Anda di halaman 1dari 11

A.

MALARIA
Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut
ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual,
yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah
malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk
karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk.
Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik,
demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies
berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk
Anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk
Anopheles Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca
pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu
menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah
menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja,
tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemah
Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia
terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina
Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik yang tercemar
serta dari ibu hamil kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000)
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria tertiana.
P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.
ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan
malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria
yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit
dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.
(Harijanto P.N.2000)
Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk
Anopheles betina.(Harijanto P.N.2000)
Siklus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang lebih
30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun- tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).(Depkes RI.2006)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi
skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus
inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian
merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit
jantan dan betina. (Depkes RI. 2006)
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam
tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini
akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luas
dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit
yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(Harijanto, 2000)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung
dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit
masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik.(Harijanto, 2000)
Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah
daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit
maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan
adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin
malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui
limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin
karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit (Harijanto, 2000)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah.
Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria
kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag (Harijanto, 200)
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam
eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan
struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan
tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membrane sel, Sitoadherensi, Sekuestrasi
dan Resetting (Harijanto, 2000)
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum
pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat
pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset (Harijanto,2006).
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung merozoit
matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentuk
seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Resetting adalah golongan
darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor
pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi. (Harijanto P.N, 2006)
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan
hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap eritrosit
yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia jaringan. Pada
hemolisis Intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (Black White Fever) dan dapat
menyebabkan gagal ginjal. (Pribadi W,2000)

2. Mediator endotoksin-makrofag.
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal
dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF)
yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang
terinfeksi parasit malaria TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan
sindrom penyakit pernapasan pada orang dewasa. (Pribadi W, 2000)
3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada
permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria
dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium
kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi
alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk
gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan Anoksia dan edema
jaringan. (Pribadi W, 2000)
Patogenesis penyakit atau proses terjadinya penyakit yang telah dijelaskan sebelumnya
digambarkan dalam teori simpul. Patogenesis atau proses kejadian penyakit diuraikan ke dalam
4 simpul, yakni simpul 1 disebut dengan sumber penyakit, simpul 2 merupakan komponen
lingkungan, simpul 3 penduduk dengan berbagai variabel
kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, dan jender dan simpul 4
penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau exposure
dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.
Berikut adalah teori simpul dari terjadinya penyakit malaria.
Patologi Malaria
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa menyebabkan reaksi
inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi eritrosit yang merupakan proses
patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya patologi malaria serebral yang merupakan
salah satu dari malaria berat adalah terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan
kapiler. Kapiler dipenuhi leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh
roset eritrosit yang terinfeksi. (Harijanto.P.N.2006)
Penularan Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang disebut plasmodium spp yang hidup
dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Parasit/plasmodium hidup dalam tubuh
manusia.
Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah terjadi akibat adanya interaksi antara
tiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment. Manusia adalah host vertebrata dari Human
plasmodium, nyamuk sebagai Host invertebrate, sementara Plasmodium sebagai parasit
malaria sebagai agent penyebab penyakit yang
sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan dapat dikaitkan dalam beberapa aspek,
seperti aspek fisik, biologi dan sosial ekonomi (Chwatt-Bruce.L.J,1985).
Hubungan Host, Agent, dan Environment
Host
1. Manusia (Host Intermediate)
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, tetapi kekebalan yang ada pada
manusia merupakan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium malaria. Kekebalan
adalah kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan Plasmodium yang masuk atau
membatasi perkembangannya. Ada dua macam kekebalan yaitu :
a. Kekebalan Alami (Natural Imunity)
Kekebalan yang timbul tanpa memerlukan infeksi terlebih dahulu. Kekebalan didapat (Acqired
Immunity) yang terdiri dari :
1) Kekebalan aktif (Active Immunity) yaitu kekebalan akibat dari infeksi sebelumnya
atau akibat dari vaksinasi.
2) Kekebalan pasif (Pasif Immunity)
Kekebalan yang didapat melalui pemindahan antibody atau zat-zat yang berfungsi aktif dari
ibu kepada janin atau melalui pemberian serum dari seseorang yang kekal penyakit. Terbukti
ada kekebalan bawaan pada bayi baru lahir dari seorang ibu yang kebal terhadap malaria
didaerah yang tinggi endemisitas malarianya.
2. Nyamuk Anopheles spp (Host Defenitive)
Nyamuk Anopheles spp sebagai penular penyakit malaria yang menghisap darah hanya
nyamuk betina yang diperlukan untuk pertumbuhan dan mematangkan telurnya. Jenis nyamuk
Anopheles spp di Indonesia lebih dari 90 macam. Dari jenis yang ada hanya beberapa jenis
yang mempunyai potensi untuk menularkan malaria (Vektor). Menurut data di Subdit SPP,
penular penyakit malaria di Indonesia berjumlah 18 species. Di Indonesia dijumpai beberapa
jenis Anopheles spp sebagai vector Malaria, antara lain : An, sundaicus sp, An. Maculates sp,
An. Balabacensis sp, An, Barbnirostrip sp (Depkes RI, 2005). Di setiap daerah dimana terjdi
transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies Anopheles yang menjadi
vektor penting. Vector-vektor tersebut memiliki habitat mulai dari rawa-
rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain (Achmadi, 2005).
Nyamuk Anopheles hidup di iklim tropis dan subtropics, namun bias juga hidup d daerah yang
beriklim sedang. Anopheles juga ditemukan pada daerah pada daerah dengan ketinggian lebih
dari 2000-2500m. Menurut Myrna (2003), nyamuk Anopheles betina membutuhkan minimal
1 kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang biak. Anopheles mulai menggigit sejak
matahari terbenam (jam 18.00) hingga subuh dan puncaknya pukul 19.00-21.00. Menurut
Prabowo (2004), jarak terbang Anopheles tidak lebih dari 0,5 – 3 km dari tempat
perindukannya. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (sejak telur menjadi dewasa)
bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara.
Tempat tinggal manusia dan ternak, khususnya yang terbuat dari kayu merupakan tempat yang
paling disenangi oleh Anopheles. Vektor utama di Pulau Jawa dan Sumantra adalah An.
andaicus, An. maculates, An. aconitus, An. balabacencis.
Agent
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup
dimana kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan akan
terjadi stimulasi untuk memudahkan terjadi suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit
malaria termasuk agent biologis yaitu protozoa.
1. Jenis Parasit (Plasmodium)
Sampai saat ini dikenal empat macam agent penyebab malaria yaitu :
a. Plasmodium Falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria
berat/malaria otak yang fatal, gejala serangnya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
b. Plasmodium vivax, penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya timbul
berselang setiap tiga hari (Sering Kambuh)
c. Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria quartana yang gejala serangnya timbul
berselang setiap empat hari sekali.
d. Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat.
Seorang penderita dapat ditulari oleh lebih dari satu jenis Plasmodium, biasanya infeksi
semacam ini disebut infeksi campuran (mixed infection). Tapi umumnya paling banyak hanya
dua jenis parasit, yaitu campuran antara Parasit falsiparum dengan parasit vivax atau parasit
malariae. Campuran tiga jenis parasit jarang sekali dijumpai (Depkes.RI.2005).
2. Siklus Hidup Parasit Malaria
Untuk kelangsungan hidupnya parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan
yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk.
a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual (sporozoa, merozoit
dalam sel darah merah, sizon dalam sel merah).
b. Siklus seksual dalam tubuh nyamuk (Gametosit, Ookinet dan Ookista).
Siklus seksual ini juga bias disebut siklus sporogami karena menghasilkan sprozoit yaitu
bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia atau binatang.
Lama dan masa berlangsungnya siklus ini disebut dengan masa inkubasi ekstrinsik, yaitu
masuknya gametosit kedalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sprogami dalam
bentuk sporosit yang kemudian masuk kedalam kelenjar liur nyamuk. Masa inkubasi tersebut
sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara sehingga berbeda-beda untuk setiap
species. Prinsip pengendalian malaria antara lain didasarkan pada siklus ini yaitu dengan
mengusahakan umur nyamuk harus lebih singkat dari masa inkubasi ekstrinsik sehingga siklus
sprogami tidak dapat berlangsung dengan demikian rantai penularan akan terputus. (Depkes
RI, 2005)
3. Morfologi Parasit Malaria
Parasit malaria tergolong Protozoa Genus plasmodium, Familia plasmodiae dari Ordo
coccidiidae yang terdiri dari 3 (tiga) stadium yaitu:
a. Stadium Tropozoit
Merupakan stadium terpanjang dalam siklus kehidupan parasit. Sebab itu hampir pada semua
Staduim (SD) positif dapat ditemukan stadium ini. Memeriksa SD malaria berarti mencari
tropozoit pada SD tersebut. Morfologi (cirri-ciri khas) inti:
a) Parasit vivax/parasit malariae, bentuk besar, sifat dan warna merah bervariasi.
Semakin tua tropozoid kekompakan intinya berkurang.
b) Parasit falciparum, bentuk intinya bulat, besar seperti titik (halus/kasar), bersifat
kompak atau padat sehingga warna menjadi kontras dan jelas.
b. Stadium Sizon
Beberapa pedoman yang perlu diketahui mengenai sizon adalah :
a) Dalam satu siklus kehidupan parasit, sizon (jam terjadinya sporulasi) singkat sekali.
b) Bentuk sizon baru dapat ditemukan pada SD bila pengambilan darah dilakukan
dekat pada jam sebelum atau sesudah sporulasi (mengigil). Keadaan klinis berat pada saat
sporulasi menyebabkan penderita tidak mampu pergi ke unit kesehatan, tidak dapat dibuat SD-
nya. Sebab itu jarang ditemukan SD positif yang mengandung sizon.
c) Tidak pernah ditemukan sizon Parasit falciparum SD yang berasal dari darah organ, kadang-
kadang sizon Parasit falciparum dapat ditemukan.
d) Bila pada pemeriksaan SD lebih dahulu ditemukan bentuk sizon harus dicari
bentuk ring, Tropozoit amuboit dan gametosit Parasit falciparum pada lapangan
berikutnya untuk menentukan speciesnya.
c. Staduim gametosit
Beberapa pedoman yang perlu diketahui mengenai gametosit :
a) Gametosit ada pada darah tepi paling cepat 1 (satu) minggu atau paling lambat 10 hari setelah
pasien mengalami demam pertama. Adanya gametosit Parasit
falciparum pasa SD memberi pengertian pasien terlambat ditemukan. Jadi tidak semua
SD positif mengandung gametosit.
b) Gametosit Parasit vivax dan Parasit falciparum tidak pasti dapat dibedakan demikian juga
terhadap tropozoit dewasa pra sizon.
c) Gametosit Parasit falciparum adalah bentuk pasti untuk menentukan species Falciparum.
Lingkungan (Environment)
1. Lingkungan Fisik
a. Suhu
Udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus Sprogami atau masa inkubasi
Ektrinsik. Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gametosit ke
dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam nyamuk yaitu
terbentuknya sporozoid yang kemudian masuk kedalam kelenjar liur. Makin tinggi suhu maka
makin pendek masa inkubasi Ekstrinsik. Pengaruh suhu berbeda dari setiap
species pada suhu 26,7oC masa inkubasi Ekstrinsik untuk setiap species sebagai
berikut:
1. Parasit falciparum : 10 – 12 hari
2. Parasit vivax : 8 – 11 hari
3. Parasit malariae : 14 hari
4. Parasit ovale : 15 hari
Masa inkubasi Intrinsik adalah waktu mulai masuknya Sprozoid darah sampai timbulnya
gejala klinis/demam atau sampai pecahnya sizon darah dalam tubuh penderita. Masa inkubasi
Intrinsik berbeda tiap species :
1. Plasmodium falciparum : 10 – 14 hari (12)
2. Plasmodium vivax : 12 – 17 hari (13)
3. Plasmodium malariae: 18 – 40 hari (28)
4. Plasmodium ovale : 16 – 18 hari (7)
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk, tingkat kelembaban 63 %
misalnya merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan.
c. Hujan
Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi dewasa.
Hujan diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangnya Anopheles spp.
Bila curah hujan yang normal pada sewaktu-waktu maka permukaan air akan meningkat
sehingga tidak menguntungkan bagi malaria. Curah hujan yang tinggi akan merubah aliran air
pada sungai atau saluran air sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air (Chwaat-
Bruce. L.J, 1985)

d. Angin
Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya jarak jangkau nyamuk
dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung kepada arah angin.
e. Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An.sundaicus.
Lebih menyukai tempat yang teduh dan An.barbirostris dapat hidup di
tempat yang teduh maupun tempat yang terang. An.macculatus lebih suka hidup di
tempat yang terlindung (sinar matahari tidak langsung).
f. Arus air
Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran airnya berbeda.
An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau sedikit mengalir.
An.minimus menyukai tempat perindukan yang airnya cukup deras dan An. Letifer di tempat
air yang tergenang (Depkes RI, 2006)
2. Lingkungan Kimia
Beberapa species nyamuk dapat juga memanfaatkan oksigen yang terlarut (Dissolved oxygen)
melalui pernafasan kulit. Dari lingku ngan kimia yang baru diketahui pengaruhnya adalah
kadar garam dari tempat perindukan, seperti An.sundaicus tumbuh
optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar 12-18% dan tidak dapat
berkembang biak pada garam lebih dari 40%. Untuk mengatur derajat keasaman air yang
disenangi pada tempat perkembangbiakan nyamuk perlu dilakukan pengukuran pH air, karena
An.Letifer dapat hidup ditempat yang asam atau pH rendah (Depkes RI, 2006)
3. Lingkungan Biologi
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan berbagai jenis
tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk, karena ia dapat
menghalangi sinar matahari yang masuk atau menghalangi dari serangan mahkluk hidup lain.
Beberapa jenis tanaman air merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu.
Tanaman air bukan saja menggambarkan sifat fisik, tetapi juga menggambarkan susunan kimia
dan suhu air misalnya pada lagun banyak ditemui lumut perut ayam (Heteromorpha) dan lumut
sutera (Enteromorpha) kemungkinan di lagun tersebut ada larva An. Sundaicus.
Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (Plocheilus panchax
Panchax spp), Gambusi sp, Oreochromis niloticus (nila merah), Oreochromis mossambica
(mujair), akan mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah. Selain itu adanya ternak besar
seperti sapid dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila
kandang hewan tersebut diletakkan diluar rumah, tetapi tidak jauh dari rumah atau cattle barrier
(Rao, T.R, 1984).
4. Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan
yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut malam, di mana vector lebih
bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan
kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya
berbeda sesuai dengan perbedaan status social masyarakat akan mempengaruhi angka
kesakitan malaria (Iskandar,1985).
Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala
utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoiT atau skizon), pengaruh GPI(Glycosyl Phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa
penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang
dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic,
anemia dan splenomegali. (Mansyor A dkk, 2001)
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk
P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan
sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin
disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung
stadium aseksual). (Harijanto P.N, 2000)
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu,
sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak,
diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi
pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak
jelas. (Harijanto P.N, 2000)
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria proxym) secara
berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya
dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperature. (Mansyor A dkk, 2001)
b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40o C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini
berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat. (Harijanto P.N, 2006)
c. Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
(Harijanto P.N, 2006)
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering
ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari
serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis. (Harijanto P.N, 2006)
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi P.
falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan
sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium
aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut (Harijanto P.N, 2000):
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasitcc>10.
000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat
antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler jaringan otak.

Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat (Rapid
Diagnotic Test)
Pengobatan Penderita Malaria
Bebarapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita yaitu :
a. Pengobatan Malaria Klinis
Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan bertujuan untuk menekan gejala klinis
dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan.
b. Pengobatan Radikal
pengobatan diberikan dengan pemeriksaan laboratorium positf Malaria.
c. Pengobatan Masal (Mass drug Administration = MDA)
Pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk (>80%) didaerah KLB sebagai
bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria.
d. Pengobatan kepada Penderita Demam (Mass Fever Treatment = MFT)
Dilakukan untuk mencegah KLB dan penaggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu
setelah pengobatan MBA sampai penyemprotan selesai.
Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain
1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur memakai kelambu,
tidak berada diluar rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan lotion anti nyamuk,
memasang kawat kasa pada jendela.
2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan semak-semak disekitar
rumah dan melipat kain-kain yang bergantungan, mengusahakan didalam rumah tidak gelap,
mengalirkan genangan air serta menimbunnya.
3. Membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan dengan insektisida)
4. Membunuh larva dengan menebarkan ikan pemakan larva
5. Membunuh larva dengan menyemprot larvasida.
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting
untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini
sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan
menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada
genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang
pantai.
Langkah lainnya adalah mengantisipasi dengan meminum obat satu bulan sebelum seseorang
melakukan bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya yang bebas malaria, sebaiknya
mengkonsumsi obat antimalaria, misalnya klorokuin, karena obat ini efektif terhadap semua
jenis parasit malaria. Aturan pemakaiannya adalah :
Pendatang sementara ke daerah endemis, dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu
sebelum berangkat selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
Penduduk daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin
300 mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan).
Semua penderita demam di daerah endemis diberikan klorokuin dosis tunggal 600 mg jika
daerah itu plasmodium falciparum sudah resisten terhadap klorokuin ditambahkan primakuin
sebanyak tiga tablet.

Anda mungkin juga menyukai