PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman
sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir",
kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu
badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air
keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan
pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai
daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air,
terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan
yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari
dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan
bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan
perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir
adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir
periodik.
Banjir merupakan bencana yang sudah menjadi langganan bagi beberapa wilayah di
Indonesia.
Bahkan,
di
ibu
kota
Jakarta
setiap
Selain disebabkan oleh faktor alam, banjir juga disebabkan ulah manusia. Pembangunan
gedung, penebangan pohon, dan penyempitan sungai merupakan contoh ulah manusia yang
menjadi penyebab banjir. Mengingat musim hujan telah tiba, patutlah kita waspada terhadap
bahaya Banjir yang melanda daerah kita terutama Jakarta. Selain menggangu aktivitas kita,
banjir juga menganggu pengaruh buruk pada air tanah. Kandungan Bakteri itu disebit dengan
Eschercia coli (E. Coli) yang mencemari air tanah di seluruh wilayah DKI Jakarta, rata-rata
mencapai 41 persen.
Sungai/laut atau aliran air yang menyediakan kemudahan hidup bagi masyarakat
disekitarnya itu juga bisa menjadikan masyarakat tadi menghadapi risiko bencana tahunan
akibat banjir. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang
diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat,
terhambatnya aliran air di tempat lain. Diperkotaan genangan lokal terjadi pada saat musim
hujan, skala banjir yang terjadi cukup besar dan belum dapat dikendalikan secara dominan.
Hal ini membutuhkan strategi-strategi penanganan yang menyeluruh dan multistakeholders.
Banjir kilat/dadakan biasanya didefinisikan sebagai banjir yang terjadi hanya dalam
waktu kurang dari 5 jam sesudah hujan lebat mulai turun. Biasanya juga dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus yang menggumpal di angkasa, kilat atau petir yang keras,
badai tropis atau cuaca dingin (Seta, 1991). Karena banjir ini sangat cepat datangnya,
peringatan bahaya kepada penduduk sekitar tempat itu harus dengan segera dimulai upaya
penyelamatan
Umumnya banjir
dadakan akibat meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah bantaran
sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak air. Penyebab lain adalah kegagalan
bendungan/tanggul menahan volume air (debit) yang meningkat,
perubahan suhu
menyebabkan berubahnya elevasi air laut, dan atau berbagai perubahan besar lainnya di
hulu sungai termasuk perubahan fungsi lahan (Arsyad, 1989). Saat ini yang menjadi isu
publik adalah pengubahan lahan, kepadatan pemukiman penyebab tertutupnya lahan, erosi
dan sedimentasi yang terjadi diberbagai kawasan perkotaan dan daerah. Kerawanan terhadap
banjir dadakan akan meningkat bila wilayah itu merupakan lereng curam, sungai dangkal
dan pertambahan volume air jauh lebih besar daripada yang tertampung (Suripin, 2001).
Luapan sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses
yang cukup lama, meskipun proses itu bisa jadi lolos dari pengamatan sehingga datangnya
banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Selain itu banjir luapan sungai kebanyakan
bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau bermingguminggu tanpa berhenti. Penyebabnya adalah hutan gundul, kelongsoran daerah-daerah yang
biasanya mampu menahan kelebihan air, ataupun perubahan suhu/musim, atau terkadang
akibat kedua hal itu sekaligus. Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak
sungainya, mampu membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran rendah,
sehingga banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk sungai biasa disebut banjir
kiriman. Besarnya banjir tergantung kepada beberapa faktor, di antaranya kondisi-kondisi
tanah (kelembaban tanah, vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan permukaan tanah yang
tertutup rapat oleh bangunan; batu bata, blok-blok semen, beton, pemukiman/perumahan
dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan air / alih fungsi lahan (Asdak, 2004).
Data sejarah banjir luapan sungai yang melanda kota-kota di lembah utama
membuktikan
diandalkan, akibat
beraneka-ragamnya sumber banjir, yang bukan hanya dari induk sungai melainkan juga dari
anak anak sungai (Mulyanto, 2007). Sebagai contoh banjir pantai. Banjir yang membawa
bencana dari luapan air hujan sering makin parah akibat badai yang dipicu oleh angin
kencang sepanjang pantai. Air payau membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak
gelombang pasang, badai, atau tsunami (gelombang pasang). Sama seperti banjir luapan
sungai, hujan lebat yang jatuh di kawasan geografis luas akan menghasilkan banjir besar di
lembah-lembah pesisir yang mendekati muara sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Peristiwa alam yang bersifat dinamis yang dapat menjadi penyebab banjir seperti curah
hujan yang tinggi, pecahnya bendungan sungai, peluapan air yang berlebihan, pengendapan
sendimen / pasir, pembendungan air sungai karena terdapat tanah longsor , pemanasan global
yang mengakibatkan permukaan air laut tinggi.
3. Faktor kegiatan manusia yang dapat menyebabkan banjir adalah adanya pemukiman
liar di daerah bantaran sungai, penggunaan alih fungsi resapan air untuk pemukiman, tata
kota yang kurang baik, buangan sampah yang sembarangan tempat, dan pemukiman padat
penduduk .
II.3 Dampak Banjir
3. Mematikan Usaha
Dampak banjir memang luar biasa luas.Rumah bisa rusak gara-gara terendam banjir. Barangbarang perabotan rumah tangga jika tidak segera diselamatkan bisa hanyut dan rusak pula.
Yang lebih parah jika penduduk yang memiliki usaha rumahan bisa terganggu aktivitas
produksinya sehingga mengakibatkan kerugian.
Kerugian akibat tidak bisa produksi berdampak pada karyawan yang bergantung nasib pada
usaha tersebut. Kerugian tidak berjalannya produksi bisa kehilangan pelanggan, kemacetan
modal serta kerusakan alat gara-gara banjir. Jika terus menerus situasi terjadi demikian
mengakibatkan macetnya ekonomi kerakyatan yang kemudian berdampak pada semakin
meningkatnya masalah sosial di lingkungan masyarakat yang sering di landa banjir.
4. Kerugian Administratif
Sering kali dampak banjir ini bukan sekedar membawa dampak kerugian material. Akibat
banjir sering kantor, sekolah atau instansi bahkan pribadi harus kehilangan dokumen penting
kependudukan dan sejenisnya.
Akibat banjir sering kali sekolah harus diliburkan paksa dari aktivitas belajar. Seluruh siswa
dan dan guru tidak bisa beraktivitas rutin, bahkan terkadang banyak berkas dan data penting
yang disimpan sekolah rusak terendam banjir.
Banjir memang tidak bisa diketahui kapan datangnya, namun juga dapat diantisipasi dengan
menyiapkan diri menyelamatkan dokumen penting ke tempat yang lebih tinggi. Membuat
bangunan khusus yang bertingkat yang aman untuk meletakkan dokumen penting serta alatalat belajar yang rentan rusak bila terendam banjir bagi sekolah yang berada di daerah rawan
banjir adalah perlu.
II.4 Penanggulangan banjir
Banjir yang terjadi dengan waktu yang lama mengakibatkan terganggunya sejumlah
besar aktifitas masyarakat. Sejumlah infrastruktur penting menjadi rusak, demikian pula
kerusakan biofisik yang diakibatkannya. Korban jiwa dan kerugian materi pun sering
mengikuti setiap terjadi bencana banjir. Oleh karena itu perlu dilakukan rekayasa antisipasi
bencana
banjir,
guna
meminimalisir
akibat
dan
dampak
negatifnya.
Perbaikan sistem DAS, meningkatkan jumlah dan kualitas vegetasi penutup tanah
maupun daya tampung jaringan hidrologi DAS. Caranya antara lain dengan
menanami kembali kawasan DAS dengan tanaman yang akarnya mampu meretensi
air dan melakukan perbaikan bila terdapat penyempitan saluran air atau jaringan
hidrologi. Tindakan dalam pengelolaan DAS meliputi bidang-bidang biofisik,
pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan. Dalam perencanaan pengendalian
banjir, pemecahannya perlu ditinjau dari sudut pandang kawasan DAS, tidak dapat per
daerah administratif yang ada dalam satu kawasan. Pembicaraan harus dilakukan
bersama antara pemerintah propinsi, kota/ kabupaten (dinas terkait);
Menyediakan dana bencana alam setiap tahun. Perlu diketahui bahwa Indonesia
termasuk salah satu negera didunia dengan persentase sekitar 10-12% dari bencana
alam yang terjadi di dunia;
Mewaspadai gelagat sungai besar di daerah Kalbar umumnya, Sungai Kapuas dan
Landak serta anak-anak sungainya khususnya;
Mengkritisi daerah rendah di tepian sungai, normalisasi (dalam air khusus) sungaisungai Kapuas dan Landak khususnya dan anak-anak sungai terkait, terutama di
kawasan hilir;
Merumuskan kebijakan agar penduduk hidup dalam batas-batas yang aman dari
banjir, genangan;
Menerapkan manajemen pengendalian tata air permukaan yang berbasis daerah aliran
sungai yang memerlukan kelembagaan yang lintas sektoral dan lintas wilayah. Sejauh
ini perhatian terhadap sistem manajemen seperti ini masih amat rendah. Semua sektor
dan tiap wilayah bertindak sendiri untuk mengakali banjir sehingga masalahnya tidak
akan pernah terselesaikan;
lingkungan
secara
berkesinambungan,
diintensifkan
sebagai
program
pembangunan pemerintah daerah. Dalam hal ini, peran pemerintah sebagai fasilitator,
tokoh, dan pemuka masyarakat sebagai sosok anutan, lembaga swadaya masyarakat
(LSM)
sebagai
pengembang
pendamping
teknologi
pembangunan,
sangat
berarti
dan
untuk
perguruan
melangkah
tinggi,
sebagai
bersama
dalam
Memberikan peringatan dini banjir yang dapat dilakukan beberapa hari sampai satu
hari sebelum terjadi dengan menginformasikan pada instansi terkait. Dalam hal ini
dapat digunakan radar hujan yang bisa memprediksi curah hujan sesaat, sebagai
bagian dalam sistem peringatan dini banjir. Alat ini dapat memprediksi intensitas dan
lamanya
hujan
yang
akan
terjadi
hingga
minus
4.
Bila kemungkinan banjir sudah diketahui sejak dini, maka masyarakat dan pemerintah
daerah dapat bersama-sama mengantisipasinya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Pustaka
Wawancara
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
NAMA
Vita vebrianty
Johan
Beni
Titin
RizkaErlia
Riky Putra
Mona
Ayu
Tomi
RullySaputra
Teddy
BapakSumatr
i
Ervan
SKO
R
59.8
67
69.3
5
67.6
5
KATEG
ORI
64.2
43.8
6
MS
TMS
46.8
TMS
66.8
58.0
5
65.2
2
52.3
7
58.0
9
MS
ALAMAT
Jl. Sempayo no.82 Kemang Manis
Jl. Terusan no.5 Kemang Manis
Jl. Sepakat no. 78 Kemang Manis
TMS
MS
MS
TMS
MS
TMS
TMS
TMS
52.7
49.4
5
TMS
14
AldiSyahputra
Jl. Sepakat no 14
51.3
TMS
15
DoniSetiawan
Jl. Sepakat no 12
65.2
68.9
3
71.5
5
66.6
9
65.4
5
64.0
9
MS
16
17
18
19
20
Sari
Melisa
Fredy Lie
Meri
John
Jl. Sepakat no 20
Jl. Kemang manis lrg kemuning no 10 blok A
Jl. Kemang manis lrg kemuning no 7 blok A
jl. Kemang manis lrg kemuning no 5
Jl. Kemang manis lrg kemuning no 4 blok A
MS
MS
MS
MS
MS
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Imung
Sukma
Kelvin
Berry
Fahri
Rudi
Agus M.
Joni
Roy
Ferry
58.9
3
46.3
3
59.0
8
52.3
7
34.9
8
71.6
5
66.8
56.1
7
47.6
3
58.7
7
Dari perolehan di atas dan hasil survey terhadap 30 rumah di daerah sekitar Kemang
Manis, 17 rumah menyatakan bahwa daerah Kemang Manis belum memenuhi syarat sebagai
daerah yg aman banjir sedangkan 13 rumah menyatakan bahwa daerah Kemang Manis sudah
cukup layak.
TMS
TMS
TMS
TMS
TMS
MS
MS
TMS
TMS
TMS
Karena elevasi banjir yang tinggi, beberapa moda transportasi sulit melakukan
fungsinya dan tersendat.
2.
3.
4.
Banyak bangunan yang ikut tergenang banjir sehinggan menimbulkan lumut pada
dinding bangunan.
1.
2.
3.
4.
Pemerintah harus lebih proaktif terhadap daerah seperti Kemang Manis karena
sepertinya perhatian pemerintah kurang sehingga sosialisasi terhadap masyrakat
pun kurang.
5.
6.
Bak-bak sampah pengagkutan harus lebih aktif agar sampah yang di hasilkan
masyarakat tidak dibuang ke drainase.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan keapa kawasan Kemang manis maka ada beberapa
hal yang dapat disimpulkan yaitu antara lain :
1. Banjir merupakan bencana alam yang diakibatkan meluapnya air ke bagian daratan.
2. Kawasan Kemang Manis belum memenuhi syarat sebagai tempat yang aman dari
banjir yang terlihat dari hasil analsia kuisioner kepada masyrakat sekitar dan terbukti
dari seringnya banjir yang terjadi pada kawasan tersebut.
3. Penyebab utama banjir yang sering terjadi adalah kurangnya perhatian masyrakat
terhadap kondisi adrainase sehinggan tidak mampu menampung banjir.
4. Banjir sangat berdampak pada aktivitas masyrakat sekitar sehingga sangat perlu
adanya revitalisasi kawasan.
5. Perbaikan drainase dan mengurangi pembangunan sekitar menjadi penanggulangan
yang harus dilakukan agar banjir pada kawasan Kemang Manis dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Dunne, T. and L.B. Leopold. 1978. Water in Environmental Planning. W.H.Freeman &
Comapny. New York.
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir