Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia.

Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kualitas pendidikan yang di negara

itu. Kualitas pendidikan sangat penting dalam menyiapkan generasi-generasi muda

yang terampil dan siap menghadapi tantangan dunia. Keterampilan dan kecakapan

generasi muda inilah yang dapat membawa negaranya maju dan dapat bersaing

dengan negara lain yang lebih maju.


Keberhasilan pendidikan dapat diketahui dari ketercapaian belajar peserta

didik sesuai tujuan pembelajaran. Ketercapaian ini dapat diukur melalui penilaian.

Dalam hal ini, peran guru sangat penting dalam melakukan penilaian. Guru tidak

hanya mampu mendidik tetapi juga mampu memberikan penilaian terhadap

ketercapaian belajar peserta didik. Hal ini sesuai dalam Undang-undang No. 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen pasal 1 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

dan menilai. Oleh karena itu sudah jelas bahwa guru mempunyai peran penting

dalam proses penilaian terhadap belajar peserta didik.


Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mempertegas Undang-

undang No. 14 tahun 2005 bahwa terdapat delapan standar nasional pendidikan

antara lain standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian. Salah satu standar

nasional pendidikan seperti yang telah disebutkan yaitu standar penilaian. Standar

penilaian ini masih dipertegas oleh Peraturan Mendiknas No. 20 tahun 2007 pasal 1

(1) bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
2

menengah dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku

secara nasional. Jadi jelaslah bahwa di dalam pendidikan itu tidak hanya terbatas

pada interaksi guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan melainkan

juga terdapat proses penilaian terhadap ketercapaian belajar peserta didik yang

berlaku secara nasional.


Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari

istilah evaluation. Menurut Depdikbud (1994) yang dikutip oleh Zainal Arifin (2011:

4) penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan informasi secara

berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai

siswa. Endang Poerwanti, dkk (2008: 1.3) menjelaskan asesmen sebagai berikut.
Asesmen adalah proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun
yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik
yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah,
maupun kebijakan-kebijakan sekolah.

Cece Rakhmat dan Didi Suhedi (1999: 14) juga mengungkapkan pengertian

penilaian yaitu kegiatan pembuatan keputusan mengenai derajat keberhasilan belajar

masing-masing siswa dan keberhasilan siswa dalam kelas tersebut secara

keseluruhan, serta keberhasilan guru dalam mengajar. Dari beberapa pendapat di atas

maka dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan untuk

memperoleh informasi secara menyeluruh dan berkesinambungan sebagai dasar

pengambilan keputusan mengenai keberhasilan belajar siswa dan semua aspek yang

berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.


Kemampuan penilaian harus dimiliki oleh guru. Hal ini dikarenakan penilaian

akan digunakan guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Setelah mengetahui tingkat keberhasilan

peserta didik dalam mencapai kompetensi, hasil dari penilaian dapat digunakan oleh
3

guru dalam menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya. Langkah ini

nantinya dapat digunakan guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran

sehingga keberhasilan belajar peserta didik akan semakin meningkat. Penilaian

keberhasilan belajar juga dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk

meningkatkan prestasi belajar.


Penilaian keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dari hasil

pengukuran terhadap pencapaian indikator hasil belajar. Endang Poerwanti, dkk

(2008: 1.4) mengemukakan pengertian pengukuran sebagai kegiatan atau upaya yang

dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau

benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat yang digunakan

dalam pengukuran yaitu berupa tes dan hasil dari pengukuran diwujudkan dalam

bentuk skor. Bentuk tes dapat berupa objektif dan uraian.


Kemampuan guru tidak hanya terbatas pada penilaian melainkan juga

pengembangan dari penilaian tersebut. Cara mengembangkan penilaian dimulai dari

menentukan kompetensi dasar yang akan dinilai. Dari kompetensi dasar itu akan

dijabarkan ke dalam indikator-indikator. Acuan untuk menentukan sejauh mana

peserta didik dalam mencapai keberhasilan belajar melalui indikator-indikator

tersebut. Oleh karena itu, penjabaran indikator dilakukan sedetail mungkin sesuai

kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat bermanfaat untuk mempermudah dan

memperjelas guru dalam mengembangkan indikator menjadi butir-butir soal.

sebelum mengembangkan menjadi butir-butir soal, guru harus memilih strategi

penilaian apa yang sesuai untuk menilai indikator yang telah dibuat.
Penilaian yang dilakukan oleh guru di sekolah yaitu dengan menggunakan

tes. Ada yang tes objektif dan ada pula yang tes uraian atau kedua-duanya. Dalam

melakukan penilaian, guru dihadapkan pada kemampuan untuk membuat butir-butir


4

tes yang baik. Tes yang baik yaitu yang dapat memperhatikan syarat-syarat tes.

Apabila tes tersebut dapat memenuhi syarat-syarat tes yang baik maka hal ini dapat

berdampak baik pula bagi pencapaian kompetensi yang ditentukan dan

perkembangan belajar peserta didik. Tes sebagai alat ukur dalam penilaian yang

dilakukan oleh guru, dapat membedakan antara peserta didik yang berkemampuan

tinggi dengan yang rendah. Hal ini sebagai dasar guru untuk memberikan tindak

lanjut terhadap ketercapaian belajar setiap peserta didik. Selain itu, tes juga dibuat

dengan kategori yang merata dan bertingkat, mulai dari yang mudah, sedang, sampai

ke yang sukar. Hal tersebut bertujuan agar pola berpikir peserta didik dapat

berkembang.
Namun kenyataan yang ada di lapangan, banyak guru yang dalam pembuatan

tes tidak memenuhi syarat-syarat tes yang baik. Guru juga kurang dapat menjabarkan

kompetensi dasar menjadi indikator-indikator yang jelas sehingga dalam menentukan

sejauh mana peserta didik memahami pelajaran sesuai komperensi menjadi kurang

jelas. Ada pula yang dalam pembuatan tes terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Tes

yang seperti itu kurang baik untuk perkembangan belajar peserta didik. Tes yang

terlalu mudah dapat menyebabkan peserta didik kurang serius dalam belajar karena

terlalu menyepelekan. Tes yang terlalu sukar juga kurang baik karena akan

menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan kurang bersemangat dalam belajar.

Hal ini berdampak pada kecenderungan peserta didik yang akan melakukan hal-hal

buruk, salah satunya yaitu mencontek saat ujian. Guru diharapkan dapat

memperhatikan syarat-syarat dalam pembuatan tes yang baik sehingga tes dapat

berkualitas. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penyusun akan meneliti terhadap

butir-butir soal yang telah dibuat dengan mempertimbangkan syarat-syarat tes.


5

B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar keefektifan pengecoh butir soal?
2. Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir soal?
3. Apakah butir soal dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan atas dan

bawah?
4. Apakah butir soal memenuhi syarat validitas?
5. Apakah soal yang dibuat memenuhi syarat reliabilitas?

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tes
Istilah tes berasal dari kata testum yang berarti piring untuk menyisihkan

logam-logam mulia (Suharsimi Arikunto, 2012: 66). Menurut Sugihartono, dkk

(2007: 141) tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

sesuatu dalam suasana yang telah ditentukan dan dengan cara serta aturan-aturan

yang sudah ditentukan. James S Cangelosi (1995: 21) yang dikutip oleh Sigit

Suryono (2012) mengemukakan bahwa tes adalah pengukuran terencana yang

dipakai guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi para siswanya untuk

memperlihatkan prestasi mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang telah


6

ditentukan. Selain itu juga Endang Poerwanti, dkk (2008: 1.5) menjelaskan

pengertian tes sebagai berikut.


Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman
dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai
dengan tujuan pengajaran tertentu.

Dari beberapa pengertian tes di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat

yang digunakan oleh guru dalam melakukan penilaian untuk mengetahui dan

mengukur tingkat kemampuan belajar peserta didik dalam penguasaan materi sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Tes berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab

peserta didik dan hasilnya dapat diketahui tingkat ketercapaian peserta didik. Oleh

karena itu, alat ukur jenis tes biasa digunakan guru untuk mengukur sejauh mana

peserta didik dapat menguasai materi.


Endang Poerwanti, dkk (2008: 4.5-4.12) membedakan jenis-jenis tes menjadi

lima antara lain:


1. Berdasarkan tujuan penyelenggaraan
a. Tes seleksi (Selection test)
Tes seleksi diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih peserta guna

diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Hasil

dari tes seleksi nantinya akan menjadi dasar pertimbangan peserta dapat

dinyatakan lolos atau tidak untuk mengikuti program kegiatan selanjutnya.

Sebagai contoh yaitu tes seleksi untuk mengikuti olimpiade matematika.

Peserta didik yang berminat mengikuti olimpiade akan mengikuti tes seleksi

yang diselenggarakan sekolah. Apabila peserta didik berhasil, maka

selanjutnya akan dibina untuk dapat bersaing dalam olimpiade tersebut.


b. Tes penempatan (Placement test)
Salah satu karakteristik peserta didik yaitu tingkat kemampuan yang

dimilikinya berbeda-beda. Di dalam suatu kelas, kemampuan peserta didik


7

bermacam-macam, mulai dari yang tinggi, sedang, maupun rendah. Adanya

perbedaan kemampuan dapat menyebabkan ketidaklancaran dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, tes penempatan umumnya dilakukan untuk

menempatkan pesera didik pada kelompok yang sesuai tingkat kemampuan

yang dimilikinya.
c. Tes hasil belajar (Achievement test)
Jenis tes yang lebih sering diketahui yaitu tes hasil belajar. Tes hasil belajar

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik mampu menguasai

materi yang telah diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Isi dari tes

hasil belajar ini harus disusun secara jelas agar dapat mengukur tingkat

ketercapaian peserta didik dalam menguasai materi.


d. Tes diagnostik (Diagnostic test)
Tes diagnostik dirancang untuk menemukan kesulitan belajar yang dihadapi

peserta didik. Apabila telah ditemukan kesulitannya, selanjutnya dapat

dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran sebelumnya dan

lebih disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. Tes diagnostik

dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik

gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu.

