Disusun oleh:
Efi Purwanti 03013066
Galuh Merdiana P 03013082
Pembimbing:
Dr. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes
LATAR BELAKANG
Era jaminan kesehatan nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat
di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan
kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medisnya. Hal
itu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan.
Program rujuk balik di era jaminan kesehatan nasional (JKN) ini menjadi salah
satu program unggulan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta
BPJS Kesehatan. Selain mempermudah akses pelayanan kepada penderita penyakit
kronis, program rujuk balik membuat penanganan dan pengelolaan penyakit peserta
BPJS Kesehatan menjadi lebih efektif.
Jika pasien sudah dinyatakan pulih oleh dokter rumah sakit, maka pengobatan
dilanjutkan di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama, misalnya Puskesmas.
Mekanisme ini diawali surat rekomendasi dokter rumah sakit tentang kondisi pasien.
Selanjutnya, pasien bisa mendaftar ke fasilitas pelayanan primer atau kantor cabang
BPJS untuk dimasukkan dalam mekanisme rujuk balik.
Setelah itu, pasien akan menerima pengobatan di fasilitas kesehatan primer dan
menebus obat di apotek yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Pada awal
dimulainya JKN, obat bagi penderita penyakit kronis sempat menjadi masalah, karena
obat hanya diberikan 3-7 hari. Obat tersebut pun harus diambil di rumah sakit melalui
rujukan dari faskes primer. Kondisi ini membuat tidak nyaman peserta BPJS Kesehatan
karena harus bolak-balik mengantre untuk mendapatkan obat.
Hal tersebut dinilai kurang efektif, sehingga sejak 15 Januari lalu, Kementerian
Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan nomor
HK/Menkes32/I/2014 sebagai solusi untuk memecahkan masalah resep obat kronis dan
obat kemoterapi yang selama ini menjadi keluhan pasien peserta JKN.
Sesuai SE Menkes Nomor 32 tersebut, pada masa transisi terdapat 3 jenis obat
yang dapat ditagihkan diluar paket InaCBGs, yaitu pelayanan kronis bagi pasien yang
kondisinya belum stabil, pelayanan obat kronis bagi pasien yang kondisinya sudah
stabil dan pelayanan obat kemoterapi untuk penderita Thalasemia dan Hemofilia akan
ditambahkan tarif top up.
Keluhan pelayanan obat banyak disampaikan oleh peserta BPJS eks peserta
Askes karena sebelumnya mendapat obat rutin untuk 30 hari. Namun dikarenakan
terdapat perubahan terhadap pola pembayaran ke rumah sakit dengan menggunakan
INA CBG’s saat PT Askes berubah menjadi BPJS Kesehatan.
Kini, persoalan itu sudah bisa di atasi dan pengelolaan di faskes primer. Dalam
JKN cakupan pelayanan obat yang diperoleh oleh peserta BPJS Kesehatan adalah
pemberian obat di Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)/Rawat Inap Tingkat Pertama
di fasilitas kesehatan tingkat primer, serta pemberian obat di Rawat Jalan Tingkat
Lanjutan (RJTL)/Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) di fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan.
Daftar dan harga obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) mengacu pada
daftar dan harga obat dan BMHP yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk daftar
obat dan BMHP mengacu kepada Formularium Nasional (Fornas) dan untuk daftar
harga obat dan BMHP mengacu kepada e-catalogue.
LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan.
3. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK/ Menkes/32/I/2014 tentang
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
A. DEFINISI
Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah pemberian obatobatan untuk penyakit
kronis di Faskes Tingkat Pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik