Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan berfikir dan kesadaran manusia akan diri dan
dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global
membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang
bagi manusia untuk mecapai status dan tingkat kehidupan yang
lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong
manusia untuk terus berfikir, meningkatkan kemampuan dan
tidak puas terhadap apa yang dicapai pada saat ini. Adapun
dampak negatif dari globalisasi tersebut adalah :

1. Keresahan hidup dikalangan masyarakat yang semakin


meningkat karena banyaknya konflik, stress, kecemasan dan
frustasi.
2. Adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi dan
korupsi makin sulit diterapkannya ukuran baik – jahat serta
benar – salah secara lugas.

3. Adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik,


tidak saja konflik psikis, tetapi juga kelompok fisik.

4. Pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat


sementara juga adiktif, seperti penggunaan obat – obatan
terlarang.

Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut perlu


dipersiapkan insan dan sumber daya manusia Indonesia yang
bermutu, yaitu manusia yang harmonis lahir batin, sehat
jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi secara perfesional, serta dinamis dan kreatif hal ini
sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional.

Pendukung utama bagi terciptanya sasaran pembangunan


manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang
bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup hanya dilakukan
melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi
harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem
manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan
kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam
memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita –
citanya.

Kemampuan seperti ini tidak hanya meyangkut aspek


akademis, tetapi menyangkut aspek perkembangan pribadi,
sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik.
Berkaitan dengan pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan
yang bermutu di Sekolah Menengah adalah pendidikan yang
mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis
yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat
dan optimal. Peserta didik di Sekolah menengah adalah para
remaja yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas –
tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Pencapaian
standar kemampuan profesional / akademis dan tugas – tugas
perkembangan peserta didik memerlukan kerja sama yang
harmonis antara para pengelola dan pelaksana manajemen
pendidikan, pengajaran dan bimbingan sebab ketiganya
merupakan bidang – bidang utama dalam pencapaian tujuan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah yang berjudul
“Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah” ini
adalah :
1. Apa fungsi dari layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah?
2. Tujuan apa yang hendak dicapai dari Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah menengah?
3. Bagaimana fokus layanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah?
4. Bagaimana Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling yang
di laksanakan di Sekolah Menengah?
5. Siapa saja Personil yag terlibat dalam kegiatan layanan
Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui fungsi dari layanan Bimbingan dan


Konseling di Sekolah Menengah.
2. Untuk mengetahui tujuan yang hendak dicapai dari Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah menengah.
3. Untuk mengetahui fokus layanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah.
4. Untuk mengetahui strategi Layanan Bimbingan dan Konseling
yang di laksanakan di Sekolah Menengah.
5. Untuk mengetahui personil yang terlibat dalam kegiatan
Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bimbingan Konseling Di Sekolah Menengah

Bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan untuk


memfasilitasi perkembangan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan
potensi dirinya atau mencapai perkembangan secara optimal. Fasilitasi
dimaksudkan sebagai upaya memperlancar proses perkembangan peserta
didik, karena secara kodrati setiap manusia berpotensi tumbuh dan
berkembang untuk mencapai kemandirian secara optimal. Bimbingan dan
konseling menggunakan paradigma perkembangan individu, yang
menekankan pada upaya mengembangkan potensi-potensi positif individu.
Semua peserta didik berhak mendapatkan layanan bimbingan dan konseling
agar potensinya berkembang dan teraktualisasi secara positif. Meskipun
demikian, paradigma perkembangan tidak mengabaikan layanan-layanan
yang berorientasi pada pencegahan timbulnya masalah (preventif) dan
pengentasan masalah (kuratif).

Upaya mewujudkan potensi peserta didik/konseli menjadi kompetensi


dan prestasi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan integratif.
Kompetensi hidup ditumbuhkan secara isi-mengisi atau komplementer antara
guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan guru mata pelajaran
dalam satuan pendidikan.1

Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap


pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan
yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum
adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata
lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.
Seharusnya Bimbingan Konseling dapat menjadi pendamping dan
penyeimbang bagi para siswa, lebih-lebih pada siswa yang sudah menempuh
jenjang sekolah menengah.

Pada tahun 2003, terjadi perubahan mendasar


terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah.
Menurut Undang-undang nomor 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat (4) dinyatakan bahwa
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor. Dengan demikian penggunaan
istilah guru BK di lingkungan sekolah akan berubah menjadi
konselor sekolah. Paradigma ini mengacu pada pelaksana
konseling adalah konselor. Dengan kata lain bahwa konselor
termasuk salah satu tenaga pendidik.