Hasil tes ini akan memberikan informasi tentang konsep yang belum

dipahami dan telah dipahami oleh peserta didik.


e. Tes uji coba
Guru pasti pernah mengembangkan tes. Pengembangan tes belum tentu

memenuhi kualifikasi sebagai tes yang baik sehingga perlu adanya uji coba

untuk memperoleh informasi mengenai validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, daya beda dan juga segi lain yang meliputi kecukupan waktu,

kejelasan tulisan maupun bahasa, perintah tes, dan lain-lain.


8

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, termasuk tes uji coba. Hal

tersebut karena pada penelitian ini, penulis melakukan pengembangan penilaian yang

dijabarkan ke dalam indikator untuk menyusun butir-butir tes. Butir-butir tes ini

selanjutnya akan diujicobakan ke peserta didik untuk mendapatkan informasi

mengenai tingkat kesukaran butir tes yang dibuat, keefektifan pengecoh, daya beda,

validitas, dan reliabilitas.


2. Berdasarkan waktu penyelenggaraan
a. Tes masuk (Entrance test)
Tes masuk dilakukan pada saat menjelang suatu program pembelajaran baru.

Tes masuk sama halnya dengan tes seleksi yaitu mengetahui dan menentukan

peserta yang berhasil untuk melanjutkan program kegiatan selanjutnya.tes

masuk dirancang sesuai dengan tujuan program pembelajaran. Semakin

sesuai isi tes masuk dengan pokok program pembelajaran, makan akan

semakin tinggi tingkat relevansi dan keefektifan dari tes masuk tersebut.
b. Tes formatif (Formative test)
Tes formatif dilakukan pada saat program pembelajaran sedang berlangsung.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui jalannya pembelajaran sampai tahap

tertentu. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang rentang proses

pembelajaran. Materi tes yang dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap

pokok bahasan atau sub materi. Jadi, tes formatif digunakan untuk

menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilan proses

pembelajaran.
c. Tes sumatif (Summative test)
Tes sumatif dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran secara

keseluruhan. Hal tersebut berarti bahwa item tes sumatif mencakup seluruh

materi yang telah disampaikan. Hasil tes ini sebagai dasar untuk menentukan
9

keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tingkat keberhasilan dapat

dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan lain-lain.


d. Pra-tes dan post-test
Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik di awal pembelajaran,

kadang-kadang guru akan melakukan tes yang disebut pra-tes. Hasil pra-tes

ini dapat digunakan untuk mengetahui dan menentukan sejauh mana

kemajuan peserta didik di dalam belajar. Kemajuan ini dapat dilihat dengan

membandingkan tes di akhir pembelajaran. Tes di akhir pembelajaran disebut

post-tes.
Dilihat dari jenis-jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan, penelitian

yang dilakukan oleh penyusun cenderung termasuk tes formatif. Hal ini karena soal

yang diujicobakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan belajar peserta didik

dalam menguasai kompetensi dasar tertentu. Dalam hal ini dipilih kompetensi dasar

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V semester 1 yaitu

mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam, hubungannya dengan penggunaan

sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan

lingkungan sekitar..
3. Berdasarkan cara mengerjakan
a. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik soal maupun

jawabannya. Tes yang soalnya berupa lisan sedangkan jawabannya

dikerjakan secara tertulis masih dapat dikategorikan ke dalam tes tertulis.

Lain halnya apabila soal disampaikan secara tertulis namun jawaban

disampaikan secara lisan, tidak dapat dikategorikan ke dalam tes tertulis.


b. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang dilakukan secara lisan baik soal maupun

jawabannya. Hasil dari tes lisan biasanya hanya menjadi pelengkap dari
10

instrumen asesmen yang lain karena tes lisan relative tidak memiliki rambu-

rambu penyelenggaraan tes yang baku.


c. Tes unjuk kerja
Tes unjuk kerja biasanya peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu

sebgai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan

psikomotor.
Apabila dilihat berdasarkan cara mengerjakan, tes yang dilakukan dalam

penelitian ini termasuk tes tertulis. Hal ini karena soal tes dan jawaban yang

diberikan peserta didik dilakukan secara tertulis.


4. Berdasarkan cara penyusunan
a. Tes buatan guru (Teacher-made test)
Dalam melakukan evaluasi, seorang guru harus dapat mengembangkan alat

ukur, salah satunya melalui tes. Tes yang dikembangkan oleh guru disebut tes

buatan guru. Jadi, tes buatan guru adalah tes yang dirancang dan

dikembangkan oleh guru yang mengacu pada karakteristik tes yang baik, dan

dilakukan secara cermat, serta tetap menjamin validitas dan reliabilitasnya.

b. Tes terstandar (Standardized test)


Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti prosedur

serta prinsip pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur pengembangan

tes diikuti sehingga karakteristik tes yang baik dapat dipenuhi.


Penelitian ini dilakukan untuk menguji coba butir-butir tes yang telah

dikembangkan sendiri oleh penulis. Oleh karena itu, apabila dilihat berdasarkan cara

penyusunan, tes termasuk tes buatan guru karena dikembangkan sendiri dengan

mengacu karakteristik tes yang baik. Dari segi bahasa, penulis mencoba

mengembangkan butir-butir soal dengan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah

dipahami oleh peserta didik. Selain itu juga memperhatikan cara menyusun pengecoh

yang baik.
11

5. Berdasarkan bentuk jawaban


a. Tes esei (Essay-type test)
Tes esei atau tes dalam bentuk uraian adalah tes yang menuntut peserta didik

mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajari

dengan cara mengemukakan dalam bentuk tulisan. Keungggulan tes uraian,

guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengemukakan

pendapat, mengorganisasikan pikirannya, dan mengungkapkan gagasan

melalui kata-kata atau kalimat sendiri.


b. Tes jawaban pendek
Tes jawaban pendek adalah tes yang peserta didiknya hanya memberikan

jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-

kata lepas, maupun angka-angka. Tes jenis ini termasuk tes yang mengisi

bagian kosong dari sebuah kalimat atau teks sehingga diharapkan peserta tes

dapat menjawab sesingkat mungkin.


c. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk

menjawab tes sudah tersedia. Tes ini disebut juga tes pilihan jawaban. Tes

objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara

objektif sehingga pemberian skor dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Tes

objektif hanya memberikan jawaban benar dan salah sehingga penilaian tidak

bergradasi. Variasi tes objektif antara lain benar-salah, pilihan ganda,

menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.


Dari berbagai jenis tes berdasarkan bentuk jawaban, tes dalam penelitian ini

termasuk tes objektif yaitu pilihan ganda, jawaban pendek, dan esei. Pilihan ganda

biasanya lebih sering digunakan oleh guru. Tes pilihan ganda menurut Sumadi

Suryabrata (2004: 85) yaitu tes yang terdiri batang tubuh soal (stem), yang berupa

pertanyaan pengantar atau pernyataan tidak lengkap, dan dua atau lebih kemungkinan
12

jawaban. Suharsimi Arikunto (2012: 183) juga memberikan penjelasan tentang tes

pilihan ganda. Tes pilihan ganda yaitu tes yang terdiri atas suatu keterangan atau

pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk

melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan. Kemungkinan

jawaban yang benar disebut jawaban (kunci), dan yang lainnya disebut pengecoh

(distractors). Kesemua kemungkinan jawaban dalam bahasa Inggris disebut option.

Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut (H. Sujati, 2010:

22-23):
1. Pokok soal atau stem harus dirumuskan secara jelas sehingga mudah
dipahami maknanya oleh siswa.
2. Hindari pernyataan negatif pada pokok soal atau stem.
3. Usahakan option atau kemungkinan jawaban bersifat homogeny atau
sejenis.
4. Di antara option harus ada satu jawaban yang benar atau tepat.
5. Pengecoh harus berfungsi bukan asal ada.
6. Hindari adanya semacam petunjuk terhadap jawaban yang benar.
7. Apabila option berbentuk angka susunlah mulai dari angka terkecil.
Menurut Zainal Arifin (2011: 143) menyebutkan beberapa petunjuk praktis

dalam menyusun soal dalam bentuk pilihan ganda antara lain:


1. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
2. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.
3. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang
sudah dipelajari peserta didik.
4. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan
berarti.
5. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang
tidak terputus.
6. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogeny, dan logis.
7. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada
itemnya.
8. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan.
9. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.
10. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
Dalam kumpulan materi yang dihimpun oleh H. Sujati (2010: 23)

menambahkan langkah-langkah penyusunan alat penilaian sebagai berikut:


13

1. Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup


pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun
kedalamannya.
2. Merumuskan tujuan dan indikator keberhasilan belajar agar mudah dalam
menentukan materi yang akan diujikan.
3. Membuat kisi-kisi atau blue print alat penilaian. Dalam kisi-kisi harus
tampak kemampuan yang diukur, lingkup materi/bahan yang diujikan,
tingkat kesulitan soal, jenis alat penilaian yang digunakan, jumlah
soal.pertanyaan, dan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan
soal/pertanyaan tersebut.
4. Menulis soal-soal/pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
Dalam penulisan soal, perhatikan aturan penulisan soal sebagai alat
penilaian hasil belajar.
5. Membuat kunci jawaban soal agar pemeriksa mempunyai pemahaman dan
kriteria yang sama atas jawaban yang diberikan siswa.

Tes pilihan ganda memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapaun kelebihan dari

tes pilihan ganda yaitu:


1. Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif.
2. Dapat menilai kemampuan peserta didik dari aspek kognitif.
3. Dapat mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan domain yang

dikehendaki.
4. Semua indikator dapat terwakili.
5. Dapat digunakan berulang-ulang.
6. Cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak.
Dari beberapa kelebihan, tes pilihan ganda juga terdapat kelemahannya yaitu:
1. Cenderung menekankan pada aspek kognitif saja.
2. Membutuhkan waktu lama untuk membuat soal yang benar-benar baik.
3. Membiasakan peserta didik berpikir untung-untungan dari tebakan.
4. Kurang memacu peserta didik berpikir analisis.
5. Kurang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa peserta didik,

mengemukakan gagasan, dan pemecahan masalah melalui tulisan.

