Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322714675

Daerah Rawan Kasus Demam Berdarah di Indonesia

Article · January 2018

CITATIONS READS

0 2,414

1 author:

Yostan Absalom Labola


Universitas Kristen Satya Wacana
11 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perpaduan Aspek AQ dengan Aspek Kecerdasan Lainnya Dalam Dunia Pendidikan View project

All content following this page was uploaded by Yostan Absalom Labola on 26 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Daerah Rawan Kasus Demam Berdarah di Indonesia
Yostan A. Labola

Jumlah kasus DBD paling banyak terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Namun, terdapat sejumlah provinsi yang tergolong rawan karena
memiliki tingkat Incidence Rate DBD yang tinggi.

1. Pendahulua
Indonesia merupakan negara pencegahan sangat dibutuhkan
beriklim tropis yang sangat baik untuk meminimalisasi demam berdarah.
pertumbuhan hewan maupun tumbuhan. 2. Kajian Literatur
Indonesia juga tempat berkembangnya 2.1 Perkembangan DBD
beragam penyakit, terutama penyakit yang Lebih dari 100 negara dilaporkan
dibawa oleh vektor, yakni organisme terjangkiti virus dengue, terutama daerah
penyebar agen pathogen dari inang ke perkotaan yang padat penduduk dan
inang, seperti nyamuk yang banyak pemukiman seperti di Brasil, bagian lain
menularkan penyakit. Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara,
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan India. Diperkirakan 40 persen
atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) penduduk dunia atau sekitar 2, 5 miliar
merupakan salah satu penyakit yang orang yang tinggal di daerah
disebabkan oleh nyamuk spesies Aedes endemis DBD terinfeksi
Aegypti dan aedes albopictus (DBD, 1999) virus dengue melalui gigitan nyamuk
sebagai vector primer, serta Aedes (Knowlton dkk.,2009).
polynesiensis, Aedes Malavinge dkk (2004) melaporkan
scutellaris serta Ae (Finlaya) bahwa 90 persen DBD terjadi pada anak di
niveus sebagai vektor sekunder. Biasanya bawah 15 tahun, ini berarti anak rentan
juga terjadi penularan transsexual dari terinfeksi oleh virus dengue yang dibawa
nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui oleh nyamuk aedes aegypti.
perkawinan (WHO, 2009) serta
penularan transovarial dari induk nyamuk
ke keturunannya (Josi dan Sharma, 2001).
Banyak penderita DBD
(DHF) berada di wilayah tropis dan
subtropis, terutama wilayah Asia
Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan
Karibia (Kurane, 2007). Ini karena
virus dengue yang ditularkan oleh gigitan
nyamuk aedes aegypti (Supartha,
2008). Apabila seseorang terkena gigitan
nyamuk spesies ini, akan ada
gejala DBD berupa demam akut yang Gambar 1. Angka insiden DBD tahun 1968-2009
dialami oleh penderita dan biasanya (sumber : Ditjen PP & PL DEPKES RI, 2009)
mengalami perdarahan, shock, bahkan
2.2 DBD di Indonesia
kematian.
Di Indonesia, data kematian akibat
Seringkali kita menemukan spesies
DBD secara umum menurun. Namun, di
nyamuk ini berkembang luar biasa di
beberapa propinsi seperti, Gorontalo
penampungan air yang jarang dibersihkan,
(6,1%), Maluku (6,0%) dan Papua Barat
bak mandi, kaleng bekas, ban bekas
(4,6%) masih tinggi. Di beberapa propinsi,
maupun tempat-tempat tertentu yang dapat
DBD pernah menjadi Kejadian Luar Biasa
menampung air. Karena itu, upaya
(KLB) pada tahun 1998 dan 2004 yang
menyebabkan 79.480 orang penderita dan (270 kasus), Jawa Tengah (213 kasus) dan
800 orang lebih meninggal (Kusriastuti, Kalimantan Timur (103 kasus). Jumlah
2010). kasus terendah dicapai oleh Papua (0
Pada tahun-tahun selanjutnya kasus), NTT dan Sulawesi Barat (2 kasus)
memang dilaporkan terjadi penurunan serta Kepulauan Bangka Belitung (3
dalam kasus kematian tetapi perlu kasus). Selengkapnya perhatikan gambar 4
diketahui bahwa jumlah kasus terus untuk melihat secara detail kasus
bertambah. Pada tahun 2008, tercatat meninggal akibat DBD setiap Propinsi
sebanyak 137.469 kasus dan kematian pada tahun 2016.
1.187 orang. Pada 2009, sebanyak 154.855
kasus dan kematian 1.384 orang
(Kusriastuti, 2010).

