Anda di halaman 1dari 28

Bab II Landasan Teori

Pemanasan global (Global Warming) adalah proses peningkatan suhu rata-rata


atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC)menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan
temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah
kaca.
Meningkatnya suhu global akibat pemanasan global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yg lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yg ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi (turunnya air dari
atmosfer, misal hujan, salju). Akibat-akibat pemanasan global yg lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Bab III Pembahasan

Pemanasan Global

a. Penyebab Pemanasan Global


Pemanasan global (Global Warming) adalah proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC)menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan
temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah
kaca.

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yaitu sebuah kelompok


peneliti yang konsen meneliti dan mengamati tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
perubahan iklim, setiap beberapa tahun sekali melakukan pertemuan dan diskusi untuk
membahas berbagai hal yang berhubungan dengan penemuan-penemuan terbaru terkait
dengan perubahan iklim khususnya pemanasan global. Dari berbagai diskusi ilmiah tersebut,
para peneliti yang tergabung dalam IPCC menyimpulkan bahwa peningkatan rata-rata suhu
global bumi disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang kemudian
dikenal dengan istilah efek rumah kaca.
Pemanasan global terjadi sebenarnya mengikuti prinsip efek rumah kaca. Rumah kaca
memiliki prinsip, menyerap energi panas yang dipancarkan oleh matahari dan menahannya,
sehingga suhu udara di dalam rumah kaca menjadi hangat dan bisa menunjang pertumbuhan
tanaman di dalamnya.

Bumi menerima energi panas dari matahari yang menyinari bumi. Energi panas yang
sampai ke Bumi, menciptakan nuansa panas yang menghangatkan bumi. Sebagian dari panas
tersebut di serap oleh bumi dan sisanya akan dipantulkan kembali. Namun, sebagian besar
panas tersebut tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya gas rumah kaca.
Panas yang dipantullkan oleh bumi akan diserap oleh gas-gas rumah kaca dan dipantulkan
kembali ke permukaan bumi. Akibatnya, energi panas tersebut terperangkap di dalam
atmosfer bumi, sehingga suhu di permukaan bumi pun meningkat.

Pada konsentrasi terstentu, sebenarnya kehadiran gas-gas rumah kaca ini sangat
diperlukan untuk menghangatkan suhu di atmosfer bumi. Namun, meningkatnya konsentrasi
gas rumah kaca juga akan berdampak pada semakin meningkatnya energi panas di atmosfer
bumi. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah
kaca.Protokol Kyoto adalah kesepakatan internasional Konvensi Kerangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC atau FCCC), yg ditujukan untuk melawan pemanasan
global. UNFCCC adalah perjanjian lingkungan hidup internasional dengan tujuan mencapai
“stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yg akan mencegah gangguan
antropogenik yg berbahaya dengan sistem iklim.” Protokol Kyoto awalnya diadopsi pada
tanggal 11 Desember 1997 di Kyoto, Jepang, dan mulai berlaku pada tanggal 16 Februari
2005. Pada April 2010, 191 negara telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto.

Berikut ini beberapa hal-hal yang menyebabkan pemanasan global, antara lain:
1. Polusi Karbondioksida Dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil

Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik
bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa
pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi
listrik Amerika Serikat. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha
penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak
dari kita yang enggan untuk melakukan ini.

2. Polusi Karbondioksida Dari Pembakaran Bensin Untuk Transportasi.

Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor.


Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan
bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga
tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha
untuk mengurangi dampak.

3. Gas Metana Dari Peternakan & Pertanian.

Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab
terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari bahan organik yang dipecah oleh
bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat
terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak,
mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi.

4. Aktivitas Penebangan Pohon

Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku membuat jumlah pohon
kita makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat pohon kita tumbuh semakin sempit
akibat beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan
sangat penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang
karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi.

5. Penggunaan Pupuk Kimia Yang Berlebihan


Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk
pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300
kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan
bumi. Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat
mencemari sumber-sumber air minum kita.

b. Dampak Pemanasan Global


Para ilmuwan telah memprediksikan bahwa pemanasan global yang terus meningkat
ini, akan menimbulkan beberapa dampak negatif bagi alam khususnya kehidupan di muka
bumi. Pemanasan global diperkirakan akan mempengaruhi kestabilan cuaca, populasi satwa,
produktivitas hasil pertanian, air laut, bahkan hingga kondisi sosial politik nantinya.

Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:

1. Kenaikan Permukaan Air Laut Seluruh Dunia

Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena
mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh
dunia akan mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin yang faktor
penyebab tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang
diprediksi ilmuwan.

2. Peningkatan Intensitas Terjadinya Badai


Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang
telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifikan akan
menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.

3. Menurunnya Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen

Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana


kelaparan karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini
disebabkan oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang
kondusif bagi tanaman pangan.
4. Makhluk Hidup Terancam Kepunahan
Berdasarkan penelitian yang dipublikasin di Nature, pada tahun 2050 mendatang,
peningkatan suhu dapat menyebakan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahun-
tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak
termasuk di dalamnya spesies manusia
.
5. Terumbu Karang Menghilang

World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan bahwa pada kondisi terburuk,
pemanasan global bisa mengakibatkan populasi terumbu karang menghilang. Diperkirakan
hal itu bisa saja terjadi pada tahun 2100 terkait dengan meningkatnya temperature dan tingkat
keasaman lautan. Sekarang saja, dampaknya pada terumbu karang sudah terlihat. Banyak
terumbu karang yang mengalami pemutihan atau bleaching. Jika terumbu karang kolaps
(menghilang), maka ekosistem laut akan terganggu. Banyak flora maupun fauna laut yang
akan terancam punah.

6. Krisis Air Bersih


Hal ini tentunya akan mengancam manusia secara langsung. Karena air bersih
merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan. Hal ini tejadi karena adanya penggundulan
hutan. Jika hutan terus menerus digunduli maka akan mengganggu siklus hidrologi air yang
menyebabkan krisis air bersih.

7. Wabah Penyakit
Penyakit tropis menyebar seperti malaria, demam dengue, demam kuning menyebar ke
daerah yang sebelumnya tidak pernah dijangkiti, dan bukan hanya itu, penyakit ini diketahui
menjadi semakin ganas. Belum lagi meningkatnya jumlah manusia yang terserang penyakit
seperti kanker kulit, kolera dan sebagainya yang belakangan ini semakin mewabah, dan
mencakup daerah yang semakin luas.

8. Terjadinya Penyimpangan Pola Cuaca El Nino dan La Nina

El Nino dan La Nina adalah merupakan dinamika atmosfer dan laut yang
mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino merupakan salah satu bentuk
penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan
laut di daerah katulistiwa bagian
tengah dan timur.
Sebagai indikator untuk memantau kejadian El Nino, biasanya digunakan data
pengukuran suhu permukaan laut pada bujur 170°BB – 120°BB dan lintang 5°LS – 5°LU,
dimana anomali positif mengindikasikan terjadinya El Nino. Dan fenomena La Nina ditandai
dengan menurunnya suhu permukaan laut pada bujur 170°BB – 120°BB dan pada lintang
5°LS – 5°LU dimana anomali negatif, sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin.
Kedua fenomena di perairan pasifik ini memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan
manusia

El-Nino menurut sejarah adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk
atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian Timur
menjelang hari natal (Desember). El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara
ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur
sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat.

Fenomena EL-Nino mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan
(akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari
dasar) menjadi sebaliknya. Kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. Nama El
Nino diambil dari bahasa Spanyol yang berarti “anak laki-laki”, yang merujuk pada bayi
Yesus Kristus dan digunakan karena arus ini biasanya muncul selama hari Natal. Di
kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu
permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut
akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina
(juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan”. Fenomena ini umumnya terjadi dalam
jangka waktu 2-7 tahun.
El-Nino akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur
meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini
mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar
kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia,
sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal.
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada
waktu-waktu tertentu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina.
Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal,
menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya. Kejadian
El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-
Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah
terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun
sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun
El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan
yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan
bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino
1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-
Nina.
Peristiwa El Nino biasanya disertai oleh perubahan perbedaan tekanan antara Tahiti
dan Darwin yang selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan suatu indeks yang dikenal
dengan istilah indeks Osilasi Selatan (IOS). Nilai anomaly suhu muka laut dikawasan pasifik
timur dan IOS oleh para ahli meteorologi dijadikan indikator untuk mengenali aktifnya El
Nino dan La Nina. Indeks Osilasi Selatan membuka IOS yaitu Indeks yang diperoleh dari
normalisasi pada tekanan udara antara Tahiti dan Darwin. Jika bernilai tinggi (positif)
menandai kuatnya angin pasat, keadaan ini umumnya bertepatan dengan periode La Nina
aktif, sebaliknya jika IOS rendah (Negatif) bersesuaian dengan melemahnya angin pasat,
keadaan ini umumnya bertepatan dengan aktifnya El Nino.
Dalam bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina merupakan suatu kondisi
dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur equator di Lautan Pasifik, La
Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap. La Nina terjadi setiap tiga
hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai
periode tetap sehingga sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan
sebelumnya. La Nina adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra
Pasifik selama ratusan tahun.
Pada saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra
Pasifik menguat ( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat yang
terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur
bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa
disebut upwelling. Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami
penurunan dari nilai normalnya. La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan
Bumi Utara Khatulistiwa.
Peristiwa La Nina diawali dengan menguatnya angin pasat tenggara, suhu muka laut
yang ada di tropis pasifik barat akan sangat hangat dan sebaliknya di pasifik timur akan lebih
dingin. Ini mengakibatkan atmosfer di Pasifik barat akan lebih mendapatkan uap air yang
tinggi. Hal ini menyebabkan terjadi hujan lebat dan banjir terjadi di indonesia dan asia
tenggara, akan tetapi di pasifik timur mengalami kemarau dan kekeringan.
Secara sederhana La Nina adalah mendinginnya suhu permukaan laut. El Nino dan La
Nina dikenal juga dengan El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang berarti fenomena yang
ditimbulkan karena adanya interaksi antara laut dengan atmosfer.
La-Nina terbagi kedalam 3 (tiga) jenis intensitas dilihat dari anomali suhu muka laut
atau SST (Surface of Sea Temperature) yaitu intensitas lemah, intensitas sedang, dan
intensitas kuat.
1. Intensitas Lemah
Ditetapkan jika SST bernilai < -0.5 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-
turut.
2. Intensitas Sedang
Ditetapkan jika SST bernilai antara - 0.5 s/d -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
3. Intensitas Kuat
Ditetapkan jika SST bernilai > -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-
turut.
Beberapa faktor penyebab El Nino La Nina adalah sebagai berikut :

 Anomali suhu yang mencolok di perairan samudera pasifik.


 Melemahnya angin passat (trade winds) di selatan pasifik yang menyebabkan
pergerakan angin jauh dari normal.
 Kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan dari
perairan panas dibawahnya. Hal ini terjadi di perairan peru pada saat musim panas.
 Adanya perbedaan arus laut di perairan samudera pasifik.

Di bawah ini merupakan proses terjadinya El Nino La Nina :

Keadaan Perairan Samudera Pasifik saat Normal


Keadaan Perairan Samudera Pasifik saat terjadi El Nino

Pada bulan desember, posisi matahari berada di titik balik selatan bumi, sehingga
daerang lintang selatan mengalami musim panas. Di Peru mengalami musim panas dan arus
laut dingin Humboldt tergantikan oleh arus laut panas. Karena kuatnya penyinaran oleh sinar
matahari perairan di pasifik tengah dan timur, menyebabakan meningkatnya suhu dan
kelembapan udara pada atmosfer. Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan timur rendah,
yang kemudian yang diikuti awan-awan konvektif (awan yang terbentuk oleh penyinaran
matahari yang kuat). Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya tinggi yaitu di
Indonesia (yang pada dasarnya dipengaruhi oleh angin musoon, angin passat dan angin lokal.
Akan tetapi pengaruh angin munsoon yang lebih kuat dari daratan Asia), menyebabkan sulit
terbentuknya awan. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke
tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik barat bergerak ke pasifik tengah dan
timur. Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif di atas Indonesia bergeser ke pasifik
tengah dan timur.

Keadaan Samudera Pasifik saat terjadi La Nina

Sedangkan La Nina sebaliknya dari El Nino, terjadi saat permukaan laut di pasifik
tengah dan timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. Dan tekanan
udara kawasan pasifik barat menurun yang memungkinkan terbentuknya awan. Sehingga
tekanan udara di pasifik tengah dan timur tinggi, yang menghambat terbentuknya awan.
Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya rendah yaitu di Indonesia yang
memudahkan terbentuknya awan cumulus nimbus, awan ini menimbulkan turun hujan lebat
yang juga disertai petir. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke
tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik tengah dan timur bergerak ke pasifik
barat. Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif di atas pasifik ttengah dan timur
bergeser ke pasifik barat.

El Nino dan La Nina memiliki beberapa dampak yaitu :

1. Pada Alam

 Seperti pada saat terjadi El Nino di satu sisi dapat mengakibatkan meningkatnya suhu
dan salinitas air laut yang dapat membahayakan padang lamun (sea grass) dan
terumbu karang (coral reef) sebagai habitat dari berbagai jenis ikan. Padang lamun
dan terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat pemijahan (spawning ground),
pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-
ikan. Padang lamun dan terumbu karang bila terkena sinar matahari berlebihan
pertumbuhannya akan terganggu, rusak dan mati. Padang lamun dapat hidup dengan
suhu optimum sekitar 28-30°C, kedalaman 0-22 m dan salinitas 25-35 ppt. Padang
lamun memiliki nilai prodiktivitas yang tinggi yang bermanfaat bagi komunitas yang
hidup di habitat tersebut. Ikan-ikan yang menghuni padang lamun, di antaranya: ikan-
ikan parrot (Scarus dan Sparisoma), ikan surgeon (Acanthurus), ikan-ikan ballyhoo
(Hemiramphus brasiliensis), ikan rudder (Kyphosus sectatrix), ikan trigger
(Melichthys radula), dugong (Trichechus manatus), juvenile ikan, mollusca,
echinoidea, dan crustacea. Sedangkan terumbu karang dapat tumbuh pada suhu 25-
29°C, kedalaman 0-50 m dan salinitas 34-36 ppt. Pada saat El Nino, terjadi
peningkatan pemutihan (bleaching) pada karang yang menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya ikan-ikan yang biasa hidup bergantung pada terumbu karang, begitu
juga dengan padang lamun. Karena suhu yang semakin panas dan berkurangnya
habitat, maka ikan-ikan akan melakukan migrasi ke tempat yang lebih dingin. El Nino
juga mengakibatkan penurunan populasi ikan di Laut Pasifik, khususnya jenis pelagis
seperti ikan sardine (Sardinops sagax), anchoveta (Engaulis ringens), ikan mackerel
(Tranchurus murphyi dan Scomber japonicuperuanus) berkurang karena sedikitnya
makanan yang tersedia. Hal ini semua dapat mengakibatkan berkurangnya hasil
perikanan tangkap.
 Di sisi lain upwelling juga dapat menaikkan biomassa plankton, yaitu seperti yang
terjadi di wilayah Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terdapat
peningkatan jumlah klorofil, plankton dan massa air yang mengandung banyak
nutrien yang sangat bermanfaat bagi ikan. Pada saat inilah terdapat banyak ikan yang
dapat menguntungkan dalam sektor perikanan tangkap.
 Naiknya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat El Nino, menyebabkan
pembentukan awan yang intensif. Hal ini yang menjadikan curah hujan yang tinggi di
kawasan pasifik tengah dan timur. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat
terjadi kekeringan yang jauh dari normal.
 Turunnya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat La Nina, menjadi hambatan
terbentuknya awan di daerah ini, sehingga mengalami kekeringan. Sedangkan
sebaliknya, di daerah pasifik barat curah hujan sangat tinggi. Hal ini menimbulkan
banjir yang parah di Indonesia.

2. Pada Manusia
Meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin di perairan , mengakibatkan
perairan yang tadinya subur akan ikan menjadi sebaliknya. Hal ini menyebabkan nelayan
kesulitan mendapatkan ikan di perairan. Tidak hanya berpengaruh terhadap para nelayan, El-
Nino dan La-nina dampak menghambat aktivitas manusia. Seperti pada tahun 1997 dan 1998,
terjadi peristiwa El-Nino dan La-Nina yang paling kuat dan mengakibatkan seringnya terjadi
banjir, angin tornado, dan badai-badai aneh lainnya yang menyerang California dan banjir di
daerah Peru.
Pada tahun 1900 hingga tahun 1901 terjadi peristiwa El-Nino di India yang
menyebabkan kemarau panjang dan mengakibatkan penduduk India kelaparan, dan menelan
korban lebih dari satu juta jiwa.
Selain itu El-nino dan La-nina memiliki terhadap pengaruh terhadap pertanian yaitu
memiliki pengaruh terhadap besaran curah hujan dan ketersediaan air irigasi, anomali iklim
anomali iklim el nino dan la nina dapat mempengaruhi lamanya periode musim hujan dan
musim kemarau yang selanjutnya berimplikasi pada pergeseran musim tanam.
Bagi pertanian misalnya, akan menyebabkan banjir bagi areal sawah yang
drainasenya kurang baik hingga gagal panen, namun juga dapat memberikan hasil pertanian
yang baik pada daerah yang curah hujannya rendah mengingat sebelum La Nina ada
fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau panjang di Indonesia. Curah hujan yang
tinggi adalah hal yang tidak diinginkan bagi perkebunan sawit, juga bagi perkebunan tebu
ketika waktunya panen, namun disukai oleh areal perkebunan di mana pembibitan sedang
dilakukan.
Bagi kehutanan, tidak akan memiliki dampak yang begitu berarti, mengingat hutan di
Indonesia akan selalu hijau tanpa disentuh manusia. Yang berdampak mungkin adalah
ekosistem di dalamnya, seperti perilaku satwa liar dan daur hidrologi dalam areal hutan.
Satwa akan merespon udara dingin dengan berkoloni dan mengurangi aktivitas perkembang
biakannya. Bagi daur hidrologi, akan lebih banyak air yang akan diserap oleh wilayah hutan
karena hujan yang berlebih.
Selain itu, Kerusakan tanaman akibat kekurangan air merupakan dampak el nino yang
umum terjadi. Sebaliknya kejadian la nina dapat menimbulkan kerusakan tanaman akibat
kelebihan air atau banjir di samping akibat meningkatnya populasi hama dan tanaman
penyakit. Dampak kekurangan atau kelebihan air tersebut terhadap kerusakan tanaman
umumnya lebih parah pada tanaman muda daripada tanaman dewasa., karena resisitansi
tanaman muda terhadap perubahan ketersediaan air dan cuaca umumnya lebih rendah.
La Nina akan memberikan aliran udara dingin (temperatur akan turun hingga 20C) dan
hujan yang lebih banyak bagi Indonesia dari musim biasanya, sehingga jika ditelaah efeknya
bagi pertanian, perkebunan, dan kehutanan akan sangat banyak. Apalagi komoditas pertanian
dan perkebunan sangat banyak dan memiliki respon tertentu terhadap cuaca.
Disektor perikanan dan kelautan, hasil tangkapan ikan pada tahun-tahun el nino juga
dilaporkan menurun. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut ketersediaan pakan bagi ikan
(plankton) juga berkurang. Selain itu banyak terumbu karang yang mengalami keputihan
(coral bleaching) akibat terbatasnya alga yang merupakan sumber makanan dari terumbu
karang karena tidak mampu beradaptasi dengan peningkatan suhu air laut. Memanasnya air
laut juga akan menggangu kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya suhu
laut. Kondisi ini menyebabkan terjadinya migrasi ikan ke perairan lain yang lebih dingin.
Cara Mengantisipasi & Penanggulangan Terhadap El Nino & La Nina
Berikut adalah cara untuk mengantisipasi dari kehadiran El-Nino dan La-Nina:
1. Meminta informasi secara teratur perkembangan dan arah terjadinya el-nino. Informasi
tersebut didistribusikan ke daerah agar segera diketahui perkembangannya guna menyiapkan
langkah yang diperlukan.

2. Memerlukan lokasi-lokasi rawan kekeringan dan kebakaran. Peta tersebut harus selalu siap
sehingga dapat dimanfaatkan dalam memepersiapkan upaya pencegahan dan melaksanakan
penanggulangan dampak el-nino.
3. Meminta petani untuk melakukan konservasi tanah dan air serta melakukan tindakan
pemanenan air limpasan dan membuat embung-embung air. Melakukan pengaturan muka air
tanah melalui manajemen air pada areal-areal gambut.

4. Meminta petani dan pekebun untuk mengurangi tindakan budidaya yang dapat
memperbesar penguapan tanaman, seperti pengurangan naungan dan pemangkasan, serta
menyesuaikan jadwal penanaman dengan prakiraan terjadinya el-nino.

5. Menyiapkan dana alokasi khusus untuk pencegahan penanggulangan dampak el-nino,


termasuk dana untuk pengadaan sarana dan pelatihan pemadam kebakaran, bantuan pangan
dan kesehatan serta dana untuk rehabilitasi.

6. Meminta dukungan aktif pihak terkait untuk memfasilitasi kegiatan sosialisasi pencegahan
dan penanggulangan kekeringan dan kebakaran kebun.

Jika prakiraan tentang kehadiran el-nino sesuai atau mendekati keadaan yang benar-
benar terjadi, adapun langkah penanggulangan yang diperlukan hanya akan terbatas pada
mempertahankan kondisi tanaman. Namun untuk tanaman semusim dan tanaman muda perlu
diberikan perhatian khusus. Oleh karena itu, pemantauan lapangan perlu terus dilaksanakan
agar tindakan penanggulangan dapat di laksanakan pada kesempatan paling dini.
Berikut adalah cara penanggulangan yang perlu dilakukan saat peristiwa El-Nino dan La-
Nina terjadi:
1. Meningkatkan petani agar menjaga kondisi tanamannya melalui penggunaan mulsa,
pemutusan pipa kapiler tanah, dan tidak melakukan pemangkasan atau pengurangan naungan.

2. Khusus untuk tanaman semusim dan tanaman muda perlu dipertimbangkan pelaksanaan
penyiraman.
Adapun tindakan rehabilitasi kerusakan setelah terjadinya peristiwa el-nino yaitu sebagai
berikut:
1. Melakukan pemupukan tambahan untuk memulihkan kondisi tanaman setelah mengalami
masa kekeringan yang panjang.
2. Melanjutkan pemantauan kondisi tanaman dan kondisi sosial ekonomi petani guna
mengetahui kerusakan pertanaman dan dampak negative el-nino untuk segera melakukan
tindakan rehabilitasi yang diperlukan.