Sebagai pelaksana utama kegiatan pelayanan


bimbingan dan konseling disatuan pendidikan
1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN 2016. Hlm 1
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK, guru
bimbingan dan konseling atau konselor wajib mengusai
spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan
profesional bimbingan dan konseling, meliputi2:

1. Pengertian, tujuan, prinsip, asas-asas, paradigma, visi


dan misi pelayanan bimbingan, dan konseling
profesional
2. Bidang dan materi pelayanan bimbingan
konseling,termasuk didalamnya materi pendidikan
karakter dan arah perminatan siswa.

3. Jenis layanan, kegiatan pendukung dan format


pelayanan bimbingan dan konseling.

4. Pendekatan, metode, tenik dan media pelayanan


bimbingan dan konseling, termasuk didalamnya
perubahan tingkah laku, penamaan nilai-nilai karakter
dan peminatan peserta didik.

5. Penilaian hasil dan proses layanan bimbingan dan


konseling

6. Penyususnan program pelayanan bimbingan dan


konseling

Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu


kesatuan (integral) dalam keseluruhan proses pendidikan di
sekolah (Munandir:1993). Dengan kata lain bahwa
pelaksanaan pendidikan atau pembelajaran di sekolah akan
mempunyai ketergantungan yang timbal balik antara proses

2
Ahmad Juntika Nurihsan. 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT.Refika
Aditama. Hal.40
belajar klasikal di kelas dengan bantuan bimbingan dan
konseling.

Kesatuan ini tampak dalam pelaksanaan pembelajaran


di lapangan. Pembelajaran yang berorientasi kognitif secara
umum telah dilakukan oleh guru bidang studi di kelas. Guru
mata pelajaran memberikan bahan atau materi pembelajaran
kepada siswa dengan penekanan-penekanan pada bidang
kognitif. Peranan guru BK pada tahap ini adalah
menyeimbangkan antara kekuatan kognitif dan afektif yang
dimiliki siswa.

Seringkali kita temui bahwa siswa mempunyai


kemampuan untuk menyelesaikan segala bentuk tugas yang
diberikan oleh guru bidang studi. Tetapi pada saat mereka
dihadapkan untuk menentukan pilihan masa depan atau
mengambil keputusan tentang masa depannya, mereka
mengalami kesulitan yang luar biasa. Mereka dihadapkan
pada banyak pilihan serta konflik-konflik batin. Pada saat
inilah peranan guru BK akan tampak semakin nyata. Konselor
sekolah akan membantu siswa dalam mengatasi masalah-
masalah yang timbul sesuai dengan karakteristik siswa yang
bersangkutan.

Permasalahan yang dihadapi siswa tidak bisa


diselesaikan dengan mempergunakan kekuatan kognitif atau
logika berpikir semata. Seringkali permasalahan yang muncul
adalah karena pertentangan emosi (afeksi) siswa. Sebagai
contoh, masalah penjurusan tidak bisa diselesaikan hanya
dengan melihat hasil kogitif siswa melalui nilai rapor, tetapi
juga melihat kepribadian, minat, bakat dan keadaan
lingkungan siswa tersebut. Di sini terlihat perspektrum yang
semakin luas untuk dapat menyelesaikan masalah siswa
secara tuntas.

B. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Menengah
Pada dasarnya, bimbingan dan konseling dilakukan dalam
bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan
penyembuhan. Setiap bentuk upaya tersebut mengacu
kepada empat fungsi bimbingan yaitu3 :

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan


konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh pihak – pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan peserta didik.
2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang mengupayakan
terhindarkannya individu atau konseli dari akibat yang
tidak menguntungkan, yaitu berasal dari hal-hal yang
berpotensi sebagai sumber permasalahan.

3. Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam


memilih jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan
pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri – ciri
kepribadian lainnya. Kegiatan fungsi penyaluran ini
meliputi bantuan untuk memantapkan kegiatan belajar di
sekolah menengah. Dalam melaksanakan fungsi, guru
pembimbing / konselor perlu bekerjasama dengan pendidik

3
Endang Ertiati Suhesti. 2012. Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hlm. 9
lainnya di sekolah menengah maupun di luar sekolah
menengah.

4. Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas – petugas di


sekolah khususnya guru, untuk mengadaptasikan program
pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan
peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang
memadai para peserta didik, guru pembimbing / konselor
dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik
secara tepat, baik dalam mengelola memilih materi
pelajaran yang tepat dalam mengadaptasikan bahan
pelajaran kepada kecepatan dan kemampuan peserta didik.

5. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik


untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh
kemajua dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi
ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi,
memahami, dan memecahkan masalah.4

Sesuai dengan fungsiya, bimbingan dan konseling


diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya
keperluan akan bantuan dalam hal pendataan, informasi dan
orientasi, konsultasi, dan komunikasi kepada peserta didik
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dengan demikian
akan terciptanya kemudahan bagi terselenggaranya proses
dan tercapainya tujuan program pendidikan di Sekolah
Menengah yang bersangkutan dengan lancar dan berhasil
seperti yang diharapkan.

C. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Menengah

4
Ibid. Hal 10
Bimbingan dan konseling yang berkembang saat ini
adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi
bimbingan dan konseling adalah edukatif, pengembangan,
dan outreach. Edukatif, karena titik berat kepedulian
bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan
pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik,
walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan
konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik sentral
tujuan bimbingan dan konseling terletak pada perkembangan
optimal dan strategi, dengan upaya pokok memberikan
kemudahan perkembangan individu melalui perekayasaan
lingkunngan perkembangan. Outreach, karena target populasi
bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada individu
bermasalah dan dilakukan secara individual tetapi meliputi
ragam dimensi dalam rentang yang cukup lebar. Dengan
demikian tujuan umum bimbingan dan konseling adalah:

1. Memahami, menerima, mengarahkan, dan


mengembangkan minat, bakat, serta kemampuan siswa
seoptimal mungkin,
2. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, keluarga,
sekolah dan masyarakat;

3. Merencanakan kehidupan masa depan siswa yang sesuai


dengan tuntutan dunia pada saat ini ataupun masa yang
akan datang.

Bimbingan dan konseling perkembangan di Sekolah


menengah sebagai upaya pemberitahuan bantuan kepada
peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Secara
khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu
para siswa mencapai tugas-tugas perkembangan5, yaitu :

1. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan
teman sebaya, baik pria maupun wanita, yaitu mampu
bekerjasama dalam kelompok, menerima teman dari lawan
jenis yang berbeda, dan tidak memaksakan kehendak pada
kelompoknya.

3. Mengembangkan peran sosial pria untuk siswa pria atau


peran perempuan untuk siswa perempuan sesuai dengan
norma masyarakat yaitu mengetahui, memahami, menerima,
mau dan mampu mengerjakan peran sosial pria atau wanita
sesuai dengan norma masyarakat.

4. Menerima keadaan diri dan menerapkannya secara efektif,


yaitu menerima keadaan fisik, bakat, memelihara fisik,
mengembangkan bakat, serta menghargai keadaan dirinya
(Self-esteem).

5. Memiliki sikap dan dan perilaku emosional yang mantap,


yaitu tidak cepat putus asa, tidak manja, berani mengambil
resiko, menyayangi orang tua setulus hati, dan menghormati
guru secara ikhlas.

6. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, yaitu mampu


memilih jurusan yang sesuai dengan cita – cita pekerjaannya,
mampu memilih kegiatan ekstrakulikuler, memahami
program studi yang ada di perguruan tinggi, memahami jenis
5
Riswani. 2012. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. Hlm 26
kursus, serta memahmi syarat – syarat yang sesuai dan
diperlukan untuk pekerjaan yang dicita – citakannya.

7. Memiliki sikap dan perilaku sosial yang bertaggung jawab,


yaitu berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan
masyarakat, menolong teman yang memerlukan bantuan,
menyantuni fakir miskin dan menengok teman yang sakit.

8. Memahami nilai – nilai dan etika hidup bermasyarakat, yaitu


sopan santun dalam bergaul, jujur dalam bertindak dan
menghargai perasaan oranng lain.6

D. Fokus Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Menengah
Berdasarkan fungsi dan prinsip bimbingan, maka
kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling dalam suatu
program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam tiga
kegiatan utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, dan layanan perencanaan individual.
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri
yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas pengembangan7
Layanan dasar bimbingan bertujuan membantu seluruh
siswa mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan
keterampilan – keterampilan hidupnya. Layanan dasar
bimbingan ini disajikan secara sistematis bagi seluruh

6
Ibid. Hlm 29
7
Riswani. 2015. Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013. Hlm 57
siswa, yang isinya sesuai dengan tujuan bimbingan dan
konseling yang telah dikemukakan di atas.
Layanan dasar bimbingan ini juga berisi layanan
bimbingan belajar, bimbingan sosial, bimbingan pribadi
dan bimbingan karir, layanan ini untuk seluruh peserta
didik, disajikan atau di luncurkan dengan menggunakan
Strategi klasikal dan dinamika kelompok.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada
peserta didik atau konseli yang menghadapi masalah dan
memerlukan pertolongan dengan segera, agar konseli
tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian
tugas-tugas perkembangannya.8 Layanan responsif
bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang
dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini.
Layanan ini lebih bersifat preventif, atau mungkin kuratif.
Isi layanan Responsif adalah sebagai berikut :
a. Bidang pendidikan, topik-topiknya adalah pemilihan
program studi di sekolah menengah yang sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan; dan pemilihan
program studi lanjutan di perguruan tinggi.
b. Bidang belajar, yaitu cara belajar efektif dan cara
mengatasi kesulitan belajar.
c. Bidang sosial, yaitu cara memilih teman yang baik, cara
memelihara persahabatan yang baik, cara mengatasi
konflik dengan teman.
d. Bidang pribadi, yaitu pembetukan identitas karier,
pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan,
dan pembentukan pola karier.

8
Ibid. Hal 63
e. Bidang disiplin, yaitu pengenalan tata tertib sekolah
dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
f. Bidang narkotika, yaitu pengenalan bahaya
penggunaan narkotika dan pencegahan terhadap
bahaya narkotika.
g. Bidang perilaku seksual, yaitu penngenalan bahaya
perilaku seks bebas, cara berpacaran yang baik, serta
pencegahan perilaku seks bebas.
h. Bidang kehidupan lainnya.

3. Layanan perencanaan Individual


Layanan perencanaan individual adalah upaya
bimbingan yang bertujuan membantu seluruh siswa membuat
dan mengimplementasikan rencana – rencana pendidikan,
karier, dan kehidupan sosial pribadinya. Tujuan utama dari
layanan ini adalah membantu siswa belajar memantau dan
memahami perkembangannya sendiri, kemudian
merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencana
hidupnya atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya
itu. Isi layanan perencanaan individual adalah sebagai berikut:
a. Bidang pendidikan yaitu perecanaan belajar dan
perencanaan studi lanjutan.
b. Bidang karier, yaitu perecanaan pekerjaan, perencanaan
jabatan, perncanaan pekerjaan ke perusahaan –
perusahaan, dan perencanaan waktu luang untuk kegiatan
yang produktif.
c. Bidang sosial pribadi yaitu perencanaan pengembangan
konsep diri yang positif, serta perecanaan pengembangan
keterampilan – keterampilan sosial yang tepat.
D. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau
tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang
terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan
sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam
layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan
bimbingan dan konseling.
Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa
konseling individual, konsultasi, konseling kelompok dan
pengajaran remedial.
1. Konseling Individual
Konseling Individual adalah proses belajar melalui
hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara
seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseli
mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan
sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas yang profesionaldalam jabatannya dengan
pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan
kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran
dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial dimana ia
tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena
itu, konseling hanya ditujukan kepada individu – individu yang
sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan
khusus, karena dalam interaksi tersebut, konseli merasa
diterima dan dimengerti oleh konselor. Konseli merasa ada
orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau
membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling
belajar dengan pengalaman hubungan yang bersifat khusus
dan pribadi ini. Dalam konseling diharapkan konseli dapat
merubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih
baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat
sekitarnya.

2. Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang
penting, sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan
lebih berhasil.
Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai
nasihat dari seorang yang professional. Pengertian Konsultasi
dalam program bimbingan dipanadang sebagai suatu proses
menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua,
administrator, dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas
peserta didik atau sekolah.

3. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan
dalam pelaksanaan program BK. Layanan ini memungkinkan
sejumlah peserta didik (siswa) secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan melalui
pembahasan dalam bentuk kelompok.9 Bimbingan kelompok
dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau
kesulitan pada diri konseli. Isi kegiatannya terdiri atas
penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak
disajikan dalam bentuk pelajaran.

9
Suhertina. 2014. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Pekanbaru : CV. Mutiara Pesisir Sumatra. Hal.
124
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk
kelas yang beranggotakan 20 sampai 30 orang. Informasi
yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama
dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain,
sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak
langsung.

4. Konseling Kelompok
Konseling kelompok pada dasarnya adalah proses
konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok. Masalah yang dibahas
dalam konseling kelompok adalah masalah siswa (pribadi
siswa) yang etrlibat dalam kegiatan itu. Setiap anggota
kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya.
Pembahasan masalah dari anggota kelompok dibicarakan
oleh seluruh anggota kelompok.
Kalau pada bimbingan kelompok, masalah yang dibahas
adalah masalah umum yang dirasakan oleh anggota
kelompok, sedangkan pada konseling kelompok masalah
yang dikemukakan, dibicarakan dan dibahas adalah masalah
pribadi anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan itu.10
5. Pengajaran Remidial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya
guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan
individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan,
dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana,
terorganisir, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih
10
Ibid. Hal 125-126
memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman
kondisi objektif individu atau kelompok siswa yang
bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan
utama dalam keseluruhan kerangka pola layanana bimbingan
belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis
dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara
skematik prosedur remedial tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
1) Diagnostik kesulitan belajr mengajar.
2) Rekomendasi / referral.
3) Penelaahan kembali kasus.
4) Pilihan alternatif tindakan.
5) Layanan konseling.
6) Pelaksanaan pengajaran remedial.
7) Pengukuran kembali hasil belajar mengajar.
8) Reevaluasi / Rediagnostik.
9) Tugas tambahan.
10) Hasil yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat
dilakukan secara preventif, kuratif jika dilakukan setelah
program PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan
preventif ditujukan kepada siswa tertentu yang diperkirakan
akan mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan
ditempuhya. Pendekatan pengembangan merupakan tindak
lanjut dari upaya diagnostic yang dilakukan guru selama
berlangsung program PBM.

E. Personil Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Menengah
Konselor, guru, administrator / kepala sekolah, orang
tua siswa, siswa, semuaya berperan sebagai narasumber
dalam program bimbingan. Konselor bertugas memberikan
berbagai layanan dan mengkoordinasikan program
bimbingan. Bekerjasama, serta mendukung peran guru dan
administrator sekolah agar program bimbingan tersebut
berhasil.
Adapun orang tua siswa dan anggota masyarakat
dilibatkan dalam program bimbingan. Mereka masuk dalam
komite atau dewan penasihat masyarakat sekolah yang
bertugas memberikan rekomendasi, serta layanan dukungan
terhadap konselor dan orang yang terlibat dalam program
bimbingan.
Keterlibatan staf pengajar / guru adalah sangat penting.
Oleh sebab itu guru harus diberi kesempatan untuk
berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan implementasi
program. Konselor dan guru harus bekerja sama dalam
merecanakan pelaksanaan program bimbingan. Kegiatan –
kegiatan bimbingan disajikan dalam bidang materi yang tepat
sehingga posisi guru tidak diganti oleh konselor dalam kelas.
Secara hukum, posisi konselor di Sekolah menengah telah
ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum
bimbingan dan konseling. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia konselor di Sekolah Menengah mendapat tempat
yang cukup leluasa. Peran konselor sebagai komponen
student support services, adalah men-support perkembangan
aspek – aspek pribadi sosial, karir dan akademik siswa,
melalui pengembangan menu program bimbingan dan
konseling bantuan kepada siswa dalam individual student
planning, pemberian layanan responsif, serta pengembangan
sistem support. Pada jenjang ini konselor menjalankan semua
fungsi bimbingan dan konseling, yang meliputi fungsi
preventif, developmental, maupun fungsi kuratif.

BAB III
ANALISIS PELAYANAN

A. ANALISIS PENGELOLAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


DI SEKOLAH
Perkembangan teori konseling terutama dihasilkan oleh perguruan tinggi
yang menyelenggarakan program studi konseling, baik yang bersumber dari
penelitian maupun hasil pemikiran kritis para ahli. Sayangnya, teori-teori itu pun
sepertinya tersimpan rapih dalam gudang perguruan tinggi yang sulit diakses oleh
para konselor di lapangan. Di sisi lain, teori-teori konseling yang dihasilkan melalui
penelitian oleh para praktisi di sekolah-sekolah tampaknya belum berkembang
sepenuhnya sehingga kurang memberikan kontribusi bagi perkembangan profesi
konseling. Kendala terbesar yang dihadapi untuk mewujudkan konseling sebagai
profesi yang handal dan bisa sejajar dengan profesi-profesi lain yang sudah mapan
justru terjadi dalam tataran praktis. Manfaat konseling sepertinya masih belum
dirasakan oleh masyarakat, karena penyelenggaraannya dan pengelolaannya tidak
jelas.
Kesan lama, konseling sebagai “polisi sekolah“pun hingga kini masih
melekat kuat pada sebagaian masyarakat, khususnya di kalangan siswa. Menurut
pandangan penulis, setidaknya terdapat dua faktor dominan yang diduga
menghambat terhadap laju perkembangan profesi konseling di Indonesia , yaitu :
1. Kelangkaan Tenaga Konseling

Tenaga konseling yang berlatar konseling memang masih belum


memenuhi kebutuhan di lapangan. Selama ini masih banyak sekolah yang
menyelenggarakan Bimbingan dan Konseling tanpa didukung oleh tenaga
konseling profesional dalam jumlah yang memadai. Sehingga, tenaga konseling
terpaksa banyak direkrut dari nonkonseling, yang mungkin hanya dibekali
pengetahuan dan keterampilan tentang konseling yang minimal atau bahkan sama
sekali tanpa dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang konseling, yang
tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja konseling itu sendiri, baik
secara personal maupun lembaga.
Meminjam bahasa ekonomi, kelangkaan ini diduga disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara demand dan supply. Tingkat produktivitas dari
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan penghasil tenaga konselor tampaknya
relatif masih terbatas jumlahnya dan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Demikian pula dalam distribusinya relatif tidak merata. Contoh kasus, di
beberapa daerah ketika melakukan rekrutment untuk tenaga konseling dalam
testing Calon Pegawai Negeri Sipil ternyata tidak terisi, bukan dikarenakan tidak
ada peminatnya, tetapi memang tidak ada orangya. Boleh jadi ini merupakan
dampak langsung dari otonomi daerah, dimana kewenangan rekrutmen Calon
Pegawai Negeri Sipil diserahkan kepada daerah, dan tidak semua daerah mampu
menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya
kebutuhan tenaga konseling di daerahnya.
Oleh karena itu, ke depannya perlu dipikirkan bagaimana Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan pencetak tenaga konseling untuk dapat
memproduksi lulusannya, dengan memperhitungkan segi kuantitas, kualitas dan
distribusinya., sehingga kelangkaan tenaga konseling dapat segera diatasi.
2. Kebijakan Pemerintah yang kurang berpihak terhadap profesi konseling

Banyak terjadi kejanggalan dan ketidakjelasan kebijakan dari pemerintah


pusat tentang profesi konseling. Ketidakjelasan semakin dirasakan justru pada
saat kita sedang berupaya mereformasi pendidikan kita. Contoh kasus terbaru,
ketika digulirkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga saat
ini sama sekali belum memberikan kejelasan tentang bagaimana bimbingan
dan konseling seharusnya dilaksanakan. Dalam dokumen KTSP, kita hanya
menemukan secuil informasi yang membingungkan tentang konseling yaitu
berkaitan dengan kegiatan Pengembangan Diri..
Begitu juga, dalam kebijakan sertifikasi guru, banyak konselor dan
pengawas satuan pendidikan yang kebingungan untuk memahami tentang
penilaian perencanaan dan pelaksanaan konseling, karena format penilaian
yang disediakan tidak sepenuhnya cocok untuk digunakan dalam penilaian
perencanaan dan pelaksanaan konseling.
Tentunya masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang dirasakan di
lapangan, baik yang bersifat konseptual-fundamental maupun teknis
operasionalnya. Ketidakjelasan kebijakan tentang profesi konseling pada
tataran pusat ini akhirnya mengimbas pula pada kebijakan pada tataran di
bawahnya (messo dan mikro), termasuk pada tataran operasional yang
dilaksanakan oleh para konselor di sekolah..
Jadi, kalau ada pertanyaan mengapa Bimbingan dan Konseling di sekolah
kurang optimal, maka kita bisa melihat sumber permasalahannya, yang salah-
satunya adalah ketidakjelasan dalam kebijakan pemerintah terhadap profesi
konseling. Jika ke depannya, konseling masih tetap akan dipertahankan sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional, kiranya perlu ada komitmen dan good
will dari pemerintah untuk secepatnya menata profesi konseling, salah satunya
dengan berupaya melibatkan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN) selaku wadah yang menaungi para konselor dan para pakar konseling
untuk duduk bersama merumuskan bagaimana sebaiknya kebijakan konseling
untuk hari ini dan ke depannya.
Dengan teratasinya kelangkaan tenaga konseling dan keberhasilan upaya
pemerintah dalam menata profesi konseling, niscaya pada gilirannya akan
memberikan dampak bagi perkembangan konseling ke depannya, sehingga
profesi konseling bisa tumbuh dan berkembang menjadi sebuah profesi yang
dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan kemajuan negeri ini.
Jika tidak, maka profesi konseling tetap saja dalam posisi termarjinalkan.
Dapat dilihat bahwa antara bimbingan konseling dan pendidikan terdapat
kesamaan tujuan, yaitu tujuan pendidikan dan dasar ope-rasional. Baik
bimbingan maupun pendidik-an bertujuan supaya siswa-siswa mencapai taraf
perkembangan yang optimal bagi mereka, dan keduanya beroperasi atas dasar
ke-nyataan bahwa orang muda mempunyai potensi untuk berkembang dan
dapat didam-pingi dalam perkembangannya. Melihat realisasi tujuan
pendidikan secara menyeluruh, pembulatan perkembangan siswa dan
kenyataan adanya perbedaan-perbedaan individual yang semuanya tercakup
dalam lingkup tujuan pendidikan nasional.
Harus dikatakan bahwa pendidikan sekolah dewasa ini tidak akan lengkap
tanpa pelayanan Bim-bingan Konseling sebagai bagian integral dari
keseluruhan program kegiatan di sekolah. Terkait dengan penjabaran
kompetensi dan materi layanan bimbingan dan konseling di bidang bimbingan
karier diarahkan untuk :
1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang
hendak dikembangkan.
2. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang
hendak dikembangkan pada khususnya.
3. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMTA.
5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang
lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk
keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan,
industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan
yang bersangkutan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia


menyebabkan terjadinya perubahan mendasar terhadap
pelaksana bimbingan dan konseling di Sekolah. Bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan satu kesatuan (integral) dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Dalam proses
pembelajaran di Sekolah, selain membutuhkan guru mata
pelajaran dalam mengembangkan kemampuan kognitifnya,
siswa juga membutuhkan konselor untuk membantu
menyelesaikan permasalahan yang tidak bisa diselesaikan
menggunakan kemampuan kognitif sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswa. Peranan guru BK( Bimbingan dan
Konseling ) pada tahap ini adalah menyeimbangkan antara
kekuatan kognitif dan afektif yang dimiliki siswa.

Pada dasarnya, bimbingan dan konseling dilakukan


dalam bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan
dan penyembuhan. Dalam hal ini, Bimbingan mempunyai
empat fungsi utama, yaitu fungsi pemahaman, fungsi
penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian.

Bimbingan dan konseling perkembangan di Sekolah


menengah pada dasarnya adalah membantu siswa agar
mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Layanan bimbingan dan konseling dalam suatu program
bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam tiga kegiatan
utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsif, dan
layanan perencanaan individual. Sedangkan strategi
bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual,
konsultasi, konseling kelompok dan pengajaran remedial.
Konselor, guru, administrator / kepala sekolah, orang tua
siswa, siswa, semuanya berperan sebagai narasumber dalam
program bimbingan. Semua pihak yang terlibat dalam program
bimbingan diharapkan dapat saling mendukung dan bertindak
sesuai dengan proporsinya masing-masing. Agar program yang
dilaksanakan dalam program bimbingan dapat berjalan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
B. SARAN

Demikianlah pembahasan dari makalah kami. Semoga makalah yang


kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang
ingin di sampaikan mengenai makalah ini silahkan sampaikan kepada kami.

DAFTAR PUSTAKA

Ertiati, Endang S. 2012. Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.
Juntika, Achmad. (2012). Strategi Layanan Bimbingan dan konseling. Bandung: PT
Refika Aditama.
Riswani. 2012. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling.
Riswani. 2015. Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013. Jakarta : Bee
Media Pustaka
Suhertina. 2014. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Pekanbaru : CV. Mutiara Pesisir
Sumatra.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL


GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016. Departemen Pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai