Oleh:
Pembimbing:
dr. H. Yudhi Arimansyah, Sp.B
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Hemoroid
Oleh:
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Bedah RSUD Dr
Sobirin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Laki-Laki Usia
53 Tahun Datang dengan Keluhan Benjolan di Lubang Anus.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dr. H. Yudhi Arimansyah, Sp.B selaku pembimbing yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan kasus ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan.
Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS.................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................8
3.1 Anatomi..................................................................................................8
3.2 Fisiologi.................................................................................................9
3.3 Definisi...................................................................................................11
3.4 Epidemiologi..........................................................................................11
3.5 Faktor risiko...........................................................................................12
3.6 Patofisiologi...........................................................................................13
3.7 Gambaran makroskopis dan mikroskopis .............................................14
3.8 Penegakkan diagnosis............................................................................15
3.9 Diagnosis Banding.................................................................................16
3.10 Terapi...................................................................................................16
BAB IV ANALISIS KASUS............................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman Hemoroid adalah seikat pembuluh darah di dalam
dubur atau pelepasan, hanya 2 sebagian berada di bawah selaput bagian paling
rendah dari dubur atau pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh umur 50, sekitar
separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar,
pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh
memerlukan hanya self-care perawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup.1
1
tahun 2007 dan pasien yang dilakukan tindakan hemoroidektomi sebanyak 250
orang pada tahun 2007. Berdasarkan penelitian hemoroid interna diterapi sesuai
dengan gradenya, tetapi hemoroid eksterna selalu dengan operasi.1
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identifikasi Pasien
Nama : Tn. ZH
Tanggal lahir : 29 Mei 1965
Usia : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sululangun, Lubuklinggau
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah
No RM : 276830
MRS : 28 Oktober 2018
II. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2018
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di lubang anus yang tidak dapat masuk kembali sejak 1
minggu yang lalu
Keluhan Tambahan
- Nyeri
- Berak berdarah
3
Riwayat penyakit dahulu
BAB berdarah (-), DM (-), dan hipertensi (-)
Status lokalis
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris
Palpasi : Stemfremitus hemithorax kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal, 2x/menit
4
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
V. Diagnosis Banding
1. Hemoroid interna grade IV
2. Polip rekti
VII. Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Laksadin emulsi 10cc/24 jam
- Hemoroidektomi
5
Nonmedikamentosa
Diet tinggi serat
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh).
Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan
dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan
kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi
menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang
diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum,
kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria
mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal
rektum). Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri
hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna
dan aorta abdominalis.
7
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis
superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga
merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena
hemoroidalis superior, media, dan inverior, sehingga tekanan portal
yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam
vena dan mengakibatkan hemoroid.
Gambar 2. Hemorroid
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat
beberapa haustra; dan (2) peistaltik massa, merupakan kontraksi yang
melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa
feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua
sampai tiga kali sehari dan dirangang oleh reflek gastrokolik setelah makan,
terutama setelah makan yang pertama kali dimakan pada hari itu.
8
oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan
oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh
sistem saraf voluntary. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis
segmen sakral kedua dan keempat.Serabut parasimpatis mencapai rektum
melalui saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi
rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang
teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan
sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi masa feses.
Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat
akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan
kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan
valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter
eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi
relaks, dan keinginan defekasi menghilang.
9
Hemoroid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena
hemoroidalis interna. Mekanisme terjadinya hemoroid belum diketahui
secara jelas. Hemoroid berhubungan dengan konstipasi kronis disertai
penarikan feces. Pleksus vena hemoroidalis interna terletak pada rongga
submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari
pleksus vena hemoroidalis eksterna, tetapi kedua rongga berhubungan di
bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada jaringan yang
mendasarinya untuk membentuk depresi inter hemoroidalis. Hemoroid
sangat umum dan berhubungan dengan peningkatan tekanan hidrostatik
pada system porta, seperti selama kehamilan, mengejan waktu berdefekasi,
atau dengan sirosis hepatis.2
3.4 Epidemiologi
Sekitar 75 persen orang akan mengalami Hemoroid di beberapa titik
dalam hidup mereka. Hemoroid yang paling umum di antara orang dewasa
usia 45 sampai 65. Pasien sering enggan untuk mencari bantuan medis
10
karena malu atau takut, akibat rasa tidak nyaman, dan rasa sakit yang terkait
dengan pengobatan, sehingga kejadian pasti dari penyakit ini tidak dapat
diperkirakan. Studi mengevaluasi epidemiologi Hemoroid menunjukkan
bahwa 10 juta orang di Amerika Serikat melaporkan Hemoroid, untuk
prevalensi 4,4%. Dalam kedua jenis kelamin, puncaknya pada prevalensi
tercatat antara 45 dan 65 tahun, pengembangan wasir sebelum usia 20 tidak
biasa, dan Kaukasia yang lebih sering terkena daripada orang Amerika
Afrika. Hemoroid juga umum terjadi pada wanita hamil.5
3.6 Patofisiologi
11
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan
beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan
tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis
superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu sistem
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
12
Gambar 3. Grade Hemoroid Interna
b. Secara mikroskopis
Hemoroid secara mikroskopik tampak dinding vena yang menipis terisi
thrombus yang kadang-kadang telah menunjukkan tanda-tanda
organisasi seperti rekanalisasi.4
13
jam 6 dan jam 9. Permukaannya berwarna sama dengan mukosa sekitarnya,
bila bekas berdarah akan tampak bercak-bercak kemerahan. Perdarahan
rectum merupakan manifestasi utama hemoroid interna. Lipatan kulit luar
yang lunak sebagai akibat dari trombosis hemoroid eksterna. Diagnosis
hemoroid dapat terlihat dari gejala klinis hemoroid, yaitu; darah di anus,
prolaps, perasaan tidak nyaman pada anus (pruritus anus), pengeluaran lendir,
anemia sekunder, tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada
anoskopi atau rektoskopi.1
a. Inspeksi: Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah
jaringan / tonjolan yang muncul.
b. Palpasi: Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri
dalam anal kanal. Dinilai juga tonus dari spicter ani.. Bisanya hemorrhoid
sulit untuk diraba, kecuali jika ukurannya besar.
c. Pemeriksaan colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan adanya
karsinoma rectum. Jika sering terjadi prolaps, maka selaput lendir akan
menebal, bila sudah terjadi jejas akan timbul nyeri yang hebat pada
perabaan.
d. Anoskopi: Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemorrhoid, dengan
memasukan alat untuk membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam
keluar di seluruh lingkaran anus. Tentukan ukuran, warna dan lokasinya.
e. Proktosigmoidoskopi: Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau keganasan di tingkat yang lebih
tinggi, karena hemorrhoid merupakan keadaan yang fisiologis saja
ataukan ada tanda yang menyertai.
f. Pemeriksaan Feses: Dilakukan untuk negetahui adanya darah samar.
14
Trombosis akut pada hemoroid eksterna merupakan penyebab nyeri yang
konstan pada anus. Penderita umumnya berobat ke dokter pada fase akut
(2-3 hari pertama). Jika keluhan belum teratasi, dapat dilakukan eksisi
dengan anestesi lokal. Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan
nonoperatif. Eksisi dianjurkan karena trombosis biasanya meliputi satu
pleksus pembuluh darah. Insisi mungkin tidak sepenuhnya mengevakuasi
bekuan darah dan mungkin menimbulkan pembengkakan lebih lanjut dan
perdarahan dari laserasi pembuluh darah subkutan. Insisi tampaknya lebih
sering menimbulkan skin tag daripada eksisi.
b. Hemoroid Interna
1. Non Invasive Treatment
Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal yang
disampaikan, meliputi:
Edukasi
- Jangan mengedan terlalu lama
- Mengonsumsi makanan tinggi serat
- Membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda
- Minum sekitar 8 gelas sehari
Obat-obatan vasostopik
Obat hydroksyethylen yang dapat diberikan dikatakan dapat
mengurangi edema dan inflamasi. Kombinasi diosmin dan
hesperidin (ardium) yang bekerja pada vaskular dan mikrosirkulasi
dikatakan dapat menurunkan desensibilitas dan stasis pada vena
dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Ardium diberikan 3x2 tab
selama 4 hari kemudian 2x2 tab selama 3 hari dan selanjutnya 1x1
tab.
2. Ambulatory Treatment
Skleroterapi
Pengobatan dengan penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya fenol 5% dalam minyak nabati, atau larutan quinine dan
urea 5% yang disuntikan ke submukosa dalam jaringan areolar
longgar di bawah jaringan hemoroid. Skleroterapi dilakukan untuk
15
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic
dan meninggalkan parut pada hemoroid. Secara teoritis, teknik ini
bekerja dengan cara mengoblitersi pembuluh darah dan
memfiksasinya ke lapisan mukosa anorektal untuk mencegah
prolaps. Terapi ini cocok untuk hemoroid interna grade I yang
disertai perdarahan. Kontraindikasi teknik ini adalah pada keadaan
inflammatory bowel disease, hipertensi portal, kondisi
imunokompromais, infeksi anorektal, atau trombosis hemoroid
yang prolaps. Komplikasi skleroterapi biasanya akibat penyuntikan
cairan yang tidak tepat atau kelebihan dosis pada satu tempat.
Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan mukosa,
kadang bisa menimbulkan abses.
Infrared Coagulation
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi inframerah
dengan lampu tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan
hemoroid dari reflector plate emas melalui tabung polimer khusus.
Sinar koagulator inframerah (IRC) menembus jaringan ke
submukosa dan berubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi,
destruksi jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan
dikoagulasi diberi anestesi local terlebih dahulu. Komplikasi
biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi pada daerah
yang tidak tepat.
Bipolar Diatherapy
Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan
koagulasi pada ujung cauter. Cara ini efektif untuk hemoroid
derajat III atau dibawahnya.
Cryotherapy
Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan
yang secara teori menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan
hingga terbentuk jaringan parut.
Rubber Band Ligation
16
Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang
tidak menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat
juga dilakukan pada hemoroid derajat III. Hemoroid yang besar
atau yang mengalami prolapse dapat diatasi dengan ligasi menurut
Baron ini.
Dengan bantuan anoskopi, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam lubang ligator
khusus. Rubber band didorong dan ligator ditempatkan secara
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis. Nekrosis karena
iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama rubber band
akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada
pangkalnya. Komplikasi yang sering terjadi berupa edema dan
trombosis.
Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, rubber band
ligation adalah cara terpilih di AS untuk terapi hemoroid interna.
Pada prosedur ini, jaringan hemoroid ditarik ke dalam double-
sleeved cylinder untuk menempatkan karet di sekeliling jaringan.
Seiring dengan jalannya waktu, jaringan dibawahnya akan
mengecil.
3. Surgical Approach
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah
juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang
tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.
17
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi
yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini
harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah
terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.
Tindakan hemoroidektomi ada dua, yaitu open hemorrhoidectomy dan
closed hemorrhoidectomy. Teknik open dilakukan dengan mengeksisi
bantalan vaskular. Hemoroid dipotong dengan menggunakan
elektrokauterisasi, bedah laser, harmonic scalpel, atau gunting. Teknik
closed mirip dengan teknik open, tetapi tepi mukosa dan kulit ditutup
dengan jahitan kontinyu. Kedua teknik ini aman dan efektif, tetapi
teknik closed hemorrhoidectomy penyembuhannya lebih cepat.
Open Hemorrhoidectomy
Dikembangkan oleh Milligan dan Morgan, dilakukan apabila terdapat
hemoroid yang telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh
lingkaran ataupun bila terlalu sempit untuk masuk retraktor.
Teknik open hemorrhoidectomy:
1. Posisi litotomi
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin :
saline = 1 : 300.000
3. Kulit di atas tiap jaringan hemoroid utama dipegang dengan klem
arteri dan ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemoroid diperlakukan serupa
diatas.
18
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemoroid kira-kira 1,5–
3 cm dari anal verge.
6. Jaringan hemoroid dipisahkan dari sphincter interna dengan jarak
1,5–2 cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1.0 pada
pangkal hemoroid.
9. Eksisi jaringan hemoroid setelah transfiksi dan ligasi pangkal
hemoroid
Closed Hemoroidectomy
Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada tiga prinsip pada
teknik ini, yaitu:
1. Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa
mengorbankan anoderm.
2. Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses
penyembuhan dengan cara mendekatkan anal kanal dengan
epitel berlapis gepeng (anoderm).
3. Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka
terbuka luas yang diisi jaringan granulasi.
Indikasi:
1. Perdarahan berlebihan
2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.
3. Prolaps hebat disertai nyeri.
4. Adanya penyakit anorektal lain.
19
- Kulit di atas analverge diinsisi sampai anal kanal di atas jaringan
hemoroid
- Jaringan hemoroid eksterna maupun interna dibebaskan dari
bagian subkutan sphincter interna maupun eksterna dan dieksisi
seluruhnya.
- Jaringan hemoroid yang tersisa diangkat dengan undermining
mukosa.
- Ligasi dengan catgut 2.0 atau 3.0, bisa dengan dexon 4.0 atau 5.0
dengan vicryl
Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai
diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang
bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo.
Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang
digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang
terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat
buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk
melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran
dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid
20
dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan
jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan
hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.
21
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar
20–45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah
sakit semakin singkat. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki
resiko yaitu:
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan
mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi
baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga
pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit
untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa
masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam
stapler.
22
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien mengatakan adanya BAB berdarah. Kita harus cari tahu dulu, asal
perdarahannya. Apakah dari saluran cerna bagian atas atau bawah. Anamnesis
selanjutnya, menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar
(hematoksezia) atau merah kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah
merah segar. Berarti yang terpikirkan keadaan patologis apa saja yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Beberapa penyakit yang
sering terkait dengan pasien yang berusia setengah baya adalah tumor kolon, polip
kolon, hemoroid, fisura ani, dan infeksi (amebiasis). Dilanjutkan dengan
pertanyaan, apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak. Bila
tidak, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anus. Pasien mengatakan saat BAB
berdarah tidak menimbulkan rasa nyeri. Hal ini dapat menyingkirkan diagnosis
fisura ani, yang tiap BAB timbul rasa nyeri.
23
Tata laksana pada pasien, hemoroid yang telah prolaps pada pasien serta
menghentikan perdarahan langsung dari sumber perdarahannya. Dalam hal ini,
dilakukan hemoroidektomi.
24
DAFTAR PUSTAKA
25