PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus yang menentukan masa depan
suatu bangsa di masa yang akan datang. Tujuan tersebut harus didukung
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu sasaran utama
(Anggraini J, 2015).
penting yang harus didapatkan oleh bayi pada awal kehidupannya adalah
imunitas terhadap berbagai penyakit. Sistem imunitas pada masa bayi sama
dengan orang dewasa, tetapi belum berkembang dengan sempurna pada saat
lahir (Anggraini J, 2015). Hal inilah yang menyebabkan bayi rentan terhadap
infeksi berbagai penyakit. Kesakitan dan kematian bayi ini dapat menjadi
1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDGS 2015
Sedangkan Angka Kematian Bayi di Kota Bengkulu pada tahun 2014 sebesar
1
2
11 per 1000 KH dan pada tahun 2015 turun menjadi 6 per 1000 KH dan pada
tahun 2016 naik menjadi 7 per 1000 KH (Dinkes Prov Bengkulu, 2015).
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena
pada satu tahun pertama kehidupan anak. Imunisasi merupakan suatu upaya
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri,
terendah yaitu puskesmas Sawah Lebar 81,6%, dari jumlah sasaran 415 bayi,
yang mendapatkan imunisasi 343 bayi, artinya ada angka Drop Out imunisasi
sebesar 17,3% atau 72 bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Puskesmas Sawah Lebar tanggal 9 Juni 2017, penyebab langsung Drop Out
imunisasi antara lain karena orang tua takut terjadinya Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) seperti demam, nyeri dan bengkak. Angka kejadian bengkak
pada bayi. Nyeri akibat injeksi merupakan nyeri yang dirasakan pada anak
dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri yang tidak ditangani
dapat berakibat buruk. Akibat jangka pendek yang dapat disebabkan oleh
akibat jangka panjang nyeri imunisasi pada bayi yaitu peningkatan keluhan
somatik tanpa sebab yang jelas, perubahan respon untuk nyeri dan respon
masuk dalam fase oral, dimana bayi mendapat kepuasan melalui rangsangan
ataupun stimulus yang berpusat pada mulut. Strategi penurunan nyeri dengan
seperti rasa manis yang terdapat pada ASI. Hal ini dikarenakan oleh
oleh tubuh, sifatnya mirip dengan morfin) dan mekanisme preabsorbsi dari
rasa manis. Betha endorphin dihasilkan oleh fetus pada saat lahir oleh
serta mengatur regulasi perasaaan nyeri. Ketika ibu memberikan ASI pada
4
anaknya, maka akan menumbuhkan ikatan psikologis antara ibu dan bayi.
Salah satu perlekatan (bounding) yang dapat diberikan oleh ibu yaitu
dengan terapi sentuhan yang dilakukan orang tua saat prosedur imunisasi
Penilaian rasa nyeri yang tepat perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan
agar mampu menginterpretasikan rasa nyeri yang dialami oleh bayi. Penilaian
skala nyeri pada bayi dapat dilakukan dengan menggunakan skala FLACC
(Face, Legs, Activity, Cry, Consolability). Indikator dalam skala ini meliputi
rata-rata tingkat nyeri pada bayi yang diukur dengan skala nyeri FLACC pada
kontrol rata-rata tingkat nyerinya adalah 7.93. Hasil uji statistik menunjukkan
adanya perbedaan ukuran jarum yang digunakan lebih besar dan volume
vaksin yang lebih banyak. Vaksin Combo (DPT-HB) mulai digunakan tahun
2006 dan dilanjutkan dengan Pentavalen tahun 2014, jadi vaksin pentavalen
ternyata terdapat 9 atau 90% bayi menunjukkan respon nyeri menagis, dan 1
atau 10 % bayi tidak menunjukkan respon nyeri yang dialaminya terlihat dari
tangisan atau rengekan bayi yang lama serta sulit untuk didiamkan, respon
imunisasi yaitu dengan pemberian ASI dan terapi sentuhan saat imunisasi.
B. Rumusan Masalah
Tingginya angka Drop Out imunisasi di Puskesmas Sawah Lebar
sebesar 17,3%. Penyebab langsung Drop Out imunisasi antara lain karena
orang tua takut terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti
demam, nyeri dan bengkak. Angka kejadian bengkak bayi saat imunisasi di
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin
2017.
2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dan
Perguruan Tinggi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
yang diimunisasi.
E. Keaslian Penelitian
1. Anggraini, J (2015), Pengaruh Pemberian Asi Dan Distraksi Mainan
sampling,
FLACC saat penyuntikan imunisasi pada bayi yang diberi ASI lebih
rendah dibandingkan pada bayi yang tidak diberi ASI. Perbedaan dengan
stimulasi kutaneus baik dilihat dari segi waktu maupun penurunan skala