Masih hangat di telinga kita mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) campak
dan gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat, Papua. Tercatat korban meninggal
sebanyak 72 anak-anak, yakni 66 karena campak dan 6 karena gizi buruk. Untuk
status KLB campak sudah dinyatakan selesai pada tanggal 1 Februari 2018,
sedangkan untuk status gizi buruk sendiri masih ada hingga sekarang. Upaya yang
telah dilakukan pemerintah adalah dengan pemberian vaksinasi terhadap lebih dari
10.000 anak Asmat yang tersebar di 224 kampung di 23 distrik. Selain itu pengiriman
tim-tim baik dari bentukan pemerintah, TNI, maupun Dinas Kesehatan juga ikut
membantu penanganan korban baik di RSUD Agats maupun secara langsung di setiap
distrik di Asmat.
Dari hasil diskusi yang kami lakukan, didapatkan poin-poin sebagai berikut :
ORMAGIKA 2018
Dari segi sumber daya manusia, anak-anak disana memiliki pendidikan yang
kurang guru disana jarang datang ke sekolah karena terkendala akses
transportasi
Dari segi ketersediaan obat-obatan, disana sebenarnya sudah cukup baik,
tetapi karena jumlah tenaga kesehatan yang kurang sehingga fasilitas dan
pelayanan kesehatan disana masih belum maksimal.
2. Apa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah? Apakah sudah efektif?
Pemerintah sudah mengusahakan untuk membuat sungai bor, tetapi kondisi
disana yang tidak memungkinkan, yaitu keadaan tanah di sekitarnya berupa
rawa-rawa sehingga air yang dihasilkan payau dan keruh
Pemerintah sudah berusaha untuk merelokasi penduduk ke lokasi yang lebih
terjangkau dalam akses transportasi dan infrastruktur, tetapi penduduk disana
menolak untuk pindah, karena mereka masih berpegang teguh kepada
leluhur dan adat istiadat setempat
Pemerintah sudah memberikan anggaran dana untuk pendidikan anak-anak
disana tetapi masih saja ada anak-anak yang tetap tidak sekolah.
Pemerintah juga telah melakukan pembangunan dalam bidang transportasi
seperti pembukaan akses transportasi dan pembangunan jalan menuju Asmat
Sudah banyak sekali tenaga kesehatan yang ingin datang ke Asmat untuk
menjadi relawan, dan hal ini sudah sangat cukup memenuhi kebutuhan
tenaga medis untuk menangani masalah ini. Tetapi apabila dari segla sektor
seperti transportasi, tenaga kesehatan, dan dari pemerintah tidak mendukung
dan tidak bekerja sama, mungkin 1 atau 2 tahun ke depan kejadian ini akan
terulang kembali.
ORMAGIKA 2018
Penduduk yang nomaden membuat pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan disana sulit untuk menjangkau mereka
Kebudayaan di Asmat yang mengharuskan ibu yang bekerja, sehingga ibu
yang baru saja melahirkan beberapa hari kemudian akan bekerja kembali dan
anaknya akan dirawat oleh ayah. Oleh karena itu, bayi disana kurang
mendapatkan ASI eksklusif
Kurangnya kesadaran terutama dari orangtua yang tidak mau membawa
anaknya untuk berobat jika sakit
4. Apakah kejadian gizi buruk dan campak ini dapat terulang kembali di
masyarakat khusunya di Asmat?
Iya, apabila penduduk disana masih berperilaku sama yaitu tidak
memperhatikan hygiene sanitasi, jarang membawa anaknya ke fasilitas
kesehatan yang ada. Selain itu, apabila sebagian besar penduduk disana
belum diberi vaksin maka kejadian tersebut dapat terulang kembali.
5. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah kejadian tersebut agar tidak terulang
kembali?
Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disana, misalnya dengan
membuka peternakan ikan dan menyuling air disana agar bersih.
Memberikan edukasi kepada penduduk tentang hygiene sanitasi, kesehatan
dan pola makan yang baik.
Bisa dengan cara role model yaitu menjadikan istri kepala suku sebagai
contoh masyarakat disana bahwa setelah melahirkan yang harus dilakukan
adalah merawat bayinya dan memberikan ASI ekslusif, sehingga penduduk
disana bisa mengikutinya
Terkait dengan tenaga kesehatan yang kurang dapat ditanggulangi dengan
memberikan reward kepada tenaga kesehatan yang bersedia bekerja di daerah
3T. Selain itu, bisa juga dengan mengikuti program pemerintah yaitu
Nusantara Sehat
ORMAGIKA 2018
Yang terpenting adalah penanggulangan masalah ini juga harus tetap didasari
pada kebudayaan setempat sehingga intervensi atau program yang dijalankan
tidak menimbulkan penolakan dari penduduk di Asmat.
Kesimpulan:
Fenomena gizi buruk di Asmat ini sudah menjadi perhatian nasional. Kondisi lokasi
dan akses transportasi yang cukup sulit dilalui oleh relawan dan tenaga kesehatan
untuk memberikan layanan kesehatan ke asmat, membuat kita sadar bahwa
pemerataan hak kesehatan di Indonesia masih belum terjadi. Banyaknya faktor yang
menyebabkan gizi buruk dan campak di Asmat ini terjadi antara lain karena lokasi
asmat yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai, kurangnya tenaga kesehatan
yang ada, kondisi hygiene sanitasi yang buruk, dan kebudayaan setempat yang
mendorong terjadinya fenomena tersebut. Pemerintah setempat sudah melakukan
berbagai usaha agar penduduk disana dapat terjangkau oleh pemerintah dalam hal
kesehatan maupun pemenuhan kebutuhan pokok. Namun, mereka tetap menolak
untuk direlokasi karena berpegang teguh kepada leluhur dan kepala suku. Selain itu,
pemerintah juga telah melakukan pembangunan baik di bidang akses transportasi dan
infrastruktur untuk mencegah hal tersebut dapat terjadi kembali.
ORMAGIKA 2018