dideritanya sehingga

membutuhkan waktu yang lama untuk merubah kebiasaan dan gaya

hidup.

b. Obsesif

Obsesif adalah kebalikan dari sikap penyangkalan terhadap

DM. Pasien yang terobsesi biasanya sangat memperhatikan setiap hal

mengenai DM dan melakukan sesuatu dengan sesempurna mungkin

untuk mengatasi DM. Akibatnya adalah kelelahan dan kekecewaan

dan merasa bahwa DM membatasi segala segi kehidupan.

c. Marah

Emosi yang tidak terkontrol atau lebih cenderung marah

disebabkan karena pasien merasa hidupnya terganggu/tertekan,

dimana pasien harus mematuhi segala aturan yang mengganggu

kebebasan dalam melakukan aktivitas yang ingin dilakukan.


35

d. Frustasi

Pasien DM sering merasa frustasi karena setiap hari harus

selalu memikirkan DM yang diderita, dan perasaan tidak berdaya

karena penyakitnya tidak kunjung sembuh.

e. Takut

Banyak hal yang dapat menimbulkan ketakutan pada pasien

DM, sehubungan dengan prognosis, komplikasi dari penyakit dan

kehilangan fungsi sosial dimasyarakat.

f. Depresi

Depresi sering terjadi karena pasien mengalami komplikasi

kronik yang susah untuk disembuhkan. Komplikasi dapat

menyebabkan kehidupan sehari-hari yang lebih sulit sehingga

menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan. Penyakit diabetes

mellitus dapat memberikan efek psikososial seperti depresi, dimana

pasien menunjukkan sikap negatif dalam pengendalian diabetes

mellitus seperti tidak mengikuti diet yang telah diprogramkan,

kurang aktivitas fisik, merokok dan kurangnya kepatuhan terhadap

pengobatan (Riley et al, 2009). Penyakit yang diderita, pengobatan

yang dijalani dapat mempengaruhi kapasitas fungsional pasien,

psikologis dan kesehatan sosial serta kesejahteraan pasien diabetes


36

mellitus yang didefinisikan sebagai kualitas hidup (Quality of

life/QOL) (Isa & Baiyewu, 2006).

B. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007: 143).

Pengetahuan (knowledge) adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa

yang akan dipelajari. Ahli lain menyatakan pengetahuan adalah akumulasi

pengalaman indrawi yang dicatat dalam otak masing-masing diberi nama

setempat dan dikomunikasikan seperlunya secara abstrak tanpa

menunjukkan benda yang bersangkutan secara fisik. (Budiman, 2011: 4).

Dasar-Dasar pengetahuan mencakup 2 aspek, di antaranya

(Budiman, 2011: 4):

a. Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu

kesimpulan (Budiman, 2011: 4). Penalaran menghasilkan

pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan

dengan perasaan. Karena berpikir merupakan suatu kegiatan untuk

menemukan pengetahuan yang benar.


37

Ciri-ciri penalaran mencakup:

1) Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika

2) Adanya sifat analitik dari proses berpikir

b. Logika

Logika adalah suatu teori mengenai syarat-syarat penalaran

yang sah atau studi tentang aturan-aturan mengenai penalaran yang

tepat dengan bentuk dan pola pikiran yang masuk akal dan syah.

Secara luas logika sebagai pengkajian untuk berpikir secara syah.

Logika diperlukan untuk menemukan pengetahuan yang diperoleh

melalui penalaran.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi

perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan

rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non

formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non

formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak

aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO


38

(world health organization) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007),

salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan

yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Dewi, 2010).

Menurut Notoatmodjo, 2010 Pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang di

milikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu

bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah

tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan

oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepti, dan sebagainya. Utnuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda

anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara

melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.


39

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar

menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus

dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan

sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang

yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat

membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau

di mana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan

mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek

yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah


40

sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat

membedakan antara nyamuk aedes agepty dengan nyamuk biasa,

dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat

atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal

yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang

artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justfikasi atau penelitian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak


41

menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut

keluarga berencana, dan sebagainya.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan dikutip dari (Dewi, 2010) adalah sebagai

berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dalulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.


42

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara memperoleh dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara

untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor (Notoadmojo, 2007):

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pertumbuhan, perkembangan

atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih

matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Pengaruh

pendidikan terhadap perkembangan pribadi dapat mempertinggi taraf

intelegensi individu.
43

Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha

manusia membangun kepribadian sesuai dengan nilai-nilai dalam

masyarakat dan kebudayaan manusia proses pendidikan dapat

dkatakan berjalan sepanjang manusia untuk melestarikan hidupnya.

2) Persepsi

Persepsi adalah kegiatan mengenal dan memilih objek

sehubungan dengan yang akan diambil. Persepsi bersifat subjektif,

rangasangan yang sama dapat dipersepsikan berbeda. Persepsi juga

merupakan suatu proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, dan memberi arti pada rangsangan, baik bersifat

internal maupun eksternal.

3) Motivasi

Motivasi adalah dorongan, keinginan dan tenaga penggerak

yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motivasi adalah adanya kekuatan dorongan yang menggerak kita

untuk berperilaku tertentu.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan kesadaran akan suatu hal yang

tertangkap oleh indera manusia. Pengalaman merupakan guru yang

baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu


44

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain

meliputi: lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi,

lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan

perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk

memiliki hubungan antar tingkat penghasilan dengan pemanfaatan.

Menurut Budiman (2011:6), sumber pengetahuan dapat diperoleh

melalui penalaran dan bukan melalui penalaran.

a. Sumber pengetahuan melalui penalaran

1) Berdasarkan rasio

Secara umum rasio diartikan sebagia kemampuan untuk

melakukan abstraksi, memahami, menghubungkan,

merefleksikan, memperhatikan kesamaan-kesamaan,

perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Orang yang

mengembangkan pemahaman rasio disebut kaum rasionalisme.

Kaum rasionalisme selalu berpikir mulai dari suatu pernyataan

yang sudah pasti.

2) Berdasarkan empiris

Empiris disebut juga pengalaman. Pengalaman diartikan

sebagai mengalami peristiwa, perasaan, emosi, penderitaan,


45

kejadian, keadaan keadaran. Orang yang mengembangkan

pemahaman empiris disebut empirisme. Berbeda dengan kaum

rasionalisme pengetahuan manusia itu bukan didapatkan

melalui penalaran rasional yang bersifat abstrak, namun lewat

pengalaman konkret.

b. Sumber pengetahuan bukan melalui penalaran

1) Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa

melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang

terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja dia

sudah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi

bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan

intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisi

selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang

ditemukan.

2) Wahyu

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh

tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat para

nabi yang diutus sesuai zamannya. Agama: merupakan sumber

pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang

terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-

masalah transdental.
46

4. Cara Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden ke dalam pengetahuannya yang ingin kita ketahui

atau kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas.

5. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto, dalam Dewi, 2010 pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : hasil presentase > 56%

C. Kualitas Hidup

1. Pengertian kualitas hidup

Kualitas hidup (Quality Of Life/QOL) adalah persepsi individu

terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam kontek budaya dan nilai

dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup,

harapan, standard dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang luas yang

mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat

ketergantungan, hubungan sosial, keyakinan personal dan hubungannya


47

dengan keinginan dimasa yang akan datang terhadap lingkungan mereka

(WHO dalam Isa & Baiyewu, 2006).

Teori Health-Related (Quality of life) dapat digunakan sebagai

kerangka teori untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pada pasien dengan penyakit kronis (Khanna and Tsevat,

2007). Menurut WHO dalam Skevington, 2004 kualitas hidup merupakan

persepsi seseorang tentang posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan

budaya dan sistem tata nilai dimana ia tinggal dalam hubungannya dengan

tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya.

Kualitas hidup yang baik pada penderita DM merupakan perasaan

puas dan bahagia akan hidupnya secara umum khususnya hidup dengan

DM tersebut (Kurniawan, 2008).

Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang

menikmati kemungkinan dalam hidupnya,kenikmatan tersebut memiliki

dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau

pencapaian beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan

tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan keterbatasan setiap orang

dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal lingkungan

(Weissman et, al 2006).

Dalam istilah umum, kualitas hidup dianggap sebagai suatu persepsi

subyektif multidimensi yang dibentuk oleh individu terhadap fisik,


48

emosional, dan kemampuan sosial termasuk kemampuan kognitif

(kepuasan) dan komponen emosional/kebahagiaan (Goz et al, 2007).

Kualitas hidup meliputi konsep kualitas kesehatan yang berhubungan

dengan kehidupan dan domain lainnya seperti lingkungan, keluarga, dan

pekerjaan. Health Related Quality Of life (HRQOL) adalah sejauh mana

seseorang biasa atau diharapkan fisik, emosional, dan sosial kesejahteraan

dipengaruhi oleh kondisi medis atau pengobatan. Oleh kondisi medis atau

pengobatan. Oleh karena itu konsep pengukuran HRQOL mencoba untuk

menangkap kualitas hidup dalam konteks kesehatan dan penyakit

seseorang (Khanna and Tsevat, 2007).

2. Kegunaan pengukuran kualitas hidup

Pada umumnya penilaian kualitas hidup dilakukan melalui

pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau melalui

pemeriksaan laboratorium. Instrumen WHOQOL (The world Health

Organization of Quality Of Life instrument) dengan fokus pada pandangan

individu tentang kesejahteraan memberikan pandangan baru terhadap

penyakit. Misalnya pemahaman tentang diabetes mellitus terkait

kurangnya pengaturan tubuh terhadap glukosa darah sudah baik, namun

efek dari penyakit mempengaruhi persepsi individu terhadap hubungan

sosial, kemampuan bekerja, status pendapatan dan membutuhkan perhatian

yang lebih. Instrumen WHOQOL digunakan dalam praktek medis,


49

digunakan untuk menilai keefektifan dari pengobatan, dalam evaluasi

pelayanan kesehatan untuk penelitian dan untuk membuat kebijakan.

Kualitas hidup diakui sebagai kriteria paling penting dalam penilaian

hasil medis dari pengobatan penyakit kronik seperti diabetes mellitus.

Persepsi individu tentang dampak dan kepuasan tentang derajat kesehatan

dan keterbatasannya menjadi penting sebagai evaluasi akhir terhadap

pengobatan (WHO, 2004). Kualitas hidup terkait respon terhadap

pengobatan khusus dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

individu untuk tetap memilih melanjutkan pengobatannya atau

menghentikan pengobatan. Terkait dengan pasien DM, kualitas hidup

dikaji untuk menilai tekanan personal dalam melakukan manajemen

penyakit DM dan bagaimana tersebut dapat menurunkan kualitas hidup.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada penderita

DM tipe 2.

DM tipe 2 dan pengobatannya dapat mempengaruhi kualitas hidup

pasien. Kualitas hidup sangat penting bagi pasien diabetes dan pemberi

layanan kesehatan. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien DM.

a. Usia

Menurut Smetzer & Bare, 2008 DM tipe 2 merupakan jenis

DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh

penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun.


50

Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung

meningkat pada lansia usia 40-65 tahun, riwayat obesitas dan adanya

faktor keturunan.

b. Jenis kelamin

Diabetes memberikan efek yang kurang baik terhadap kualitas

hidup. Wanita mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah

dibandingkan dengan pasien DM laki-laki yang sudah pensiun

menunjukkan skor kualitas hidup dan dukungan sosial yang tinggi.

dinyatakan lagi bahwa ketika tingkat pendidikan meningkat dan

adanya dukungan sosial maka kualitas hidup meningkat.

c. Tingkat pendidikan

Kualitas hidup (QOL) yang rendah juga signifikan

berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan

aktifitas fisik yang kurang baik (Gautam et al, 2009). Tingkat

pendidikan umumnya akan berpengaruh terhadap kemampuan dalam

mengolah informasi.

d. Status sosial ekonomi

Menurut Isa B.A & Baiyewu , 2006 pendapatan yang rendah,

tingkat pendidikan yang kurang berhubungan secara bermakna

dengan kualitas hidup penderita DM. QOL (kualitas hidup) yang

rendah juga signifikan berhubungan dengan sosial ekonomi yang

rendah dan tingkat pendidikan yang rendah (Gautam Y et al, 2009).


51

e. Lama menderita DM

Sedangkan penelitian Wu et al (2006) menemukan bahwa

pasien yang telah menderita DM ≥ 11 tahun memiliki efikasi diri

yang baik daripada pasien yang menderita DM <10 tahun. Hal ini

disebabkan karena pasien telah berpengalaman mengelola

penyakitnya dan memiliki koping yang baik. Namun dari penelitian

Bernal, Woolley, Schenzul dan Dickinson (2000) menemukan bahwa

pasien yang telah lama menderita DM namun disertai komplikasi

memiliki efikasi diri yang rendah. Jadi lamanya menderita dan

disertai dengan komplikasi akan mempengaruhi kualitas hidup

pasien.

f. Komplikasi diabetes mellitus

Komplikasi seperti halnya hipoglikemia dan hiperglikemia

merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada perjalanan

penyakit DM. Isa B.A & Baiyewu (2006) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa pada umumnya pasien DM tipe 2

menunjukkan kualitas hidup yang cukup baik berdasarkan kuesioner

WHO tentang kualitas hidup (SF-36). Kualitas hidup yang rendah

dihubungkan dengan berbagai komplikasi dari DM tipe 2 seperti

hipertensi, gangren, katarak, obesitas, penurunan berat badan,

perubahan fungsi seksual.


52

4. Domain kualitas hidup

Teori ini secara spesifik menjelaskan domain-domain yang

mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan. Teori ini dapat digunakan

untuk menjelaskan dampak berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh

individu terhadap kualitas hidupnya. Flanagan (1978, dalam Kerce, 1992).

Mengidentifikasi 15 kualitas domain kehidupan dikelompokkan ke dalam

lima dimensi umum: fisik dan kesejahteraan materi, hubungan dengan

orang lain, kegiatan sosial, komunitas, dan masyarakat, pengembangan

pribadi dan memenuhi mental dan rekreasi.

Sedangkan Isa dan Baiyewu (2006) menyatakan bahwa domain

kualitas hidup antara lain kesehatan fisik, status psikologi, tingkat

ketergantungan, hubungan sosial dan lingkungan.


53

Menurut WHO (2012) domain kualitas terbagi menjadi 6 domain di

bawah ini:

No Domain Aspek/Domain yang dinilai


1 Fisik Nyeri dan ketidaknyamanan
Energi dan kelelahan
tidur dan istirahat

2 Psikologis Gambaran diri (body image)


dan penampilan
perasaan positif
perasaan negatif
konsep diri berfikir
belajar, ingatan dan
konsentrasi

3 Tingkat ketergantungan Pergerakan


Aktifias sehari-hari
Ketergantungan terhadap
substansi obat dari bantuan medis
Kemampuan bekerja

4 Hubungan sosial Hubungan personal


Dukungan sosial
Aktifitas seksual

5 Lingkungan Sumber finansial


Kebebasan, keselamatan dan
sosial:
kemudahan akses dan kualitas
Lingkungan kesehatan
Kesempatan untuk mendapatkan
informasi dan keterampilan
Partisipasi dalam dan kesempatan
rekreasi dan waktu luang
Lingkungan fisik (polusi, bising,
lalu lintas, dan cuaca)
Transportasi

6 spiritual, agama,dan keyakinan, personal Spiritual, agama, dan keyakinan


personal
Tabel 2.2 : Domain kualitas hidup (WHOQOL)
Sumber : (WHO, 2012).
54

D. Penelitian terkait

a. Hasil penelitian Gultom (2012) terkait Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes

Mellitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2012, menunjukkan

bahwa analisa dan univariat berdasarkan tingkat pengetahuan manajemen

DM tentang diet, latihan jasmani di nilai sedang, dan monitoring gula darah,

obat-obat DM di nilai rendah. Kesimpulan bahwa pengetahuan tentang

manajemen DM di rumah sakit tersebut belum optimal sehingga perlu

dikembangkan edukasi manajemen DM berkelanjutan dalam pelayanan

kesehatan.

b. Hasil penelitian andrianus (2014) terkait Hubungan Tingkat Pengetahuan

Penderita Diabetes Mellitus Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes

Mellitus di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2014, menunjukkan

bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan

jumlah 48 orang (42,2%). Kualitas hidup secara keseluruhan menunjukkan

bahwa mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak

45 orang (50%). Mayoritas kualitas hidup penderita DM pada domain

kesehatan fisik adalah cukup (65,6%). Pada domain psikologis, mayoritas

memiliki kualitas hidup baik (48,9%). Pada domain lingkungan, mayoritas

responden memiliki kualitas hidup baik (50%). Kesimpulan dari penelitian

ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan


55

kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun

2014.

c. Hasil penelitian yusra (2011) Terkait Hubungan Antara Dukungan Keluarga

Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Tahun 2011,

menunjukkan bahwa hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan

dengan kualitas hidup yaitu umur (p value 0.034; α 0.05), pendidikan (p

value 0.001; α 0.05) dan komplikasi (p value 0.001; α 0.05). terdapat

hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi dengan

kualitas hidup (p value 0.001, α: 0.05).


56

E. Kerangka teori
Skema 2.1 ini dimodifikasi dari konsep : Tarwoto Dkk, 2012, Notoadmodjo,
2010, Semiardji, 2006, Joyce M. Black, 2014, WHO dalam Isa & Baiyewu,
2006,
Produksi insulin tidak Reseptor insulin tidak
adekuat berespon terhadap insulin

Faktor resiko:

1. Obesitas Gangguan metabolisme


2. Genetik hiperglikemi
3. faktor usia
4. kurang olahraga
5. kebiasaan diet 1. Polidipsi Pemeriksaan glukosa
6. riwayat gestasional 2. Polifagi darah:
DM 3. Poliuri
4. Penurunan berat badan Gula darah puasa ≥ 126
5. Penglihatan kabur mg/dl.glukosa plasma
6. Kelemahan sewaktu ≥ 200 mg/dl. Dan
7. Gangguan kulit TGOT > 200MG/DL
Komplikasi:
1. Komplikasi akut
2. Komplikasi Diabetes mellitus
kronik

Penatalaksanaan
Respon psikologis:
1. Diet
1. Stress 7. Marah 2. Latihan
2. Depresi 8. takut 3. Pemantauan
3. Frustasi 4. Terapi
4. Sikap 5. Pendidikan kesehatan
5. Menyangkal
6. Obsesif
Tingkat pengetahuan

Kualitas hidup
1. Tahu
1. Usia 6. Komplikasi DM 2. Memahami
2. Jenis kelamin 3. Aplikasi
3. Tingkat pendidikan 4. Analisis
4. Status sosial ekonomi 5. Sintesis
5. Lama menderita DM 6. evaluasi
57

BAB III

KERANGKA KONSEP

Pada bab ini akan menjelaskan tentang kerangka konsep, hipotesis, dan definisi

operasional.

