PEMBAHASAN
1
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian
serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan
sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangan (enjoyable learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta
didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahawa peserta didik tidak sekedar
menguasai pengetahuan yang idajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan tesebut
juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu
belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah
prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah
dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya,
inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang
berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah
dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi
siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa
nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; dan
(2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
olahraga, kesenian, keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan
(proses) seperti misalnya perencanaaan, pelaksanan, dan pengawasan.
Hasil pendidik dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan
akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus dari suatu
jenjang pendidikan tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang
dicapai peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis
keterampilan yang diperolah siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler.
2
B. Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.
1. Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented.
Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua
input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar)
dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan
tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (
sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai
mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output tidak berfungsi
sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam
institusi ekonomi dan industri.
2. Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh
jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan
di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya
di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa
komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat
terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat. Hal tersebut
memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan
hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih
memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal
yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan
dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan.
Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan
formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan
layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan
lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya
untuk mengupayakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan. Hal ini akan
dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan
3
kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi
lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.
Gagalnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia selama ini bisa juga
disebabkan adanya penyimpangan paradigma pendidikan.
a. Pendidikan di Indonesia mementingkan hasil atau nilai dari pada proses.
Sekolah yang bermutu menurut paradigma lama adalah sekolah yang dapat
meluluskan dan menaikan siswa dengan nilai rata-rata hasil ulangan atau
ujian yang tinggi, walaupun kemampuan siswa masih dibawah standar
sehingga proses pembelajaran diarahkan pada pembahasan soal-soal ujian,
pengerjaan LKS, yang isinya soal-soal ulangan sehingga kemampuan analisis
siswa sangat lemah.
b. Mementingkan ijazah dari pada kompetensi. Di negara-negara maju,
rekruitmen tenaga kerja tidak hanya dilihat dari IPK ijazah yang dimiliki,
tetapi dilihat dari kompetensi dan kemampuan kerja yang lebih profesional,
produktif, berkualitas, sehingga produktifitasnya dapat dipertanggung
jawabkan, sedangkan di negara kita masih banyak sekolah dan perguruan
tinggi yang memberikan kemudahan untuk mendapatkan ijazah kepada siswa
atau mahasiswanya dengan proses pembelajaran dengan kurun waktu yang
disederhanakan.
c. Pembelajaran masih dibatasi oleh dinding kelas. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru banyak dilakukan di dalam kelas. Seolah-olah kelas
merupakan penjara bagi siswa yang sangat menjenuhkan. Oleh karena itu,
pembelajaran lebih bervariasi perbanyak di luar kelas.
d. Pendidikan Indonesia terlalu akademis (mementingkan kecerdasan
intelektual) kurang mementingkan Multiple Intelegensi (kecerdasan
spiritual). Secara fitrah pada dasarnya manusia lahir memiliki potensi (akal,
qalbu, nafsu) untuk dikembangkan menjadi “Khoirul Ummah” manusia yang
terbaik, sukses disegala bidang kehidupan sesuai fitrah dan potensi yang
dimilikinya. Dan kelima, terlalu mekanis tidak humanis. Siswa bukan mesin
4
yang dapat dipaksakan untuk menerima dan mengerjakan sesuatu, memiliki
kemampuan dan kompetensi yang terbatas, potensi yang berbeda dan
beragam, perasaan dan motivasi sesuai dengan fitrah kemanusiaan.
5
pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru
yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen disebut sertifikat pendidik.
Pendidik yang dimaksud di sini adalah guru dan dosen. Proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru disebut sertifikasi guru dan untuk dosen disebut
sertifikasi dosen. Tujuan Sertifikasi yaitu,
a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
c) Meningkatkan martabat guru
d) Meningkatkan profesionalitas guru
Adapun manfaat sertifikasi :
a) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang
dapat merusak citra profesi guru
b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional
c) Meningkatkan kesejahteraan guru
2. Standarisasi
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
a) Standar Kompetensi Lulusan
b) Standar Isi
c) Standar Proses
d) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
e) Standar Sarana dan Prasarana
f) Standar Pengelolaan
g) Standar Pembiayaan Pendidikan
6
h) Standar Penilaian Pendidikan
Fungsi dan Tujuan Standar :
a. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
b. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
c. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global
3. Perubahan kurikulum belajar
Kurikulum merupakan dasar atau jadwal pendidikan yang akan diajarkan
oleh guru kepada peserta didiknya. Perubahan kulikulum ini bisa
meningkatkan pendidikan namun dengan perubahan kurikulum ini kadang
menimbulkan kontroversi bagi semua orang. Perubahan kurikulum ini harus
dipertimbangkan dengan matang agar peserta didik dan pendidik bisa
melaksanakannya dengan baik.
4. Akreditasi
Akreditasi sekolah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah
dan atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan
program dan atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-
formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan., berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan dilakukan
secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan
instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Alasan kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah bahwa setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan atau program
7
pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui
kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program pendidikan.
5. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pada intinya bantuan ini dirancang pemerintah untuk membantu sekolah
yang tidak mampu agar bisa menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yng
layak dan dibutuhkan siswa didiknya. Namun kadang program ini
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga
penyampaiannya masih belum optimal.
6. Sarana dan prasarana pendidikan yang maju dan layak
Bila mutu pendidikan di negara kita ingin maju maka sarana dan
prasarana dari pendidikan tersebut harus ditingkatkan lebih baik lagi. Bila
sarana pendidikan bagus dan modern maka siswa bisa melaksanakan
pendidikan dengan nyaman. Kenyamanan mereka itulah yang menjadi kunci
kesuksesan dalam proses belajar. Dengan diberlakukannya kurikulum 2004
(KBK), kini guru lebih dituntut untuk mengkontekstualkan pembelajarannya
dengan dunia nyata, atau minimal siswa mendapat gambaran miniatur tentang
dunia nyata. Harapan itu tidak mungkin tercapai tanpa bantuan alat-alat
pembelajaran (sarana dan prasarana pendidikan).
7. Pemerataan pendidikan
Pendidikan tidak hanya untuk mereka yang berada di kota namun
didaerah terpencil juga harus mendapatkan pendidikan yang layak. Inilah yang
menjadi tugas pemerintah untuk pemerataan pendidikan di semua wilayah.
8. Berantas Korupsi
Korupsi dalam dunia pendidikan dilakukan secara bersama-sama
(Amin Rais menyebutnya korupsi berjamaah) dalam berbagai jenjang mulai
tingkat sekolah, dinas, sampai departemen. Pelakunya mulai dari guru, kepala
sekolah, kepala dinas, dan seterusnya masuk dalam jaringan korupsi. Sekolah
yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang menjunjung nilai-nilai
kejujuran justru mempertotonkan praktik korupsi kepada peserta didik.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibahas diatas maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa :
1. Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit, bertambah
banyak dan komplek. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang berarti.
2. Rendahnya mutu pendidikan di sekolah desebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
a. Rendahnya sarana fisik sekolah
b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya kesejahteraan guru
d. Kurangnya kesempatan pemerataan pendidikan
e. Redahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
f. Mahalnya biaya pendidikan
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilakukan antara lain:
a. Perubahan kurikulum belajar
b. Peningkatan mutu guru
c. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
d. Bantuan Khusus Murid (BKM)
e. Sarana pendidikan yang maju
f. Pemerataan pendidikan
g. Kurangi dan berantas korupsi
9
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
http://gurukreatif.wordpress.com
http://timpakul.web.id/pendidikan.html
11