Banyak orang tua yang khawatir ketika anaknya tidak mengikuti pola perkembangan anak yang
normal, misalnya terlambat dalam menguasai keterampilan atau menunjukkan perilaku yang tidak
normal. Untuk menangani masalah tersebut, penting bagi orang tua untuk memahami tentang
tahapan perkembangan anak yang normal. Dengan adanya pengetahuan tentang perkembangan
anak, orang tua bisa tahu apakah masalah anaknya perlu ditindaklanjuti atau tidak.
Perkembangan yang normal sangat bervariasi. Hal ini ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara
lingkungan dan faktor genetik. Faktor ini dapat berdampak pada tingkat kematangan, kualitas dalam
pengembangan keterampilan dan anak. Kondisi lingkungan dan kesempatan akan membantu
meminimalisir atau memaksimalkan potensi anak. Sebagai contoh, anak lahir tidak langsung bisa
berbahasa, oleh karena itu ia harus belajar mendengarkan, memahami dan mengekspresikan dirinya.
Anak memiliki kesempatan untuk belajar keterampilan berbahasa dari orang tua dan guru, dari anak
lainnya dan dari eksplorasi stimulasi lingkungan. Bagaimanapun manusia peka terhadap pengalaman
lingkungan, ia juga sangat tangguh dan mudah beradaptasi. Bahkan ketika ada pengaruh buruk dari
lingkungan, dengan dukungan dan perhatian, dia dapat mengatasinya.
Agar pengembangan bisa optimal, kita harus mengetahui kebutuhan fisik dan psikologi anak.
Kebutuhan anak bervariasi sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak. Bayi secara total
bergantung pada orang tuanya dan membutuhkan bantuan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
psikologinya. Anak usia sekolah dasar biasanya dapat memenuhi kebutuhan fisiknya dan memiliki
hubungan sosial. Anak remaja dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan fisik mereka sementara
mereka juga mengalami kebutuhan emosional yang semakin komplek.
Ada empat area perkembangan anak usia dini yang dipantau menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2014 Tentang Pemantauan, Pertumbuhan, Perkembangan, dan
Gangguan Tumbuh Kembang Anak, yaitu:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,
dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Ada empat area perkembangan anak usia dini menurut Ho Lai Yun dalam Rainbow
(2007: 25-26), yaitu:
1. Motorik kasar
2. Motorik halus dan penglihatan
3. Kemampuan bicara, bahasa, dan pendengaran
4. Sosial, emosional, dan perilaku.
Keterampilan motorik kasar adalah aspek yang paling jelas pada awal perkembangan anak.
Keterampilan ini mencakup postur tubuh dan gerakan, terutama berjalan dan keseimbangan. Juga
termasuk kontrol kepala, duduk, melempar dan menangkap.
Keterampilan motorik halus membutuhkan penglihatan yang bagus. Keterampilan ini berhubungan
dengan gerakan tangan, menggapai dan mengenggam, sedangkan penglihatan berhubungan dengan
melihat. Jadi mencakup koordinasi mata dan tangan, kontrol jari dan menempatkan dan mengganti
benda.
Perkembangan diobservasi dalam empat aspek tersebut. Anak yang lambat dalam semua aspek, ada
kemungkinan anak tersebut keterbelakangan mental. Anak yang perkembangan motorik kasar dan
halus yang normal, tanpa ada ketidaknormalan pada penglihatan, perilaku sosial dan bermain, tetapi
perkembangan bahasa terlambat, tidak mungkin anak tersebut keterbelakangan mental. Masalahnya
mungkin hanya perkembangan bahasanya terlambat. Sama halnya dengan anak yang hanya terlambat
dalam berjalan tidak mungkin dia memiliki hambatan intelektual.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Mengetahui urutan perkembangan sangat berguna dalam menilai sejauh mana kemajuan anak
dan memahami seberapa cepat mereka melakukannya. Harapan orang tua dapat disesuaikan
secara realistis ketika tahapan yang normal diketahui, dan panduan kegiatan yang tepat untuk
memfasilitasi ke tahapan selanjutnya dapat diberikan kepada orang tua. Sebagai contoh, anak
harus bisa mengontrol kepala sebelum dia mengeksplor dunianya secara visual, dan dia belum
bisa mengeksplor lingkungan secara lebih luas sampai dia bisa merangkak atau berjalan.
Sebaliknya, Kita tidak dapat mempredikasi bahwa seorang anak memiliki intelektual yang tinggi
hanya karena dia telah menguasai keterampilan lebih awal dari tahapan perkembangan
(developmental milestone). Tetapi kemampuan motorik yang lebih awal sedikit memiliki kaitan
dengan intelektual yang tinggi. Sementara perkembangan bahasa yang lebih awal dapat
menunjukkan beberapa korelasi, tetapi tidak bijak bila kita meramalkan bahwa seorang anak
memiliki intelektual yang tinggi.
Berikut adalah tahapan perkembangan anak yang terlambat, yang digunakan untuk anak-anak di
Singapura (Ho Lai Yun dalam Rainbow, 2007: 29-30), yang bisa juga diterapkan bagi anak-anak
Indonesia.
Bahasa
Usia Temuan
5-6 bulan Tidak babbling
8-9 bulan Tidak berkata “da” atau “ba”
10-11 bulan Tidak berkata “dada” atau “baba”
18 bulan Memiliki kurang dari 3 kata dengan makna
2 tahun Tidak ada 2 kata prasa atau pengulangan
prasa
2,6 tahun Tidak menggunakan setidaknya 1 kata ganti
orang
3,6 tahun Berbicara hanya setengahnya bisa
dimengerti
4 tahun Tidak mengerti kata depan
5 tahun Tidak menggunakan sintaks (susunan dan
kombinasi kata dalam suatu kalimat) yang
benar dalam kalimat pendek
Usia anak dalam memperoleh keterampilan tertentu, sangat bervariasi. Hal ini bisa ditunjukkan
dengan tahapan penting perkembangan anak, yaitu berjalan. Berikut adalah tabel anak yang bisa
berjalan.
Pada usia 15 bulan, 10% anak belum bisa berjalan, akan normal, tetapi dalam persentase yang sedikit,
ada masalah medis yang mendasari. Pada usia 18 bulan, 97,5% akan bisa berjalan sendiri. Bagi yang
Pola anak dalam mencapai tahap perkembangan bervariasi. Perkembangan bayi yang normal dari
tidak bisa bergerak hingga berjalan, tetapi tidak semua mengikuti pola yang sama. Urutan yang paling
umum adalah anak yang duduk, merangkak, berjalan. Usia rata-rata berjalan pada kelompok usia ini
adalah 13 bulan. Bagaimanapun, beberapa anak tidak mengikuti pola ini. “Mengesot dengan pantat”
adalah variasi yang paling umum. Mereka tidak merangkak tetapi mengesot dengan pantatnya atau
dengan bagian sisi badan: : urutannya duduk, mengesot, berdiri, berjalan. Mereka terlambat berjalan,
pada usia rata-rata 17 bulan, dan cenderung bermasalah dengan otot. Anak lainnya merangkak
dengan perut di lantai, dan sangat sedikit yang berdiri dan berjalan. Batas usia 18 bulan untuk berjalan
berlaku terutama pada anak yang merangkak sebagai pola mobilitas awalnya. Anak yang mengesot
dengan pantat atau merangkak dengan perut cenderung berjalan lebih lambat daripada merangkak,
sehingga pada anak yang tidak berjalan pada usia 18 bulan, beberapa anak akan merefleksikan variasi
normal pola lokomotor.
Ada banyak lagi variasi tingkat perolehan perkembangan bahasa, keterampilan sosial dan perilaku,
misalnya ketika anak bisa memakai baju sendiri atau menguasai toilet training. Beberapa anak
mengikuti pola keluarga misalnya ada anggota keluarga yang pola perkembangannya terlambat, tapi
baik-baik saja. Misalnya terlambat berbicara atau berjalan. Tetapi, konsep batas usia tetap dapat
diterapkan untuk menentukan apakah perkembangan anak normal atau tidak.
Oleh karena itu orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau
gangguan. Bila terjadi penyimpangan dalam tumbuh kembang anak, orang tua dapat membawa anak
ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Membuat peta idealnya melibatkan semua orang (pribadi dan profesional) yang signifikan bagi anak
atau siswa dewasa muda.
Sejarah pribadi: sejarah pribadi akan kesehatan, pendidikan, dan kehidupan keluarga.
Tuliskan kejadian negatif dengan 1 warna, dan kejadian positif dengan warna lain
3. Peta hubungan
Orang-orang penting dalam kehidupan anak (teman, keluarga, orang yang dibayar untuk
memenuhi kebutuhan anak (guru, pengasuh, terapis, dan lain-lain)
Buat daftar keluarga dan teman dalam satu warna dan orang-orang yang merupakan
penyedia layanan atau orang yang dipekerjakan dengan warna lain.
4. Peta tempat
Memberikan gambaran tentang kebiasaan hidup si anak di mana mereka pergi secara
teratur
Membantu kita untuk melihat kekayaan kehidupan seorang siswa sebagai anggota
keluarga dan masyarakatnya
Membantu kita untuk memikirkan kebutuhan mereka
5. Peta komunikasi
Ini berusaha untuk menunjukkan cara-cara yang dikomunikasikan anak. Hal ini sangat
penting bagi orang yang bekerja dengan siswa yang berkomunikasi dengan cara yang
unik.
Ini adalah langkah dalam memahami aktivitas dan orang yang disukai dan tidak disukai
oleh siswa
Peta komunikasi
Peta interaksi
6. Peta preferensi
Memberi gambaran mengenai minat pribadi anak
Membantu memandu asesmen
7. Peta Mimpi
Menciptakan visi untuk masa depan
“Jika Anda dapat membayangkannya, Anda dapat mewujudkannya.” Atau mungkin hal
lain yang hebat akan terjadi.
Mimpi saya untuk masa depan: untuk hidup, mencintai, bekerja, dan bermain. To live, to
love, to work, and to play.
Harapan dan mimpi dari anggota keluarga
Harapan keluarga untuk anak mereka