Anda di halaman 1dari 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PREEKLAMPSIA BERAT PREMATUR

1. Pengertian (Definisi) Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg yang terjadi pada kehamilan lebih
dari 20 mgg dan kurang dari 37 minggu, dengan proteiuria ≥ 2 gr/ 24
jam
2. Anamnesis 1. Tekanan darah tinggi pada kehamilan
2. Usia kehamilan > 20 minggu dan < 37 minggu
3. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil
4. Ada atau tidaknya gejala impending eklampsia
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tekanan darah ≥ 160/ 110 mm Hg
2. Pemeriksaan obstetri : sesuai dengan kehamilan usia lebih
dari 20 minggu dan kurang dari 37 minggu (Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja PREEKLAMPSIA BERAT, PREMATUR
6. Diagnosis Banding 1. Hipertensi gestasional
2. Hipertensi kronis superimposed preeklampsia
3. Hipertensi Kronis
4. Preeclampsia Ringan
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap : Hemoglobin dan Hematokrit
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit berarti :
1. ada hemokonsentrasi, yang mendukung diagnosis
preeclampsia
2. menggambarkan beratnya hipovolemia
3. nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis
2. Urine Lengkap
3. Renal Function Test (RFT) : Kreatinin serum, asam urat serum,
nitrogen urea darah (BUN)
Peningkatannya menggambarkan :
 Beratnya hipovolemia
 Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal
 Oliguria
 Tanda preeclampsia berat
4. Transaminase Serum : SGOT, SGPT
Peningkatan transaminase serum menggambarkan
preeclampsia berat dengan gangguan fungsi hepar

5. Lactic Acid Dehydrogenase (LDH) : menggambarkan adanya


hemolisis
6. Albumin serum dan Faktor Koagulasi (Faal Hemostasis) :
menggambarkan kebocoran endothel, dan kemungkinan
koagulopati
7. Morfologi sel darah merah pada hapusan darah tepi :
Untuk menentukan :
1. adanya mikroangiopatik hemolitik anemia
2. morfologi abnormal erytrocyte, schizocytosis dan
spherocytosis
8. Terapi Perawatan Konservatif, Ekspektatif
1. Tujuan :
 Mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai
umur kehamilan yang memenuhi syarat janin dapat
dilahirkan
 Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa
mempengaruhi keselamatan ibu
2. Indikasi : usia kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda dan gejala-gejala impending eclampsia atau HELLP
Syndrome (tanpa komplikasi)
3. Terapi Medikamentosa
a. Tirah Baring/ tidur miring ke kiri
b. Infus RD5 60-125 cc/ jam
c. SM terapi : loading 10 mg MgSO4 40% drip dalam 6 jam
d. Maintenance 5 gr MgSO4 40% drip dalam 6 jam
e. Maturasi paru : betametason 1x24 mg IM atau
Deksametason 4x6 mg IV
f. Antihipertensi : NIfedipin 3x5 mg, Bila terjadi krisis
hipertensi (systole > 180 mmHg atau diastole 110 mmHg)
diberikan catapres titrasi 0,2-0,5 mcg/kgbb/mnt
g. Diet : rendah KH/ tinggi protein
h. Pasang Douwer Catheter

4. Monitoring :
1) Pemeriksaan dan monitoring setiap hari terhadap
gejala klinik impending eklampsia sebagai berikut :
nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri perut kuadran
kanan atas, nyeri epigastrium, kenaikan berat badan
dengan cepat
2) Menimbang berat badan pada waktu masuk rumah
sakit dan diikuti tiap hari
3) Mengukur proteinuri ketika masuk rumah sakit dan
diulangi setiap 2 hari
4) Pengukuran desakan darah sesuai standar yang
telah ditentukan
5) Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan ketentuan
(Urine lengkap)
6) Pemeriksaan USG (Fetal Well Being)
7) Pemeriksaan NST dilakukan setiap hari
5. Perawatan Konservatif gagal jika didapatkan :
 Impending eklampsia
 Hellps Syndrome
 Tekanan darah tidak terkontrol dengan antihipertensi
 FWB jelek
 Penurunan fungsi ginjal
 Pertumbuhan janin terhambat
 IUFD (intra uterine fetal demised)
 Inpartu

6. Kriteria KRS : bila penderita telah bebas dari gejala-gejala


preeclampsia berat, masih tetap dirawat 3 hari kemudian baru
diijinkan pulang
7. Cara Persalinan
1) Bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankan
sampai kehamilan aterm
2) Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti
seperti lazimnya
3) Bila penderita inpartu, maka persalinan diutamakan
pervaginam, kecuali ada indikasi untuk SC

9. Edukasi 1. Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin


2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang
dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi kepada
ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang
dilakukan

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam / malam


Ad sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam / malam

11. Tingkat Evidens I/II/III/IV


12. Tingkat Rekomendasi A/B/C

13. Penelaah Kritis


14. Indikator Medis 1. Tekanan darah terkendali
2. Protein urine negatif atau +1
3. Fetal Well Being (FWB) baik
15. Kepustakaan (Vancouver) 1. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan di Indonesia,
Himpunan Kedokteran Fetomaternal 2012
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL. Williams
Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill. New York. 2010
3. Lindheimer MD, Roberts JM, Cunningham FG. Chesley’s
Hypertensive Disoreders in Pregnancy 3rd ed. Elsevier. New
York. 2009.
4. Cohen WR, Cherry and Merkatz’s Complication of Pregnancy 5th
ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000.
5. Creasy RK, Resnik R., Maternal Fetal Medicine Principles and
Practice 5th ed. Saunders. Philadelphia. 2004
6. Burrow GN, Duffy TP and Copel JA. Medical Complications
During Pregnancy 6th ed. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2004
7. Reece EA dan Hobbins JC. Cilinical Obstetrics The Fetus and
Mother. 3rd ed. Blackwell Publishing. Massachusetts. 2007

Anda mungkin juga menyukai