KRISTINA HARYATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Kristina Haryati
NIM C351140191
RINGKASAN
Ikan sardin merupakan ikan pelagis yang dapat ditemukan di Selat Bali
dan Samudera Hindia. Ikan sardin dimanfaatkan dalam industri pengalengan dan
penepungan. Hasil samping penepungan menghasilkan minyak yang memiliki
kandungan asam lemak omega-3 terutama asam lemak eikosapentaenoat (EPA)
dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang sangat potensial bagi kesehatan. Minyak
ikan sardin hasil samping penepungan dapat dibuat dalam bentuk sediaan kapsul
dan emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil artinya mudah
mengalami pemisahan. Oleh karena itu untuk mempertahankan kestabilannya
ditambahkan emulsifier, yaitu kombinasi carboxymethyl cellulose (CMC) dan
lesitin. Penambahan emulsifier dimaksudkan untuk mempertahankan kestabilan
emulsi minyak ikan sardin selama penyimpanan.
Tujuan penelitian adalah untuk: (1) menentukan sifat minyak ikan sardin,
yang meliputi minyak kasar, kasar sentrifugasi, semi refined, refined dengan asam
sitrat dan refined tanpa asam sitrat; (2) menentukan formula dan kestabilan emulsi
minyak sardin terbaik.
Sifat minyak ikan sardin meliputi kandungan logam berat, profil asam
lemak, densitas, viskositas, dan parameter oksidasi. Logam berat minyak kasar
yang melebihi International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu merkuri namun
setelah dimurnikan terjadi penurunan; asam lemak tak jenuh rangkap jamak
(PUFA) yang dominan yaitu omega-3; nilai densitas minyak berkisar 0.88-0.90
g/mL; nilai viskositas minyak berkisar 32-39 cP. Nilai parameter oksidasi minyak
refined tanpa asam sitrat sesuai standar IFOS, yang meliputi nilai asam lemak
bebas (FFA) 0.19%, bilangan peroksida (PV) 3.99 meq/kg, bilangan asam (AV)
0.38 mg KOH/g, nilai anisidin (AnV) 8.54 meq/kg dan total oksidasi (Totox)
16.52 meq/kg. Formula emulsifier carboxymethyl cellulose (CMC) dan lesitin
terbaik selama penyimpanan 30 hari yaitu rasio 3:1 yang memiliki nilai parameter
oksidasi terdiri dari FFA (2.82%), PV (9.5 meq/kg), AV (6.18 mg KOH/g), AnV
(19.69 meq/kg) dan totox (39.69 meq/kg). Parameter emulsi terdiri dari viskositas
(1300.67 cP), pH (4.71) dan persen stabilitas (96.30%).
Sardine is a pelagic fish that can be found in Bali strait and Indian ocean.
It is utilized in the canning and fish meal industry. The fish meal industry produce
oil as by products that contain omega-3, especially eicosapentaenoic acid (EPA)
and docosahexaenoic acid (DHA) which have enormous potential for health.
Sardines oil of by product can be developed into a form of capsule and emulsion.
Emulsion is a thermodinamically unstable system which easily separated.
Therefore, an emulsifier is necessary to be added to maintain the emulsion’s
stability during storage. In this study, carboxymethyl cellulose (CMC) and lecithin
were used as the emulsifier.
The aim of this study were: (1) to characterize sardine oils, include crude
oil, crude oil centrifugation, semi refined, refined by citric acid and refined
without citric acid; and (2) to determine the best formulation and stability of
sardine oil emulsion.
The properties of sardine oil included of heavy metals content, fatty acid
profile, density, viscosity, and oxidation parameters. Mercury in crude oil was
exceed the International Fish Oil Standard (IFOS), but it decreased after
purification; the dominant polyunsaturated fatty acid (PUFA) was omega-3; oil
density values range between 0.88 to 0.90 g/mL; oil viscosity range between 32 to
39 cP. The value of refined without citric acid oil oxidation was according to
IFOS, which includes the value of free fatty acids (FFA) 0.19%, peroxide value
(PV) 3.99 meq/kg, the acid value (AV) 0.38 mg KOH/g, the anisidine value
(AnV) 8.54 meq/kg, and total oxidation (Totox) 16.52 meq/kg. CMC and lecithin
in ratio of 3:1 was the best emulsion formulation after 30 days of storage, which
has oxidation parameters value consisted of FFA (2.82%), PV (9.5 meq/kg), AV
(6.18 mg KOH/g), AnV (19.69 meq/kg), and Totox (39.69 meq/ kg). The
parameter of emulsions were viscosity (1300.67 cP), pH (4.71), and percent of
stability (96.30%).
KRISTINA HARYATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Agoes M. Jacoeb, Dipl Biol
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan. Tema yang
dipilih adalah “Formulasi Emulsi Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) Hasil
Pemurnian”.
Penulisan tesis ini mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah bersedia membantu,
diantaranya adalah:
1. Prof Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi dan Prof Dr Ir Nurjanah, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memotivasi, memberikan dukungan dan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini.
2. Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku ketua Program Studi S2 Teknologi Hasil
Perairan beserta seluruh staf Sekretariat Teknologi Hasil Perairan atas bantuan
dan kerjasamanya dalam pengurusan administrasi kepada penulis.
3. Dr Ir Agoes M. Jacoeb, Dipl Biol selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis.
4. Dr Tati Nurhayati, SPi MSi selaku wakil GKM yang telah memberikan
masukan dalam penulisan untuk menyempurnakan tesis ini.
5. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristek DIKTI yang telah
membiayai penelitian ini melalui program Riset Andalan Perguruan Tinggi dan
Industri (RAPID).
6. Keluarga tercinta terutama ayah Jamanat Sinaga SSos dan ibu Damaris
Heddiana Sihombing, abang Dedi Rudino Sinaga SP, adik Daniel Eko Priansu
Sinaga dan Debora Krisnawati Sinaga yang telah memberikan doa, kasih
sayang dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
7. Keluarga besar yang ada di Bekasi, Kelapa Gading dan Curug yang telah
memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Mayor Teknologi Hasil Perairan Angkatan 2014, PraSaintek
2013, teman-teman seperjuangan dalam penelitian minyak ikan, keluarga besar
IMAPA dan KTSP yang telah memberikan dukungan, motivasi dan semangat
kepada penulis selama melaksanakan penelitian serta terima kasih atas
kebersamaan dan kekompakan baik suka maupun duka selama perkuliahan
sampai penelitian.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu dan pengetahuan
khususnya dalam bidang perikanan dan kelautan.
Kristina Haryati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Ruang Lingkup 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODOLOGI
Waktu dan Tempat 4
Bahan dan Alat 4
Prosedur 4
Analisis Parameter Minyak dan Emulsi 8
Analisis Data 12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat-Sifat Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) 13
Kandungan logam berat 13
Profil asam lemak minyak ikan sardin kasar 14
Parameter oksidasi minyak ikan sardin 15
Karakteristik fisik minyak 19
Penentuan Formula dan Kestabilan Terbaik Emulsi 20
Profil asam lemak 20
Karakteristik emulsi 22
Parameter oksidasi minyak 29
Hedonik emulsi 31
Stabilitas dipercepat 32
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 35
Saran 35
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 46
RIWAYAT HIDUP 62
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Septiana et al. 2013; Nurjanah et al. 2016). Minyak yang dihasilkan dari proses
degumming memiliki berat molekul yang rendah (Subramanian et al. 1997).
Degumming pada penelitian menggunakan air dan asam sitrat. Menurut
Ristianingsih et al. (2011), degumming dengan air bertujuan menghilangkan
fosfatida hydratable, sedangkan fosfatida non hydratable dihilangkan melalui
proses degumming asam sitrat.
Tahap netralisasi adalah suatu tahapan untuk menghilangkan atau
mengurangi kadar asam lemak bebas, bau, dan warna pada minyak ikan
menggunakan alkali misalnya kaustik soda (NaOH) (Feryana et al. 2014; Ketaren
2012). Srimiati et al. (2015) menyatakan bahwa tahapan pemucatan (bleaching)
minyak dilakukan untuk memperbaiki warna minyak. Tahap pemucatan
menggunakan adsorben alami maupun sintetis telah dilakukan oleh berbagai
peneliti di antaranya Ahmadi dan Moushollaeni (2007); Aisyah et al. (2010);
Bahri (2014); Faccini et al. (2011); Feryana et al. (2014); Suseno et al. (2012);
Suseno et al. (2013); Suseno et al. (2014a); Suseno et al. (2014b); Widayat (2007);
Yuliana et al. (2005). Adsorben adalah zat padat yang berperan menyerap
komponen tertentu dari fase fluida karena adanya pori (Rahmayani dan Siswarni
2013; Tambunan 2013).
Minyak ikan sardin hasil samping penepungan dapat dibuat dalam bentuk
sediaan kapsul dan emulsi. Kelemahan sediaan kapsul yaitu terjadinya reaksi
antara kapsul dengan zat aktif (minyak) atau kelembaban lingkungan sehingga
muncul jamur. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil karena fase-
fasenya memiliki kecenderungan untuk memisah, sehingga perlu ditambahkan
emulsifier untuk menstabilkan emulsi (Velikonja dan Kosaric 1993). Faktor
penentu stabilitas emulsi yaitu jenis dan jumlah emulsifier, ukuran globula dalam
fase terdispersi, tekanan permukaan dari globula, dan viskositas. Emulsi dibuat
untuk anak-anak dengan maksud memberikan kemudahan saat menelan karena
bentuknya yang cair.
Penelitian emulsi dilakukan oleh Day et al. (2007) menggunakan natrium
kaseinat (0.25% b/b) dengan minyak ikan (25% b/b) yang memiliki kestabilan
baik selama 24 jam. Kestabilan emulsi terbaik menurut hasil penelitian Garcia-
Moreno et al. (2014) yaitu kombinasi kasein dan lesitin karena memiliki nilai
stabilitas fisik terbaik selama 14 hari. Horn et al. (2011) menggunakan emulsifier
berbasis fosfolipid (lesitin kedelai dan fosfolipid susu) dan protein (isolat whey
protein dan natrium kaseinat) dengan minyak 70% (b/b) selama penyimpanan 42
hari. Sarungallo et al. (2014) menggunakan emulsifier carboxymethyl cellulose
(CMC) (0.20%), Tween 80 (0.5%) dan Tween 20 (0.5%) serta minyak buah merah
dengan kestabilan 100% selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Tensiska
et al. (2007) menggunakan emulsifier gum arab dan minyak virgin coconut oil
(VCO) pada penyimpanan suhu ruang (3 hari) dan suhu refrigerator (7 hari).
Penyimpanan emulsi akan berpengaruh terhadap sifat fisik, dan organoleptik
emulsi (Sabariman 2007; Tensiska et al. 2007; Sarungallo et al. 2014). Prinsip
dasar kestabilan emulsi menurut Sarungallo et al. (2014) adalah terjadinya
keseimbangan antara gaya tarik-menarik dan gaya tolak menolak antar partikel
dalam sistem emulsi.
3
Perumusan Masalah
Ruang Lingkup
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Prosedur
Minyak A
Degumming
Netralisasi
asam sitrat*
Minyak B
Netralisasi Netralisasi Bleaching**
Bleaching**
Minyak C
Minyak E
Minyak D
Penambahan tokoferol
Minyak
* Kulkarni et al. (2014)
terbaik
**Suseno et al. (2012)
Akuades,
Essence 1 g, Na Minyak 10%
benzoat 0.2 g
Pencampuran
Penghomogenan
Uji hedonik
Emulsi
AxB
Kadar logam (ppm) =
bobot sampel
BM FA
Asam lemak (% b/b) = x % FAME
BM FAME
9
AxNxM
% FFA =
10 G
S x N x 1000
PV =
G
25 x (1.2 A2 − A1)
Nilai anisidin =
G
Keterangan: A1 : nilai absorbansi larutan uji 1
A2 : nilai absorbansi larutan uji 2
G : berat sampel pada larutan uji 1 (g)
j. Uji emulsi
Pengujian emulsi terdiri dari pengukuran viskositas, pH, nilai persen
stabilitas, diameter globula, dan pengujian bilangan peroksida. Pengukuran
viskositas berdasarkan O’Brien et al. (2000) menggunakan Brookfield Viscometer.
Pengukuran pH emulsi dilakukan dengan menggunakan pH meter model 410 A.
Cara kalibrasi pH meter yaitu elektroda dicelupkan ke dalam buffer pH 4
kemudian dicelup lagi ke buffer pH 7. Elektroda selanjutnya dicelupkan ke dalam
sampel dan didiamkan sampai memperoleh angka stabil.
Pengukuran diameter globula berdasarkan Martin et al. (1993) yang
dilakukan dengan cara 1 g emulsi dilarutkan dalam 10 mL akuades (1:10)
kemudian divortex, campuran tersebut dipipet 1 tetes pada objek gelas, kemudian
diamati dengan mikroskop digital, perlakuan dilakukan 2 kali ulangan.. Persen
stabilitas emulsi dihitung jika terjadi pemisahan emulsi berdasarkan Lamar et al.
(1976) dengan rumus:
A−B
% stabilitas = x 100%
B
Keterangan: A : tinggi volume total emulsi (cm)
B : tinggi volume creaming
k. Uji hedonik
Uji hedonik yang dilakukan menggunakan skor mulai dari skor terendah
hingga skor tertinggi. Uji hedonik yang dilakukan meliputi aroma, warna, dan
viskositas. Pengujian hedonik atau kesukaan berdasarkan BSN (2009), yaitu:
Kriteria: 1. Amat sangat tidak suka 2. Sangat tidak suka 3. Tidak suka
4. Agak tidak suka 5. Netral 6. Agak suka
7. Suka 8. Sangat suka 9. Amat sangat
suka
Analisis Data
Apabila F hitung > F tabel, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Uji
Duncan didasarkan pada sekumpulan nilai beda nyata yang ukurannya semakin
besar, tergantung pada jarak di antara pangkat-pangkat dari dua nilai tengah yang
dibandingkan.
KTG
R𝑝 = r 𝛼, 𝑝, 𝑣 √
r
Bahan baku ikan sardin yang digunakan berasal dari PT. Hosana Buana
Tunggal, Bali. Minyak yang diperoleh dimurnikan sehingga diperoleh minyak
murni. Kualitas minyak ditentukan berdasarkan kandungan logam berat, profil
asam lemak, parameter oksidasi, dan sifat fisik minyak. Foto minyak ikan sardin
yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kadar Pb dan As dari hasil penelitian untuk minyak kasar tidak terdeteksi,
sesuai dengan pernyataan Priatna et al. (2016) bahwa tidak terdeteksi logam berat
disebabkan oleh terakumulasinya logam berat lebih banyak pada insang dibanding
daging. Kandungan logam berat pada ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni
habitat, musim, dan sifat biologis ikan (Yabanli 2013; Ahmed et al. 2014;
Praveena dan Lin 2015). Kadar Pb dan As juga tidak terdeteksi pada minyak
refined tanpa asam sitrat karena konsentrasinya yang rendah dan masih berada
dibawah batas deteksi alat (Harsojo dan Darsono 2014; Lubis dan Aman 2008).
Endrinaldi (2010) menyatakan bahwa keracunan Pb mengakibatkan mual, sakit
perut, kerusakan ginjal bahkan kematian. Dampak yang ditimbulkan dari logam
berat As yaitu pigmentasi kulit, dan keratosis (Istarani dan Pandebesie 2014).
Kadar logam berat Cd dan Ni pada minyak kasar tergolong rendah dan
memenuhi standar IFOS. Kandungan logam berat Hg tergolong tinggi dan tidak
memenuhi standar IFOS pada minyak kasar, logam berat Hg mengalami
14
Profil asam lemak (Tabel 3) menunjukkan bahwa total asam lemak yang
teridentifikasi sebanyak 22 jenis asam lemak, terdiri dari 10 jenis asam lemak
jenuh (SFA), 4 jenis asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal (MUFA), 8 jenis
asam lemak tidak jenuh rangkap banyak (PUFA). Hasil profil asam lemak minyak
ikan sardin kasar dapat dilihat pada Lampiran 3.
(2014) menyatakan bahwa kadar FFA akan semakin meningkat jika tidak ada
keseimbangan antara adsorben dengan volume minyak yang dipucatkan.
tinggi menunjukkan bahwa semakin banyak asam lemak bebas yang terdapat di
dalam minyak. Pemanasan juga memberikan perubahan komposisi minyak, dan
perubahan struktur kimia komponen penyusun minyak sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan bilangan asam (Koezen et al. 2008; Andina 2014).
0.91 a
0.905
0.9 a a
Nilai Densitas
0.895
0.89 a a
0.885
0.88
0.875
0.87
0.865
0.86
A B C D E
Jenis Minyak
50
b
40 a c c d
Nilai Viskositas
30
20
10
0
A B C D E
Jenis Minyak
i
k
a
n
(
21
Kandungan asam lemak jenuh (SFA) dari ketiga minyak yang dominan
yaitu asam palmitat, diikuti asam miristat dan asam stearat. Hasil yang diperoleh
sesuai dengan pernyataan Crexi et al. (2010) bahwa asam palmitat merupakan
asam lemak jenuh yang dominan sekitar 50% dari total asam lemak. Kandungan
asam lemak tidak jenuh rangkap tunggal (MUFA) dari ketiga minyak yang
dominan yaitu asam oleat diikuti asam palmitoleat. Menurut Al-Saghir et al.
22
(2004), oleat berfungsi sebagai sumber energi dan antioksidan. Dampak yang
ditimbulkan akibat kekurangan asam lemak oleat yaitu menyebabkan gangguan
penglihatan, gangguan pertumbuhan sel otak dan menurunkan daya ingat
(Latyshev et al. 2009).
Kandungan asam lemak tidak jenuh rangkap jamak (PUFA) dari ketiga
minyak yang dominan yaitu asam eikosapentanoat (EPA) dan dokosaheksanoat
(DHA). Minyak ikan yang mengandung EPA dan DHA yang tinggi dapat
dijadikan sumber nutraseutikal karena berpotensi menurunkan kadar kolesterol
darah, mencegah penyakit kardiovaskular, dan berperan dalam perkembangan
otak (Seo dan Moujahed 2015). Persentase asam palmitat mengalami penurunan
setelah dilakukan pemurnian dan diekstrak dari emulsi. Asam oleat mengalami
penurunan setelah dilakukan pemurnian, namun mengalami peningkatan setelah
dilakukan ekstraksi dari emulsi. Persentase EPA dan DHA mengalami
peningkatan setelah dilakukan pemurnian dan menurun setelah dilakukan
ekstraksi dari emulsi. Penyimpanan dapat menyebabkan penurunan maupun
peningkatan asam lemak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khamidinal et al.