Sedangkan beberapa pihak memprediksikan hal-hal yang kemungkinan akan terjadi di


masa depan, diantaranya:

1.HUTAN AMAZON AKAN BERUBAH MENJADI GURUN

Memiliki jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan
Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Tetapi pemanasan global dan
penggundulan hutan membalikkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon dan merubah 30 -
60 persen hutan menjadi padang rumput kering. Proyeksi - proyeksi menunjukkan hutan ini
bisa lenyap menjelang tahun 2050.

2. GREAT BARRIER REEF LENYAP DALAM 20 TAHUN


Naiknya air laut akibat pemanasan global dalam 20 tahun akan menenggelamkan
gugusan karang ajaib ini. Charlie, mantan kepala peneliti di Australian Institute of Marine
Science mengatakan pada The Times: "Tidak ada harapan, Great Barrier akan lenyap 20
tahun lagi atau lebih. Sekali karbon dioksida ( CO2 ) menyentuh level seperti yang diprediksi
antara tahun 2030 dan 2060, seluruh karang akan lenyap. Hal ini didukung para peneliti
karang dan juga semua organisasi terkait lainnya. Ini sudah kritis dan beginilah
kenyataanya."

3. GURUN SAHARA AKAN MENGHIJAU

Para ilmuwan melihat tanda - tanda bahwa gurun Sahara dan wilayah di sekitarnya
menghijau akibat makin meningkatnya curah hujan. Hujan ini mampu merevitalisasi wilayah
gersangnya sehingga menarik komunitas petani. Kecenderungan menyusutnya gurun ini
dijelaskan oleh model-model iklim, yang memprediksi kembalinya ke kondisi yang
merubah Sahara menjadi padang rumput subur seperti sekitar 12 ribu tahun yang lalu.

4. ANGIN TOPAN BERTIUP LEBIH DAHSYAT

Belum bisa dijelaskan apakah Global Warming bertanggung jawab atas terjadinya
badai Katrina. Tetapi ada indikasi - indikasi bahwa Global Warming akan menciptakan badai
- badai berkategori 5 -badai Katrina sendiri berkategori 4 saat menghantam Lousiana.
Kekuatan badai dimulai dari adanya air hangat dan model - model ramalan menunjukkan
badai di masa depan akan menjadi lebih dahsyat seiring dengan naiknya temperatur lautan.
Global Warming juga membuat badai - badai itu lebih destruktif dengan naiknya permukaan
laut yang memicu banjir yang lebih besar di wilayah pesisir.

5. HEWAN - HEWAN MENYUSUT

Studi baru menyebutkan bahwa bahwa spesies - spesies hewan mengalami penyusutan
rata - rata hingga 50 persen dari massa tubuhnya dalm 30 tahun terakhir. Penelitian awal
terhadap domba menduga bahwa musim dingin yang lebih pendek dan ringan membuat
domba - domba itu tidak menambah berat badannya untuk bertahan hidup pada tahun
pertama hidupnya. Faktor seperti ini dapat juga mempengaruhi populasi ikan. Para peneliti
menyebutkan perubahan iklim ini bisa mengganggu rantai - rantai makanan,
dimana predator di puncak rantai makanan yang paling terpengaruhi karena menyusutnya
mangsa.

6. KOTA LONDON TENGGELAM PADA TAHUN 2100

Tidak hanya karang dan pulau - pulau landai yang terancam Global Warming.
Faktanya sebuah ancaman besar juga menghantui wilayah kota besar di wilayah pantai yang
beresiko tenggelam di bawah air akibat naiknya permukaan laut. Lusinan kota - kota dunia
termasuk London dan New York bisa saja lenyap tenggelam menjelang akhir abad ini,
menurut penelitian yang menyebutkan Global Warming akan mengakibatkan naiknya
permukaan air laut lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya. London termasuk kota besar
yang beresiko tinggi seperti digambarkan dalam sebuah film tahun 2007 berjudul "Flood".
Menurut para ahli kota ini akan tenggelam tidak sampai 100 tahun lagi.

7. INDONESIA KEHILANGAN RIBUAN PULAU – NYA


Akibat Global Warming, sedikitnya 2000 pulau kecil di kepulauan Indonesia mungkin
akan hilang sebelum yahun 2030 dan hal ini diperparah sebagai konsekuensi penambangan
liar dan aktivitas lain yang merusak lingkungan. Indonesia hingga saat ini telah kehilangan
sedikitnya 24 dari 17.500 pulau - pulau di wilayahnya.

8. GLOBAL WARMING AKAN MEMICU TERORIS

Global Warming bisa menciptakan kondisi ketidakstabilan di negara - negara miskin,


sehingga memicu terjadinya migrasi dan menjadi tempat subur berkembangnya terorisme.
Kondisi negara yang tidak stabil akibat iklim yang keras dan tidak menentu menyebabkan
banyak orang meninggalkan negaranya dan karena tekanan beberapa di antaranya bisa
melakukan tindakterorisme. Belum lagi masalah akibat penolakan dari negara yang didatangi
para imigran ini.
9. PEGUNUNGAN ALPEN MENCAIR

Tahun - tahun belakangan ini terlihat pengurangan intensitas salju di wilayah -


wilayah rendah, menyusutnya volume glacier ( sungai es ), dan juga meningkatnya cairnya
wilayah es beku. Hal ini berdampak langsung pada aktivitas turisme di musim dingin.
Diprediksi glacier - glacier itu akan hilang antara tahun 2030 dan 2050. Italia dan Swiss telah
memutuskan untuk menggambar ulang batas - batas wilayah mereka akibat berkurangnya
glacier - glacier di Alpine dan menyapu tanda batas - batas wilayah dua negara itu.

10. TENGGELAMNYA KEPULAUAN MALDIVA

Wilayah kepulauan rendah dan flat yang dikelilingi lautan diprediksi akan
ditenggelamkan oleh lautan yang mengelilinginya itu. Hal ini merupakan berita buruk bagi
para penghuninya dan juga bagi dunia pariwisata yang mengandalkan pantai - pantai berpasir
putih dengan air hangatnya. Para peneliti memberi waktu tidak lebih dari seratus tahun
sebelum kepulauan ini bebar - benar lenyap ditelan samudera.

c. Cara Penanggulangan Pemanasan Global

Melihat luasnya dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh isu pemanasan global ini, maka
ada baiknya manusia mulai memikirkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi pemanasan global. Baik secara individu, kelompok maupun masyarakat.Ada
beberapa cara ampuh mengurangi dan mengatasi pemanasan global yaitu :

1. Program Menanam Pohon

Kampanye pun sudah di lakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, perusahaan besar pun
sudah mengalokasikan dana Corporate Social Responsibiliy (CSR)-nya untuk menanam
pohon.

Tidak sampai di situ saja, banyak gerakan organisasi masyarakat yang gemar
menggalakan menaman pohon, bahkan ada yang dengan suka rela membagi pohon gratis
untuk di tanam setiap rumah. Kini banyak pihak yang sepakat bahwa menanam pohon adalah
satu cara untuk mencegah pemanasan global. Hanya saja, perlu lebih baik lagi dalam
perencanaan dan pelaksanaannya.

2. Kurangi Bangunan Rumah Kaca


Banyaknya bangunan rumah kaca membuat suhu panas bisa meningkat beberapa
derajat celcius. Oleh sebab itu, harus di kurangi, harus ada kebijakan pemerintah yang tegas
tentang pembangunan gedung-gedung yang mencoba mencakar langit (walau tida bisa).

Aspirasi ini harus terus di sampaikan, kalau bisa pemerintah memberikan denda
kepada pengembang properti (developer) yang membangun rumah tanpa menganalisa tentang
dampak lingkungan dalam proyek mereka.

3. Cerdas Dalam Berkendara

Negara maju sudah banyak yang melakukan hal ini. Budaya berkendara dengan
cerdas sudah di contohkan oleh mereka. Bahkan ada tempat parkir khusus sepeda yang di tata
dengan rapi. Ya, banyak negara maju menggunakan sepeda untuk berpergian, seperti ke
kantor atau ke sekolah.

Sebenarnya, hal tersebut di Indonesia sudah mulai ada geliatnya, tapi belum mendapat
respon yang baik dari pemerintah. Seharunya pemereintah membuat jalan khusus penaik
sepeda, tapi tidak. Dengan kendaraan ini. Disamping sehat. kita juga bisa mengurangi dari
dampak Polusi yang telah tercemar.

Selain itu, transportasi massal juga sebagai berkendara dengan cerdas, hal ini bisa
mengurangi pemanasan global yang timbul karena kendaraan bermotor yang kita naiki.
Dengan menaiki transportasi massal, maka langkah ini bisa menghemat polusi dan juga bisa
meminimalisir kemacetan.

Tapi jika Anda punya kantor atau sekolah yang bisa di tempuh dengan berjalan kaki,
maka itu lebih baik di lakukan dengan jalan kaki, jangan malah menaiki mobil. Sama – sama
kita ketahui bahwa sebab pemanasan global karena CO2 yang di keluarkan dari bahan bakar
kendaraan bermotor.

4. Hemat Listrik

Listrik juga menjadi faktor dalam menaikan suhu panas. Jika demikian alangkah bijaknya
untuk membiasakan hemat listrik. Seperti di rumah, ketika siang hari mematikan alat listrik
yang tidak digunakan lagi.

Memang harus massal di lakukan, bukan hanya oleh peorangan saja. Sangat
disayangkan masih ditemukan banyaknya lampu jalan yang menyala di siang hari. Dalam hal
ini pemerintah belum menjadi contoh bagi masyarakat.
Tapi tidak salah jika kita mulai dari diri kita sendiri, keluarga, tetangga dan
seterusnya. Mudah- mudahan generasi masa depan bisa cerdas dan hemat dalam penggunaaan
listrik.

5. Saluran Ventilasi Rumah Yang Cukup

Jika Anda mau mencegah pemansan global masuk kerumah, maka yang Anda lakukan
selain memasang AC, adalah memperbanyak saluran ventilasi di rumah. Supaya angin bisa
masuk kedalam rumah dan memberikan kesejukan. Dan supaya angin tetap banyak masuk
kerumah Anda, maka jangan lupa Anda menanam pohon di pekarangan rumah Anda.

6. Jangan Tebang Pohon Sembarangan (ilegal loging)

Ini yang masih sulit untuk di lakukan oleh masyarakat kita. Bisa kita lihat setiap tahun
berapa hektar lahan hutan yang terbakar, sehingga menjadi lahan yang tandus. Tidak
terhitung lagi kerugian negara karena hutan yang habis di bakar oleh oknum tidak
bertanggung jawab. Anda bisa bayangkan butuh berapa lama untuk menunggu pohon untuk
tinggi? Ya, butuh bertahun – tahun, bahkan puluhan tahun.
Yang anehnya, tindakan ilegal loging tersebut juga di dukung oleh oknum aparat
negara. Jadi para perlaku dengan bebas bertindak perbuatan tidak bermoral itu.Bagi pohon
yang di jalanan banyak hidup segan mati tak mau, karena tidak di rawat dengan baik, apatah
lagi di musim pemilu, banyak pohon yang di paku dengan sembarangan.

Kampanye tentang menolak dan menentang ilegal loging atau menolak penebangan
pohon sembaranga harus terus di galakkan. Ini demi kemaslahatan bersama, jangan hanya
karena kepentingan seelompok orang, membuat masalah bagi bangsa dan negara.

7. Membersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).

8. Kurangi penggunaan AC. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC
menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C) & alihkan panas limbah mesin AC
tadi untuk mengoperasikan water-heater.

9. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin
(dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.

10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).

11. Kurangilah penggunaan sampah plastik. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas
berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur
ulang kembali. Lebih baik bawa tas yang bisa dipakai ulang untuk mengurangi penggunaan
plastik.

12. Kurangilah konsumsi daging.Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging,


sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa
menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita bervegetarian.

13. Hindari makan makanan fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di
dunia.

14. Jangan membeli bunga potong.Jika daerah Anda bukan penghasil bunga hias, maka bisa
dipastikan bunga itu dikirim dari tempat lain. Hal ini akan menghasilkan “jejak karbon” yang
besar.
Bab IV Penutup

Kesimpulan

Pemanasan global (Global Warming) adalah proses peningkatan suhu rata-rata


atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC)menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan
temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah
kaca. Berikut ini beberapa hal-hal yang menyebabkan pemanasan global, antara lain gas
metana pada peternakan & pertanian,polusi karbondioksida ,aktivitas penebangan pohon &
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Akibat-akibat pemanasan global diantaranya
adalah wabah penyakit, penurunan hasil pertanian, naiknya permukaan air laut, dan punahnya
berbagai jenis hewan. Beberapa cara untuk mengurangi pemanasan global adalah menghemat
listrik, mengurangi bangunan kaca, mengurangi penggunaan plastik, & menanam pohon.

Saran
Kita harus menjaga kelestarian bumi kita agar dapat mengurangi pemanasan global. Dengan
cara yang sederhana pun sebenarnya kita telah membantu mengurangi pemanasan global.
Contohnya lebih memilih naik sepeda untuk ke warung yang jaraknya dekat dengan rumah,
mematikan listrik yang tidak digunakan & menanam pohon. Hal hal kecil inilah justru
dianggap sepele oleh sebagian orang. Jika kebiasaan ini terus menerus dilakukan maka akan
membuat pemanasan global semakin parah.

Anda mungkin juga menyukai

  • 1
    1
    Dokumen5 halaman
    1
    mohamad febry
    Belum ada peringkat
  • Asa
    Asa
    Dokumen9 halaman
    Asa
    mohamad febry
    Belum ada peringkat
  • Agriculture On
    Agriculture On
    Dokumen9 halaman
    Agriculture On
    mohamad febry
    Belum ada peringkat
  • Asa
    Asa
    Dokumen10 halaman
    Asa
    mohamad febry
    Belum ada peringkat
  • Agriculture On
    Agriculture On
    Dokumen9 halaman
    Agriculture On
    mohamad febry
    Belum ada peringkat
  • Asa
    Asa
    Dokumen10 halaman
    Asa
    mohamad febry
    Belum ada peringkat