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang

terkandung di dalam asumsi teoritis yang digunakan untuk mengabstraksikan

unsur-unsur yang terkandung di dalam asumsi teoritis yang digunakan untuk

mengabstraksikan unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan

diteliti menggambarkan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut

(Dharma, 2011).

Secara operasional kerangka konsep dalam penelitian didefenisikan

sebagai penjelasan tentang variabel-variabel apa saja yang akan diteliti yang

diturunkan dari konsep-konsep terpilih, bagaimana hubungan antara variabel-

variabel tersebut dan hal-hal yang merupakan indikator untuk mengukur

variabel-variabel tersebut.

57
58

Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada

skema 3.1 Kerangka konsep penelitian.

Variabel Independen: Variabel Dependent:


Tingkat Pengetahuan Pasien Kualitas Hidup pasien
Diabetes Mellitus Diabetes Milletus

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.

B. Variabel penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013). Beberapa variabel yang

dapat diuraikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Variabel independent yaitu variabel yang dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (dependent

variabel) adapun Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian

ini adalah tingkat pengetahuan pada pasien yang mengalami diabetes

mellitus.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah Variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas.Variabel terikat sering disebut sebagai variabel akibat, variabel


59

output, variabel efek, variabel terpengaruh, variabel terikat atau variabel

tergantung (Setiadi, 2013). Variabel terikat (dependent variabel) dalam

penelitian ini adalah kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian.

Adapun hipotesa yang digunakan dalam penelitian adalah adalah hipotesis

alternatif (Ha) yaitu:

1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus.

D. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian

ini adalah seperti pada tabel berikut :


60

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Defenisi
No Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
Independen
1 Tingkat Pada pasien Menggunakan Terbagi dalam Ordinal
Pengetahuan DM diabetes mellitus kuesioner C tiga kategori
pengetahuan tingkat skor
berpengaruh pengetahuan DM pengetahuan
terhadap kualitas sebanyak 21 item yaitu:
hidupnya dengan pertanyaan Skor
pengetahuan yang dengan pilihan pengetahuan
baik dapat jawaban Baik: jika
memanajemen dan benar=2 22-42
mencegah salah=1 cukup: jika
penyakit diabetes tidak tahu=0 15-21
mellitus kurang: jika 0-
14
Dependen
2 Kualitas Hidup pasien diabetes Menggunakan 1. Kualitas Ordinal
mellitus akan kuesioner B hidup tinggi
sangat (kualitas hidup = 96-130
mempengaruhi whoqol) 2. Kualitas
Kualitas hidupnya Terdiri dari 26 hidup
yang dimana pada Pertanyaan sedang= 61-
pasien diabetes dengan pilihan 95
mellitus dapat jawaban 3. Kualitas
mencegah 1= sangat buruk hidup
komplikasi- 2= buruk rendah= 26-
komplikasinya. 3= biasa-biasa 60
saja
4= baik
5= sangat baik
61

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan metode penelitian yang meliputi: desain penelitian,

populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, etik penelitian, instrumen

penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, prosedur pengumpulan data dan

analisis data serta etika penelitian.

A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan menggunakan

desain penelitian cross-sectional. Kelana (2011) menyatakan bahwa penelitian

analitik bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel yang diteliti. Hubungan

antar variabel ini ditentukan berdasarkan uji statistik. Desain cross-sectional

adalah penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali

saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow

up (Setiadi, 2013). Penentuan desain cross-sectional atas dasar bahwa peneliti

menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus, dimana semua variabel diukur dalam satuan waktu.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah.

pada bulan juni sampai dengan Juli 2015. waktu penelitian data dapat dilihat pada

tabel 4.1 dibawah ini:

61
62

Jan-Feb-Mar April Mei Juni Juli


Rencana kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Pembuatan proposal

Ujian Proposal

Perbaikan Proposal

Uji Etik Proposal

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penulisan Laporan

Uji Hasil Penelitian

Perbaikan Skripsi

Pengumpulan

Skripsi

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian Dalam Minggu

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/Subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Setiadi,


63

2013). Populasi rata-rata penderita diabetes mellitus pada tahun 2014 yang

berkunjung di Puskesmas Singkawang Tengah dengan jumlah 138 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu merekrut semua subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dalam waktu tertentu. Menurut Dharma

(2011: 116) menjelaskan bahwa consecutive sampling merupakan jenis

non-probability sampling yang paling baik dan paling sering digunakan

dalam studi klinis. Sampel yang diambil dalam penelitian ini didasarkan

pada kriteria inklusi dan eksklusi yang dibuat peneliti.

Rumus sampel minimal menurut Solvin adalah:

n=
1 + N (d)²

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = Tingkat kesalahan 0,10

n= 138
1+138 (0,10)²
= 138
2,38
= 57,98319 (dibulatkan menjadi 58 orang)
64

Berdasarkan hasil perhitungan rumus tersebut, maka jumlah sampel pada

penelitian ini adalah 58 orang pasien diabetes mellitus.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Pasien menderita diabetes mellitus yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah.

3) Pasien diabetes mellitus ada menderita komplikasi penyakit

lain.

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Pasien masuk dalam kriteria inklusi tetapi berhalangan untuk

menjawab kuesioner.

D. Jenis Data

Data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari unit sampel

sebagai hasil pengamatan atau pengukuran (Riyanto, 2011). Data penelitian ini

berupa data primer yaitu data yang diambil dari responden sendiri. Jenis data

yang digunakan pada variabel independen dalam penelitian adalah ordinal,

sedangkan pada variabel dependen adalah data ordinal. Ordinal adalah data yang

disusun atas dasar jenjang dalam atribut tertentu, menurut Rafi’i, 1993; Burns &

Grove, 1991; Ndraha, 1995, data ordinal merupakan himpunan yang

beranggotakan pangkat, jabatan, tingkatan atau order. Pada pengukuran ini,


65

peneliti tidak hanya mengkategorikan pada persamaan, tapi bisa mengatakan

lebih besar dari atau lebih kecil dari. Sedangkan data nominal adalah ukuran yang

paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti

sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun.

E. Alat dan Prosedur Pengumpulan data

1. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar angket

kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal

yang ingin diketahui. Kuesioner A yang digunakan untuk penelitian ini

adalah karakteristik responden, dan kuesioner penelitian yang digunakan

untuk penelitian kualitas hidup ini diambil dari the world Health

organization Quality of life (WHOQOL-BREF), yang telah di terjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia oleh Dr. Ratna Mardiati dkk. Sedangkan untuk

kuesioner pengetahuan diambil dari penelitian Gultom (2012), Universitas

Indonesia. Kuesioner whoqol-bref merupakan kuesioner yang valid dan

reliabel untuk mengukur kualitas hidup. Sedangkan kuesioner pengetahuan

menggunakan kuesioner penelitian oleh peneliti Gultom (2012),

Universitas Indonesia.
66

2. Prosedur pengumpulan data

a. Prosedur administratif

Sebelum melaksanakan penelitian, penelitian mengajukan

surat permohonan kebagian akademik STIKes Yarsi Pontianak dan

peneliti mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian ke

Puskesmas Singkawang Tengah di Kota Singkawang.

b. Prosedur tehnis

Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada

kepala Puskesmas Singkawang Tengah di Kota Singkawang. Sebagai

langkah awal penelitian, peneliti menyeleksi responden dengan

berpedoman pada kriteria inklusi yang sudah ditentukan. Setelah

mendapatkan responden yang dikehendaki maka langkah selanjutnya

adalah menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian selanjutnya

meminta persetujuan dari responden penelitian dengan memberikan

surat persetujuan menjadi responden (informed consent). Setelah

mendapatkan persetujuan dari responden, dilakukan pembagian

lembar kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui data demografi

pasien, dan mengetahui faktor yang berhubungan dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus. Selanjutnya peneliti menjelaskan tata

cara pengisian kuesioner dan meminta responden mengisi kuesioner

secara lengkap.
67

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data. Instrument penelitian yang digunakan untuk penelitian ini

yaitu: kuesioner A yaitu karakteristik responden. Kuesioner B yaitu kualitas

hidup yang terdiri dari 26 pertanyaan dengan pilihan jawaban 1= sangat buruk,

2= buruk, 3= biasa-biasa saja, 4= baik, 5= sangat baik. Dengan pertanyaan positif

23 pertanyaan dan 3 pertanyaan negatif nomor 3, 4 dan 26. Kuesioner C yaitu

pengetahuan, kuesioner penelitian terdahulu dengan judul “tingkat pengetahuan

pasien diabetes mellitus tentang manajemen diabetes mellitus di Rumah Sakit

Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat” yang terdiri dari 21

pertanyaan dengan menggunakan skala ordinal dengan pilihan jawaban benar=

2, salah= 1 dan Tidak tahu= 0

Kuesioner pengetahuan tentang manajemen diabetes mellitus yang diambil

dari Gultom (2012), yang dimodifikasi dari Anderson, D. & Christian, J. (2008).

Kuesioner ini telah di uji valid dan realibilitas pada 20 orang penderita diabetes

dengan menunjukkan reliabilitas cronbach’s alpha 0,950 dengan nilai r tabel

0,44. Jadi kuesioner pengetahuan tentang manajemen diabetes mellitus

dinyatakan reliabilitas dikarenakan nilai cronbach alpha > dari r tabel.

Kuesioner penelitian yang digunakan untuk penelitian kualitas hidup ini

diambil dari the world Health organization Quality of life (WHOQOL-BREF),

yang telah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dr. Ratna Mardiati

dkk. Kuesioner whoqol-bref merupakan kuesioner yang valid dan reliable untuk
68

mengukur kualitas hidup. Alat ukur variabel kualitas hidup menggunakan alat

ukur WHOQOL-BREF yang merupakan pengembangan dari alat ukur

WHOQOL-100. Kedua alat ukur ini dibuat oleh tim dari World Health

Organization (WHO). Alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid (r

= 0,89-0,95) dan reliabel (R= 0,66-0,87) untuk perhitungan validitas dan

reliabilitas WHOQOL-BREF ini, skor yang digunakan adalah tiap dimensi.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data penulis menggunakan komputer dengan program statistik.

Menurut Setiadi (2013), langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai

berikut:

1. Editing/memeriksa

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini

dilakukan terhadap:

a. Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada

jawabannya, meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak

mau menjawab.

b. Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit

pengolahan data atau data berakibat pengolah data salah membaca.

c. Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan

maka memberi tanda kode/coding.


69

2. Kode/Coding

Kode/coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam angka/ bilangan. Biasanya klasifikasi dilakukan

dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing

jawaban. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Scoring

Memberikan skore pada setiap item pernyataan sehingga menghasilkan

nilai yang diharapkan.

1) Untuk pertanyaan pengetahuan

a) Jika jawabannya “benar” diberi skor 2

b) Jika jawabannya “salah” diberi skor 1

c) Jika jawabannya “tidak tahu” diberi skor 0

2) Untuk pertanyaan kualitas hidup (WHOQOL-BREF) terdiri dari 26

pertanyaan dengan pilihan jawaban :

1=“sangat buruk”, 2=“buruk”, 3=“biasa-biasa saja”, 4=“baik”,

5=”sangat baik”.
70

4. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data

yang sudah di entry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan

cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.

5. Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

Cleanning (pembersihan x data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke komputer.

6. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

H. Analisa Data

Teknik analisis data yang dipergunakan peneliti adalah analisa univariat

dan bivariat.

1. Analisis univariat adalah untuk menganalisis variabel-variabel yang ada

secara deskriptif dengan menghitung frekuensi pemeriksaan sampel

penelitian meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita

diabetes mellitus dan komplikasi diabetes mellitus.

2. Analisa bivariat adalah analisa yang dipergunakan untuk melihat hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 95% (

= 0,05). Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis


71

dengan data nominal adalah Chi square. Uji signifikasi dilakukan

menggunakan nilai batas maksimal alpha 5% (0,05). Apabila setelah

dilakukan uji statistik chi square ditemukan tingkat probabilitasnya < 0,05

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, apabila tingkat

probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima dan Ha yang ditolak.

Ketentuan yang berlaku pada uji chi square yaitu:

1) Bila tabelnya 2 x 2, dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang dipakai

sebaiknya “Continuity Correction”

2) Bila tabel 2 x 2 dan ada nilai E<5, maka uji yang dipakai adalah “

Fisher’s Exact Test”

3) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, maka digunakan uji “Pearson Chi

Square”

Adapun variabel penelitian dan uji statistik dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut:

I. Etika Penelitian

Tujuan penelitian etik, dalam arti hak responden dan lainnya harus

dilindungi (Nursalam, 2008). Prinsip dasar etika penelitian menurut

Notoadmodjo (2010), yaitu sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Informed Consent)

Surat perizinan dan persetujuan menjadi responden diberikan kepada

responden untuk ditanda tangani. Peneliti juga menjelaskan maksud serta


72

tujuan melakukan wawancara. Apabila responden bersedia, responden

harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Anonimity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data peneliti menggunakan inisial dan kode untuk lembar

data, hal ini untuk menjaga kerahasiaan identitas klien. Kerahasiaan

informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijaga dengan baik

oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil penelitian hanya terbatas data

yang terkait dengan penelitian.

3. Keadilan dan inkulisivitasi/keterbukaan

Prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama,

etnis, dan sebagainya.


73

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menyajikan hasil dan pembahasan penelitian yang dilaksanakan di

Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah pada tanggal 01 Juli 2015 sampai dengan

11 Juli 2015, dengan jumlah reponden sebanyak 58 orang. Pelaksanaan penelitian ini

dilaksanakan peneliti dengan cara pergi ke rumah responden dan dengan menunggu

responden di Puskesmas.

A. Hasil Penelitian.

Hasil penelitian akan memaparkan analisis yang dilakukan untuk menjawab

hipotesa penelitian, hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat.

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, lama menderita Diabetes Mellitus, komplikasi, tingkat pengetahuan

dan tingkat kualitas hidup.

73
74

Tabel 5.2
Analisis Pasien DM Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, Lama Menderita DM, Komplikasi, Tingkat
Pengetahuan Dan Tingkat Kualitas Hidup di
Puskemas Kecamatan Singkawang Tengah,
Tahun 2015 (n=58)

Karakteristik N %
1. Jenis kelamin responden
a. Laki-laki 19 33
b. Perempuan 39 67
Jumlah 58 100
2. Usia
a. Dewasa (20-45 tahun) 1 2
b. Lansia awal (46-55 tahun) 24 41
c. Lansia akhir (>56 tahun) 33 57
Jumlah 58 100
3. Pendidikan responden
a. SD 11 19
b. SMP 16 28
c. SMA 12 20
d. Perguruan Tinggi 19 33
Jumlah 58 100
4. Pekerjaan responden
a. PNS/TNI/Polri 34 59
b. Swasta 6 10
c. Petani/Buruh 2 3
d. Ibu rumah tangga 16 28
Jumlah 58 100
5. Lama menderita DM
a. < 10 tahun 39 67
b. > 11 tahun 19 33
Jumlah 58 100
6. Komplikasi
a. Ada komplikasi 23 40
b. Tidak ada komplikasi 35 60
Jumlah 58 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus dalam

penelitian ini sebagian besar pada lansia sebesar (57 %), berjenis kelamin
75

perempuan (67%), pendidikan pasien sebagian besar pada perguruan tinggi

(33%), pekerjaan pasien sebagian besar yaitu pada PNS/TNI/Polri (59%),

pasien yang lama menderita DM sebagian besar < 10 tahun (67%), pasien

sebagian besar tidak ada komplikasi (60%).

2. Analisis Bivariat.

Analisis bivariat akan menguraikan ada tidaknya tidaknya hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien DM di Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah. Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis

yang telah dirumuskan.

Pada penelitian ini analisis normalitas data tidak dilakukan karena data

yang berjenis kategorik. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berikut:

Tabel 5.3
Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah
Tahun 2015 (n=58)
Tingkat Kualitas Hidup
Total
Analisis bivariat Tinggi Sedang Rendah P Value
N % N % N % N %
Baik 13 22 22 38 0 0 35 60
Tingkat
Cukup 1 2 10 17 2 4 13 23
Pengetahuan 0,000
Kurang 0 0 1 2 9 15 10 17
Total 14 24 33 57 11 19 58 100

Analisa tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan pasien DM

tentang DM yaitu dengan tingkat pengetahuan baik 35, cukup 13 dan kurang
76

10. Sedangkan tingkat kualitas hidup pasien DM yaitu tinggi 14, sedang 33

dan rendah 11 . Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup pasien DM didapatkan p value <0,000.

(p= 0,000 < α 0,05). Tingkat signifikansi yang digunakan didalam penelitian

ini sebesar 5 % (0,05%). Apabila setelah dilakukan uji statistik chi square

ditemukan tingkat probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Sebaliknya, apabila tingkat probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima dan Ha

yang ditolak.

B. Pembahasan Penelitian.

Pembahasan penelitian ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah

dijelaskan dalam hasil penelitian dengan mengacu pada teori-teori dan penelitian

yang telah ada. Adapun pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Deskripsi responden berdasarkan usia

Berdasarkan hasil deskripsi penelitian pada usia responden diabetes yaitu

terdapat pada umur > 56 tahun yaitu sebanyak 33 orang (57%).Menurut penelitian

Wicaksono (2011) yaitu orang yang berusia ≥ 40 tahun lebih berisiko terkena DM

dibandingkan dengan orang berusia < 40 tahun. Usia lanjut akan memiliki

peningkatan resiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa karena faktor

degeneratif umumnya yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme

glukosa (Wicaksono, 2011). Menurut Smeltzer & Bare, 2008 DM tipe 2 merupakan
77

jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh

penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini

disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada lansia usia

40-65 tahun, riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan.

2. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil analisa penelitian ini pada jenis kelamin terdapat pada

perempuan yaitu sebanyak 39 orang dengan persentase (67%) , sedangkan pada laki-

laki berjumlah 19 orang dengan persentase (33%). Hal ini menurut penelitian yang

dilakukan oleh Rumiyanti (2008) menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak

menderita DM tipe 2 dibandingkan laki-laki. Beberapa faktor resiko, seperti

obesitas, kurang aktivitas/latihan fisik, usia dan riwayat DM saat hamil,

menyebabkan tingginya kejadian DM pada perempuan (Radi, 2007). Kualitas hidup

laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan.

3. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan

Berdasarkan hasil analisa penelitian pada pendidikan responden terdapat pada

pendidikan perguruan tinggi sebanyak 19 orang (33%). penelitian yang dilakukan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi kualitas

hidupnya. Tingkat pendidikan akan menentukan mudah atau tidaknya seseorang

dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya

(Notoadmodjo, 2007). Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan

lebih matang dalam proses perubahan dirinya sehingga akan lebih mudah menerima
78

pengaruh dari luar yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai informasi

terkait kesehatan. Sehingga dengan mudahnya penerimaan terhadap informasi

terkait kesehatan tentunya akan memudahkan pasien DM tipe 2 dalam

melaksanakan manajemen perawatan DM tipe 2 yang akan meningkatkan kualitas

hidupnya.

4. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan hasil analisa penelitian pada pekerjaan responden terdapat pada

PNS/TNI/Polri sebanyak 34 orang (59%) Pekerjaan seseorang mempengaruhi

tingkat aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar

gula dalam darah akan berkurang. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah

glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).

5. Deskripsi responden berdasarkan lama menderita Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil analisa penelitian pada lama menderita DM yaitu < 10

tahun sebanyak 39 orang (67%). Pasien dengan DM terjadi penurunan kualitas

hidup. Penurunan kualitas hidup ini dirasakan setelah penderita minimal menderita

DM selama satu tahun. Hal ini disebabkan karena setelah satu tahun pasien telah

mengalami dan merasakan perubahan atau keluhan fisik dan psikis selama

menderita (Rahmat, 2010).

6. Deskripsi responden berdasarkan komplikasi

Berdasarkan hasil analisa penelitian pada komplikasi didapatkan tidak ada

komplikasi sebanyak 35 orang (60%). Dan Menurut penelitian Chyun et al (2006)

dalam Yusra (2011) yang menyatakan bahwa komplikasi yang dialami pasien DM
79

tipe II merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas hidup.

Menurut Yusra (2011), komplikasi yang dialami mengakibatkan keterbatasan baik

dari segi fisik, psikologi bahkan sosial. Gangguan fungsi dan perubahan tersebut

akan berdampak terhadap kualitas hidup pasien DM tipe II.

7. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus

di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian analisa didapatkan bahwa tingkat pengetahuan

pada pasien DM terdapat pada pengetahuan baik 35 orang (60%) . Dan hasil

penelitian kualitas hidup pasien DM menunjukkan didapatkan kualitas hidup sedang

33 orang (57%). Hal ini sesuai dengan penelitian Silitonga (2012) yang dilakukan

di poliklinik RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, pada penelitiannya tingkat

pengetahuan informasi kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

tingkat kualitas hidup penderita DM tipe 2. Silitonga menyatakan bahwa

pengetahuan tentang informasi kesehatan penyakit DM merupakan faktor yang

paling mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap

kualitas hidup pasien DM dengan tingkat pengetahuan yang baik. Pasien DM

dengan tingkat pengetahuan yang baik tentunya dapat mengawal dan memanajemen

penyakitnya dengan baik sehingga menurunkan angka kejadian komplikasi diabetik

dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kualitas hidup pasien DM di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah

dikarenakan pasien DM yang berobat di Puskesmas Kecamatan Singkawang


80

Tengah memiliki pengetahuan baik dan kualitas hidup sedang. Analisa data dengan

menggunakan statistik korelasi chi-square menunjukkan ada hubungan tingkat

pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas

Kecamatan Singkawang Tengah dengan koefisien signifikansi 0,000 (p value

<0,05).

C. Keterbatasan Penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan

penelitian. Beberapa keterbatasan dari penelitian ini disebabkan antara lain:

1. Keterbatasan sampel penelitian

Populasi penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah berjumlah 138 orang. Sedangkan jumlah sampel dalam

penelitian berjumlah 58 orang. Sehingga peneliti menilai jumlah ini belum

sesuai.

2. Keterbatasan kusioner

Penelitian ini menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF hanya melihat

kualitas hidup melalui respon subjektif tidak melihat secara objektif. Sehingga

peneliti menilai kuesioner masih belum cukup menilai kulitas hidup karena tidak

menilai kualitas hidup secara objektif.

3. Keterbatasan validitas dan reliabilitas kusioner

Penelitian ini menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF yang digunakan

dinyatakan sudah valid dan reliabilitas dan telah banyak digunakan. Akan tetapi

kusioner WHOQOL-BREF lebih baik lagi jika di uji validitas dan reliabilitas
81

kusioner dengan responden penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini tidak

dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner karena alat uji kuesioner

WHOQOOL-BREF telah tervalidasi yang merupakan pengembangan dari alat

ukur WHOQOL-100. Kedua alat ukur ini dibuat oleh tim dari World Health

Organization (WHO). Alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid

(r=0,89-0,95) dan reliable (R= 0,66-0,87). Untuk perhitungan validitas dan

reliabilitas WHOQOL-BREF ini, skor yang digunakan adalah skor tiap dimensi.

Wardhani (2006) juga melakukan uji psikometri terhadap alat WHOQOL-

BREF dan hasilnya adalah bahwa alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur

yang valid dan reliable dalam mengukur kualitas hidup.


82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan dapat dirumuskan

beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Karakteristik pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang

Tengah yaitu rata-rata berusia 57,12 tahun. Karakteristik lainya adalah sebagian

besar pasien Diabetes Mellitus dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin

perempuan (67%), dengan pendidikan Perguruan Tinggi (33%), bekerja sebagai

PNS/TNI/Polri (59%), lama menderita DM < 10 tahun (67%), dan tidak memiliki

komplikasi (60%).

2. Karakteristik pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang

Tengah yang memiliki pengetahuan baik (60%), pengetahuan cukup (23%) dan

pengetahuan kurang (17%).

3. Karakteristik pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang

Tengah yang memiliki kualitas hidup tinggi (24%), kualitas hidup sedang (57%)

dan kualitas hidup rendah (19%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kualitas

hidup pasien Diabtes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah (P

Value = 0,000 <0,05).

82
83

B. Saran

Terkait dengan simpulan hasil penelitian, terdapat beberapa hal yang dapat

disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Peneliti

Dapat menjadi bahan informasi serta meningkatkan pengetahuan bagi

peneliti dan memberikan penkes kepada pasien DM di Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah. untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang

lebih dalam tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien

DM.

2. Institusi pendidikan

Sebagai menambah referensi baru terkait dalam bidang keperawatan dan

memberikan program seminar-seminar tentang DM yang di tujukan kepada

pasien DM.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Singkawang

Dapat menjadikan tambahan pengetahuan bagi Dinas Kesehatan Kota

Singkawang serta sangat penting dalam mengukur tingkat pengetahuan dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

4. Puskesmas

Di jadikan sebagai acuan bahan pengetahuan informasi serta mengedukasi

langsung ke pasien dalam mengukur tingkat pengetahuan dengan kualitas

hidupnya serta memberikan brosur atau banner maupun penkes tentang

pengetahuan DM untuk pelayanan kesehatan kepada pasien DM.


84

5. Pasien dan keluarga

Menjadikan sebagai sumber informasi serta meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman bagi pasien terkait penyakit yang di derita. Serta untuk keluarga

dapat memberikan motivasi ataupun dukungan pada keluarga yang mengalami

terkait penyakit yang dialaminya.


85

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, T.M., Ibrahim, M.I.M., & asdie, A.H. (2010) the association of diabetes-
related factor and quality of life type 2 diabetes mellitus. International journal
of pharmacy and pharmaceutical sciences, 2 (1), 139-145.

Aini Yusra. 2011. Tesis hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati. Jakarta. Depok. Jawa Barat. Indonesia.

ALAboudi, I.S., Hassali, M.A., Shafie, A.A., Rubeaan, k., Hassan, A., 2014.
Knowledge, Attitudes and Quality, of Life of Type 2 Diabetes Patients in Saudi
Arabia. Saudi Pharmaceutical Journal 2014. Doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jsps.2014.08.001

American diabetes association. 2012. Diagnosis and classification of diabetes mellitus.


Diabetes care volume 35 supplement 1: 64-71.

American Diabetes Association (ADA). 2004. Standar of Medical Care In Diabetes.


Diabetes Care. 27 (suppl.): 15-35.

Bain, Gillian H., Lemmon., H., Teunisse, S., Starr, John M., Fox, Helen C., Deary Ian
J., & Whalley, Lawrence J. (2003). Quality of Life in Healthy Old Age:
Relationship With Childhood IQ, Minor Psychological Symptoms and
Optimism. Social Psychiatric Epidemiology, 38 (11), 632-636.

Black, M.J, Hawks. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management for positive
outcomes, 7 th Edition, Elseveir Saunders.

Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: Refika Aditama.

Bustan. M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: rineka cipta.

Cahyu Septiwi. 2010. Tesis Hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas
hidup pasien hemodialisis di unit hemodialisis rs prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Depok. Jawa Barat. Indonesia.

Chyun, D.A., Melkus, G.D., Katten, D.M., Price, W.J., Davey, J.A., Grey,N., Heller, G., &
Wackers, F.J. Th. (2006). The association of psychological factors, physical activity,
neuropathy and quality of life in type 2 diabetes. Biol res nurs, 7 (4), 279-288.
86

Coons, S.J, 2005, Health Outcomes and Quality of Life, in Dipiro, J.T. (eds),
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, six ed, 17-25, Appleton &
Lange, Stanfor, Connecticute.

Chang, Victor, Weissman, & David. 2006. Fast fact and consept quality of life.

Davey, Patrick. 2005. At a glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Depkes R.I. 2008. Pedoman pengendalian diabetes mellitus dan penyakit metabolik.
Jakarta.

Desni Tri Utami, 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus dengan Ulkus Diabetikum. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau.

Diener, Ed, & Suh. (2000). Culture and subjective well-being. Cambridge: MIT Press.

Dr.dr. Laurentia Mihardja SpGK. 2010. Faktor risiko terbesar dan masalah
pengendalian diabetes mellitus di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.

Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD Dkk. 2004. Penatalaksanaan Diabetes


Mellitus Terpadu: Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Dwi Wahyu Ningtyas. 2013. Analisis kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe II di
RSUD Bangil kabupaten pasuruan. Jawa timur: Universitas jember.

Friskila Damaris Silitonga. 2012 hubungan antara tingkat pengetahuan informasi kesehatan
penyakit DM tipe 2 terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas gadjah mada.

Gautam, Y, Sharma, A,K, Agarwal, A.K, Bhatnagar, M.K, & Trehan, R.R, 2009. A
cross sectional study of QOL of diabetic patient at tertiary care hospital in delhi.
Indian journal of Community Medicine.
Goz, F, Karaoz, S, Goz, M, Ekiz, S, & Cetin, I. 2007. Effect of the diabetic patient’s
perceived social support on their quality of life. Journal of Clinical Nursing, 16,
1353-1360

Irawan, D. (2010). Prevalensi dan faktor resiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di
daerah urban Indonesia. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia

Isa B.A. & Baiyewu, O. 2006. Quality of life patient with diabetes mellitus in a
Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry, 16. 27-33.
87

Jose RL Batubara. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta: Badan penerbit IDAI.

Joyce M. Black & jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen untuk Hasil yang Diharapkan. Indonesia: Salemba Medika.

Kelana Kusuma Dharma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan.Pedoman


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Kementrian Kesehatan. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes


Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kerce, E.W. 1992. Quality Of Life: Meaning, Measurement, And Models. Navy
Personal Research And Development Centre.

Khairani, Rita. 2007. Prevalensi Diabetes Mellitus dan Hubungannya dengan Kualitas
Hidup Lanjut usia di masyarakat. Universa Medici, vol 26 No. 1.

Khanna, D, Tsevat, J. 2007. Health-related quality of life. American Journal of


Manage Care, diakses di http://www.ajme.com. Diperoleh tanggal 15 Februari
2014.

Kurniawan, Y. Hana, R., & Ida, M. 2008. Kualitas hidup penderita diabetes mellitus
di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur, 10 (28), 76-87.
Mandagi, Ayik Mirayanti. 2010.faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas
Hidup penderita pasien Diabetes Mellitus (studi di Puskesmas Pakis Kecamatan
Sawahan Kota Surabaya). Abstrak. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.

Medical college of wisconsin. Diakses dari.eperc.mcw.edu/fastfact/ff 52.htm pada


tanggal 18 maret 2011.

Moons, P., Marquet, K., Budts, W., & De Geest, S. (2004). Validity, Reliability, and
Responsiveness of the “Schedule for the Evaluation of individual Quality of life-
Direct Weighting” (SEIQoL-DW) in Congenital Heart Disease. Health and
Quality of Life outcomes. Diunduh pada 13 agustus 2015 dari
http://www.hqlo.com/content/2/1/27.

Murdiningsih, D. S. & Ghofur. A. (2013). Pengaruh kecemasan terhadap kadar glukosa


darah pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar
Surakarta. Jurnal Talenta Psikologi. Diperoleh tanggal 02 september 2015 dari
jurnal.usahidsolo.ac.id

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
88

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian ilmu keperawatan


pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: salemba
medika.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Perkeni. 2006. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di


Indonesia.

Polonsky, W.H. 2000. Understanding and assessing diabetes specific quality of life.
Diabetes Spectrum 13, 1-36
Pompili, M. (2009). Quality of life and suicide risk in patients with diabetes mellitus.
Diperoleh pada tanggal 02 september 2015 dari http://www. Ncbi.nlm

Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep dan praktik.
Jakarta: EGC.

Price, A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


(Vol 2). Jakarta: EGC.

Radi, B. (2007) Diabetes mellitus sebagai faktor resiko penyakit jantung. Diakses dari
http://www.pjnk.go.id pada tanggal 13 agustus 2015.

Rahmat, W. P. (2010). Pengaruh konseling terhadap kecemasan dan kualitas hidup


pasien DM di Kecamatan Kebakkramat. Tesis. Diperoleh pada tanggal 14
agustus 2015 dari eprints. uns.. ac. id

Riley, McEmtee M.L, Gerson L. & Deninison C.R. 2009. Depression as a Comorbidity
to Diabetes: Implications for management. Journal for Nursing Practitioner.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan,


Departemen Kesehatan, 2007. Jakarta: Republik Indonesia.

Rumiyanti. (2008). Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2
di lima Wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Tesis. Depok: FKMUI.

Schteingart, D. E. 2006. Pankreas. Metabolisme glukosa dan diabetes mellitus, dalam


Sylvia, A.P. & Lorraine, M.W. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
89

Semiardji, G. 2006. Stres emosional pada penyandang diabetes, dalam Sidartawan, S,


Pradana, S, & Imam, S, Penatalaksanaan diabetes terpadu. Jakarta: Balai penerbit
FKUI.

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset keperawatan, Edisi 2 Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Sistem pencatatan pelaporan terpadu Dinas Kesehatan Singkawang, 2014.Dinas


Kesehatan Singkawang. Kalimantan Barat. Indonesia.

Skarbec, E.A. (2006). Psychosocial predictors of self care behaviors in type 2 diabetes
mellitus patient: Analysis of social support, self-efficacy and depression. Diakses
dari http: //citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/downloadpdf pada tanggal 02
september 2015 .

Smeltzer, S.C, Bare, B. 2004. Text Book of Medical Surgical Nursing, 10 Th Edition,
lppincott, Wiliams & Wilkins.

Smeltzer, S, & Bare. 2008. Brunner & Suddarth’s Textbook Of Medical Surgical
Nursing. Philadelpia : Lippincott.

Stefan Andrianus. 2014. Karya tulis ilmiah hubungan tingkat pengetahuan penderita
diabetes mellitus dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus di rumah sakit
umum pusat haji adam malik medan pada tahun 2014. Medan. Sumatera utara.
Indonesia.

Sujaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor
Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada vol.6 No. 1
hal: 75-81

Tarwoto, dkk. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:
Trans Info Media.

Wawan, A & Dewi M. 2010. Teori & Pengetahuan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Waspadji, S., dkk. 2009. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta : Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia.
Wicaksono, R. P. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes
mellitus II. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
90

World Health Organization. 2004. The World Health Organization Quality Of Life
(WHOQOL)-BREF. Diakses dari
http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqol.pdf
(05 juni 2015 pukul 21.20 WIB)

WHO. 2006. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate


hyperglikemia. WHO library Catalaguing in publication data.

World health organization. 2011. Diabetes. Diakses dari:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html. Tanggal 5 juni
2015.

WHO. 2012. WHOQOL-HIV Instrument User Manual: Scoring and coding


WHOQOL-HIV instrument.

WHO. 2014. A wealth of information on Global Public Health

Widjadja Rafelina. 2009. Penyakit Kronis Tindakan, Pencegahan Dan Pengobatan


Secara Medis Maupun Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Wu, S.F.V, Courtney, M, Edward, H, McDowell, J, Shortridge Baggett, L.M. & Chang,
P.J. 2006. Self efficacy, outcome expectation and self care behavoir in people
with type diabetes in taiwan. Diakses dari http://web.ebscohost.com pada tanggal
7 januari 2011.

Yuni Thiodora Gultom. 2012. Skripsi Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus
Tentang Mananjemen Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto Jakarta. Depok. Jawa Barat. Indonesia

Yusra, Aini. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Fatmawati Jakarta. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Ibu/ Bapak calon responden penelitian

Di wilayah Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa STIKes YARSI Pontianak

Nama : Heru Zainuddin

NIM : S.11.120

Akan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah”. Adapun maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

Penelitian ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan dan membahayakan

Bapak/Ibu dan teman sejawat. Semua kerahasian identitas Bapak/Ibu dan teman

sejawat akan dijaga oleh peneliti dan akan dimusnakan setelah semua data yang

dibutuhkan telah di ambil. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan tentang

pengetahuan diabetes mellitus dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.


Bersama ini, saya mohon dari kesediaan ibu/ bapak untuk menjadi responden dan

menandatangani lembar persetujuan.

Setelah saya membaca dan memahami maksud, tujuan, dan pelaksanaan

penelitan tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah, saya bersedia menjadi

responden penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan dapat dipergunakan dengan

sebagaimana mestinya tujuan penelitian ini.

Peneliti memberikan kode pada lembar pernyataannya saja dan responden

berhak menolak jika tidak mau menjadi responden. Sebagai tanda bukti

keikutsertaannya ibu/ bapak bisa menandatangani surat persetujuan jika bersedia. Atas

kesediaan ibu/ bapak berperan serta sebagai responden dalam penelitian ini, saya

ucapkan terima kasih.

Pontianak, .... Mei 2015

Hormat Saya

(-----------------------------)

Responden
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Dengan menandatangani persetujuan untuk mengisi angket/kuesioner tentang

“Hubungan Tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

di Kecamatan Singkawang Tengah” yang dilakukan oleh :

Nama : Heru Zainuddin

NPM : S11120

Saya telah memberikan persetujuan untuk memberikan informasi dan kuesioner

yang dilakukan peneliti dan telah menjadi bagian dari penelitian ini. Sebelumnya saya

telah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini

dan saya sudah memahaminya.

Semua jawaban dalam kuesioner ini diberikan secara sukarela sesuai dengan

kondisi yang saya alami dan tidak ada pemaksaan dari pihak manapun dan saya

mengharapkan dapat di jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian ini

saja.

Partisipasi maupun penolakan saya untuk menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan saya

saat ini.
Pontianak, .... Mei 2015

Hormat Saya

(-----------------------------)

Heru zainuddin
Lampiran 3

KUESIONER A
KARAKTERISITIK RESPONDEN

Tanggal pengisian : ......./......./.......

PETUNJUK PENGISIAN :
1. Bapak/ibu, bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum mengisi kuesioner ini
2. Berilah tanda check list pada kotak yang tersedia

A. Karakteristik Responden: No. Responden


Diisi oleh peneliti
1. Nama/inisial : .............................................

2. Jenis Kelamin : laki-laki perempuan

3. Usia : ......... tahun

4. Pendidikan : SD Perguruan
jenjang tinggi

SMP ......................

SMA

5. Pekerjaan : PNS/TNI/POLRI Wiraswasta

Tidak bekerja Swasta

Petani/buruh ......................
6. Lama menderita : ≥ 11 tahun <10 tahun.
Diabetes Mellitus

7. Komplikasi :
diabetes mellitus
Lampiran 4

Kuesioner B (Kualitas Hidup)

WHOQOL-BREF

Berikan tanda (√) pada salah salah satu jawaban yang menurut

bapak/ibu/saudara/saudari paling sesuai dengan kondisi yang dialami dalam 4

minggu terakhir.

1. Bagaimanakah menurut anda kualitas hidup anda?

1. [ ] Sangat buruk

2. [ ] Buruk

3. [ ] biasa saja

4. [ ] Baik

5. [ ] Sangat baik

2. Seberapa puaskah anda terhadap kesehatan anda?

1. [ ] Sangat Tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda mencegah anda dalam beraktivitas sesuai

kebutuhan anda?

1. [ ] dalam berlebihan

2. [ ] sangat sering

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sedikit

5. [ ] tidak sama sekali

4. Seberapa sering anda membutuhkan terapi medis untuk dapat berfungsi dalam

kehidupan sehari-hari anda?

1. [ ] dalam jumlah berlebihan

2. [ ] sangat sering

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sedikit

5. [ ] tidak sama sekali

5. Seberapa jauh anda menikmati hidup anda?

1. [ ] tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sangat sering

5. [ ] dalam jumlah berlebihan


6. Seberapa jauh anda merasa hidup anda berarti?

1. [ ] tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sangat sering

5. [ ] dalam jumlah berlebihan

7. Seberapa jauh anda mampu berkonsentrasi?

1. [ ] tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sangat sering

5. [ ] dalam jumlah berlebihan

8. Secara umum, seberapa aman anda rasakan dalam kehidupan anda sehari-hari?

1. [ ] tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sangat sering

5. [ ] dalam jumlah berlebihan


9. Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal (berkaitan dengan sarana dan

prasarana)

1. [ ] tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] dalam jumlah sedang

4. [ ] sangat sering

5. [ ] dalam jumlah berlebihan

10. Apakah anda memiliki vitalitas yang cukup untuk beraktivitas Sehari?

1. [ ] Tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] sedang

4. [ ] seringkali

5. [ ] sepenuhnya dialami

11. Apakah anda dapat menerima penampilan tubuh anda?

1. [ ] Tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] sedang

4. [ ] seringkali

5. [ ] sepenuhnya dialami
12. Apakah anda memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan anda?

1. [ ] Tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] sedang

4. [ ] seringkali

5. [ ] sepenuhnya dialami

13. Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan anda dari hari ke hari?

1. [ ] Tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] sedang

4. [ ] seringkali

5. [ ] sepenuhnya dialami

14. Seberapa sering anda memiliki kesempatan untuk bersenang-senang/rekreasi?

1. [ ] Tidak sama sekali

2. [ ] sedikit

3. [ ] sedang

4. [ ] seringkali

5. [ ] sepenuhnya dialami
15. Seberapa baik kemampuan anda dalam bergaul?

1. [ ] Sangat buruk

2. [ ] Buruk

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Baik

5. [ ] Sangat baik

16. Seberapa puaskah anda dengan tidur anda?

1. [ ] Sangat Tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

17. Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda untuk menampilkan aktivitas

kehidupan anda sehari-hari?

1. [ ] Sangat Tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan
18. Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda untuk bekerja?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

19. Seberapa puaskah anda terhadap diri anda?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

20. Seberapa puaskah anda dengan hubungan personal / sosial anda?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan
21. Seberapa puaskah anda dengan kehidupan seksual anda?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

22. Seberapa puaskah anda dengan dukungan yang anda peroleh dari teman anda?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

23. Seberapa puaskah anda dengan kondisi tempat anda tinggal saat ini?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan
24. Seberapa puaskah anda dengan akses anda pada layanan kesehatan?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

25. Seberapa puaskah anda dengan transportasi yang harus anda jalani?

1. [ ] Sangat tidak memuaskan

2. [ ] Tidak memuaskan

3. [ ] Biasa-biasa saja

4. [ ] Memuaskan

5. [ ] Sangat memuaskan

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami

hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.

26. Seberapa sering anda memiliki perasaan negatif seperti’feeling blue’

( kesepian), putus asa, cemas dan depresi?

1. [ ] selalu

2. [ ] sangat sering

3. [ ] cukup sering

4. [ ] jarang
5. [ ] tidak pernah
Lampiran 5

Kuesioner C

Pengetahuan Manajemem DM

Petunjuk Pengisian

1. Mohon kesediaan Bapak/ibu untuk mengisi atau menjawab seluruh pertanyaan

yang ada dalam kuesioner ini berdasarkan apa yang dialami oleh Bapak/ibu.

2. Pilihlah jawaban sesuai yang anda rasakan dengan memberikan tanda check

list ( √ ) pada kolom yang disediakan.

3. sebelum kuesioner dikembalikan agar diperiksa kembali kelengkapan

jawaban, sehingga tidak ada kolom jawaban yang belum terisi.

1) Memakan terlalu banyak gula (Glukosa) merupakan faktor utama diabetes (DM)

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

2) Ginjal memproduksi insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

3) Penderita DM yang tidak diobati kadar gula darahnya biasanya meningkat

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu


4) Jika saya menderita DM, anak-anak saya beresiko tinggi terkena DM

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

5) Penyakit DM dapat disembuhkan

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

6) Kadar gula darah puasa adalah 210 berarti nilainya sangat tinggi

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

7) Cara terbaik untuk memeriksa DM adalah dengan pemeriksaan urin

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

8) Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

9) Reaksi insulin disebabkan karena terlalu banyak makanan yang dikonsumsi

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

10) Untuk mengendalikan gula darah ,obat lebih penting dari pada diet dan olahraga

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

11) Penyakit DM sering menyebabkan sirkulasi darah tidak baik

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

12) Pada penderita DM jika ada luka akan sulit disembuhkan

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

13) Pada penderita DM harus hati-hati ketika memotong kuku

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

14) Pada penderita DM membersihkan lukanya dengan alkohol dan betadin

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu


15) Cara menyiapkan makanan sama pentingnya dengan makanan yang saya

makan

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

16) Penyakit DM dapat merusak ginjal

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

17) Penyakit DM dapat menyebabkan hilangnya rasa sensasi (baal/kebas) pada jari-

jari, tangan dan kaki

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

18) Gemetar dan berkeringat adalah tanda-tanda peningkatan gula darah

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

19) Sering buang air kecil dan haus adalah tanda-tanda gula darah rendah

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu

20) Kaus kaki yang ketat tidak baik bagi penderita DM

□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu

21) Diet DM sebagian besar terdiri dari makanan yang khusus

□Ya □ Tidak □ Tidak tahu


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Heru Zainuddin

Tempat dan Tanggal Lahir : Mempawah 05-02-1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat Rumah : Jalan Raya Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan

Gg. adipura

Riwayat Pendidikan : SMAN 04 Singkawang Selatan

SMPN 06 Singkawang Selatan

SDN 19 Singkawang Selatan


ANALISIS BIVARIAT DAN UNIVARIAT PENGETAHUAN DAN
KUALITAS HIDUP

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DM DI PUSKEMAS KECAMATAN SINGKAWANG


TENGAH BERDASARKAN USIA (Descriptives)

DESCRIPTIVES VARIABLES=usia
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptives

[DataSet1] D:\heru\data penelitan pengetahuan dan kualitas hidup pasien DM.sav

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
usia responden 58 43 74 57.12 6.923
Valid N (listwise) 58

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DM DI PUSKEMAS KECAMATAN SINGKAWANG


TENGAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN, PEKERJAAN, LAMA MENDERITA
DM, KOMPLIKASI DM, TINGKAT PENGETAHUAN DM DAN TINGKAT KUALITAS HIDUP
PASIEN DM (Frequencies).

FREQUENCIES VARIABLES=jenis_kelamin pendidikan pekerjaan lama_menderita_DM komplikasi_DM tin


gkat_pengetahuan_DM tingkat_kualitas_hidup_DM
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] D:\heru\data penelitan pengetahuan dan kualitas hidup pasien DM.sav

Statistics
lama tingkat
jenis menderita komplikasi tingkat kualitas
kelamin pendidikan pekerjaan penyakit DM penyakit DM pengetahuan hidup
responden responden reponden responden responden reponden responden
N Valid 58 58 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table

jenis kelamin responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 19 32.8 32.8 32.8
perempuan 39 67.2 67.2 100.0
Total 58 100.0 100.0

pendidikan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sd 11 19.0 19.0 19.0
Smp 16 27.6 27.6 46.6
Sma 12 20.7 20.7 67.2
perguruan tinggi 19 32.8 32.8 100.0
Total 58 100.0 100.0

pekerjaan reponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS/TNI/POLRI 34 58.6 58.6 58.6
Swasta 6 10.3 10.3 69.0
petani/buruh 2 3.4 3.4 72.4
ibu rumah tangga 16 27.6 27.6 100.0
Total 58 100.0 100.0

lama menderita penyakit DM responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > dari 11 tahun 19 32.8 32.8 32.8
< dari 10 tahun 39 67.2 67.2 100.0
Total 58 100.0 100.0

komplikasi penyakit DM responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada komplikasi 23 39.7 39.7 39.7
tidak ada komplikasi 35 60.3 60.3 100.0
Total 58 100.0 100.0
tingkat pengetahuan reponden
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid pengetahuan baik 35 60.3 60.3 60.3
pengetahuan cukup 13 22.4 22.4 82.8
pengetahuan
10 17.2 17.2 100.0
kurang
Total 58 100.0 100.0

tingkat kualitas hidup responden


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kualitas hidup tinggi 14 24.1 24.1 24.1
kualitas hidup
33 56.9 56.9 81.0
sedang
kualitas hidup
11 19.0 19.0 100.0
rendah
Total 58 100.0 100.0

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM DI PUSKEMAS


KECAMATAN SINGKAWANG TENGAH (Crosstabs)

Crosstabs

CROSSTABS
/TABLES=tingkat_pengetahuan_DM BY tingkat_kualitas_hidup_DM
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.

[DataSet1] D:\heru\data penelitan pengetahuan dan kualitas hidup pasien DM.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tingkat pengetahuan
reponden * tingkat 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
kualitas hidup responden
tingkat pengetahuan reponden * tingkat kualitas hidup responden Crosstabulation
tingkat kualitas hidup responden
Count kualitas hidup kualitas hidup kualitas hidup
tinggi sedang rendah Total
tingkat pengetahuan pengetahuan baik 13 22 0 35
reponden pengetahuan cukup 1 10 2 13
pengetahuan kurang 0 1 9 10
Total 14 33 11 58

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 44.655a 4 .000
Likelihood Ratio 43.049 4 .000
Linear-by-Linear
28.743 1 .000
Association
N of Valid Cases 58
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,90.
DATA PENELITIAN
inisial jenis lama tingkat kualitas
no usia pendidikan pekerjaan komplikasi tingkat pengetahuan
nama kelamin menderita dm hidup
1 a Perempuan 59 smp pns/tni/polri < 10 tahun Ada baik baik
2 i Perempuan 62 smp pns/tni/polri < 10 tahun Ada baik baik
3 e Perempuan 66 smp ibu rumah tangga > 11 tahun Ada cukup sedang
4 w Perempuan 67 smp ibu rumah tangga < 10 tahun Ada baik sedang
5 j Perempuan 55 sma pns/tni/polri > 11 tahun Ada baik baik
6 e Perempuan 52 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun Ada baik sedang
7 i Perempuan 52 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun Ada baik sedang
8 j Perempuan 46 sma swasta < 10 tahun tidak ada kurang rendah
9 m perempuan 56 sd ibu rumah tangga < 10 tahun tidak ada kurang sedang
10 p laki-laki 63 sma pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik baik
11 h laki-laki 59 smp swasta < 10 tahun tidak ada kurang rendah
12 p laki-laki 61 smp pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada baik baik
13 n perempuan 62 smp ibu rumah tangga > 11 tahun tidak ada kurang rendah
14 m laki-laki 58 sma pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada kurang rendah
15 d laki-laki 73 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun Ada baik baik
16 a perempuan 56 sma ibu rumah tangga > 11 tahun ada cukup sedang
17 s laki-laki 60 smp petani/buruh > 11 tahun tidak ada kurang rendah
18 a laki-laki 57 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik baik
19 f perempuan 54 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik sedang
20 t perempuan 56 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada baik sedang
21 i perempuan 57 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik sedang
22 s perempuan 59 smp pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada baik baik
23 m laki-laki 43 sd pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik baik
24 f laki-laki 54 sma pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik sedang
25 s laki-laki 68 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun ada baik sedang
26 s laki-laki 59 sma pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik sedang
27 e perempuan 50 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun ada baik baik
28 j perempuan 52 sd ibu rumah tangga > 11 tahun ada baik sedang
29 r perempuan 54 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik sedang
30 m perempuan 48 sd petani/buruh < 10 tahun tidak ada baik sedang
31 m perempuan 50 smp ibu rumah tangga < 10 tahun ada baik sedang
32 r perempuan 50 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun ada cukup sedang
33 m laki-laki 53 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada baik baik
34 b laki-laki 61 smp swasta > 11 tahun tidak ada cukup sedang
35 s laki-laki 63 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada cukup baik
36 j laki-laki 74 smp pns/tni/polri < 10 tahun ada baik sedang
37 r perempuan 65 sd ibu rumah tangga < 10 tahun tidak ada baik sedang
38 s laki-laki 66 sma swasta < 10 tahun tidak ada baik sedang
39 m perempuan 52 sd ibu rumah tangga < 10 tahun ada baik sedang
40 y perempuan 54 smp ibu rumah tangga < 10 tahun tidak ada cukup sedang
41 j perempuan 53 sma pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada kurang rendah
42 i perempuan 51 sma ibu rumah tangga < 10 tahun tidak ada cukup sedang
43 k perempuan 69 smp pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada kurang rendah
44 n perempuan 49 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada cukup sedang
45 s perempuan 56 sma pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada cukup sedang
46 r perempuan 50 sd ibu rumah tangga < 10 tahun ada baik baik
47 s perempuan 63 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun ada baik baik
48 n perempuan 58 perguruan tinggi pns/tni/polri < 10 tahun tidak ada baik sedang
49 s laki-laki 61 sma pns/tni/polri < 10 tahun ada cukup sedang
50 m perempuan 48 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada cukup sedang
51 a perempuan 62 sd ibu rumah tangga < 10 tahun tidak ada kurang rendah
52 p laki-laki 43 sd swasta < 10 tahun ada baik sedang
53 s perempuan 54 sd ibu rumah tangga < 10 tahun ada cukup sedang
54 h perempuan 65 sd ibu rumah tangga < 10 tahun tidak ada kurang rendah
55 z perempuan 60 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun tidak ada cukup rendah
56 g perempuan 55 sma swasta < 10 tahun tidak ada baik sedang
57 s perempuan 48 smp ibu rumah tangga < 10 tahun ada baik sedang
58 r laki-laki 62 perguruan tinggi pns/tni/polri > 11 tahun ada baik sedang

Anda mungkin juga menyukai