TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari enam lokasi yang ditinjau, pada
kondisi tanah keras, nilai gayageser, perpindahan tingkat dan simpangan antar
tingkat untuk Bandar Lampung, Biak, Jayapura,Manado dan Padang berdasarkan
SNI 1726-2002 lebih kecil dari SNI 1726-2012 sedangkan untuk Kupang
nilai gaya geser, perpindahan tingkat dan simpangan antar tingkat
berdasarkan SNI 1726-2002 lebih besar dari SNI 1726-2012. Pada kondisi
tanah sedang, nilai gaya geser, perpindahan tingkat dan simpangan antar tingkat
untuk Biak, Jayapura, Manado dan Padang berdasarkan SNI 1726-2002 lebih
kecil dari SNI 1726-2012 sedangkan untuk Bandar Lampung dan Kupang nilai
gaya geser, perpindahan tingkat dan simpangan antar tingkat berdasarkan
SNI 1726-2002 lebih besar dari SNI 1726-2012. Kemudian pada kondisi
tanah lunak, nilai gaya geser, perpindahan tingkat dan simpangan antar
tingkat untuk Biak, Jayapura dan Padang berdasarkan SNI 1726-2002 lebih
kecil dari SNI 1726-2012 sedangkan untuk Bandar Lampung, Kupang dan
Manado nilai gaya geser, perpindahan tingkat dan simpangan antar tingkat
berdasarkan SNI 1726-2002 lebih besar dari SNI 1726-2012.
Kemudian pada jurnal yang berjudul “EVALUASI BATASAN TINGGI
MAKSIMUM BANGUNAN TINGKAT TINGGI BERATURAN UNTUK
PENERAPAN METODE STATIK EKIVALEN” oleh Jusuf J.S. Pah tahun 2014
Jurusan Teknik Sipil FST Udana Bali membahas mengenai tinggi maksimum
gedung yang dapat dihitung dengan metode statik ekivalen baik untuk gedung
sistem rangka dan gedung dengan sistem dinding geser.
Butir 4.2.1 SNI 1726-2002 memberikan batasan tinggi maksimum
gedung untuk penerapan metode statik ekivalen adalah 10 tingkat atau 40 m
dan dikategorikan gedung beraturan. Ketentuan ini didasarkan pada teori bahwa
struktur gedung seperti itu akan berdeformasi pada mode 1 ketika berespon
terhadap gempa. Dengan demikian untuk struktur yang melebihi batasan tinggi
tersebut akan berespon terhadap gempa dengan mode deformasi lebih dari
mode 1 sehingga harus dianalisis dengan analisis dinamis. Dalam penelitian ini
akan dimodelkan 2 model struktur yaitu struktur portal tanpa dinding geser dan
struktur portal dengan dinding geser dengan tinggi tiap lantai 4 m. Kedua
model struktur tersebut akan diberikan beban mati, beban hidup, dan beban
6
Dalam studi ini akan diteliti model gedung dengan sistem struktur
balok-kolom, enam lantai, fungsi untuk hotel (I = 1). Lokasi bangunan
terletak di Banda Aceh dengan jenis tanah sedang, KDS-D. Struktur gedung
dianalisis menggunakan bantuan software ETABS v.9.7. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa simpangan struktur (total drift) yang dianalisis menggunakan
RSNI 03-1726-201x lebih besar dibandingkan dari hasil analisis
menggunakan SNI 03-1726-2002. Persentase simpangan struktur untuk
masingmasing arah yaitu sebesar 29%. Persentase peningkatan nilai base shear
untuk arah Y adalah 28% dan arah Y adalah 27%.
Sistem Pre-Tensioning
Pada sistem ini beton telah dicetak dan sebelumya diberi gaya prategang di
pabrik dan kemudian dipasang di lokasi. Sistem ini biasa digunakan untuk
komponen balok, pelat dan tangga.
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom
biasanya didesain untuk menahan beban aksial tekan, dikombinasikan dengan
momen lentur biaksial. Untuk meminimalisasi dimensi kolom, biasanya
digunakan beton dengan kuat tekan yang tinggi dan luas tulangan yang tinggi.
Kolom sendiri ada 2 jenis yaitu kolom panjang dan kolom pendek. Kolom
panjang adalah kolom yang kegagalannya ditentukan oleh tekuk serta dari segi
bentuk dimensi arah memanjang jauh lebih besar dibandingkan beban lateral.
Kolom pendek adalah kolom dengan nilai perbandingan antara panjang dengan
dimensi penampang melintang yang relatif kecil dan apabila beban yang diberikan
berlebihan, kolom tidak akan mengalami tekuk melainkan runtuh.
Komponen kolom, terutama kolom baja yang merupakan komponen tekan
akan mengalami beberapa perilaku tekuk baik dari arah sumbu x penampang
(lateral buckling), arah sumbu y (local buckling), maupun torsi (torsional
buckling). Sehingga dalam analisa, profil yang didesain harus memiliki nilai
kapasitas penampang yang lebih besar dari gaya yang terkecil penyebab ketiga
tekuk tersebut. Apabila kapasitas penampang tidak memenuhi salah satu tekuk di
atas, maka dapat ditambahkan elemen perkuatan yang dapat menaikkan kapasitas
penampang pada sumbu lemahnya. Sehingga batang tersebut dapat menahan
semua tekuk yang terjadi. Namun perlu diperhatikan bahwa efektifitas dan
efisiensi dari penggunaan elemen perkuatan tersebut harus tetap dijaga. Sehingga
nilai safety, servirceability dan keekonomisan struktur masih dapat dipertahankan.
Propertis penampang yang diperhitungkan dalam desain batang tekan
adalah :
Batasan kelangsingan elemen penampang.
Desain lebar efektif.
Efektifitas elemen pengaku.
Luas penampang efektif.
Kapasitas batang tekan terhadap tekuk pada sumbu x.
Kapasitas batang tekan terhadap tekuk pada sumbu y.
Kapasitas batang tekan terhadap tekuk torsi.
16
Gambar 2.7. Perilaku Tekuk Penampang Lateral, Local, dan Torsional Buckling
(Sumber: Alex Heri, 2008)
waktu lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak
diperhitungkan.
geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah lantai bagian atas
mengalami goyangan yang berlebihan.
Ketika dinding geser cukup kaku, dinding akan mencegah lantai dan atap
berpindah dari posisi perletakannya. Untuk bangunan yang cukup kaku biasanya
akan kerusakan bagian nonstrukturalnya lebih bisa dihindari.
Sistem Rangka Gedung yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki
rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul
dinding geser atau rangka bresing.
Sistem Rangka Pemikul Momen yaitu sistem struktur yang pada dasarnya
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral
dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur.
Sistem Ganda yang terdiri dari:
Rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi.
Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan
rangka.
Pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara
terpisah mampu memikul sekurangkurangnya 25% dari seluruh beban
lateral.
Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama
seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi /sistem ganda.
Sistem Struktur Bangunan Gedung Kolom Kantilever dimana sistem struktur
yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral.
Sistem Interaksi Dinding Geser dengan Rangka.
penting yang mendasar adalah bagaimana cara membedakan analisa pada beban-
beban yang bersifat statis dan dinamis.
Beban statik adalah beban yang bekerja secara terus menerus pada struktur
dan yang diasosiasikan dengan beban-beban ini juga secara perlahan lahan timbul,
dan juga mempunyai karakter steady state. Beban dinamis adalah beban yang
bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumnya tidak bersifat steady state
dan mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah-ubah dengan cepat.
Deformasi pada struktur akibat beban ini juga berubah-ubah secara cepat. Beban
dinamis dapat menyebabkan terjadinya osilasi pada struktur hingga deformasi
puncak tidak terjadi bersamaan dengan terjadinya gaya terbesar.
Bahan Berat
Baja 7850 kg/m3
Batu Alam 2600 kg/m3
Beton Bertulang 2400 kg/m3
Pasangan Bata Merah 1700 kg/m3
Pasir Kering 1600 kg/m3
Pasir Basah 1800 kg/m3
Tanah 1700 - 2000 kg/m3
hidup adalah beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu
yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban hidup masih dapat
dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.
Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunaan (occupancy loads)
adalah beban hidup. Yang termasuk ke dalam beban penggunaanan dalah berat
manusia, perabot, barang yang disimpan, dan sebagainya. Beban yang diakibatkan
oleh salju atau air hujan, juga temasuk ke dalam beban hidup. Semua beban hidup
mempunyai karakteristik dapat berpindah atau, bergerak. Secara umum beban ini
bekerja dengan arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga berarah
horisontal. Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi,
sebagai contoh seseorang dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat
berpindahpindah, dapat berdiri dalam satu kelompok. Perabot atau barang dapat
berpindahpindah dan diletakkan dimana saja di dalam ruangan. Dari penjelasan
ini, jelas tidak mungkin untuk meninjau secara terpisah semua kondisi
pembebanan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu dipakai suatu pendekatan
secara statistik untuk menetapkan beban hidup ini, sebagai suatu beban statik
terbagi merata yang secara aman akan ekuivalen dengan berat dari pemakaian
terpusat maksimum yang diharapkan untuk suatu pemakaian tertentu.
Beban hidup aktual sebenarnya yang bekerja pada struktur pada umumnya
lebih kecil dari pada beban hidup yang direncanakan membebani struktur. Akan
tetapi, ada kemungkinan beban hidup yang bekerja sama besarnya dengan beban
rencana pada struktur. Jelaslah bahwa struktur bangunan yang sudah direncanakan
untuk penggunaan, tertentu harus diperiksa kembali kekuatannya apabila akan
dipakai untuk penggunaan lain. Sebagai contoh, bangunan gedung yang semula
direncanakan untuk apartemen tidak akan cukup kuat apabila digunakan untuk
gudang atau kantor.
kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan
atau hisapan pada bangunan.
Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin
mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat
ditentukan berdasarkan rumus (2.1) :
𝑣2
𝑃= (𝑘𝑔/𝑚2 )
16
(2.1)
SB 1 1 1 1 1
SC 1,2 1,2 1,1 1 1
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF Memerlukan investigasi geoteknik spesifik
(Sumber : SNI 1726-2012)
Tabel 2.5. Koefisien situs Fv
SB 1 1 1 1 1
2.5.)
2
𝑆𝐷1 = 3 𝑆𝑀1 ............................................................................................... (Pers.
2.6.)
Dimana : SDS = Parameter percepatan spektral desain periode pendek
SD1 = Parameter percepatan spektral desain periode 1 detik
Untuk menggambvar respons spektrum suatu daerah maka ada 3 tahapan
utama yaitu sebagai berikut.
Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 maka respons percepatan Sa (T < T0)
adalah :
31
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 𝑇 ) ............................................................................ (Pers.
0
2.7.)
𝑆
𝑇0 = 0,2 𝑆𝐷1 ............................................................................................... (Pers.
𝐷𝑆
2.8.)
Untuk perioda lebih besar atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts, spektrum respons percepatan desain Sa ( T0 ≤ T ≤ Ts) adalah :
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 .................................................................................................... (Pers.
2.9.)
Untuk perioda yang lebih besar dari Ts maka respons percepatan Sa (T > Ts)
adalah :
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 = 𝑇
..................................................................................................... (Pers.
2.10.)
𝑆
𝑇𝑠 = 𝑆𝐷1 ..................................................................................................... (Pers.
𝐷𝑆
2.11.)
Dimana : T = periode getar fundamental struktur (detik)
ditentukan dari peta zonasi gempa. Ketentuan mengenai hal tersebut tergantikan
oleh kriteria desain seismik yang dikaitkan dengan kategori jenis hunian (I).
Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS ≤ 0,33 B C
0,33 ≤ SDS ≤ 0,5 C D
SDS > 0,5 D D
(Sumber : SNI 1726-2012)
Tabel 2.7. Kategori Desain Seismik Parameter SD1
Kategori Resiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 ≤ 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 ≤ 0,2 C D
SD1 > 0,2 D D
(Sumber : SNI 1726-2012)
2.7.5. Koefisien Respons Seismik
Koefisien respons seismik adalah koefisien pengali berat struktur gedung
yang digunakan untuk mendapatkan besarnya gaya geser dasar seismik. Besarnya
koefisien seismik pada SNI 1726-2012 adalah :
𝑆𝐷𝑠
𝐶𝑠 = 𝑅 .................................................................................................... (Pers.
( )
𝐼
2.12.)
Dimana : Cs = Koefisien respons seismik
I = Faktor keutamaan gempa (Tabel 2.6.)
R = Faktor modifikasi respons (Tabel 2.7.)
33
2.13.)
Nilai Cs diharapkan pula tidak kurang dari:
𝐶𝑠 = 0,044 𝑆𝐷𝑆 𝐼 ≥ 0,01 ......................................................................... (Pers.
2.14.)
B C D E F
34
SRPMB Beton
3 3 2,5 TB TI TI TI TI
Bertulang
Dinding Geser
Beton Bertulang 5 2,5 4,5 TB TB TI TI TI
Biasa
Rangka Bresing
3,25 2 3,25 TB TB 10 10 TI
Konsentris Biasa
2.17.)
Dimana : Cs = Koefisien respons seismik
Fx = Distribusi gaya lateral gempa (kg)
Cvx = Faktor distribusi vertikal
wi dan wx = Berat lantai ke-i atau x (kg)
hi dan hx = Tinggi lantai ke-i atau x (m)
k = Eksponen perioda struktur (k=1 jika T < 0,5 detik dan k=2
jika T > 2,5 detik)
2.7.7. Periode Getar Alami Struktur
Periode getar alami adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu
putaran lengkap dari suatu getaran akibat struktur mengalami gangguan pada saat
keseimbangan statis untuk kembali ke posisi awalnya. Periode getar alami sendiri
35
ini juga terjadi akibat sifat alami struktur dalam hal hubungan massa struktur
dengan kekauan struktur itu sendiri.
Menurut SNI 1726-2002, dalam perencanaan suatu struktur, periode
gempa harus dibatasi dengan alasan sebagai berikut :
1) Mencegah pengaruh P-Delta yang berlebihan;
2) Mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan
gempa yang menyebabkan pelelehan pertama, yaitu untuk menjamin
kenyamanan penghunian dan membatasi kemungkinan terjadinya kerusakan
struktur akibat pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, maupun
kerusakan non-struktur.
3) Untuk mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf
pembebanan gempa maksimum, yaitu untuk membatasi kemungkinan
terjadinya keruntuhan struktur yang menelan korban jiwa manusia.
4) Untuk mencegah kekuatan (kapasitas) struktur terpasang yang terlalu rendah,
mengingat struktur gedung dengan waktu getar fundamental yang panjang
menyerap beban gempa yang rendah (terlihat dari respons spektrum C-T),
sehingga gaya internal yang terjadi di dalam unsur-unsur struktur
menghasilkan kekuatan terpasang yang rendah.
Pada SNI 1726-2012 penentuan periode getar alami dibagi menjadi 2 jenis
yaitu periode getar alami minimum dan periode getar alami maksimum.
𝑇𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑡 ℎ𝑛 𝑥 .......................................................................................... (Pers.
2.18.)
Untuk gedung yang tingkatannya tidak melebihi 12 tingkat maka ada alternatif
rumus periode getar alami dengan tinggi tingkat paling sedikit 3m
36
Tipe struktur Ct x
2.21.)
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = ≤ 0,25 ............................................................................ (Pers.
𝛽 𝐶𝑑
2.22.)
𝜃 < 𝜃𝑚𝑎𝑥 ............................................................................................. (Pers.
2.23.)
Dimana : θ = Koefisien stabilitas
Px = Beban desain vertikal total pada dan diatas tingkat ke x (kg)
Δx = Simpangan antar lantai (mm)
Vx = Gaya geser seismik pada tingkat x dan x-1 (kg)
hsx = Tinggi tingkat di bawah tingkat x (mm)
Cd = Faktor pembesaran defleksi (Tabel 2.7.)
β = rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser tingkat antara
x dan x-1 (β = 1,0)
Kinerja Batas Ultimit
𝐶𝑑 𝛿𝑒𝑥
∆𝑥 = ............................................................................................. (Pers.
𝐼
2.24.)
∆𝑥 ≤ ∆𝑎 /𝜌 ............................................................................................. (Pers.
2.25.)
Dimana : δex = Defleksi lokasi yang disyaratkan yang ditentukan dengan
analisis elastik (mm)
Δa = Simpangan lantai izin (mm) (Tabel 2.10.)
ρ = faktor redudansi struktur (untuk kategori desain seismik D,E,
dan F nilai ρ = 1,3 selain itu ρ = 1,0)
Tabel 2.12. Simpangan lantai izin Δa
38
Kategori resiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,01 hsx 0,01 hsx 0,01 hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
Semua struktur lainnya 0,02 hsx 0,015 hsx 0,01 hsx
(Sumber : SNI 1726-2012)