Gambar 4. IR DBD Tahun 2016 Per


Gambar 2. Absolut kematian dan CFR DBD
Propinsi dan Indonesia (Sumber data :
tahun 1968-2009 (sumber : sumber : Ditjen PP &
PL DEPKES RI, 2009) Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017, Sumber
gambar : Yostan Absalom Labola)
Untuk informasi DBD tahun 2016, Pada gambar 4 terlihat Incidence
diinformasikan jumlah kasus meninggal Rate (IR) untuk setiap 100 ribu penduduk
(Gambar 4), Incidence Rate per 100.000 pada setiap provinsi pada 2016. Terlihat
penduduk (Gambar 3) dan Case Fatality pada data ini, terdapat tujuh (7) provinsi
Rate (Gambar 4) menurut provinsi dan memiliki IR di atas seratus atau rawan
Indonesia. terjadi kasus DBD. Ke-tujuh provinsi
tersebut adalah Bali (484), Kalimantan
Timur (306), DKI Jakarta (198.7), DI
Yogyakarta (167.9), Kalimatan Utara
(158.3), Sulawesi Tenggara (123.3) dan
Kalimantan Selatan (101.1). IR terendah
dicapai oleh propinsi Papua (11.8) dan
Kalimantan Barat (12.1). Keseluruhan
Indonesia terbilang tinggi karena IR
sebesar 78.0.

Gambar 3. Kasus meninggal DBD Tahun 2016


Per Propinsi dan Indonesia (Sumber data : Ditjen
P2P Kemenkes RI, 2017, Sumber gambar : Yostan
Absalom Labola)
Dari gambar 3 diperoleh informasi
bahwa jumlah kasus DBD di Indonesia
terdapat 4 propinsi yang sangat tinggi
yaitu, Jawa Timur (340 kasus), Jawa Barat
maupun jentiknya. penggunaan vaksin
untuk mencegah DHF masih dalam taraf
penilaian, sedangkan obat yang efektif
terhadap virus belum ada. Cara
pencegahan ada dua, yaitu: (a)
Memberantas nyamuk dewasa, pengasapan
(fogging) menggunakan bahasa insektisida.
Pengasapan ini sangat efektif dan cepat
memutuskan rantai penularan, karena
nyamuk akan segera mati bila kontak
dengan partikel-partikel insektisida, (b)
Gambar 5. CFR DBD Tahun 2016 Per Propinsi Memberantas jentik, meniadakan
dan Indonesia (Sumber data : Ditjen P2P
perindukannya, pemberantasan sarang
Kemenkes RI, 2017, Sumber gambar : Yostan
Absalom Labola) nyamuk. Ini dapat dilakukan dengan: (1)
Berdasarkan gambar 5, diperoleh Memberantas (menguras) tempat
informasi persentase Case Fatality penyimpanan air, seperti bak mandi/WC,
Rate (CFR) tertinggi pada tahun 2016, dan lain-lain, (2) Menutup rapat tempat
Propinsi Maluku (5.8%), Gorontalo (2.7%) penyimpanan/penampungan air (misalnya
dan Maluku Utara (2.7%). Propinsi dengan tempayan, drum, dll) agar nyamuk tidak
CFR terendah dicapai oleh Papua (0%), dapat masuk dan bertelur, (3)
DKI Jakarta (0.1%) dan NTT (0.2%). Pada Membersihkan pekarangan
2016, Indonesia mencatat CFR sebesar rumah/halaman, kemudian
0.8%. CFR merupakan satu indikator mengubur/membakar/membuang barang
untuk menunjukkan tingkat angka bekas yang dapat digenangi air (seperti
kematian akibat satu penyakit tertentu. kaleng, botol, ban bekas, tempurung), (4)
Semakin tinggi angka CFR Mengganti air pada vas bunga dan tempat
mengindikasikan tingkat angka kematian minum burung secara berkala dan (5)
semakin tinggi. Ini biasanya terkait dengan Untuk tempat-tempat air yang tidak
sarana dan prasarana kesehatan yang mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk
minim. abate ke dalam genangan air yang tidak
Secara umum Indonesia dapat mungkin atau sulit dikuras, untuk
menekan kasus meninggal akibat DBD membunnuh jentik-jentik nyamuk.
pada tahun 2016 (1.6 kasus meninggal),
CFR (0.8%) dan IR (78.0). Namun, 3 Kesimpulan
angka Incidence Rate masih tergolong Negara beriklim tropis yang sangat
tinggi. Ini artinya Indonesia perlu menekan baik untuk pertumbuhan hewan maupun
angka insiden DBD dan menurunkan tumbuhan, seperti Indonesia. Di
persentase CFR. Selain itu, berdasarkan Indonesia, data kematian akibat DBD
informasi data dari gambar (3, 4 dan 5) secara umum menurun. Namun, di
hingga pada 2016 masih terjadi beberapa propinsi seperti, Gorontalo
kesenjangan akibat DBD pada beberapa (6,1%), Maluku (6,0%) dan Papua Barat
provinsi. Oleh karena itu, upaya semua (4,6%) masih tinggi. Karena itu,
pihak sangat diharapkan untuk peduli pencegahan yang dapat dilakukan saat ini
terhadap DBD karena bisa berakibat fatal adalah dengan memutus rantai penularan
yaitu, kematian. dengan memberantas penular maupun
jentiknya
3.3. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan Daftar Pustaka
saat ini adalah dengan memutus rantai 1. Josi V, Sharma R. Impact of
penularan dengan memberantas penular Verticallytransmitted Dengue Virus on
Viability of Eggs of Virus-Inoculated
Aedes aegypti. Dengue Bulletin.
2001;Vol 25:103-6.
2. Knowlton K, Solomon G, Rotkin-
Ellman M, Pitch F. 2009. Mosquito-
Borne Dengue Fever Threat Spreading
in the Americas. New York: Natural
Resources Defense Council Issue
Paper.
3. Kusriastuti R. Data Kasus Demam
Berdarah Dengue di Indonesia tahun
2009 dan Tahun 2008. Jakarta: Ditjen
PP & PL Depkes RI; 2010.
4. Kusriastuti R. Kebijaksanaan
Penanggulangan Demam Berdarah
Dengue Di Indonesia. Jakarta: Depkes
R.I; 2005.
5. Malavinge G, Fernando S, Senevirante
S. Dengue Viral Infection.
Postgraduate Medical Journal.
2004;Vol 80:p. 588-601.
6. Supartha, I. 2008. Editor. Pengendalian
Terpadu Vektor Virus Demam
Berdarah Dengue, Aedes aegypti
(Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse)
(Diptera:Culicidae). Pertemuan Ilmiah
Dalam Rangka Dies Natalis 2008
Universitas Udayana; Denpasar:
Universitas Udayana Denpasar.
7. WHO. Dengue: Guidlines for
Diagnosis, Treatment, Prevention and
Control. New Edition. Geneva: World
Health Organization; 2009.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai