Anda di halaman 1dari 3

1.

Bangkai (Al- Maitah)

Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

ٌ‫ي َم ْيت َة‬ َ ‫َما قُطِ َع مِ ْن ْالبَ ِهي َم ِة َوه‬


َ ‫ِي َحيَّةٌ فَ ِه‬

Artinya “apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka sesuatu tersebut adalah bangkai.”
(HR. Abu Daud, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Lalu bagaimanakah daging bangkai bisa dinyatakan sebagai sesuatu yang diharamkan?

Di Dalam Al-Qur’an Surat Al- Maidah ayat 3 Allah SWT telah menjelaskan bahwa disebut dengan
bangkai dan diharamkan untuk dimakan apabila ada hewan yang mati secara tidak wajar atau tanpa
melalui proses penyembelihan yang disyariatkan dalam ajaran islam, seperti :

 Hewan yang mati dalam keadaan tercekik


 Hewan yang mati karena dipukul dengan menggunakan suatu benda
 Hewan yang mati karena terjatuh dari ketinggian
 Hewan yang mati karena tertanduk oleh hewan lainnya
 Hewan yang mati karena diterkam oleh binatang buas,

Lalu bagaimana jika sebelum hewan tersebut mati kita sempat menyembelihnya? Jawabnya adalah bisa
halal dan juga bisa haram. Dikatakan haram apabila hewan tersebut disembelih atas nama selain Allah
SWT.

Akan tetapi Islam memberikan pengecualian terhadap 2 bangkai, yaitu ikan dan belalang, dimana
bangkai dari kedua hewan tersebut adalah halal hukumnya. Hal ini sesuai dengan Sabda Rosulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam :

‫ان فَ ْال َكبِ ُد َوالطِ َحا ُل‬


ِ ‫َان فَ ْال ُحوتُ َو ْال َج َرا ُد َوأ َ َّما ال َّد َم‬
ِ ‫ان فَأ َ َّما ْال َم ْيتَت‬ ْ َّ‫أُحِ ل‬
ِ ‫ت لَنَا َم ْيتَت‬
ِ ‫َان َو َد َم‬

Artinya “Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang.
Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah)

Bangkai dikatakan haram hukumnya bila dimakan adalah karena beberapa alasan, yaitu dapat
menimbulkan bahya bagi agama, dan yang paling nyata adalah dampak buruknya bagi tubuh manusia.
Mengapa? Karena bangkai atau hewan yang mati karena tidak disembelih di dalam tubuhnya masih
terdapat endapan darah yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

2. Darah yang mengalir

sponsored links

Dalam Al- Qur’an Surat Al- An’am ayat 145 di atas telah dijelaskan bahwa selain bangkai dan daging
babi, darah yang mengalir juga diharamkan untuk dimakan. Mengapa demikian? Mengkonsumsi darah
sebagai makanan atau minuman merupakan kebiasaan orang-orang jahiliyyah dahulu, dimana darah dari
hewan yang terkumpul ketika mereka sembelih seperti unta maupun hewan lainnya nantinya akan
mereka olah menjadi makanan atau minuman.
Oleh karena itulah Allah SWT mengharamkan darah kaum jahiliyyah tersebut. Akan tetapi terdapat
beberapa pengecualian, dimana darah dihalalkan untuk dikonsumsi.

 Sebagaimana Hadist Rosulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di atas, dimana dalam hadist
tersebut menyebutkan bahwa ada 2 jenis darah yang dihalalkan, yaitu hati dan limpa.
 Dalam Al- Qur’an surat Al- An’am telah disebutkan bahwa yang diharamkan itu adalah darah yang
mengalir, jadi dengan demikian darah-darah sisa yang masih menempal pada daging maupun tulang
hewan yang disembelih tidaklah jua diharamkan.

Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah pernah mengatatakan bahwa “Pendapat yang benar, bahwa darah yang
diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang menempel pada daging,
maka tidak ada satupun dari kalangan ulama’ yang mengharamkannya.” (dinukil dari Al-Mulakhas Al-
Fiqhi)

Lalu apa alasan darah haram untuk dikonsumsi? Hal tersebut berdasarkan pada analisis kimia yang
menunjukkan bahwa darah mengandung uric acid (asam urat) dengan kadar yang cukup tinggi, sehingga
apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan.

3. Babi

Makanan yang diharamkan selanjutnya adalah segala bentuk makanan yang berasal dari olahan babi.
Jadi dengan demikian tidak hanya dagingnya saja yang diharamkan, akan tetapi seluruh bagian dari
tubuh babi yang dioalah baik dalam bentuk makanan maupun produk lainnya sangat diharamkan untuk
dikonsumsi dan dipergunakan. Lalu mengapa diharamkan?

Beberapa pendapat telah menyatakan beberapa fakta tentang babi, diantaranya :

 Babi adalah binatang yang rakus dan tidak pernah kenyang. Babi dapat memakan segala jenis makanan
yang ada didepannya baik itu kotoran, sampah yang telah membusuk dan bau, tanah, dan segala yang
ada didepannya. Bahkan babi mengencingi kotorannya sendiri lalu memakannya. Dan jika perutnya telah
penuh, maka babi akan memuntahkan makanan yang ada diperutnya untuk kemudian dimakannya lagi.

 Babi memiliki kebiasaan seksual yang menyimpang, dimana mereka bisa melakukan hubungan seksual
dengan sesama jenisnya (babi jantan dengan babi jantan)

 Tubuh babi merupakan inang dari berbagai macam parasit seperti cacing pita dan cacing cacing
trachenea lolipia. Selain itu, tubuh babi juga merupakan inang dari berbagai macam penyakit berbahaya
seperti HIV, flu burung, flu babi, dan berbagai penyakit berbahaya lainnya.

4. Hewan yang disembelih atas nama selain Allah SWT


Dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti Surat Al- Maidah ayat 3 dan Surat Al- Baqarah ayat 173 telah
menyebutkan bahwasannya hewan yang disembelih atas nama selain Allah hukumnya adalah haram.
Mengapa?

Secara logika telah jelas bahwa hewan merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang
diperuntukkan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah sebagai bahan
konsumsi. Jadi sudah sepantasnyalah jika Allah menghendaki ketika manusia menyembelih hewan harus
dengan atas nama-Nya.

Allah SWT telah berfirman :

َ َ‫شيَاطِ ينَ لَيُوحُونَ إِلَى أ َ ْو ِليَائِ ِه ْم ِليُ َجا ِدلُو ُك ْم َوإِ ْن أ‬


َ‫ط ْعت ُ ُمو ُه ْم إِنَّ ُك ْم لَ ُم ْش ِر ُكون‬ ٌ ‫ع َل ْي ِه َو ِإ َّنهُ لَ ِفس‬
َّ ‫ْق َوإِ َّن ال‬ ِ َّ ‫َو ََل ت َأ ْ ُكلُوا مِ َّما لَ ْم يُ ْذك َِر ا ْس ُم‬
َ ‫َّللا‬

Artinya
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya
setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti
mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. Al- An’am ayat 121)

5. Hewan yang mati karena diterkam oleh binatang buas


Menurut kesepakatan dari para ulama menyatakan bahwa hewan yang mati karena diterkam oleh
binatang buas seperti harimau, buaya, serigala, anjing, dan hewan buas lainnya maka hukumnya haram
untuk dimakan. Akan tetapi jika hewan yang diterkam tersebut ternyata masih hidup lalu kita
menyembelihnya dengan menyebut asma Allah, maka hukumnya akan menjadi halal untuk dimakan.

Anda mungkin juga menyukai