Anda di halaman 1dari 15

CASE PRESENTATION II

HIFEMA TRAUMATIK OS

Oleh :
Azillatin Ruhul Ma’ani
H1A 014 007

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Hifema ialah adanya akumulasi darah pada segmen anterior mata atau Bilik
Mata Depan (BMD). Bilik Mata Depan merupakan ruangan yang terletak diantara
kornea dan iris. Hifema sering terjadi pada kasus trauma mata baik trauma tumpul
maupun tajam, yang mengakibatkan terjadinya robekan pada pembuluh darah di perifer
iris atau badan siliaris anterior. Kondisi ini dikenal dengan Hifema Traumatika.1,2,3

Namun Hifema juga dapat terjadi secara spontan, akibat adanya penyakit
intraokuler, misalnya pada kondisi rubeosis iridis (biasanya pada penderita retinopati
diabetes, central retinal vein occlusion, carotid occlusive disease), tumor intra okular,
tumor iris (juvenile xanthogranuloma), keratouveitis (herpes zoster), leukemia,
hemofilia, dan dapat juga terjadi karena penggunaan anti platelet (aspirin, warfarin).2,3

Komplikasi dari hifema traumatika ini antara lain adalah peningkatan tekanan
intra okuler, sinekia anterior/posterior, katarak, corneal blood staining, perdarahan
sekunder, dan banyak lagi kelainan intra okuler yang dapat ditimbulkannya. Sebagian
besar penderita hifema traumatika adalah anak anak dan remaja usia 10-20 tahun,
dengan pria lebih banyak dari wanita (rasio 5 :1).4,5

1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : LP
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kopang Loteng
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa Sekolah Menengah Pertama
Tanggal pemeriksaan : 21 Juni 2018
RM : 011985
II. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Nyeri pada mata kiri .
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien rujukan dari dokter spesialis mata yang berada
di Lombok Tengah datang ke Poliklinik Mata RSUD Provinsi NTB dengan
keluhan nyeri pada mata kiri. Keluhan ini dirasakan sudah satu minggu yang
lalu sejak pasien terkena peluru plastik pistol mainan. Pasien terkena oleh
peluru pistol saat bermain tembak tembakan dengan temannya dan pasien
mengaku terkena peluru temannya pada jarak 4 meter. Peluru mainan
berukuruan kecil dan bulat berdiameter ± 0,5 cm yang terkena matanya
langsung terpental dan terjatuh tanpa menempel lama di matanya
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Yatofa Lombok Tengah untuk
mendapatkan pengobatan, di RS Yatofa pasien hanya dirawat satu hari saja
dan dipulangkan untuk dirawat di rumah dan dianjurkan untuk kontrol ke
dokter spesialis mata yang berada di Lombok Tengah. Setelah beberapa
hari mengalami perbaikan tetapi pasien mencoba untuk sholat, keluhan

2
yang dirasakan memburuk kembali dan pasien dirujuk oleh dokter spesialis
ke RSUD Provinsi NTB. Selain nyeri pasien juga mengeluhkan mata merah
dan penglihatan kabur pada mata kirinya. Keluhan demam, lemas, pusing,
mual, dan muntah disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat asma dan terakhir kambuh pada usia 3 tahun,
pasien juga memiliki riwayat tonsillitis dan masih dirasakan sampai
sekarang. Pasien tidak menggunakan kaca mata sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki keluhan atau penyakit yang sama
dengan pasien. Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
terkontrol, sedangkan penyakit diabetes mellitus, jantung, dan asma
disangkal,
e. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah melakukan pengobatan di RS Yatofa Lombok Tengah
terkait dengan keluhan pasien dan oleh dokter di berikan beberapa
pengobatan seperti paracetamol dan 2 obat tetes mata tetapi pasien tidak
ingat nama obat tersebut.
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat atau makanan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Frekuensi napas : 20x/menit
- Frekuensi nadi : 88x/menit
- Suhu : 36,5°C

3
b. Status Ophthalmologis
No Pemeriksaan OD OS
1. Visus
- Sc 6/6 4/60

2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia


3. Pergerakan Bola Mata Baik ke segala Baik ke segala
arah arah

4 Lapang pandang

5. Palpebra Edema (-) (-)


Superior Hiperemi (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Spasme (-) (-)
Poliosis (-) (-)
6. Palpebra Edema (-) (-)
Inferior Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Hiperemi (-) (+)
Cobble stone (-) (-)

4
Konjungtiva Sikatrik (-) (-)
Palpebra Benda Asing (-) (-)
Superior
8. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palbebra Cobble stone (-) (-)
Inferior Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)

9. Konjungtiva Injeksi (-) (+)


Konjungtiva
Bulbi
Pendarahan (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih, Tampak hifema
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
Massa (-) (-)
11. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Depan Hifema (-) (+)
Hipopion (-) (-)
Koagulum (-) (+)
12. Iris Warna Coklat Coklat

Bentuk Bulat dan regular Tidak bisa


dievaluasi
13. Pupil Bentuk Bulat, ukuran 3 Tidak bisa
mm dievaluasi
RCL (+) (+)

5
RCTL (+) (+)
14. Lensa Kejernihan Jernih Tidak bisa
dievaluasi
15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal

16 Funduskopi Refleks (+) (-)


fundus

c. Pemeriksaan Penunjang
- Slit Lamp
o Terdapat hifema dan koagulum pada mata kiri
- USG

o Hasil USG : tidak ada perdarahan pada bagian segmen posterior

6
d. Foto Pasien

Gambar mata kanan pasien

7
Gambar mata kiri pasien

8
BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien di atas, didapatkan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah sebagai berikut.
SUBJECTIVE
a. Keluhan nyeri yang dirasakan pada mata kiri
b. Keluhan pandangan kabur
c. Keluhan mata merah pada mata kiri.

OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
 Visus natural OD 6/6, visus OS 4/60
 Kornea OS terdapat hifema grade II yaitu dan koagulum
 Terdapat injeksi konjungtiva

OD OS

Mata kanan normal Mata kiri didapatkan injeksi


konjungtiva dan hifema serta
koagulum

9
b. Analisa Kasus

Pasien dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan penglihatan kabur dapat
disebabkan karena adanya trauma dari benda tumpul, trauma benda tumpul ini
dapat menyebabkan kompresi anteroposterior bola mata yang diikuti dengan
pelebaran ekuator sklera, peregangan limbus dan pergeseran lensa atau diagfragma
ke posterior serta putusnya pembuluh darah. Ekspansi tersebut dapat menimbulkan
stres pada struktur sudut segmen anterior mata, yang kemudian menyebabkan
pecahnya stroma iris dan atau pembuluh badan siliar. 3,4,5

Kelainan visus pada pasien dapat diakibatkan karena adanya penutupan media
refraksi oleh hifema dan koagulum atau darah yang sudah berkoagulasi sehingga
pasien tidak dapat melihat secara jelas dan terasa kabur pada mata kiri. Hifema
dibagi dalam 4 grade berdasarkan tampilan klinisnya, yaitu :

1. grade I: menutupi ≤ 1/3 bilik mata depan

2. grade II: menutupi 1/3-1/2 bilik mata depan

3. grade III: menutupi > 1/2 bilik mata depan

4. grade IV: menutupi seluruh bilik mata depan

Hifema traumatik dapat terdiagnosis hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan


fisik saja. Pemeriksaan penunjang seperti slitlamp dan USG dapat mendukung
diagnosa tersebut. Hasil USG untuk melihat kondisi segmen posterior apakah
terdapat perdarahan atau tidak, karena trauma tumpul tidak hanya dapat merusak
segmen depan anterior mata tetapi dapat merusak segmen posterior pada mata. 4,5

10
c. Assessment
Diagnosis kerja: Hifema Traumatik OS.
Diagnosis ini diajukan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis tersebut antara lain sebagai
berikut.
- Usia 12 tahun.
- Keluhan mata nyeri sejak satu minggu yang lalu silau jika melihat cahaya
- Pasien mengalami trauma tumpul terkena peluru plastik senapan mainan
- Penglihatan kabur sejak satu minggu yang lalu
- Penurunan visus OS 4/60.
- Hifema grade II dan koagulum pada OS.

d. Planning
1. Usulan pemeriksaan lanjutan
- Slitlamp
Pemeriksaan slitlamp dilakukan untuk mengetahui kondisi bagian
depan mata sampai lensa yang diperlukan untuk mendukung hasil
pemeriksaan yang lainnya.
- Pemeriksaan Tekanan Intraokuler
Untuk mengetahui tekanan intraokuler pada matanya, agar tidak terjadi
hifema sekunder.
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sistemik pasien
apakah terdapat kelainan faktor pembekuan darah PTT,APTT.
- USG
Pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi segmen posterior dari
kondisi mata pasien.

11
2. Tatalaksana
Pada pasien ini pengobatan yang diberikan bersifat non medikamentosa dan
medikamentosa, pada pemberian non medikamentosa pengobatan dilakukan
dengan pemberian kompres dingin pada mata hal ini untuk mempercepat
proses pembekuan darah sehingga diharapkan hifema dapat berkurang,
pengobatan harus bedrest atau istirahat total, dengan posisi kepala lebih tinggi
dari anggota badan lainnya untuk menghindari gumpalan darah dan hifema
yang jatuh ke bagian segmen posterior. Pada pengobatan medikamentosa
pasien diberikan obat-obatan seperti asam tranexamat untuk membantu
menghentikan perdarahan, asam mefenamat untuk menghilangkan rasa nyeri,
antibiotik sebagai profilaksis apabila terjadi infeksi dan steroid sebagai
antiinflamasi
e. KIE
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
hifema.
2. Memberitahukan keluarga dan pasien untuk bed rest sampai hifema membaik
dan hilang.
3. Memberitahukan keluarga dan pasien bahwa hifema dapat menyebabkan
komplikasi pada mata yaitu kebutaan.
4. Memberitahukan keluarga dan pasien untuk bed rest dengan posisi kepala
tidak boleh sejajar pundak, harus lebih tinggi dari pundak. 4,5
f. Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Dubia ad bonam
3. Ad sanationam : Dubia ad bonam

12
BAB IV

RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang perempuan berusia 12 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
mata kiri. Pandangan menjadi kabur pada mata kiri. Pasien mengeluhkan silau jika
melihat cahaya. Riwayat hipertensi (-), asma (+), diabetes mellitus disangkal. Pada
pemeriksaan status lokalis didapatkan visus OD 6/6 dan visus OS 4/60, tampak hifema
pada segmen anterior dan injeksi konnjungtiva pada mata kiri, pada pemeriksaan
penunjang USG tidak ditemukan adanya perdarahan pada bagian segmen posterior.

Pasien didiagnosis dengan hifema traumatik OS yang ditegakkan dari hasil


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. Selain
itu, dirancanakan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan. Penatalaksaan yang
dipilih adalah pemberian obat obatan yang bersifat non medikamentosa dan
medikamentosa. Prognosis penglihatan pada pasien ini adalah tergantung pada derajat
hifema yang diderita, prognosis hifema semakin baik apabila derajat hifema semakin
rendah.

13
Daftar Pustaka

1. Vaughan Daniel G., Asbury T. 2015. Oftalmologi Umum, Edisi 17 (Alih


Bahasa: Waliban dan Bondan Hariono); Widya Medika: Jakarta.
2. Ilyas, S, Yulianti, SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Badan Penerbit FK
UI : Jakarta.
3. Perdami 2017. Memahami Hifema Traumatika dan Dampaknya Pada
Penglihatan. Available at : https://perdami.id/memahami-hifema-traumatika-
dan-dampaknya-pada-penglihatan/
4. Lenihan, P, Hitchmoch, D. 2014. Traumatic Hypema. Optometric Education
vol 39 no 3. Available at:
https://journal.opted.org/articles/Volume39_Number3_Summer2014-
Article1.pdf
5. Gharaibeh et al, 2012. Medical Intervention Traumatic Hypema. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3437611/pdf/nihms396417.p
df

14

Anda mungkin juga menyukai