Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Mitigasi


Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana
baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya
dalam suatu negara atau masyarakat (Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 33
Tahun 2006)
Menurut pasal 1 ayat 6 PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penanggulangan
Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.

1.2 Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana


A. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain
:
1. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap
unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman
umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-
masing.
2. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa
dapat diminimalkan.
4. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
B. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
1. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan
daerah rawan bencana.Pada saatini berbagai sektor telah
mengembangkan peta rawanbencana.Peta rawan bencana tersebut sangat
bergunabagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasikejadian
bencana alam.Meskipun demikian sampai saatini penggunaan peta ini
belum dioptimalkan. Hal inidisebabkan karena beberapa hal,
diantaranya adalah :
a. Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
b. Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
c. Peta bencana belum terintegrasi
d. Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

2. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan
dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital
dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan
rawan bencana.
3. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan
poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi
seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali,
mencegah dan penanganan bencana.
Memberikan informasi ke media cetak dan etektronik tentang
kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan
tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi
diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
4. Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada
SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika
sewaktu-waktu terjadi.
Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah
ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa
yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan
mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
5. Pelatihan atau pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan
jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi
dari petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB
dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan
korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi
menghadapi bencana akan terbentuk.
6. Peringatan dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan
hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan
agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika
sewaktu- waktu terjadi bencana.
Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui
pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil
pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa
antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya),
pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

1.3 Manajemen Mitigasi Bencana


A. Penguatan Institusi Penanganan Bencana
Untuk memperkuat institusi maka perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
1. Memperbaiki dan mensosialisasikan Prosedur Tetap (Protap)
SATKORLAK PB dan SATLAK PB yang memuat tugas dan
tanggungjawab Instansi-instansi yang terkait dalam manajemen
bencana, termasuk mekanisme koordinasi.
2. Meningkatkan kerjasama antara Instansi-instansi yang terkait dalam
manajemen bencana.
3. Meningkatkan kemampuan SATKORLAK PB dan SATLAK PB dalam
hal sistem, peralatan dan sumber daya manusia.
4. Mengembangkan sistem informasi sebagai usaha untuk meningkatkan
kesiapan SATKORLAK PB dan SATLAK PB serta masyarakat dalam
menghadapi bencana. Tindakan yang diperlukan antara lain :
a. Menyusun strategi sistem informasi, yang mencakup:
 Tugas dan tanggungjawab antara pemakai dan personil pusat,
pengendali sistem informasi.
 Audit internal untuk memeriksa sistem pengendalian dan
mengevaluasi efektivitas sistem.
b. Mengembangkan sistem penyebaran informasi kepada Instansi-
instansi dan pihak lain yang terkait dengan mitigasi bencana.
c. Menyiapkan database kajian termasuk diantaranya mikro zonasi
resiko bencana.
B. Meningkatkan Kemampuan Tanggap Darurat
1. Menyiapkan rencana penanganan keadaan darurat yang mendalam dan
terpadu, rencana tersebut berisi :
a. Tugas dan tanggungjawab setiap organisasi atau pihakyang terlibat
secara internal dan eksternal.
b. Organisasi tim tanggap darurat bencana.
c. Mekanisme pencarian dan penyelamatan korban (SAR).
d. Inventarisasi peralatan dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
2. Meningkatkan koordinasi pertolongan dalam keadaandarurat dan
kemampuan komunikasi antar Instansi denganmengembangkan Ruang
Pusat Pengendalian Operasional (RUPUSDALOP) SATKORLAK PB
dan SATLAK PB.
3. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat personil PUSDALOP
melalui :
a. Pelatihan untuk melaksanakan rencana tanggapdarurat, melalui
simulasi dan secara tanggap darurat,melalui simulasi dan secara
berkala mengadakanlatihan penanganan keadaan darurat
berdasarkanperkiraan kerusakan dan gangguan/kekacauan
danmenggunakan pengalaman tersebut untukmengindentifikasi
kekuatan dan kelemahan sertamemperbaiki tanggap darurat dan
rencana pengurangan kerusakan.
b. Pelatihan pencarian dan penyelamatan, P3K, dapurumum dan SAR
bagi anggota masyarakat, pegawai instansi, perusahaan dan
seterusnya.
4. Meningkatkan fasilitas tanda peringatan darurat dengancara pemasangan
alarm dan sistem pemberitahuan kepada masyarakat.
5. Meningkatkan rasa tanggungjawab pada pengguna fasilitas rumah sakit.

6. Meningkatkan dan mengorganisasikan transpor-tasi darurat, rencana


operasi dan rute.
7. Mengkoordinasikan Pusat Pelayanan Kesehatan yang berlokasi di
daerah rawan.
8. Meningkatkan ketrampilan personil disetiap tingkat unit pelayanan
darurat.
C. Meningkatkan Kepedulian Dan Kesiapan Masyarakat Pada Masalah-
Masalah Yang Berhubungan Dengan Resiko Bencana.
1. Mengembangkan materi kampanye pendidikan untukmasyarakat tentang
kepedulian terhadap bencanaProgram yang akan dikembangkan
mencakup langkahantisipasi dan penanganan meliputi :
bagaimanamempersiapkan diri bila bencana terjadi,
bagaimanamenghadapi bencana, bagaimana pemulihan setelahterjadi
bencana. Materi pendidikan harus mudah dimengerti dan dapat diterima
masyarakat. Kelompok sasaran termasuk :
a. Personil keamanan umum dan petugas tanggap darurat.
b. Organisasi Non Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
c. Dinas Pendidikan, pengelola Sekolah.
d. Pengelola Rumah Sakit.
e. Pengusaha.
f. Konsultan Teknik dan Kontraktor.
g. Masyarakat Umum.
2. Menyebarluaskan informasi bencana secara singkat dan jelas melalui
media cetak, media elektonik, poster dan lainlain.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat secara rutin melalui
organisasi kemasyarakatan yang ada.
4. Melaksanakan kampanye pendidikan tentang bencana pada masyarakat
melalui lokakarya dan seminar.
5. Memberikan saran teknis/rekomendasi kepada pemilikgedung tentang
bagaimana menghadapi resiko bencana.
6. Mendorong tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat(pemberdayaan
masyarakat) dalam mitigasi bencanatermasuk di dalamnya partisipasi
penuh masyarakat, organisasi non pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan.
D. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Sistem Infrastruktur Dan
Utilitas
1. Identifikasi daerah-daerah/bagian-bagian yang palingrawan dimana
prioritas ditekankan pada peningkatankemampuan/keamanan bagian
tersebut terhadap bencana.
2. Menyusun program jangka pendek dan jangka panjangyang
diprioritaskan pada peningkatan kemampuan dankekuatan sistem dalam
menghadapi resiko bencana.
3. Melakukan penilaian kerentanan terhadap bencana secaralebih terperinci
pada insfrastruktur dan jaringan utilitas. Meliputi sektor-sektor :
a. Pengadaan Air Minum.
b. Listrik.
c. Telekomunikasi.
d. Jalan dan jembatan.
e. Menara pengontrol lalu lintas udara (ATC), fasilitas bandara, dan
landasan.
f. Kereta Api.
g. Sistem Drainase.
h. Saluran Pembuangan Air Kotor dan Limbah.
i. Depot Minyak Bumi.
j. Meningkatkan keamanan fasilitas-fasilitas penting yangdiperlukan
pada tanggap darurat.
4. Meningkatkan kesiapan instansi-instansi utilitas dalammenghadapi
resiko bencana seperti meningkatkankemampuan instansi-instansi
tersebut dalam menghadapi bencana.
E. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Bangunan Strategis Dan
Penting
1. Mengidentifikasi semua bangunan-bangunan strategis danpenting untuk
tanggap darurat dan menilai tingkat kemanan bangunan yang meliputi:
a. Kantor Polisi.
b. Kantor Pemadam Kebakaran.
c. Rupusdalops (Posko).
d. Rumah Sakit dan Puskesmas.
e. Kantor-kantor pemerintah yang penting seperti kantorGubernur dan
Kantor Walikota/Bupati.
2. Meningkatkan keamanan bangunan-bangunan strategis/penting terhadap
bencana agar dapat memberikanpelayanan darurat tanpa mengalami
gangguan selama bencana.
3. Memberikan rekomendasi teknis/nasehat untuk mengantisipasiresiko
bencana kepada pengelola dan penggunagedung.
4. Tindakan juga termasuk studi Instansi bangunan penting/berbahaya
seperti BATAN (Reaktor Nuklir), Industri Kimiadan seterusnya.
5. Melakukan Inspeksi Rutin pada fasilitas pemadam kebakaran.
6. Meningkatkan kinerja bangunan kesehatan dan kualitas rumah sakit
terhadap bencana.
F. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Daerah Perumahan Dan
Fasilitas Umum
1. Mengidentifikasi dan menilai kerentanan bangunan disekitar perumahan
dan fasilitas umum.
2. Meningkatkan keamanan terhadap bencana pada fasilitas umum seperti :
a. Pusat Perbelanjaan.
b. Pasar Tradisional.
c. Pertokoan.
d. Stasiun Kereta Api.
e. Terminal Bis.
f. Tempat Rekreasi (Buatan dan Alami di Pegunungan).
G. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Bangunan Industri Dan
Kawasan Industry
1. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadapkerentanan kawasan
industri dan bangunan-bangunannyaterhadap bencana, khususnya
industri yangmemperkerjakan pekerja dalam jumlah yang besar
danindustri yang akan membahayakan lingkungan sertaberpotensi tinggi
terhadap limbah dan polusi (B 3).
2. Meningkatkan keamanan kawasan industri dan bangunan yang rawan
terhadap bencana.
3. Memberikan rekomendasi teknis tentang bagaimanamengahadapi resiko
bencana dan bencana susulanseperti: kebakaran, tanah longsor,
kontaminasi limbah danbanjir, kepada pengelola industri maupun
kawasanindustri.
4. Memberikan pelatihan tentang bagaimana menanggulangidan
mengamankan situasi darurat, yang disebabkan olehbencana seperti
aliran listrik, pencemaran gas beracun dan kimia dan seterusnya.
H. Meningkatkan Keamanan Terhadap Bencana Pada Bangunan Sekolah Dan
Anak-Anak Sekolah
1. Mengadakan program keamanan gedung sekolahterhadap resiko
bencana melalui aktivitas :
a. Identifikasi sekolah-sekolah yang rawan terhadaprencana dan
menilai kerentanan sekolah tersebut.
b. Memberikan rekomendasi teknis untuk perbaikan struktur bangunan
sekolah.
c. Memberikan rekomendasi teknis mengenai tata-letaksekolah dan
lingkungan, seperti perlunya lapanganterbuka dekat sekolah.
d. Mengembangkan standar struktur bangunan sekolahdan peraturan-
peraturan arsitektur sekolah.
e. Mengembangkan program-program untuk perbaikanatau relokasi
gedung sekolah yang sangat rawan.
2. Mengembangkan program kampanye pendidikanmengenai resiko
bencana pada anak-anak sekolah.Program ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadarandan kesiapan anak-anak sekolah menghadapi
bencanamelalui aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
a. Membuat materi kampanye pendidikan mengenaibencana untuk
anak-anak sekolah.
b. Meningkatkan kepedulian Dinas Pendidikan danInstansi terkait
lainnya untuk memasukkan konsep-konsepresiko bencana dan
latihan menghadapibencana dalam muatan lokal kurikulum sekolah
dasardan menengah.
c. Melakukan latihan menghadapi bencana yang meliputi:briefing,
diskusi, latihan simulasi dan lomba poster/mengarang tentang
bagaimana persiapan menghadapibencana, bagaimana tanggapan
terhadap bencana(termasuk aftershock) dan bagaimana
pemulihansetelah bencana. Kelompok sasaran dalam program
iniadalah :
 Anak-anak Sekolah.
 Guru-guru dan Pengurus Sekolah.
 Organisasi kepemudaan seperti Pramuka danPalang Merah
Remaja.
d. Perbaikan bangunan sekolah, memperbaiki tata letaksekolah untuk
evakuasi darurat, bila bencana terjadi.
e. Membentuk unit, Palang Merah di setiap sekolahsebagai upaya
kampanye pendidikan di sekolah.
I. Memperhatikan Keamanan Terhadap Bencana Dan Kaidah-Kaidah
Bangunan Tahan Gempa Dan Tsunami Serta Banjir Dalam Proses
Pembuatan Konstruksi Baru.
1. Merancang peraturan yang berkaitan dengan mitigasibencana yang
termasuk di dalamnya pengawasanterhadap desain bangunan tahan
gempa dan lain-lain.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentangprinsip-prinsip
gempa, tsunami, kebakaran dan banjir bagi profesi tertentu :
a. Kontraktor gedung.
b. Konsultan teknik sipil dan arsitek.
c. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yangbertanggungjawab
terhadap pembangunan fasilitas umum.
d. Pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadappelaksanaan
peraturan-peraturan gempa.
3. Memberikan alternatif untuk membangun konstruksi tahangempa.
4. Memberikan petunjuk teknis/praktis untuk bangunansederhana yang
tahan gempa, rumah sangat sederhana,bangunan sederhana lainnya.
5. Menekankan peraturan-peraturan melalui sistem perijinandalam
mendirikan bangunan.
6. Meningkatkan sistem pengawasan terhadap bangunan.
J. Meningkatkan Pengetahuan Para Ahli Mengenai Fenomena Bencana,
Kerentanan Terhadap Bencana Dan Teknik-Teknik Mitigasi :
1. Mendukung pengembangan penelitian.
a. Bangunan-bangunan yang rawan gempa dan tsunamiserta struktur
lainnya.
b. Identifikasi bencana susulan seperti : banjir,kebakaran, pencemaran
air minum dan lain-lain.
c. Perbaikan bangunan dan struktur yang rawan.
2. Mengadakan program pelatihan untuk para profesionamengenai
penilaian kerentanan dan desain perkuatan(retrofit) serta teknik-teknik
mitigasi lainnya.
3. Memberikan informasi melalui diskusi rutin di Kecamatanatau Dinas-
dinas lainnya.
4. Menyebarkan informasi mengenai bencana dan rencanatindakan dalam
bentuk sederhana.
K. Memasukan Prosedur Kajian Resiko Bencana Kedalam Perencanan Tata
Ruang/Tata Guna Lahan :
1. Meningkatkan zonasi yang sudah ada tentang tataruang/tata guna lahan
yang didasarkan pada kajian resiko.
2. Menyediakan lapangan terbuka untuk zona perantara(Butter Zona),
evaluasi dan akses darurat.
3. Memberikan rekomendasi tentang perlakukan khususdaerah rawan dan
berbahaya.
4. Memberikan rekomendasi tentang penanganan khususdalam kajian
resiko untuk daerah dengan bangunan.
5. Mendidik secara rutin dan melakukan studi bandingtentang mitigasi
bencana.
6. Melakukan studi di daerah tertentu untuk memahamimekanisme
bencana susulan seperti banjir, pencemaranair minum dan seterusnya.
7. Menyiapkan database pada studi bencana termasuksarana dan prasarana
Early Warning System (EWS).
L. Meningkatkan Kemampuan Pemulihan Masyarakat Dalam Jangka Panjang
Setelah Terjadi Bencana :
1. Mempersiapkan rencana pemulihan kota yang meliputi :
a. Pemulihan korban bencana;
b. Pemulihan gedung-gedung strategis (rumah sakit,kantor polisi,
kantor pemadam kebakaran, Telkom,PLN, dsb).
c. Pemulihan jaringan utilitas.
2. Rencana tersebut perlu diakomodasikan ke dalamkeputusan-keputusan
darurat sewaktu terjadi bencana.
3. Merencanakan perumahan dan sekolah sementara.
4. Mengembangkan rencana pendanaan masyarakat untukprogram
rekontruksi jangka panjang.
5. Pemberdayaan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan DinasAgama dalam
melakukan pemulihan mental dan spiritual korban bencana.
6. Merencanakan pendanaan yang transparan danmanajemen distribusi
bantuan.
7. Memasukan dalam pertimbangan hasil dari studi resikobencana ke
dalam studi dampak lingkungan proyek baru(AMDAL).
1.4 Tabel Koordinasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi

INSTANSI YANG
LANGKAH
No. BERTANGGUNG RUJUKAN
PENANGANAN
JAWAB
Memastikan bangunan
Dep. PU, LIPI,
harus dibangun dengan Peta Rawan Gunung Api,
1 Kementrian Ristek,
konstruksi tahan getaran/ Peta Risiko Bencana.
Pemda Prov, Kab/Kota
gempa.
Memastikan perkuatan
bangunan dengan Dep. PU, Pemda Prov, Rencana Tata Ruang
2
mengikuti standar Kab/Kota Wilayah.
kualitas bangunan.
Telkom, PLN,
Pembangunan fasilitas Bangunan fasilitas yang
Pertamina,
3 umum dengan standard aman terhadap letusan
PAM, Pemda Prov,
kualitas yang tinggi. Gunung Api.
Kab/Kota
Bangunan penahan lahar
Memastikan kekuatan SABO, Bunker.
Dep. PU, Pemda Prov,
4 bangunan-bangunan vital Terowongan Air untuk
Kab/Kota
yang telah ada. mengurangi volume air di
kawah.
Rencanakan
Peringatan dini dan
penempatan pemukiman DDN, Dep. PU, Dep.
status aktivitas gunung
5 untuk mengurangi tingkat Sos, Pemda Prov,
api. Data kejadian
kepadatan hunian di Kab/Kota
letusan Gunung Api.
daerah rawan bencana
Teknologi terapan yang
Penerapan zonasi Dep.ESDM, tepat dan berhasil guna
daerah rawan bencana Kementerian untuk mencegah,
6
dan pengaturan Ristek, BPPT, LIPI, mengurangi dampak
penggunaan lahan Pemda Prov, Kab/Kota bencana letusan Gunung
Api.
Membangun rumah
Peta Rawan Kebakaran
dengan konstruksi yang Dep PU, Dep. Sos,
7 Pemukiman, Peta Risiko
aman terhadap gempa Pemda Prov, Kab/Kota
Bencana.
bumi
DDN, Dep ESDM,
Rencana dan bangunan
Kementrian Ristek,
Kewaspadaan terhadap fasilitasi yang aman
8 BPPT, LIPI, Pemda
resiko gempa bumi terhadap Kebakaran
Prov,
Pemukiman.
Kab/Kota
Daftar Pustaka

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun


2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pasal 1 Ayat 6. Sekretariat Negara.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai