PENDAHULUAN
yang kompleks terutama dalam masalah gizi. Gizi kurang atau malnutrisi
makronutrien yang tidak memadai. Malnutrisi yang terjadi pada anak usia
stunting.1
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting adalah suatu kondisi pendek
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) mengacu pada standar
yang telah ditetapkan oleh WHO. Stunting dibagi menjadi 2 kategori sangat
berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ini akan berlanjut
1
menjadi balita gizi kurang (stunting) dan ke usia anak sekolah dengan
berbagai konsekuensinya.3
UNICEF pada tahun 2014 mengeluarkan hasil bahwa lebih dari 162
dengan keadaan wasting (kurus) sebanyak 51 juta anak, dan 17 juta anak
diperkirakan lebih dari sepertiga atau lebih dari 8,9 juta anak usia dibawah 5
standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia. Selain itu, untuk
anak Indonesia yang dalam keadaan kurus, diperkirakan ada sekitar 3,3 juta
anak.5-7
balita sangat pendek dan pendek pada riskesdas 2013. Untuk wilayah
dan pendek.8
Rahayu dkk, diperoleh bahwa BBLR merupakan faktor resiko yang paling
2
memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting pada anak baduta di
bblr dengan kejadian stunting anak usia bawah lima tahun (balita) di
2018”
usia bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja upt puskesmas ketapang
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penulisan mini project ini adalah :
usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja upt puskesmas ketapang
3
1.4 Manfaat
tentang gizi.
3. Bagi pasien
stunting anak usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Geografi
pulau Sumatera memiliki 12 pulau kecil, salah satu pulau itu yaitu pulau
Rimau Balak yang didiami oleh sekitar 80 kepala keluarga. Sebagian besar
Ketapang bisa dilalui dengan melalui jalan darat dengan kendaraan roda dua
dan roda empat, hanya untuk pedukuhan Pulau Rimau di desa Sumur hanya
dengan luas wilayah 186,60 Km², dan memiliki dusun terpencil yaitu Pulau
5
Wilayah administrasi UPT Puskesmas Rawat Inap
Sunda
aspal, kecuali jalan ke beberapa desa dan pedukuhan masih ada yang berupa
jalan bebatuan dan tanah merah. Jarak tempuh dari Kecamatan Ketapang ke
a. Visi
b. Misi
serta lingkungan.
6
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bermutu, merata
Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Pematang Pasir, Pustu Ruguk dan
Tabel 2. 1
Data Fasilitas Kesehatan UPT Puskesmas Rawat Inap Ketapang Tahun 2016
11 Apotik 2 unit
7
2.1 Stunting
2.1.1 Pengertian
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin
masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan
dengan standar WHO/ NCHS. Seorang anak dikatakan berstatus gizi pendek
berada pada ambang batas <-2 SD baku rujukan WHO/NCHS. Anak yang
gizi (stunting).11
pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh
sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana
8
kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini
berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi kasus kurang
gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita sering disebut sebagai
panjang atau tinggi badan sebesar <-2 Z-score atau lebih menurut buku
stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan
yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar
tumbuh).11
berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan
berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak
selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak
9
2.1.3 Patogenesitas Penyakit Kurang Gizi
dan faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat
gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh
lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan
jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun
baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan yang
terhambat.11
asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu
berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-
tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-
lain.11
a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang
10
badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk
lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
komunitas pedesaan.
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
11
2.1.5 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis
ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan
dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
dilakukan oleh siapa saja dengan hanya melakukan latihan sederhana, selain
ambang batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana,
Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi
adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan
12
dengan usia anak. Pengukuran yang sering dilakukan untuk keperluan
perorangan dan keluarga adalah pengukuran berat badan (BB), dan tinggi
dengan umur. Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur)
karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat
badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan.
dalam keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks Tinggi Badan Menurut
perilaku hidup sehat dan pola asuh/ pemberian makan yang kurang baik dari
mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana dan
13
dibuat secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan
indeks TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin
turun, dapat terjadi kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi dan dan
merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang
keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi
gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang
cukup lama.
2.2.1 Pengertian
Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak
indikator status gizi, berat badan dalam bentuk indeks berat badan menurut
keadaan kini.11
14
cukup nutrient untuk mempertahankan proses tersebut. Kegagalan
dibagi menjadi tiga kategori yaitu BBLR prematur, bayi kecil untuk masa
kehamilan.
1. BBLR Prematur
kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila
bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
Utara bayi BBLR prematur adalah berat lahir kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang
dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm. Semakin awal bayi lahir,
semakin rendah berat badanya saat lahir dan semakin tinggi risikonya
15
2. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
masa kehamilan adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
kurang dari 10th. Bayi kecil masa kehamilan bisa terjadi tanpa
badan kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan lebih atau sama
untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir
karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan
Menurut Manuaba 1998 ada tiga faktor penyebab KMK, yaitu faktor
ibu, faktor uterus dan plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu yang
16
berperan dalam menyebabkan terjadinya bayi KMK seperti malnutrisi,
faktor yang berkaitan dengan prematur dan faktor yang berkaitan dengan
prematur. Dan dalam kasus demikian bayi yang BBLR harus mendapatkan
kunyah, dan tembakau untuk kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat
17
tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka mordibitas umum, dan
faktor risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan jenis-jenis polusi udara.
kesehatan yang buruk, kerja keras dan perawatan kesehatan dan kehamilan
kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir dan berhubungan
berikut :
18
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat
15 kg.
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman
dalam rahim, faktor risiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri
Salah satunya adalah faktor genetik dari orang tua, yaitu faktor tinggi dan
berat badan orang tua. Dari beberapa hasil penelitian yang menyatakan
bahwa status gizi disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran
antropometri ibu dan bapak, seperti tinggi badan orang tua memungkinkan
19
dengan tinggi badan di bawah 150 cm 74,5 persen mempunyai anak yang
pendek, ibu dengan tinggi badan kurang dari 150cm sebesar 3,4 kali
mempunyai anak pendek dan tinggi badan ayah kurang dari 162cm peluang
Tinggi badan merupakan salah satu bentuk dari ekxpresi genetik, dan
kejadian stunting. Anak dengan orang tua yang pendek, baik salah satu atau
Orang tua yang pendek karena gen dalam kromosom yang membawa
kepada anaknya. Tetapi bila sifat pendek orang tua disebabkan karena
masalah nutrisi maupun patologis, maka sifat pendek tersebut tidak akan
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
berat badan lahir rendah dan karakteristik keluarga. Kemudian data tersebut
diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel
variabel.13
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak
usia bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Ketapang
tahun 2018.
3.2.2 Sampel
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia
21
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
data sekunder dan kuisioner. Data sekunder diambil dari data balita yang
pararesponden.
22
BAB IV
61%
60%
40
35
30 39% 40%
25
20 Ayah
Ibu
15
10
0
Tinggi badan Tinggi badan Tinggi Badan Tinggi badan
<160cm >160cm <150cm >150cm
Variable Katergori N %
Tinggi Ayah < 160 24 39%
> 160 39 61%
Tinggi Ibu < 150 25 40%
> 150 38 60%
Tabel 4.1 Karakteristik Tinggi Badan Orang tua
Dari data tabel 4.1 didapatkan bahwa tinggi badan ayah menurut
centimeter sejumlah 24 responden (39%), kategori tinggi badan ibu > 150
centimeter 25 reponden (40%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa anak yang
mengalami stunting lebih besar memiliki ayah dan ibu dengan tinggi badan
23
kategori tidak pendek. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Atikah Rahayu bahwa tidak terdapat hubungan antara tinggi
badan ayah dan tinggi badan ibu bukan merupakan faktor risiko kejadian
stunting. Kondisi ini sesuai menurut UNICEF bahwa tinggi badan orang tua
atau tinggi badan anak, namun faktor penyebab langsung kurang gizi adalah
yang pendek pula. Selain itu, menurut Hanum, ibu yang memiliki tinggi
stunting pada anak disebabkan faktor alami yang diturunkan oleh ibunya
kepada anaknya melalui genotif pendek yang terdapat pada diri ibu. Akan
tetapi tinggi badan dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya oleh faktor
genetik saja(tinggi badan orang tua), tetapi juga dipengaruhi asupan nutrisi
dan juga penyakit yang diderita. Jika anak mengalami stunting karena
kurangnya asupan gizi sejak kecil, maka stunting pada keturunnya masih
dapat ditanggulangi. Tidak adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan
24
4.2 Gambaran distribusi karakteristik BBLR
Status BBLR
12 (19%)
BBLR
51 (81%)
Tidak BBLR
Variabel Kategori n %
Status BBLR BBLR 12 19%
Tidak BBLR 51 81%
Dari data tabel 4.2 didapatkan status BBLR dengan kategori BBLR
sejumlah 12 balita (19%) dan yang tidak BBLR sejumlah 51 balita (81%).
Pada data tersebut masih terdapat anak yang stunting dengan BBLR yang
artinya masih ada kejadian BBLR pada bayi stunting, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suwarni et al, bayi dengan BBLR antara lain
25
dengan kondisi BBLR kemudian diiringi dengan stunting yang terdapat
pada bayi berjenis kelamin perempuan. Oleh karena itu kondisi ini perlu
dilakukan oleh rahmad et al, telah menemukan bahwa faktor prediksi yang
berpengaruh terhadap stunting pada balita adalah BBLR. Anak yang terlahir
badan normal. Senada dengan penelitian yang dilakukan line et al, berat
26
BAB V
5.1 Kesimpulan
stunting lebih besar memiliki ayah dengan tinggi badan kategori tidak
stunting lebih besar memiliki ibu dengan tinggi badan kategori tidak
5.2 Saran
a. Bagi Puskesmas
lahir dengan keadaan berat badan lahir rendah, maka tenaga kesehatan
27
stunting (pendek), dan disarankan agar tetap menjaga kesehatan dan
mengkaji pola asuh orang tua dan asupan gizi terhadap anak yang
mengalami stunting.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
30