(2007) bahwa penyimpanan yang tidak tepat menyebabkan terjadinya perubahan
fisik atau kimiawi sehingga terjadi degradasi asam lemak omega-3. Kandungan
EPA dan DHA pada produk. Produk komersial (SE) lebih tinggi dibanding
minyak refined tanpa asam sitrat hasil ekstrak emulsi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa SE juga berpotensi bagi kesehatan karena mengandung EPA dan DHA.
Menurut Susanto dan Fahmi (2014), minyak hati ikan kod mengandung 10% EPA
ditambah DHA. Profil asam lemak minyak ikan sardin (Tabel 5) menunjukkan
bahwa terdapat asam lemak yang tidak teridentifikasi. Faktor penyebab tidak
teridentifikasinya asam lemak yaitu minyak yang digunakan tidak murni. Menurut
Susilawati et al. (2015) tidak teridentifikasinya asam lemak disebabkan oleh
keterbatasan standar yang digunakan dalam pengujian profil asam lemak.
Karakteristik emulsi
Viskositas
Viskositas merupakan suatu kekentalan medium pendispersi dari suatu
sistem emulsi, semakin tinggi viskositas suatu emulsi maka semakin baik
penghambatan agregasi atau penggabungan kembali globula (Kailaku et al. 2012).
23
Nilai viskositas tertinggi selama penyimpanan hari ke-30 yaitu formula 3:1
sebesar 1300.67 cP dan terendahnya yaitu formula 1:2 sebesar 43.71 cP. Nilai
viskositas selama penyimpanan 30 hari dapat dilihat pada Tabel 6.
Secara teoritis, seiring dengan lamanya penyimpanan menyebabkan
peningkatan viskositas (Lachman et al. 1994). Nilai viskositas (Tabel 6)
menunjukkan bahwa semua formula emulsi mengalami penurunan nilai
viskositas. Nilai viskositas yang rendah disebabkan oleh pergerakan fase
terdispersi (globula) dalam medium pendispersi sehingga peluang terjadinya
tabrakan globula lebih besar dan membentuk globula berukuran besar. Menurut
pernyataan Kailaku et al. (2012), penurunan nilai viskositas selama penyimpanan
disebabkan karena menurunnya kemampuan emulsifier sehingga terjadi
pergerakan globula. Nilai viskositas yang tinggi juga mengindikasikan baik
tidaknya suatu emulsi (Hartayanie et al. 2014).
Tabel 6 Nilai viskositas formula carboxymethyl cellulose (CMC) dan lesitin (1:1,
1:2, 3:1, dan 3:2) selama 30 hari
Nilai viskositas (cP)
Hari
ke- Produk
1:1 1:2 3:1 3:2
Komersial (SE)
0 346.23±14.31d 122.69±10.26e 2991.66±49.29h 3245.33±25.36h 1227.05±132.23a
2 344.25±22.07d 119.10±6.63de 2899.26±179.97h 2940.52±101.43g 1225.37±134.61a
4 305.03±60.05cd 114.41±2.65de 2761.00±245.79gh 2689.50±152.14fg 1204.67±110.53a
6 268.76±84.05bcd 110.11±3.42cde 2668.60±376.46gh 2420.55±126.78ef 1201.79±114.60a
8 221.05±124.22abcd 106.14±3.73bcde 2429.46±299.62fg 2173.62±222.43e 1195.25±113.17a
10 202.21±123.56abcd 104.66±5.83bcde 2220.63±257.07ef 1813.63±9.72d 1193.07±116.25a
12 191.60±111.26abc 100.85±5.92bcde 2035.55±257.46def 1541.24±119.98cd 1187.42±108.25a
14 171.34±85.31abc 97.98±7.32bcde 1851.72±256.09cde 1277.10±238.01bc 1185.93±110.35a
16 152.03±58.01abc 96.31±7.04bcde 1754.12±132.77bcd 1210.09±237.04ab 1163.51±78.64a
18 131.28±32.76ab 93.38±8.51bcde 1669.72±95.32abcd 1032.19±295.54ab 1153.40±70.54a
20 107.15±6.82ab 89.09±1.32bcde 1572.63±23.55abc 1019.79±67.36ab 1153.02±70.00a
22 99.40±0.91a 79.26±61.82a 1500.12±0.14abc 985.33±21.38ab 1118.73±20.97a
24 94.84±3.57a 74.24±1.06abcd 1447.85±12.55abc 943.91±61.73ab 1117.95± 22.07a
26 92.70±3.56a 69.77±2.97abc 1399.66±0.57ab 914.68±38.88a 1099.44±16.67a
28 89.28±2.28a 67.61±1.08ab 1318.28±10.67ab 901.56±20.32a 1099.44±16.67a
30 84.98±0.05a 43.71±3.06ab 1300.67±0.64a 892.98±9.99a 1086.67±34.72a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan
nyata (p<0.05). Ulangan dilakukan sebanyak 2 kali.
Tabel 7 Nilai pH formula carboxymethyl cellulose (CMC) dan lesitin (1:1, 1:2,
3:1, dan 3:2) selama 30 hari
Nilai pH
Hari Produk
ke- 1:1 1:2 3:1 3:2 Komersial
(SE)
0 6.42±0.38h 6.20±065k 6.52±0.4i 6.36±0.64h 3.43±0.03e
2 5.56±0.21g 5.37±0.06j 5.67±0.01h 5.74±0.04gh 3.42±0.02e
4 5.36±0.08g 5.19±0.08j 5.59±0.02gh 5.53±0.04gh 3.38±0.04de
6 5.29±0.16fg 510±0.04ij 5.51±0.01gh 5.38±0.04g 3.36±0.08cde
8 5.16±0.22efg 4.97±0.05hij 5.39±0.01fgh 5.29±0.04fg 3.35±0.07cde
10 4.93±0.17def 4.72±0.01ghi 5.29±0.11efg 5.20±0.09efg 3.30±0.13bcde
12 4.87±0.24def 4.66±0.04fgh 5.16±0.71def 5.13±0.11defg 3.26±0.09abcd
14 4.81±0.27de 4.60±0.04efgh 5.11±0.08cdef 5.00±0.01cdefg 3.26±0.09abcd
16 4.74±0.23cde 4.54±0.06efg 5.05±0.06bcde 4.96±0.06bcdefg 3.23±0.05abc
18 4.63±0.26bcd 4.46±0.05defg 5.03±0.09abcde 4.92±0.11bcdefg 3.22±0.06abc
20 4.38±0.02bc 4.26±0.09cdef 4.96±0.06abcd 4.36±0.52abcde 3.19±0.04ab
22 4.31±0.01b 4.20±0.11bcde 4.91±0.09abcd 4.26±0.62abcd 3.19±0.04ab
24 4.26±0.01b 4.11±0.13abcd 4.85±0.07abcd 4.19±0.58abc 3.17±0.04ab
26 4.20±0.00b 4.02±0.13abc 4.82±0.06abc 4.07±0.64ab 3.17±0.04ab
28 3.81±0.01a 3.80±0.00ab 4.77±0.03ab 4.99±0.64a 3.15±0.04a
30 3.78±0.01a 3.73±0.01a 4.71±0.02a 4.44±0.05abcdef 3.15±0.04a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya
perbedaan nyata (p<0.05). Ulangan dilakukan 2 kali.
Formula 3:1 memiliki kestabilan yang baik (tidak terjadi creaming) selama
28 hari karena pada formula tersebut terjadi penurunan tegangan permukaan,
ikatan lemak dan air semakin kuat. Menurut pernyataan Anugrahati et al. (2004),
semakin tinggi konsentrasi hidrokoloid yang digunakan maka kecenderungan
pemisahan (creaming) sangat kecil. Kestabilan emulsi berkaitan dengan
27
kekentalan suatu emulsi. Kamal (2010) dan Sarungallo et al. (2014) menyatakan
bahwa CMC akan membentuk ikatan silang dan terjadi immobilisasi sehingga
meningkatkan kekentalan. Lesitin juga berfungsi meningkatkan kekentalan karena
adanya penurunan tegangan permukaan (Nasution et al. 2014). Menurut Nasution
et al. (2014), emulsifier yang dapat menurunkan tegangan pemukaan bersifat
amfipatik, terdiri dari gugus hidrofilik (polar) dan hidrofobik (non polar).
Penyimpanan emulsi pada hari ke-30 mengalami penurunan kestabilan karena
terjadi perubahan struktur polimer emulsifier sehingga ada beberapa molekul air
yang bebas. Formula 1:2 memiliki kestabilan yang tidak baik karena konsentrasi
CMC yang digunakan 1% (b/b). Konsentrasi CMC tersebut menyebabkan emulsi
yang dihasilkan cair karena banyak air bebas yang tidak terikat oleh CMC.
Konsentrasi lesitin yang tinggi juga berpengaruh pada kestabilan emulsi. Lesitin
dengan konsentrasi 2% (b/b) menyebabkan lesitin tidak dapat menurunkan
tegangan permukaan air dan minyak karena banyaknya air bebas.
Nilai persen stabilitas SE menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
(p>0.05) mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-30. Hal ini terjadi karena kemampuan
emulsifier yang digunakan dalam pembuatan SE yaitu xanthan gum. Xanthan gum
pada konsentrasi tinggi maupun konsentrasi rendah menghasilkan emulsi yang
kental sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan mencegah terjadinya
pemisahan emulsi (Rowe et al. 2009; Pudyastuti et al. 2015).
Hedonik emulsi
Aroma
Budianta et al. (2000) menyatakan bahwa Aroma merupakan atribut
sensori yang sangat menentukan tingkat penerimaan suatu produk, dengan aroma
yang khas dan disenangi akan meningkatkan penerimaan konsumen. Aroma
biasanya muncul karena adanya kandungan senyawa volatile akibat proses
pengolahan atau perlakuan tertentu. Bahan baku yang digunakan dalam
32
pembuatan emulsi yaitu minyak ikan sardin yang sudah dimurnikan yaitu minyak
refined tanpa asam sitrat.
Nilai aroma berbagai formula formula emulsi tidak berbeda nyata
(p>0.05), namun nilai tersebut menunjukkan bahwa aroma emulsi tersebut tidak
disukai konsumen karena bau minyak ikan sangat kuat sehingga tidak dapat diikat
oleh emulsifier. Menurut Panglipur dan Sulandari (2014), emulsifier
carboxymethyl cellulose (CMC) memiliki gugus polar dan non polar sehingga
dapat mengikat aroma yang larut dalam air maupun minyak.
Warna
Warna merupakan parameter penting penerimaan konsumen terhadap
suatu produk. Nilai uji warna yang diperoleh menunjukkan bahwa warna emulsi
yang dibuat agak disukai oleh penelis. Menurut Fitriyaningtias dan Widyaningsih
(2015), lesitin memiliki warna kekuningan yang mempengaruhi warna emulsi.
Oleh karena itu, emulsifier CMC digunakan dalam penelitian dengan tujuan
menutupi warna lesitin dan warna minyak refined tanpa asam sitrat. Hasil ini
didukung oleh penelitian Sarungallo et al. (2014) bahwa warna emulsi minyak
buah merah yang paling disukai adalah kombinasi Tween 80 (0.5%) dan CMC
(0.2%). Emulsifier CMC dapat menutupi warna karena CMC merupakan zat yang
berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk granula halus yang
bersifat higroskopis (Panglipur dan Sulandari 2014).
Kekentalan
Kekentalan suatu produk sangat menentukan sifat alir produk tersebut.
Nilai kekentalan berbagai formula emulsi tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa emulsifier CMC dan lestin memberikan kekentalan yang
dapat diterima oleh panelis. Hasil ini didukung oleh pernyataan Kamal (2010) dan
Sarungallo et al. (2014) bahwa CMC akan membentuk ikatan silang dan terjadi
immobilisasi sehingga meningkatkan kekentalan. Lesitin juga berfungsi
meningkatkan kekentalan karena adanya penurunan tegangan permukaan
(Nasution et al. 2014). Menurut Nasution et al. (2014), emulsifier yang dapat
menurunkan tegangan pemukaan bersifat amfipatik, terdiri dari gugus hidrofilik
(polar) dan hidrofobik (non polar).
Pengujian hedonik emulsi terbaik yaitu formula carboxymethyl cellulose
(CMC dan lesitin 3:1 karena memiliki nilai aroma, warna, dan kekentalan
tertinggi. Nilai tersebut masih termasuk kategori kurang disukai oleh penelis.
Stabilitas dipercepat
Simpulan
Minyak refined tanpa asam sitrat yang sudah dimurnikan tanpa proses
degumming asam sitrat memiliki nilai parameter oksidasi dan kandungan logam
berat sesuai International Fish Oil Standard (IFOS), asam lemak tidak jenuh
(PUFA) yang dominan yaitu asam lemak omega-3 terutama asam eikosapentanoat
(EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA). Formula emulsi terbaik yaitu
carboxymethyl cellulose (CMC) dan lesitin sebesar 3:1 dengan nilai parameter
emulsi dan parameter oksidasi terbaik selama penyimpanan 30 hari.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anugrahati NA, Artha N, Muryani D. 2004. Peranan cloudifier pada jus jeruk
Pontianak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 2(1):75-88.
Arlene A, Suharto I, Jessica NR. 2010. Pengaruh temperatur dan ukuran biji
terhadap perolehan minyak kemiri pada ekstraksi biji kemiri dengan
penekanan mekanis. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”: Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber
Daya Alam Indonesia. Yogyakarta.
Aziz NA, Azrina A, Amin I, Suryati MA, Muhammad RR. 2013. Research article:
quantitative determination of fatty acids in marine fish and shell fish from
warm water of straits of Malacca for nutraceutical purposes. Biomedical
Research International. 1-12.
Azni PA, Djaenudin, Sururi MR. 2014. Pengaruh logam tembaga dalam
penyisihan logam nikel dari larutannya menggunakan metode
elektrodeposisi. Jurnal Rekayasa Lingkungan. 2(2):1-11.
Bahri S. 2014. Pengaruh adsorben bentonit terhadap kualitas pemucatan minyak
inti sawit. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 25(1):63-69.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Ekspor-Impor Minyak Ikan. Diakses [16
April 2016].
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. [SNI] Standar Nasional Indonesia
Nomor 01-2346:2006. Petunjuk Penggunaan Organoleptik dan atau
Sensori. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. [SNI] Standar Nasional Indonesia
Nomor 7387:2009. Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam
Pangan. Jakarta (ID): BSN.
Budianta TDW, Harijono, Murtini. 2000. Pengaruh penambahan kuning telur dan
maltodekstrin terhadap kemampuan pelarutan kembali dan sifat
organoleptik santan bubuk kelapa. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi.
1(2):60-71.
Celik M, Diler A, Kucukgulmez A. 2005. A comparison of the proximate
compositions and fatty acid profiles of zander (Sander lucioperca) from
two different regions and climatic conditions. Food Chemistry. 92(4):637–
641.
Chasani M, Nursalim VH, Widyaningsih S, Budiasih IN, Kurniawan WA. 2014.
Sintesis, pemurnian dan karakterisasi metil ester sulfonat (MES) sebagai
bahan inti deterjen dari minyak biji nyamplung (Calophyllum inophyllum
L.). Molekul. 9(1):63-72.
Crexi VT, Maurucio LM, Leonor A, Luiz AAP. 2010. Production and refinement
of oil form carp (Cyprinus carpio) viscera. Food Chemistry. 119(3):945-
950.
Day L, Xu M, Hoobin P, Burgar I, Augustin MA. 2007. Characterisation of fish
oil emulsions stabilised by sodium caseinate. Food Chemistry. 105:469–
479.
Djarkasi GSS, Raharjo S, Noor Z, Sudarmadji S. 2007. Sifat fisik dan kimia
minyak kenari. Agritech. 27(4):165-170.
Deviarny C, Lucida H, Safni. 2012. Uji stabilitas kimia natrium askorbil fosfat
dalam mikroemulsi dan analisisnya dengan HPLC. Jurnal Farmasi
Andalas. 1(1).
38
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ketaren S. 2012. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Depok (ID):
UI Press.
Khan BA, Akhtar N, Khan HMS, Waseem K, Mahmood T, Rasul A, Iqbal M,
Khan H. 2013. Development, characterization and antioxidant activity of
polysorbate based O/W emulsion containing polyphenols derived from
Hippophae rhamnoides and Cassia fistula. Brazilian Journal of
Pharmaceutical Sciences. 49(4):763-773.
Kitong MT, Abidjulu J, Koleangan HSJ. 2012. Analisis merkuri (Hg) dan arsen
(As) di sedimen sungai Ranoyapo Kecamatan Amurang Sulawesi Utara.
Jurnal MIPA Unsrat. 1(1):16-19.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Statistika Perikanan Tangkap
Indonesia. 2011. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
Kementrian Kelautan dan Perikanan.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. Statistik Impor Hasil Perikanan
2015. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Kementrian
Kelautan Dan Perikanan.
Koezen P, Gruczynska E, Kowalski B, 2008. Changes in the acid value of butter
during storage at different temperatures as assessed by standard methods
or by FTIR spectroscopy. American Journal of Food Technology. 3:154-
163.
Koocheki A, Kadkhodaee, Mortazawi. 2009. Influence of Alyssum homolocarpum
seed gum on the stability and flow properties of o/w emulsion prepared by
high intensity ultrasound. Journal of Food Hydrocolloids. 23.
Kulkarni V, Jain S, Khatri F, Vijayakumar T. 2014. Degumming of Pongamia
pinnata by acid and water degumming methods. IJCRGG. 6(8):3969-3978.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
Lamar, Marks, Amenn. 1976. Factor influencing the emulsion stability of liquid
diets. Journal Food Science. 41(5):1168-1171.
Latyshev NA, Kasyanov SP, Kharlamenko VI, Svetashev VI. 2009. Lipids and of
fatty acids of edible crabs of the north-western Pacific. Food Chemistry.
116:657-661.
Lim V, Kardono LB, Kam N. 2015. Studi karakterisasi dan stabilitas pengemulsi
dari bubuk lendir okra (Abelmoschus esculentus). Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 4(3):100-107.
Lubis H, Aman C. 2008. Pemeriksaan kandungan logam merkuri, timbal, dan
kadmium dalam daging rajungan segar yang berasal dari TPI Gabion
Belawan secara spektrofotometri serapan atom. Majalah Kedokteran
Nusantara. 41(1):39-47.
Martin A, Swarbrick J, Commarata A. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi Ketiga.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
Marwati T, Rusli MS, Noor E, Mulyono E. 2005. Peningkatan mutu minyak daun
cengkeh melalui proses pemurnian. Pascapanen. 2(2):45-52.
Miwada INS, Simpen. 2013. Kajian waktu curing asam asetat dan rasio kombinasi
kloroform-etanol untuk ekstraksi protein kulit ceker. Majalah Ilmu
Peternakan. 16(1):28-31.
41
Mohanarangan AB. 2012. Extraction of omega-3 fatty acids from Atlantic Herring
(Clupea herengus) [tesis]. Nova Scotia (CAN): Dalhousie University.
Montesqrit. 2007. Penggunaan bahan pakan sebagai bahan penyalut dalam mikro-
enkapsulasi minyak ikan lemuru dan pemanfaatannya dalam ransum ayam
petelur [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Montesqrit, Ovianti R. 2013. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap
stabilitas minyak ikan dan mikrokapsul minyak ikan. Jurnal Peternakan
Indonesia. 15(1):62-68.
Mu’awanah IAU, Setiaji B, Syoufian A. 2014. Pengaruh konsentrasi virgin
coconut oil (VCO) terhadap stabilitas emulsi kosmetik dan nilai sun
protection factor (SPF). Berkala MIPA. 24(1):1-11.
Mujadin A, Jumianto S, Puspitasari RL. 2014. Pengujian kualitas minyak goreng
berulang menggunakan metode uji viskositas dan perubahan fisis. Jurnal
Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 2(4):229-233.
Murtiningrum, Ketaren S, Suprihatin, Kaseno. 2015. Ekstraksi minyak dengan
metode wet rendering dari buah pandan (Pandanus conoideus L). Jurnal
Teknik Industri Pertanian. 15(1):28-33.
Nasir S, Fitriyanti, Kamila H. 2009. Ekstraksi dedak padi menjadi minyak mentah
dedak padi (crude rice bran oil) dengan pelarut n-hexane dan ethanol.
Jurnal Teknik Kimia. 2(16):1-10.
Nasution MZ, Suryani A. Susanti I. 2014. Pemisahan dan karakterisasi emulsifier
dalam minyak cacing tanah (Lumbricus rubellus). Jurnal Teknik Industri
Pertanian. 13(3):108-115.
Noriko N, Elfidasari D, Perdana AT, Wulandari N, Wijayanti W. 2012. Analisis
penggunaan dan syarat mutu minyak goreng pada penjaja makanan di food
court UAI. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 1(3):147-
154.
Nugraha WA. 2009. Kandungan logam berat pada air dan sedimen di perairan
Socah dan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan. 2(2):158-
164.
Nurjanah S, Zain S, Rosalinda S, Fajri I. 2016. Kajian pengaruh dua metode
pemurnian terhadap kejernihan dan kadar patchouli alcohol minyak nilan
(patchouly oil) asal Sumedang. Jurnal Teknotan. 10(1):25-29.
O'Brien RD, Farr WE, Wan PJ. 2000. Introduction to Fats and Oils Technology.
Champaign (GB): AOCS Press.
Panagan A, Heni Y, Jojor UG. 2011. Analisis kualitatif dan kuantitatif asam
lemak tak jenuh omega-3 dari minyak ikan patin (Pangasius pangasius)
dengan metoda kromatografi gas. Jurnal Penelitian Sains. 14(4):38-42.
Panglipur PE, Sulandari L. 2014. Pengaruh jumlah salad oil dan CMC
(carboxymethyl cellulose) terhadap sifat organoleptik kornet daging sapi.
Boga. 3(1):160-165.
Partal P, Guerrero A, Berjano M, Gallegos C. 1997. Influence of concentration
and temperature on the flow behavior of oil-in-water emulsions stabilized
by sucrose palmitate. Journal of American Oil Chemist’s Society. 74
(10):1203-1212.
Pak CS. 2005. Stability and Quality of Fish Oil During Typical Domestic
Application. Korea Utara (KP): Wonsan University of Fisheries.
42
b
Suseno SH, Nadia F, Jacoeb AM, Saraswati. 2015. Optimizing of sardine oil
neutralization process from fish meal industry by-product. Oriental
Journal of Chemistry. 31(4):2507-2514.
c
Suseno SH, Nurnafisah I, Jacoeb AM, Saraswati, Izaki AF. 2015. Optimization
of bleaching condition for sardine oil from fish meal by-product. World
Journal of Fish and Marine Sciences. 7(4):334-340.
Susilawati, Murhadi, Agustina. 2015. Ragam asam-asam lemak daging kambing
dan sapi segar serta olahannya pada lokasi karkas yang berbeda. Prosiding
Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI. 100-107.
Sutiah, Firdausi KS, Budi WS. 2008. Studi kualitas minyak goreng dengan
parameter viskositas dan indeks bias. Berkala Fisika. 11(2):53-58.
Tambunan JE. 2013. Improved quality of sardines oil (Sardinella sp.) using
centrifugation [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Telahigue K, Hajji T, Rabeh I, Cafsi ME. 2013. The changes of fatty acid
composition in sun dried, oven dried and frozen hake (Merluccius
merluccius) and sardinella (Sardinella aurita). African Journal of
Biochemistry Research. 7(8):158-164.
Tehubijuluw H, Fransina EG, Pada SS. 2013. Penentuan kandungan logam Cd
dan Cu dalam produk ikan kemasan kaleng secara spektrofotometri
serapan atom. Cakra Kimia. 1(1):8-13.
Tensiska, Setiasih IS, Irawati D. 2007. Deskripsi minuman emulsi VCO (virgin
coconut oil) pada berbagai jumlah penambahan air. Seminar Nasional PA
PTI. Meningkatkan Daya Saing Produk Pangan Lokal melalui Ilmu dan
Teknologi Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional. 893-904.
Tzvetkova P, Nickolov R. 2012. Modified and unmodified silica gel used for
heavy metal ions removal from aqueous solutions. Journal of The
University of Chemical Technology Metallurgy. 47(5):498-504.
Ugoala C, Ndukwe GI, Audu TO. 2008. Comparison of fatty acids profile of some
freshwater and marine fishes. Journal of Food Safety. 10:9-17.
Velikonja J, Kosaric N. 1993. Biosurfactant in Food Application. In
Biosurfactant: Production, Properties Applications Eds. New York (US):
Marcel Dekkar.
Vitara A. 2007. Trapping of Ammonium (NH4+) from Urine with Zeolite At
Various Urine Concentration Variations. Sukabumi (ID): UMMI.
Wahyuni S, Ramli, Mahrizal. 2015. Pengaruh proses dan lama pengendapan
terhadap kualitas biodisel dari minyak jelantah. Pillar of Physics. 6:33-40
Widayat. 2007. Studi pengurangan bilangan asam, bilangan peroksida dam
absorbansi dalam proses pemurnian minyak goreng bekas dengan zeolit
alam aktif. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 6(1):7-12.
Yabanli M. 2013. Assessment of the heavy metal contents of Sardina pilchardus
sold in Izmir. Ekoloji. 22(87):10-15.
Yang RT. 2003. Adsorbents: Fundamentals and Applications. New Jersey (US):
John Wiley & Sons, Inc.
Yulaipi S, Aunurohim. 2013. Bioakumulasi logam berat timbal (Pb) dan
hubungannya dengan laju pertumbuhan ikan mujair (Oreochromis
mossambicus). Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2):2337-3520.
45
LAMPIRAN
47
Timbal (Pb)
λ= 217.0 nm
ppm Absorbansi
0.1500 y = 0.0174x + 0.0022
standar standar
R² = 0.9999
0 0 0.1000
0.0500
0,6 0.,0120
0.0000
1 0.0194 0 2 4 6 8 10
2 0.0377
4 0.0726
8 0.1413
Kadar
Bobot Absorbansi ppm sampel x ppm sampel x
ppm sampel Pb
sampel sampel FP FP x bobot
(ppm)
10.4047 -0.004 -0.356321839 -17.81609195 -1.712311932
-1.436
10.4047 -0.003 -0.298850575 -14.94252874 -1.436132588
Ttd
10.4047 -0.003 -0.298850575 -14.94252874 -1.436132588
Kadmium (Cd)
λ= 228.8 nm
ppm Absorbansi
standar standar
0 0
0.05 0.0222
0.1 0.0471
0.2 0.0940
0.4 0.1815
0.6 0.2649
49
Lampiran 2 (lanjutan)
0.3
0.2
y = 0.4401x + 0.0031
0.1 R² = 0.9993
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Raksa (Hg)
λ= 253.7 nm
ppm Absorbansi
standar standar
0 0
5 0.1725
10 0.3299
20 0.5670
40 1.0189
50 1.2743
1.5
1
y = 0.0239x + 0.0741
0.5 R² = 0.9987
0
0 10 20 30 40 50 60
Lampiran 2 (lanjutan)
Arsen (As)
λ= 193.7 nm
ppm Absorbansi
standar standar
0 0
5 0.1725
10 0.3299
20 0.5670
40 1.0189
50 1.2743
0.4
Nikel (Ni)
λ= 232.0 nm
ppm Absorbansi
standar standar
0 0
1 0.0703
2 0.1332
3 0.1962
4 0.2564
6 0.3922
51
Lampiran 2 (lanjutan)
0.5
0.4
0.3
y = 0.0642x + 0.0044
0.2 R² = 0.9995
0.1
0
0 2 4 6 8
ppm
Bobot Absorbansi ppm sampel x Kadar Ni
ppm sampel sampel x
sampel sampel FP (ppm)
FP x bobot
10.4047 0.0054 0.015576 0.778816 0.074852
10.4047 0.0060 0.024922 1.246106 0.119764 0.085
10.4047 0.0052 0.012461 0.623053 0.059882
Lampiran 3 (lanjutan)
Lampiran 3 (lanjutan)
Lampiran 3 (lanjutan)
Lampiran 3 (lanjutan)
Lampiran 3 (lanjutan)
Lampiran 4 (lanjutan)
Globula formula emulsi 1:1 (H0) Globula formula emulsi 1:1 (H30)
58
Lampiran 5 (lanjutan)
Globula formula emulsi 1:2 (H0) Globula formula emulsi 1:2 (H30)
Globula formula emulsi 3:1 (H0) Globula formula emulsi 3:1 (H30)
Globula formula emulsi 3:2 (H0) Globula formula emulsi 3:2 (H30)
59
Lampiran 5 (lanjutan)
Lampiran 6 (lanjutan)
Lampiran 6 (lanjutan)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serui pada tanggal 21 Juli 1990 sebagai anak ke dua
dari empat bersaudara dari pasangan bapak Jamanat Sinaga dan ibu Damaris
Heddiana Sihombing. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD
Negeri Inpres Famboaman-Serui tahun 2002, kemudian melanjutkan studi ke
SMP N 1 Serui dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Serui-Papua dan lulus pada
tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliah S1 di Universitas
Cenderawasih Jayapura-Papua. Tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan S1
pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA), Universitas Cenderawasih-Papua.
Tahun 2013 penulis mendapatkan beasiswa S2 dari Dikti melalui Program
PraSaintek dan mengikuti matrikulasi selama 2 semester (1 tahun) di Institut
Pertanian Bogor. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S2 tahun 2014 pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Penulis telah mempublikasikan sebuah artikel yang
berjudul Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Adsorben untuk Emulsi pada
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (JPHPI). Penulis menyelesaikan
pendidikan S2 dengan menulis tesis yang berjudul Formulasi Emulsi Minyak Ikan
Sardin (Sardinella sp.) Hasil Pemurnian dan telah ujian tesis pada bulan Maret
2017. Pada tahun yang sama penulis dinyatakan lulus dan menyandang gelar MSi.