B. Syarat-syarat Tes
1. Keefektifan Pengecoh
Soal pilihan ganda terdapat alternatif jawaban (opsi) yang merupakan

pengecoh. Butir soal yang baik yaitu pengecohnya akan dipilih secara merata oleh
14

peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik,

pengecohnya akan dipilih secara tidak merata


Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu

sama atau mendekati jumlah ideal. Menurut Zainal Arifin (2011, 279) indeks

pengecoh dapat dihitung dengan rumus:


P
IP= × 100
( N −B ) / ( n−1 )
Keterangan:
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap

Adapun kualitas pengecoh berdasar indeks pengecoh (Zainal Arifin, 2011:

280) adalah:
Sangat baik IP = 76% - 125%
Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%
Kurang baik IP = 26% - 50% atau 151 % - 175%
Jelek IP = 0% - 25% atau 176 %- 200%
Sangat jelek IP = lebih dari 200%

Selain itu juga terdapat langkah-langkah untuk mengetahui apakah suatu opsi

(alternative jawaban) dari setiap soal berfungsi secara efektif atau tidak. Langkah-

langkahnya sebagai berikut:


a. Menentukan jumlah peserta didik (N)
b. Menentukan jumlah sampel (n), baik untuk kelompok atas maupun kelompok

bawah, yaitu 27% x N.


c. Membuat tabel pengujian efektivitas opsi sebagai berikut:

Opsi
a b c D e
Kelompok
Atas
Bawah

d. Menghitung jumlah alternatif jawaban yang dipilih peserta didik, baik untuk

kelompok atas maupun kelompok bawah.


15

e. Menentukan efektivitas fungsi opsi dengan kriteria:


1) Untuk opsi kunci:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah berada di antara

25% - 75%.
b) Rumusnya:
∑ PKA +∑ PKB ×100
n1 +n2
Keterangan:
PKA = jumlah pemilih kelompok atas
PKB = jumlah pemilih kelompok bawah
n1 = jumlah sampel kelompok atas (27%)
n2 = jumlah sampel kelompok bawah (27%)

c) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih besar daripada jumlah

pemilih kelompok bawah.


2) Untuk opsi pengecoh:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah tidak kurang

dari:
1
25 × × ( Ka + Kb )
2 (∑ d )
Keterangan:
d = jumlah opsi pengecoh
Ka = kelompok atas
Kb = kelompok bawah

b) Jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih besar daripada jumlah

pemilih kelompok atas.

Suharsimi Arikunto (2012: 234) mengemukakan pendapatnya bahwa suatu

distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh

5% pengikut tes. Dari dua pendapat yang berbeda, dalam penelitian ini, untuk

mengetahui keefektifan pengecoh menggunakan pendapat Suharsimi Arikunto. Hal

ini juga disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang diteliti sebanyak 20 orang.

Jumlah ini menurut Suharsimi Arikunto (2012) termasuk kelompok kecil sehingga
16

tidak membutuhkan sampel 27% seperti yang dikemukakan Zainal Arifin (2011)

didalam rumusnya, melainkan cukup membagi jumlah tersebut menjadi dua yaitu 5%

kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

2. Indeks Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran

suatu soal (Zainal Arifin, 2011: 266). Soal yang baik yaitu yang memiliki tingkat

kesukarannya seimbang. Soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu

mudah. Sebagai contoh, sebuah soal sebaiknya memiliki proporsi penyebaran 25%

sukar, 50% sedang, dan 25% mudah (Cece Rakhmat dan Didi Suherdi, 1999: 69).

Saifuddin Azwar (2012: 134) juga menambahkan bahwa indeks kesukaran item

merupakan rasio antara penjawab dengan benar dan banyaknya penjawab item.

Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal dapat diperoleh dengan menggunakan

rumus (H. Sujati, 2012) :


B
P=
Keterangan: S
P = indeks kesukaran soal
B = subjek yang menjawab soal benar
S = jumlah subjek yang mengikuti tes

Untuk kategori tingkat kesukaran antara sebagai berikut:

No. Skor Kategori


1. ≥ 0, 80 Mudah
2. 0,35 – 0,79 Sedang
3. ≤ 0,34 Sukar

3. Daya Beda
Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 226) daya pembeda soal adalah

kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Semakin

tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, maka semakin mampu butir soal
17

tersebut membedakan antara peserta didik yang mampu menguasai kompetensi

(pandai) dengan yang kurang menguasai kompetensi (bodoh).


Penentuan daya beda dilakukan dengan cara seluruh pengikut tes

dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah

(bodoh). Untuk menentukan daya beda pada kelompok kecil (kurang dari 100)

dengan cara seluruh kelompok testee dibagi menjadi dua sama besar, 50% kelompok

atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari skor

teratas sampai skor terbawah, lalu dibagi menjadi dua (Suharsimi Arikunto, 2012:

227). Untuk kelompok besar (100 orang ke atas) dilakukan dengan cara mengambil

kedua kutubnya saja yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor

terbawah sebagai kelompok bawah.


Untuk menghitung daya beda menggunakan rumus (H. Sujati, 2012):
D = Pu - Pl
Keterangan:
D = daya beda
Pu = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
Pl = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori Daya Beda

No. Skor Kategori


1.  1, 00 Sangat baik
2. 0,80 – 0, 99 Baik
3. 0, 56 - 0, 79 Sedang
4. 0, 55 Kurang

4. Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 121). Alat ukur dikatakan

valid/sahih apabila dapat mengungkapkan secara cermat apa yang seharusnya diukur.

Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999: 187) juga menambahkan bahwa yang
18

dimaksud validitas/kesahihan adalah ketepatan suatu tes dalam menghasilkan data

atau informasi yang relevan dengan tujuan atau keputusan yang akan dibuat.
Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999:187-200) membedakan jenis-jenis

validitas/kesahihan menjadi tiga antara lain:


a. Kesahihan isi (content validity)
Kesahihan isi sangat penting di dalam tes hasil belajar yaitu untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi yang telah diajarkan

dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri peserta didik

setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Pengujian kesahihan isi

dilakukan secara logis dan rasional dengan cara menimbang kesesuaian setiap

soal dengan indikator sehingga acuan dalam penimbangan soal adalah ruang

lingkup materi dan indikator yang diwujudkan dalam bentuk kisi-kisi tes. Di

dalam kisi-kis tes terdapat indikator, banyak butir, dan nomor butir. Jadi kisi-

kisi tes sebagai pedoman dalam pembuatan butir-butir tes. Adanya kisi-kisi

tes maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
b. Kesahihan konstruk (construct validity)
Kesahihan konstruk digunakan dalam tes psikologi yang akan menunjukkan

sejauh mana tes dapat mengukur konstruk yang dimaksud. Konstruk

merupakan kualitas psikologi yang secara teoritis tercakup dalam aspek

perilaku. Contohnya konstruk tentang konsep intelegensi. Analisis kesahihan

konstruk dilakukan secara rasional maupun empirik. Analisis rasional

dilakukan dengan cara menimbang kesesuaian butir-butir soal dengan

konstruk yang dimaksud sedangkan analisis empiris dengan teknis analisis

faktor.
c. Kesahihan kriteria (criterion validity)
Kesahihan kriteria diuji secara empirik dengan menggunakan tolak ukur

eksternal sebagai patokannya. Proses pengujiannya dilakukan dengan cara


19

mengkorelasikan skor tes yang akan divalidasikan dengan skor tes yang

dijadikan kriterianya. Apabila kriteria yang digunakan berupa prestasi atau

perilaku mendatang maka validitasnya disebut validitas prediktif. Validitas

prediktif menunjukkan tingkat ketepatan skor tes dalam memprediksikan

prestasi mendatang. Apabila kriterianya berupa perilaku saat ini juga maka

disebut concurrent validity atau congruent validity.


Zainal Arifin (2011: 248-258) juga membedakan jenis-jenis validitas menjadi

lima sebagai berikut:


a. Validitas permukaan
Validitas permukaan hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari

instrumen itu sendiri. Apabila suatu tes secara sepintas telah dianggap baik

untuk mengukur apa yang harus diukur, maka tes tersebut sudah dapat

dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan.


b. Validitas isi
Validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Tujuannya untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai mata pelajaran yang telah

disampaikan dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri

peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika dilihat dari

segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar, maka validitas isi disebut

juga validitas kurikuler dan perumusan. Validitas kurikuler berkaitan dengan

pertanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah

ditentukan. Validitas kurikuler dapat dilakukan dengan cara mencocokkan

materi tes dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi dengan sesame

pendidik, atau mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur.

Validitas perumusan berkaitan dengan pertanyaan apakah aspek-aspek dalam


20

soal-soal itu benar-benar tercakup dalam perumusan tentang apa yang akan

diukur.
c. Validitas empiris
Validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistik yaitu analisis

korelasi. Validitas ini mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria

tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang bersangkutan.

Kriteria tersebut harus relevan dengan apa yang akan diukur. Ada tiga macam

validitas empiris yaitu validitas prediktif, kongruen, dan sejenis. Validitas

prediktif adalah jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk

meramalkan prestasi belajar murid di masa yang akan datang. Validitas

kongruen adalah jika kriteria standarnya berlainan. Misalnya skor tes bahasa

Inggris dikorelasikan dengan skor tes bahasa Indonesia. Sebaliknya, jika

kriteria standarnya sejenis maka validitas tersebut disebut validitas sejenis.


d. Validitas konstruk
Konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi dan diukur. Validitas ini

disebut juga validitas logis. Validitas konstruk banyak dikenal dan digunakan

dalam tes-tes psikologi untuk mengukur gejala perilaku yang abstrak.


e. Validitas faktor
Penilaian hasil belajar sering menggunakan skala pengukuran tentang suatu

variabel yang terdiri atas beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh

berdasarkan indikator dari variabel yang diukur sesuai dengan apa yang

terungkap dalam konstruksi teoritisnya. Kriterium yang digunakan dalam

validitas faktor dapat diketahui dengan menghitung homogenitas skor setiap

faktor dengan total skor dan antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari

faktor yang lain.


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan validitas isi. Seperti yang telah

dijelaskan, validitas isi digunakan untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
21

peserta didik dapat menguasai materi yang telah diajarkan. Untuk mengetahui

ketercapaian peserta didik menguasai materi, maka dari kompetensi dasar akan

dijabarkan ke dalam indikator-indikator yang jelas agar dalam proses penilaian juga

menjadi jelas. Sebagai acuan penilaian ini yaitu kisi-kisi tes yang berisi indikator,

jumlah butir, dan nomor butir.


Penelitian ini mengambil mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V

semester 1 dengan kompetensi dasar yaitu mengidentifikasi perubahan yang terjadi di

alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan

manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar. Adapun kisi-kisi tes sebagai

berikut:

Kisi-Kisi Tes
Nomor Butir
No Banyak
Indikator Jawaban Esai
. Butir Objektif
Singkat
Menentukan zat yang
1. dibutuhkan manusia 1 1 0 0
untuk bernafas.
Menyebutkan sifat-
2. sifat zat gas. 1 2 0 0

Menyebutkan sifat-
3. sifat zat cair. 5 3 12, 16, 17 23

Menyebutkan benda-
4. benda yang termasuk 1 4 0 0
zat padat.
5. Menentukan
perubahan wujud 7 5 11, 13, 21, 22
22

benda. 14,15
Menyebutkan
6. peristiwa perubahan 2 6, 7 0 0
benda.
Menyebutkan contoh
7. pelestarian alam. 5 9 18, 19 24, 25

Menyebutkan contoh
8. perusakan alam. 3 8, 10 20 0

Jumlah 10 10 5

Untuk menghitung indeks validitas tes pada pilihan ganda digunakan rumus

(H. Sujati, 2012):

γ
Indeks validitas (γ) =
Keterangan:
=
Mp−Mt p
koefisien validitasSd √ q
yang dicari
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul pada item yang dicari
validitasnya.
Mt = rerata skor total
Sd = simpangan baku


2
∑ X2− ∑ X
N N ( )
p = proporsi siswa yang menjawab butir soal itu benar

banyaknya siswa yang benar


p=
jumlah seluruh siswa

q = proporsi siswa yang menjawab butir soal itu salah (q= 1 – p)

Skor butir soal dikatakan memiliki validitas yang memuaskan apabila indeks

validitas 0,3 (Saifuddin Azwar, 2012: 179). Jadi, apabila skor butir hasil

penghitungan berada di bawah atau kurang dari 0,30 maka butir soal tersebut tidak

valid.
5. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen

(Zainal Arifin, 2011: 258). Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu

memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu
23

atau kesempatan yang berbeda. Menurut Gronlund (1985) dalam Zainal Arifin (2011:

258) mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi reliabilitas, antara lain:
a. Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada kecenderungan semakin panjang

suatu tes, tingkat reliabilitas juga akan tinggi.


b. Sebaran skor. Besarnya sebaran skor akan membuat tingkat reliabilitas

menjadi lebih tinggi karena koefisien reliabilitas yang lebih besar diperoleh

ketika peserta didik tetap pada posisi yang relative sama dalam satu kelompok

pengujian ke pengujian berikutnya.


c. Tingkat kesukaran. Pada penilaian yang menggunakan pendekatan penilaian

acuan normal, soal yang mudah maupun yang sukar cenderung menghasilkan

tingkat reliabilitas yang rendah karena keduanya berada pada sebaran skor

yang terbatas. Tingkat kesukaran soal yang ideal untuk meningkatkan

koefisien reliabilitas adalah soal yang menghasilkan sebaran skor berbentuk

kurva normal.
d. Objektivitas menunjukkan skor tes kemampuan yang sama antara peserta

didik yang satu dengan lainnya.


Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain

(Sugiyono, 2009: 130-132):


a. Test-retest
Uji reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada

responden. Instrumen yang dibuat sama, responden sama, dan waktu berbeda.

Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan

berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen

dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Pengujian dilakukan dengan cara sekali, tetapi instrumennya dua, pada

responden yang sama, waktu sama, dan instrumen berbeda. Reliabilitas

dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu


24

dengan data instrumen yang dijadikan equivalen. Bila korelasi positif dan

signifikan, maka instrumen tersebut reliabel.

c. Gabungan
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen,

setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan

secara silang.
d. Internal consistency
Uji reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian data

yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, antara lain:


1) Rumus Spearman Brown
2r b
r i=
1+r b
Keterangan:
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product momen antara belahan pertama dan kedua
2) Rumus KR.20 (Kuder Richardson)

r i=
k
(k−1){ s2}
s2 −∑ p i qi

Keterangan:
k = jumlah item dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
qi = 1 - pi
s2 = varians total
3) Rumus KR.21

r i=
k

( k−1)
Keterangan:
1−
M (k−M )
k s2

k = jumlah item dalam instrumen


M = mean skor total
s2 = varians total
4) Analisis varians Hoyt (Anova Hoyt)
M Ke
r i=1−
M Ks
Keterangan:
MKs = mean kuadrat antara subjek
MKe = mean kuadrat kesalahan
ri = reliabilitas instrumen
25

Menurut Feldt & Brennan (1989: 106) yang dikutip oleh Friyatmi (2012)

menyatakan bahwa suatu instrumen sudah dianggap reliabel jika memiliki koefisien

reliabilitas minimal 0,7. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Kaplan (1982: 106)

yang dikutip oleh S. Eko Putro Widoyoko (2010: 155) mengemukakan bahwa harga

kritik atau standar reliabilitas untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya

bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel sekurang-kurangnya bernilai 0,7.

BAB III
HASIL UJI COBA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Coba


26

Uji coba tes dilakukan di SD Negeri Deresan yang beralamat di Jalan

Cempaka RT 014/05, Condongcatur, Depok, Yogyakarta. Peserta tes yaitu kelas V

yang berjumlah 31 siswa. Hasil uji coba tes IPA yaitu sebagai berikut:

No B1 B2 B B4 B5 B6 B B B B10 X X2 KET.
. 3 7 8 9
1. 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
2. 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 64 A
3. 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 49 B
4. 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9 C
5. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
6. 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 49 B
7. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 B
8. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 64 A
9. 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 49 B
10. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
11. 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
12. 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16 C
13. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
14. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
15. 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
16. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
17. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
18. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
19. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
20. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
21. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
22. 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 A
23. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
24. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
25. 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
26. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
27. 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36 B
28. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
29. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
30. 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81 A
31. 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
Jumlah 25 214
3 9

B. Pembahasan
1. Keefektifan pengecoh
Butir 1
27

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a b* c d
Kelompok Atas 0 22 0 0
Kelompok Bawah 0 9 0 0
Persentase 0% * 0% 0%
Tidak Tidak Tidak
Kategori *
efektif efektif efektif
Sesuai pernyataan Zainal Arifin (2011) bahwa butir soal yang baik itu

pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah.

Pada butir 1 menunjukkan pengecoh tidak dipilih secara merata sehingga butir

tersebut dapat dikatakan tidak baik. Apabila dilihat pengecoh satu per satu dapat

diketahui bahwa pengecoh a, c, dan d sama sekali tidak ada yang memilih sehingga

pengecoh tersebut tidak efektif karena isinya yang tidak relevan atau kalimat yang

tidak tersusun dengan baik sehingga tampak jelas sebagai pilihan yang salah.
Butir 2

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a* b c d
Kelompok Atas 22 0 0 0
Kelompok Bawah 9 0 0 0
Persentase * 0% 0% 0%
Tidak Tidak
Kategori * Tidak efektif
efektif efektif

Butir 2 menunjukkan pengecoh tidak dipilih secara merata sehingga butir

tersebut dapat dikatakan tidak baik. Dilihat pengecoh satu per satu dapat diketahui

bahwa pengecoh a, c, dan d tidak efektif karena sama sekali tidak ada yang memilih.

Hal ini dapat dikarenakan isinya yang tidak relevan atau kalimat yang tidak tersusun

dengan baik sehingga tampak jelas sebagai pilihan yang salah.


Butir 3

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a b c d*
Kelompok Atas 2 1 0 19
Kelompok Bawah 2 0 1 6
28

Persentase 20% 5% 5% *
Kategori Efektif Efektif Efektif *

Pada tabel terlihat bahwa distribusi jawaban peserta didik terhadap pengecoh

merata. Hal ini ditunjukkan oleh pengecoh a, b, c dan d dipilih oleh peserta didik.

Dapat dikatakan bahwa butir 3 ini mampu mengecoh siswa. Pengecoh a efektif

karena dapat mengecoh sebesar 20%. Pengecoh b dan c efektif karena dapat

mengecoh sebesar 5% seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto. Menurut

Suharsimi Arikunto (2012) menjelaskan bahwa pengecoh berfungsi dengan baik jika

paling sedikit dipilih oleh 5% dari pengikut tes.


Butir 4

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a b c* D
Kelompok Atas 1 0 20 1
Kelompok Bawah 0 0 8 1
Persentase 5% 0% * 10%
Tidak
Kategori Efektif * Efektif
efektif

Butir 4 menunjukkan bahwa pengecoh a dapat mengecoh sebesar 5% dan

pengecoh d dapat mengecoh sebesar 10%. Sedangkan pengecoh b tidak efektif

karena tidak ada satupun siswa yang memilih pengecoh b.

Butir 5

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a* b c d
Kelompok Atas 20 0 2 0
Kelompok Bawah 4 0 3 2
Persentase * 0% 25% 10%
Tidak
Kategori * Efektif Efektif
efektif

Sama seperti butir nomor 4, butir nomor 5 memiliki 2 pengecoh yang efektif

yaitu pengecoh c dan d dan memiliki satu pengecoh yang tidak efektif yaitu
29

pengecoh b. Pengecoh c mampu mengecoh sebesar 25%, pengecoh d mampu

mengecoh sebesar 10%. Sedangkan pengecoh b tidak ada siswa yang memilihnya

sehingga pengecoh tersebut tidak efektif.


Butir 6

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a* b c d
Kelompok Atas 22 0 0 0
Kelompok Bawah 8 0 1 0
Persentase * 0% 5% 0%
Tidak
Kategori * Efektif Tidak efektif
Efektif

Butir soal nomor 6 ada dua pengecoh yang tidak efektif karena tidak ada satu

pun yang memilih opsi tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa pengecoh tersebut

tampak jelas sebagai pilihan yang salah. Pengecoh c berfungsi efektif. Pengecoh c

dapat mengecoh sebesar 5%. Apabila dilihat secara keseluruhan pengecoh, butir soal

tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai soal yang baik karena pengecoh tidak

dipilih secara merata oleh peserta tes (peserta didik).

Butir 7

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a b c* d
Kelompok Atas 8 5 9 0
Kelompok Bawah 5 2 1 1
Persentase 65% 35% * 5%
Kategori Efektif Efektif * Efektif

Pada tabel dapat dilihat bahwa semua pengecoh berfungsi efektif. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penghitungan yang menunjukkan bahwa pengecoh a sebesar

65% dan b dapat mengecoh sebesar 35% sedangkan pengecoh d sebesar 5%. Hal

tersebut lebih besar dari standar keefektifan pengecoh yaitu sebesar 5% dari seluruh

peserta didik yang mengikuti tes. Distribusi jawaban juga secara merata dipilih oleh
30

peserta didik yang menjawab salah dan lebih banyak kelompok bawah yang

terkecoh. Jadi, butir soal nomor 7 termasuk soal yang baik.


Butir 8

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a b c d
Kelompok Atas 0 0 0 22
Kelompok Bawah 2 1 2 4
Persentase 10% 5% 10% *
Kategori Efektif Efektif Efektif *

Pada tabel di atas menujukkan ketiga pengecoh yaitu a, b dan c dapat

berfungsi efektif karena pada pengecoh tersebut ada yang memilih baik dari

kelompok atas maupun bawah. Pengecoh a dan c berfungsi efektif yang dapat

mengecoh peserta didik yang menjawab salah sebesar 10%. Pemilih pengecoh b juga

efektif yang mampu mengecoh siswa sebesar 5%. Selain itu, distribusi jawaban

merata keseluruh pengecoh sehingga dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 8

termasuk soal yang baik.


Butir 9

Distribusi Jawaban Peserta Didik


a b* c d
Kelompok Atas 4 18 0 0
Kelompok Bawah 3 4 0 2
Persentase 35% * 0% 10%
Kategori Efektif * Tidak efektif Efektif

Butir nomor 9 menunjukkan ketidak efektifan dari semua pengecoh.

Pengecoh a dapat mengecoh sebesar 35%, pengecoh d sebesar 10%. Sedangkan

pengecoh c tidak efektif. Distribusi jawaban tidak merata tidak dipilih oleh seluruh

peserta didik yang menjawab salah. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa

butir soal nomor 9 termasuk soal yang tidak baik.


Butir 10

Distribusi Jawaban Peserta Didik


31

a b c d*
Kelompok Atas 1 0 0 1
Kelompok Bawah 1 2 1 3
Persentase 10% 10% 5% *
Kategori Efektif Efektif Efektif *

Sama halnya dengan butir soal nomor 8, butir nomor 10 juga menunjukkan

keefektifan semua pengecoh. Pada tabel dapat dilihat bahwa penegcoh a dapat

mengecoh sebesar 10%, pengecohbc sebesar 10%, dan pengecoh c sebesar 5%.

Angka tersebut lebih besar atau sama dengan 5% keseluruhan peserta didik yang

mengikuti tes. Terdapat adanya distribusi jawaban yang merata terhadap semua

pengecoh dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut baik.

2. Indeks kesukaran

Indeks Kesukaran
Hasil Penghitungan Kategori
Butir
B1 1 Mudah
B2 1 Mudah
B3 0,81 Mudah
B4 0,90 Mudah
B5 0,77 Sedang
B6 0,97 Mudah
B7 0,32 Sukar
B8 0,84 Mudah
B9 0,71 Sedang
B10 0,84 Mudah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indeks kesukaran butir soal

meliputi kategori mudah, sedang, dan sukar. Keseluruhan butir soal, indeks

kesukarannya yaitu mudah. Hal ini dapat dilihat dari butir soal yang berkategori
32

mudah berjumlah 7, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8 dan 10. Butir soal yang kategorinya

sedang yaitu butir soal nomor 5 dan 9. Hal ini disebabkan hampir seluruh siswa

mampu menjawab soal dengan benar. Untuk butir soal yang sukar yaitu nomor 7.

Butir soal nomor 7 hanya dapat dijawab benar oleh 10 siswa. Dari data tersebut, soal

yang digunakan dalam penelitian ini termasuk soal yang kurang baik karena

mayoritas soal mudah dan dapat dijawab benar oleh kebanyakan siswa. Sesuai pada

pendapat Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999) yang menyatakan bahwa soal tes

hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah dan memiliki proporsi

penyebaran 25% sukar, 50% sedang, dan 25% mudah. Dari tabel di atas telah

ditunjukkan bahwa soal terlalu mudah tidak sesuai proporsi penyebaran yang telah

diungkapkan di atas.

3. Daya beda

Daya Beda Butir Hasil Kategori


Penghitungan
B1 0, 84 Baik
B2 0, 84 Baik
B3 0, 84 Baik
B4 0,77 Sedang
B5 1, 03 Sangat baik
B6 0,90 Baik
B7 0,52 Kurang
B8 1,16 Sangat baik
B9 0, 90 Baik
B10 1, 03 Sangat baik

Daya beda merupakan kemampuan butir untuk membedakan peserta tes

antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Berdasarkan teori yang telah

dijelaskan di bab sebelumnya yaitu semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu

butir soal, maka semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta
33

didik yang mampu menguasai kompetensi (pandai) dengan yang kurang menguasai

kompetensi (bodoh). Dari tabel di atas menunjukkan koefisien daya beda yang

termasuk kategori sangat baik sebanyak tiga soal yaitu butir nomor 5, 8 dan 10

sedangkan yang baik pada butir nomor 1, 2, 3, 6, dan 9. Butir soal yang daya

bedanya sedang sebanyak satu soal yaitu pada butir nomor 4 sedangkan selebihnya

yaitu sebanyak satu soal berkategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang

dibuat sudah baik dalam membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah.

4. Validitas

Indeks Validitas Butir Hasil Penghitungan Kategori


B1 0 Tidak valid
B2 0 Tidak valid
B3 0,56 Valid
B4 0,03 Tidak valid
B5 0,82 Valid
B6 0,57 Valid
B7 0,5 Valid
B8 0,1 Tidak valid
B9 0,58 Valid
B10 0,6 Valid

Validitas suatu butir soal dicapai apabila hasil penghitungan lebih dari atau

sama dengan 0,3 seperti yang dijelaskan oleh Saifuddin Azwar (2012). Berdasarkan

tabel di atas, terlihat bahwa hasil penghitungan yang mencapai lebih dari atau sama

dengan 0,3 sebanyak 6 butir yaitu pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7, 9, dan 10. Oleh

karena itu, butir soal yang valid sebanyak 6 butir. Butir soal yang tidak valid pada

butir soal nomor 1, 2, 4, dan 8. Secara keseluruhan soal tersebut termasuk valid

karena lebih banyak soal yang valid dibandingkan dengan yang tidak valid. Semakin
34

rendah indeks validitas suatu butir soal, maka butir soal tersebut tidak baik untuk

digunakan. Dari data pada tabel di atas, indeks validitas terendah yaitu 0 pada butir

nomor 1, 2 dan 0,03 pada butir nomor 4.

5. Reliabilitas
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa reliabilitas adalah

tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen (Zainal Arifin, 2011: 258). Suatu

tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan

pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Kaplan (1982:

106) yang dikutip oleh S. Eko Putro Widoyoko (2010: 155) mengemukakan bahwa

harga kritik atau standar reliabilitas untuk indeks reliabilitas instrumen adalah 0,7.
Dari hasil penghitungan menggunakan rumus KR21, indeks reliabilitas pada

butir soal yang diuji coba yaitu 0, 4995 . Angka tersebut di bawah indeks minimal

reliabilitas sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa soal tes termasuk tidak baik karena

tidak reliabel. Apabila diujicobakan kembali kepada subjek yang sama, dengan soal

yang sama, tetapi waktunya berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda. Oleh

karena itu, butir soal yang telah dibuat dalam penelitian ini tidak reliabel.
Berdasarkan faktor penyebab tidak reliabelnya soal menurut Gronlund (1985)

dalam Zainal Arifin (2011: 258), ada kemungkinan soal yang digunakan penelitian

ini kurang panjang (banyaknya soal hanya 10) karena menurutnya ada

kecenderungan semakin panjang tes/soal maka tingkat reliabilitas akan semakin

tinggi. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat validitasnya. Semakin panjang tes,

akan semakin menggambarkan apa yang hendak diukur secara jelas. Apabila dilihat
35

tingkat validitas pada soal tes dalam penelitian ini, tingkat validitasnya masih kurang

karena antara yang valid dengan yang tidak valid jumlahnya seimbang sehingga hal

ini menyebabkan soal menjadi tidak reliabel.

PEMBAHASAN SOAL JAWABAN SINGKAT

No B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B2 X KET
. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 .
1. 2 0 2 0 2 0 2 2 2 0 1 A
2
2. 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 A
8
3. 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 A
8
4. 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 1 B
0
5. 2 0 2 0 2 0 0 2 2 2 1 A
2
6. 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 1 A
4
7. 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 1 A
2
8. 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 1 A
4
9. 0 0 0 0 2 0 0 2 2 2 8 B
10. 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 A
9
11. 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 1 A
6
12. 0 0 2 0 0 2 2 0 0 0 6 B
13. 0 0 2 0 0 2 0 2 0 2 8 B
14. 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 1 A
6
15. 2 0 2 2 2 0 2 2 0 0 1 A
2
16. 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 1 A
8
17. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 A
0
18. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 A
0
19. 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 A
9
36

20. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 A
0
21. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 A
0
22. 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 A
8
23. 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 1 A
2
24. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 A
0
25. 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 1 A
4
26. 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 1 A
8
27. 0 0 2 0 0 0 2 2 2 2 1 B
0
28. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 A
0
29. 0 0 2 2 2 0 0 2 0 2 1 B
0
30. 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 1 A
4
31. 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 1 A
4
Jumlah

Soal untuk jawaban singkat berjumlah 10 butir. Dalam setiap butir soal jika

siswa menjawab benar akan mendapatkan skor 2 atau jumlah soal yang dijawab

siswa dengan benar akan dikalikan 2. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa siswa

yang mendapatkan nilai A lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan nilai B. Secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal tersebut

terbukti banyak siswa yang mendapatkan skor di atas 10. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa soal jawaban singkat tersebut termasuk dalam kategori mudah,

karena sebagian besar siswa mampu menjawabnya. Terlihat bahwa siswa yang

mendapat nilai A ada sebanyak 25 siswa. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai B

ada sebanyak 6 orang. Terjadi perbandingan yang sangat jelas, dimana nilai A lebih
37

dominan dibandingkan nilai A. Siswa mendapatkan nilai A jika skor total ≥ 11. Jika

≤ 10 maka siswa tersebut akan mendapatkan nilai B.


Untuk setiap butir soal memiliki kategori sendiri. Butir soal 11 pada soal

jawaban singkat berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab

salah ada sebanyak 13 siswa, yang menjawab benar sebanyak 18. Sehingga dapat

disimpulkan bawa butir soal 11 dikategorikan dalam soal yang mudah karena lebih

dari setengah siswa mampu menjawab soal tersebut.


Butir soal 12 siswa mampu menjawab benar sebanyak 14 orang. Sedangkan

siswa yang menjawab salah ada sebanyak 17 orang. Soal tersebut dikategorikan

tingkat kesukarannya sedang karena tidak lebih dari setengah siswa yang mampu

menjawab benar soal.


Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa butir soal 13 hanya 2 orang

siswa saja yang menjawab salah soal, selebihnya atau sebanyak 29 siswa mampu

menjawab soal dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan bawa butir soal 13

dikategorikan dalam soal yang mudah karena sebagian besar siswa mampu

menjawab soal tersebut.


Sama seperti butir soal 12, butir soal 14 siswa mampu menjawab benar

sebanyak 14 orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 17 orang.

Soal tersebut dikategorikan tingkat kesukarannya sedang karena tidak lebih dari

setengah siswa yang mampu menjawab benar soal.


Butir soal 15 siswa mampu menjawab benar sebanyak 28 orang. Sedangkan

siswa yang menjawab salah ada sebanyak 3 orang. Soal tersebut dikategorikan

mudah karena mayoritas atau sebagian besar siswa mampu menjawab benar soal.
Butir soal 16 siswa mampu menjawab benar sebanyak 22 orang. Sedangkan

siswa yang menjawab salah ada sebanyak 9 orang. Soal tersebut dikategorikan

mudah karena lebih dari setengah siswa yang mampu menjawab benar soal.
38

Butir soal 17 siswa mampu menjawab benar sebanyak 27 orang. Sedangkan

siswa yang menjawab salah ada sebanyak 4 orang. Hampir sama seperti butir soal 15

karena mayoritas atau lebih dari setengah siswa mampu menjawab soal dengan benar

maka butir soal 17 ini dikatakan mudah.


Butir soal 18 siswa mampu menjawab benar sebanyak 30 orang. Sedangkan

siswa yang menjawab salah hanya ada 1 orang. Soal tersebut dikategorikan mudah

karena mayoritas atau sebagian besar siswa mampu menjawab benar soal.
Sama seperti butir soal 16, butir soal 19 siswa mampu menjawab benar

sebanyak 22 orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 9 orang.

Soal tersebut dikategorikan mudah karena lebih dari setengah siswa yang mampu

menjawab benar soal.


Sama seperti butir soal 11 dan 15, butir soal 20 mampu dijawab benar oleh

siswa sebanyak 28 orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 3

orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena mayoritas atau sebagian besar

siswa mampu menjawab benar soal.

PEMBAHASAN SOAL ESAI


2
No B2 B2 B2 B2 B2 X X KET
. 1 2 3 4 5 .
1. 5 0 0 0 0 5 25 C
2. 10 0 3 10 5 28 784 B
3. 15 15 0 15 0 45 2025 A
4. 10 0 3 10 5 28 784 B
5. 10 0 3 15 5 33 1089 B
6. 15 0 5 15 5 40 1600 A
7. 15 0 3 15 5 38 1444 A
8. 15 0 3 15 0 33 1089 B
9. 15 0 3 15 5 38 1444 A
10. 20 15 5 15 5 60 3600 A
11. 0 0 0 0 0 0 0 C
12. 5 0 5 10 5 25 625 B
13. 0 0 5 10 3 18 324 B
39

14. 15 0 5 15 5 40 1600 A
15. 25 0 5 15 5 50 2500 A
16. 15 0 5 15 5 40 1600 A
17. 30 15 5 15 5 70 4900 A
18. 10 0 5 15 5 35 1225 A
19. 15 0 5 15 5 40 1600 A
20. 25 0 5 15 5 50 2500 A
21. 30 15 5 15 5 70 4900 A
22. 30 0 5 15 5 55 3025 A
23. 15 0 5 15 5 40 1600 A
24. 10 0 5 15 5 35 1225 A
25. 15 0 5 15 5 40 1600 A
26. 30 15 5 15 5 70 4900 A
27. 10 0 5 15 5 35 1225 A
28. 25 7 5 15 5 57 3249 A
29. 20 0 5 15 5 45 2025 A
30. 15 0 5 15 5 40 1600 A
31. 15 0 5 15 5 40 1600 A
Total 1.24 57.70
3 7

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa soal esai berjumlah 5 soal dan

memiliki skor yang berbeda-beda setiap butir soal tergantung dari bobot soal. Namun

sebagian besar siswa mampu menjawab soal dengan skor yang tinggi. Terlihat siswa

yang mendapat nilai A ada sebanyak 23 siswa, yang mendapatkan nilai B ada

sebanyak 6 siswa dan ada 2 orang yang mendapatkan nilai C. Nilai A diperoleh siswa

jika skor total siswa tersebut ≥ 35. Nilai B diperoleh siswa jika skor total siswa

tersebut antara 16-34. Nilai C diperoleh siswa jika skor total siswa tersebut 0-15.

Karena lebih dari setengah atau mayoritas siswa mendapatkan nilai A yaitu sebanyak

23 siswa maka soal esai tersebut dikategorikan sebagai soal yang mudah.
Berbeda dengan soal pilihan ganda dan soal jawaban singkat, soal esai ini

setiap siswa dalam setiap butir soal mendapatkan skor yang berbeda-beda sesuai

dengan bobot jawaban siswa. Untuk butir soal 21 ada siswa yang hanya menjelaskan
40

saja perubahan wujud tanpa memberikan contoh dari perubahan wujud yang telah

ditentukan. Namun ada pula siswa yang hanya menyebutkan contohnya saja dan

tidak memberikan penjelasan padahal dalam soal sudah jelas siswa diminta untuk

menjelaskan dan menyebutkan contohnya. Hal tersebut bisa terjadi mungkin karena

siswa kurang teliti dalam membaca soal atau mungkin juga lupa dan terburu-buru

sehingga tidak mengecek kembali soal dan jawabannya.


Dalam butir soal 22 ini sebagian besar siswa salah dalam menjawab soal,

banyak yang mendapatkan skor 0. Berdasarkan hasil wawancara dan keluhan siswa

selama uji coba tes soal tersebut, hal tersebut terjadi karena sebagian besar siswa lupa

bahwa materi telah disampaikan oleh gurunya, ada juga yang mengaku kalau soal

tersebut belum pernah dijelaskan oleh gurunya, namun ada sebagian kecil siswa yang

mengaku kalau itu sudah dijelaskan oleh gurunya. Berdasarkan masalah tersebut

dapat diketahui bawa soal dalam butir ini terjadi miss comunication antara guru

dengan siswa karena ada siswa yang mengaku belum dijelaskan materi tersebut

sehingga membuat siswa merasa kesusahan dalam menjawab soal tersebut.


Butir soal 23 sebagian besar siswa mampu menjawab soal dengan benar dan

banyak yang mendapatkan skor tinggi pada butir soal tersebut. Namun ada juga siswa

yang menjawab soal hanya menyebutkan satu atau dua saja sifat-sifat zat cair

sehingga membuat siswa kurang mendapatkan nilai sempurna. Nilai sempurna akan

didapat siswa jika menyebutkan sifat-sifat zat cair sebanyak 3 atau lebih jawaban.

Namun sebagian besar siswa mendapat skor baik sehingga soal tersebut dalam

kategori soal yang mudah.


Untuk butir soal 24 dan 25 dikategorikan dalam soal yang mudah karena

hanya sedikit siswa yang merasa kesusuahna dalam menjawab soal tersebut.

Mayoritas siswa mampu menjawab butir soal 24 dan 25.


41

Penghitungan Reliabilitas
Diketahui:
Jumlah skor 1243
Mt = = =40,1
Jumlah peserta 31


2
∑ X2− ∑ X
( ) √
2
57707 1243
Sd =
N N
=
31

31 ( )
¿ √1, 86−49, 84
¿ √−47,98
¿−6,9

Diketahui: k= 5
M= 40, 1
S = Sd2 = (-6, 9)2 = 47, 61
Ditanya: KR21 = ….?
Jawab:
M ( k−M )
KR21 = ( )(
k−1
k
1−
kS )
40, 1 ( 5−40, 1 )
= ( )(
5
5−1
1−
5 × 47,61 )
40,1 (−35,1 )
=
5
4( )(
1−
238,05 )
−1, 42
(
= ( 1,25 ) 1−
238, 05 )
= 1,25× 0, 01
= 0, 0125

Dari hasil penghitungan menggunakan rumus KR21, indeks reliabilitas pada

butir soal yang diuji coba yaitu 0, 0125 . Angka tersebut di bawah indeks minimal

reliabilitas sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa soal tes termasuk tidak baik karena

tidak reliabel. Apabila diujicobakan kembali kepada subjek yang sama, dengan soal

yang sama, tetapi waktunya berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda. Oleh

karena itu, butir soal yang telah dibuat dalam penelitian ini tidak reliabel.
42

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penghitungan dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan keefektifan pengecoh masih kurang karena dari 10 butir soal

yang pengecohnya dijawab secara merata oleh peserta didik hanya empat butir

saja.
2. Tingkat kesukaran pada butir soal yang diujicobakan belum termasuk baik

karena terlalu mudah dijawab oleh siswa. (tidak sesuai proporsi 25% sukar, 50%

sedang, dan 25% mudah).


3. Butir soal secara keseluruhan sudah dapat membedakan antara kelompok atas

dan bawah karena daya beda yang sangat baik sebanyak tiga butir, yang baik

sebanyak lima butir, yang sedang sebanyak satu butir sedangkan yang kurang

baik sebanyak satu butir.


4. Butir soal sudah dapat memenuhi syarat validitas karena jumlah antara yang

valid dengan yang tidak valid jumlahnya lebih banyak yang valid.
5. Soal yang dibuat tidak memenuhi syarat reliabilitas atau dengan kata lain soal

tidak reliabel karena berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan dibawah dari

harga reliabel.
43

DAFTAR PUSTAKA

Cece Rakhmat dan Didi Suherdi. 1999. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi.

Friyatmi. 2012. Analisis Butir Tes dengan Pendekatan Teori Tes Klasik. Diambil pada
tanggal 25 Desember 2012 dari http://friyatmi.blogspot.com/2012/09/analisis-
item-klasik.html.

H. Sujati. 2010. Kumpulan Materi Perkuliahan Penilaian Hasil Belajar Sekolah


Dasar. Jakarta: Direktur Tenaga Kependidikan.

------------. 2012. Parameter Kualitas Tes. Diambil pada tanggal 24 Desember 2012
dari power point Parameter Kualitas Tes.

S. Eko Putro Widoyoko. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Sigit Suryono. 2012. Pengertian Tes, Pengukuran, dan Penilaian Pembelajaran.


Diambil pada tanggal 23 Desember 2012 dari http://ciget.info/?p=373.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 2004. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi.

Zainal Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


44

LAMPIRAN
45

A. Kompetensi Inti : Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan


cara mengamati, menanya, mencoba berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di sekolah dan tempat bermain.
B. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam,
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam,
dan pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan
lingkungan sekitar.
C. Indikator :
1. Menentukan zat yang dibutuhkan manusia untuk bernafas.
2. Menyebutkan sifat-sifat zat gas.
3. Menyebutkan sifat-sifat zat cair.
4. Menyebutkan benda-benda yang termasuk zat padat.
5. Menentukan perubahan wujud benda.
6. Menyebutkan peristiwa perubahan benda.
7. Menyebutkan contoh pelestarian alam.
8. Menyebutkan contoh perusakan alam.

D. Kisi-kisi
Kisi-Kisi Tes
No Indikator Banyak Nomor Butir
. Butir Objektif Jawaban Esai
46

Singkat
Menentukan zat yang
1. dibutuhkan manusia 1 1 0 0
untuk bernafas.
Menyebutkan sifat-
2. sifat zat gas. 1 2 0 0

Menyebutkan sifat-
3. sifat zat cair. 5 3 12, 16, 17 23

Menyebutkan benda-
4. benda yang termasuk 1 4 0 0
zat padat.
Menentukan
5. perubahan wujud 11, 13, 21, 22
7 5
benda. 14,15
Menyebutkan
6. peristiwa perubahan 2 6, 7 0 0
benda.
Menyebutkan contoh
7. pelestarian alam. 5 9 18, 19 24, 25

Menyebutkan contoh
8. perusakan alam. 3 8, 10 20 0

Jumlah 10 10 5

E. Butir-butir Soal

Mata Pelajaran : IPA


Tahun Ajaran : 2014/ 2015
Kelas/ Semester : 5 /1
Tema 1 : Benda-Benda di Lingkungan Sekitar

Nama Lengkap :
47

Kelas :
Nama Sekolah :

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang
paling tepat!

1. Zat yang dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas adalah . . .


a. nitrogen c. karbondioksida
b. oksigen d. uap air

2. Balon jika dilepaskan akan terbang. Hal itu terjadi karena di dalam balon ada . . .
a. gas c. benda cair
b. benda padat d. minyak

3. Sifat dari benda cair adalah . . .


a. bentuk tetap c. dapat mengembang dan menyusut
b. dapat dimampatkan d. meresap melalui celah-celah kecil

4. Benda-benda dibawah ini termasuk zat padat, yaitu . . .


a. minyak, buku, dan penghapus c. batu, kapas dan kertas
b. air, kayu dan papan tulis d. kayu, kaca, dan minyak

5. Perubahan wujud padat menjadi gas disebut . . .


a. menyublim c. mengembun
b. mencair d. menguap

6. Peristiwa perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula adalah . . .


a. lilin yang dibakar dan dibekukan kembali
b. kayu yang dibakar dan didinginkan
c. kain yang dibakar dan didinginkan
d. kertas yang dibakar dan didinginkan

7. Peristiwa perubahan wujud benda yang tidak dapat kembali kebentuk semula
adalah. . .
a. telur yang direbus dan didinginkan
b. plastik yang dipanaskan dan didinginkan
c. kayu yang dibakar dan didinginkan
d. karet yang dibakar dan didinginkan

8. Penebangan hutan yang tak terkendali bisa menyebabkan, kecuali. . .


a. hilangnya tempat tinggal para hewan
b. tanah longsor didaerah tinggi
48

c. gersangnya tanah hutan


d. meningkatnya jumlah populasi hewan

9. Berikut hewan yang dilindungi di Indonesia adalah. . .


a. koala c. kambing
b. orang utan d. ayam

10. Kabut asap kebanyakan disebabkan oleh, kecuali... . .


a. pembakaran hutan c. asap kendaraan tak terkendali
b. asap pabrik d. kegiatan memasak rumah tangga

B. Isilah titik-titik pada soal berikut dengan jawaban yang tepat!


11. Persamaan wujud benda gas dan benda cair adalah . . .
12. Air teh yang diberi gula dan diaduk menjadi manis. Peristiwa ini menunjukkan
sifat air . . .
13. Ketika kamu memasukkan air ke dalam kulkas, akan terjadi perubahan wujud
benda dari . . . . . . . . . . ke . . . . .
14. Contoh benda yang mengalami penyubliman adalah . . . . . . . . . . . . . . . .
dan . . . . .
15. Kamar mandi menjadi harum karena adanya kamper. Perubahan pada kamper
disebut . . .
16. Benda cair yang tenang permukaannya selalu . . .
17. Air yang direbus jika dibiarkan lama-kelamaan akan habis. Peristiwa itu disebut .
..
18. Sikap kita terhadap hewan atau tumbuhan langka adalah . . .
19. Melindungi makhluk hidup dari kepunahan adalah tujuan dari . . .
20. Salah satu contoh perusakan alam adalah . . .

C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!


21. Jelaskan perubahan wujud benda di bawah ini beserta beri contohnya!
a. Mengembun
b. Menyublim
c. Mengkristal
22. Apa perbedaan perubahan wujud fisika dan perubahan wujud kimia? Berikan
contohnya!
23. Sebutkan sifat-sifat benda cair!
24. Sebutkan 3 cara melestarikan alam!
49

25. Jelaskan mengapa manusia harus menghemat penggunaan bahan bakar


minyak/gas?

PEMBERIAN SKOR DALAM SETIAP BUTIR SOAL


Butir Soal Kunci Jawaban Skor Keterangan
Jawaban
1. B 1 Soal pilihan ganda,
2. A 1 setiap jawaban benar
3. D 1 akan mendapatkan skor
4. C 1 1. Jika salah, maka tidak
5. A 1 akan mendapatkan skor
6. A 1 atau skor 0. Jadi
7. C 1 keseluruhan skor total
8. D 1 untuk soal pilihan ganda
9. B 1 adalah 10.
10. D 1
11. Menempati ruang 2 Setiap pilihan jawaban
12. Melarutkan gula 2 singkat akan
50

13. Cair, Padat 2 mendapatkan skor 2.


14. Pewangi ruangan, kapur 2 Untuk no 13 dan 14 jika
barus menjawab hanya 1 maka
15. Menyublim 2 akan mendapatkan skor
16. Datar 2 1. Jika salah semua akan
17. Menguap 2 mendapatkan skor 0.
18. Melestarikannya 2 Jadi skor total untuk soal
19. Menjaga kelestarian alam 2 jawaban singkat adalah
20. Penebangan hutan secara 2 20.
liar
21. a. Mengembun adalah 30 Setiap poin jika
perubahan wujud dari dijelaskan dan diberi
gas ke cair. Contohnya contoh akan
adalah air embun di mendapatkan skor 10
pagi hari sehingga skor total
b. Menyublim adalah dalam 1 nomor adalah
perubahan wujud dari 30. Jika hanya
padat ke gas. menjelaskan saja tanpa
contohnya adalah kapur ada contoh dan
barus yang didiamkan sebaliknya hanya
di tempat terbuka lama menyebutkan contoh saja
kelamaan akan habis. tanpa menjelasakan
c. Mengkristal adalah maka setiap poin akan
perubahan wujud dari mendapatkan skor 5.
gas ke padat.
Contohnya air laut
melalui proses
penjemuran akan
menghasilkan butir-
butir kristal yaitu
garam.
22. Perubahan wujud fisika 15 Jika dijawab lengkap ada
adalah perubahan benda penjelasan dan contoh
tanpa menghasilkan zat akan mendapatkan skor
baru. Contohnya adalah total 15. Jika tidak diberi
beras yang ditumbuk contoh atau tidak
menjadi tepung. dijelaskan maka hanya
Perubahan wujud kimia akan mendapatkan skor
adalah perubahan benda 7,5.
yang menghasilkan zat
baru dengan sifat awalnya.
Contohnya adalah
pembakaran kertas yang
menghasilkan abu.
23. a. Mengikuti wadahnya 5 Skor 5 hanya didapat
b. Mengalir dari tempat jika siswa menyebutkan
51

tinggi ke tempat yang 3 sifat zat cair. Jika


lebih rendah hanya menyebutkan 2
c. Meresap dalam celah- akan mendapatkan skor
celah kecil 3, jika hanya
menyebutkan 1 maka
akan mendapatkan skor
1. Sedangkan jika tidak
menjawab soal atau
jawaban salah maka
dapat skor 0.
24. a. Reboisasi atau 15 Jawaban lengkap
penghijauan disebutkan ketiga-
b. Membuang sampah tiganya akan
pada tempatnya mendapatkan skor total
c. Melindungi hewan dan 15. Jika hanya
tumbuhan dari menyebutkan 2 maka
kepunahan akan mendapatkan skor
10, jika menjawab hanya
satu maka hanya akan
mendapatkan skor 5.
25. Karena bahan bakar 5 Jawaban siswa yang
minyak/gas merupakan benara akan
sumber daya yang tidak mendapatkan skor 5.
dapat diperbarui sehingga
perlu dihemat untuk
kelagsungan hidup
manusia agar tidak cepat
habis.
Total skor keseluran 100
52

TABEL HASIL TES IPA PILIHAN GANDA KELAS V

N NAMA B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 X X2 KET.


O
1. Aditya Zaky Naufal 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
2. Ainun 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 64 A
3. Alya Rosa Rachmawati 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 49 B
4. Amelda Riski Luftami 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9 C
5. Avya Satya R. D. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
6. Azzahra Febby Deyanda 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 49 B
7. Azzarel F. K. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 B
8. Bhemodeta Aurora A. K. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 64 A
9. Bima Alista 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 49 B
10. Bunga Devriani 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
11. Deka Wafa Ananta 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B
12. Dera Wulandari 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16 C
13. Dihya Keva Maulana 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
14. Dinda Aulia Setia Sari 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
15. Dita Nugrahani 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A
16. Ihval Razzan F. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
17. Kania Kanawijaya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
18. M. Rizky J. P. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
19. M. Rovihan N. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
20. Morista Sasi Apriliana 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
21. Ninda Dewi Anjani P. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
22. Nur Oktaviana 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 A
53

23. Raffa Devino Kautsar P. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A


24. Ramadhan F. A. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
25. Safronius Filo Sophia 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
26. Talitha Nesya Azaria 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
27. Widiastuti 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36 B
28. Wina Widiartaya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A
29. Winarsih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A
30. Yessantari Astadiarso 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81 A
31. Yulfarinda Dea Ika S. 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A
Jumlah 253 2149
PARAMETER KUALITAS TES
Lampiran Keefektifan Pengecoh
Jumlah Pilihan yang Dipilih
Butir
A B C D
B1 0 31(K) 0 0
B2 31(K) 0 0 0
B3 4 1 1 25 (K)
B4 1 0 28(K) 2
B5 24(K) 0 5 2
B6 30(K) 0 1 0
B7 13 7 10(K) 1
B8 2 1 2 26(K)
B9 7 22(K) 0 2
B10 2 2 1 26(K)
Keterangan:
K = Kunci jawaban yang benar
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. pengecoh yang efektif terdapat pada butir soal nomor 3, 7, 8, dan 10 karena
mampu mengecoh siswa dalam memilih jawaban sehingga pilihan A, B, C,
dan D rata dipilih oleh siswa.
2. pengecoh yang tidak efektif antara lain:
a. Butir soal nomor 1 pengecoh A, C, D karena tidak ada siswa yang
memilih. Semua memilih B.
b. Butir soal nomor 2 pengecoh B, C, D karena tidak ada siswa yang
memilih. Semua memilih A.
c. Butir soal nomor 4 pengecoh B karena tidak ada siswa yang memilih.
d. Butir soal nomor 5 pengecoh B karena tidak ada siswa yang memilih.
e. Butir soal nomor 6 pengecoh B dan D karena tidak ada siswa yang
memilih.
f. Butir soal nomor 9 pengecoh C karena tidak ada siswa yang memilih.

Penghitungan Keefektifan Pengecoh

Butir 1
 Pengecoh a

54
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh c

jumlah pemilih pada pengecoh 0


×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh d
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
Butir 2
 Pengecoh b
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh c
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh d
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
Butir 3
 Pengecoh a
jumlah pemilih pada pengecoh 4
×100 = ×100 =13
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh b

jumlah pemilih pada pengecoh 1


×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh c

jumlah pemilih pada pengecoh 1


×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31

Butir 4
 Pengecoh a
jumlah pemilih pada pengecoh 1
×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh b
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh d

55
jumlah pemilih pada pengecoh 2
×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31

Butir 5
 Pengecoh b
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh c

jumlah pemilih pada pengecoh 5


×100 = ×100 =16
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh d

jumlah pemilih pada pengecoh 2


×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31

Butir 6
 Pengecoh b
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh c

jumlah pemilih pada pengecoh 1


×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh d
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×1 00 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
Butir 7
 Pengecoh a
jumlah pemilih pada pengecoh 13
×100 = ×100 =42
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh b

jumlah pemilih pada pengecoh 7


×100 = ×100 =23
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh d

jumlah pemilih pada pengecoh 1


×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31

Butir 8
 Pengecoh a

56
jumlah pemilih pada pengecoh 2
×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh b

jumlah pemilih pada pengecoh 1


×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh c

jumlah pemilih pada pengecoh 2


×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31

Butir 9
 Pengecoh a
jumlah pemilih pada pengecoh 7
×100 = ×100 =23
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh c
jumlah pemilih pada pengecoh 0
×100 = ×100 =0
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh d

jumlah pemilih pada pengecoh 2


×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31

Butir 10
 Pengecoh a
jumlah pemilih pada pengecoh 2
×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31
 Pengecoh b

jumlah pemilih pada pengecoh 2


×100 = ×100 =7
jumlah seluruh siswa 31

 Pengecoh c

jumlah pemilih pada pengecoh 1


×100 = ×100 =3
jumlah seluruh siswa 31

57
Lampiran Penghitungan Indeks Kesukaran dan Daya Beda
B 31
1. P1 = = =1
S 31
B 31
2. P2 = = =1
S 31
B 25
3. P3 = = =0,8 1
S 31
B 28
4. P4 = = =0,90
S 31
B 24
5. P5 = = =0,77
S 31
B 30
6. P6 = = =0,97
S 31
B 10
7. P7 = = =0,32
S 31
B 26
8. P8 = = =0,84
S 31
B 22
9. P9 = = =0,71
S 31
B 26
10. P10 = = =0,84
S 31

Daya Beda

22 9 13
1. D1 = − = ¿ 0,84
15,5 15,5 15,5
22 9 13
2. D2 = − = ¿ 0,84
15,5 15,5 15,5
19 6 13
3. D3 = − = =0,84
15,5 15,5 15,5
20 8 12
4. D4 = − = =0,77
15,5 15,5 15,5
20 4 16
5. D5 = − = =1,03
15,5 15,5 15,5
22 8 14
6. D6 = − = =0,90
15,5 15,5 15,5
9 1 8
7. D7 = − = =0, 52
15,5 15,5 15,5

58
22 4 1
8. D8 = − = =1,16
15,5 15,5 15,5
18 4 14
9. D9 = − = =0,90
15,5 15,5 15,5
21 5 16
10. D10 = − = =1, 03
15,5 15,5 15,5

Lampiran Penghitungan Validitas dan Reliabilitas


Diketahui:
Jumlah skor 253
Mt = = =8, 16
Jumlah peserta 31


2
∑ X2− ∑ X
( ) √
2
2149 253
Sd =
N N
=
31
− ( )
31
¿ √ 69,32−66,59
¿ √ 2,73
¿ 1,65

1. Butir nomor 1
253
Mp1 =
31
= 8, 16

γ 1=
M p −M t p
Sd q √

31
8,16−8, 16 31
¿
1,65 0
31
¿0

2. Butir nomor 2
253
Mp2= 31
= 8, 16
M −M t p
γ 1= p
Sd q √

31
8,16−8, 16 31
¿
1,65 0
31
¿0

59
3. Butir nomor 3

215
Mp3 =
25
= 8, 6

γ 3=
M p−M t
Sd √ p
q

√√
25
8,6−8, 16 31
¿
1,65 6
31
0,44 0,81
¿
1,65 0,19
¿ 0,27 ×2, 06
¿ 0,56

4. Butir nomor 4
229
Mp4 =
28
= 8, 18

γ 4=
M p−M t
Sd √ p
q


28
8,18−8,16 31
¿
1,65 3
31

¿

0,02 0, 90
1,65 0, 09
¿ 0, 01× 3,16
¿ 0, 03

5. Butir nomor 5
212
Mp5 =
24
= 8, 83

60
γ 5=
M p−M t
Sd √ p
q


24
8,83−8, 16 31
¿
1,65 7
31

¿
0,67 0,8
1,65 0,2 √
¿ 0, 41 ×2
¿ 0,82

6. Butir nomor 6
250
Mp6 =
30
= 8, 33

γ 6=
M p−M t
Sd √ p
q


30
8,33−8,16 31
¿
1, 65 1
31

¿
0,17 0,97
1,65 0,03√
¿ 0,10 ×5, 69
¿ 0,57

7. Butir nomor 7
94
Mp7 =
10
= 9, 4

γ 7=
M p−M t
Sd √ p
q

61
√√
10
9, 4−8,16 31
¿
1,65 21
31
1,24 0,3
¿
1,65 0,7
¿ 0,75 ×0,66
¿ 0,5

8. Butir nomor 8
226
Mp8 =
26
= 8, 7

γ 8=
M p−M t
Sd √ p
q

√√
26
8,7−8, 16 31
¿
1,65 5
31
0,54 0,84
¿
1,65 0,16
¿ 0,33 ×0,29
¿ 0,1

9. Butir nomor 9
193
Mp9 =
22
= 8, 77

γ 9=
M p−M t
Sd √ p
q


22
8,77−8, 16 31
¿
1,65 9
31

62
¿

0,61 0,71
1,65 0,29
¿ 0,37 ×1, 57
¿ 0,58

10. Butir nomor 10


224
Mp10 =
26
= 8, 62

γ 10=
M p −M t p
Sd q√


26
8,62−8,16 31
¿
1,65 5
31

¿

0,46 0, 8
1,65 0,2
¿ 0,3 ×2
¿ 0,6

Reliabilitas

Diketahui: k=10
M= 8, 16
S = Sd2 = (1,65)2 = 2,7225
Ditanya: KR21 = ….?
Jawab:
M ( k−M )
KR21 = ( )(
k
k−1
1−
kS )
8,16 ( 10−8,16 )
= ( )(
10
10−1
1−
10 ×2,7225 )
8, 16 ( 1, 84 )
= ( )(
10
9
1−
27,225 )
15,0144
(
= ( 1,11 ) 1−
27,225 )
= 1,11 ×0, 45
= 0, 4995

63
Yogyakarta, 10 November 2014
Mengetahui,

Pembuat Rancangan Guru Kelas


Ratna Sari A, S. Pd.

64

Anda mungkin juga menyukai