Anda di halaman 1dari 4

Cover

Halaman sampul
Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 (frozen shoulder) Tinjaun teori
1. Definisi
2. Prevalensi
3. Etiologi
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari frozen shoulder memiliki cirri khas yaitu
terbagi dalam tiga fase, nyeri, kaku, dan perbaikan. Proses alamiah dari fase-
fase ini biasanya berjalan selama 1 hingga 3 tahun.
Fase pertama sering disebut juga sebagai painful atau freezing stage,
fase ini diawalin dengan rasa nyeri pada bahu. Pasien akan mengeluhkan
nyeri saat tidur dengan posisi miring dan akan membatasi gerak untuk
menghindari nyeri. Pasien akan sering mengeluhkan nyeri pada daerah
deltoid. Sering kali pasien tidak akan meminta bantuan medis pada fase ini,
karena dianggap nyeri akan hilang dengan sendirinya. Mereka dapat
mencoba mengurangi nyeri dewngan analgesic. Tidak ada trauma
sebelumnya, akan tetapi pasien akan ingat pertama kali dia tidak bisa
melakukan kegiatan tertentu akibat nyeri yang membatasi pergerakan. Fase
ini dapat berlangsung selama 2 sampai 9 bulan.
Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan
bahu menjadi sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit
untuk melalukan kegiatan sehari-hari, terutama yang memerlukan
terjadinya rotasi interna dan externa serta mengangkat lengan seperti pada
saat keramas atau mengambil sesuatu yang tinggi. Saat in pasien biasanya
mempunyai keluahans spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau
memasang BH, atau mengambil sesuatu
dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan hingga 1 tahun.
Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini
pasien mulai bisa menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun
kemampuan untuk melakukan aktivitas akan membaik, tapi pemulihan
sempurna jarang terjadi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak
pada segala arah baik secara gerak aktif maupun pasif.
Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi mungkin kurang dari 90
derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi internal dan eksternal
dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang. Terdapat pula restriksi pada
rotasi eksternal.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi
lingkup gerak sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus
medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang
kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat
bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot
deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
https://anzdoc.com/queue/21-definisi-22-anatomi-dan-
fisiologi.html diakses pada Sabtu, 10 November 2018 pada pukul 20.31

5. Prognosis
Prognosis klinis. Sekitar 2-5% dari populasi umum menderita
frozen shoulder dan 10-15% pasien frozen shoulder mempunyai riwayat
diabetes melitus. Frozen shoulder banyak diderita pada usia 40 – 60 tahun.
Semakin tua umurnya, prognosisnya semakin jelek. Penyakit frozen
shoulder yang prognosisnya belum jelas adalah yang primer karena belum
diketahui penyebabnya, sedangkan yang sekunder pasien dapat mengontrol
dari penyakit sebelumnya. Tetapi jika terlambat ditangani juga akan
memperburuk kondisi pasien juga. Pada kasus yang parah, pasien
disarankan untuk tidak menggerakkan bahu, sedangkan jika tidak
digerakkan, otot bahu menjadi atropi dan menyebabkan kekakuan. (Antony,
2014)
Prognosis fungsional. Pasien akan mengalami keterbatasan gerak,
nyeri, dan gangguan fungsional, khususnya aktivitas fungsional sehari-hari.
Pada awal terkena, bahu terasa tegang dan ketika melakukan gerakan
semakin nyeri, jika parah, sendi akan ikut nyeri ketika digerakkan. Gerakan
fisiologis yang paling terbatas adalah eksternal rotasi. (Antony, 2014)

Bunker T, Anthony P. The pathology of frozen shoulder.A Dupuytren-like


disease. . J Bone Joint Surg Br. 1995;77
Bab 2 laporan kasus
1. Identitas pasien
2. Data subjektif ; observasi
Screening
Initial assessment
3. Kerangka acuan
4. Data objektif
5. Identifikasi problem : asset
Limitasi
Prioritas masalah
6. Diagnosis OT
7. Prognosis klinid dan fungsional
8. Clinical reasoning dalam menentukan problem blab la bla
9. Menyusun program terapi : stg
Ltg
Strategi pelaksaan
10. Reevaluasi : data subjektif reevaluasi
Data objektif reevaluasi
Kesimpulan hasil reevaluasi
11. Clinical reasoning proses OT
12. Follow up
Bab 3 penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar pustaka
Lampiran ( foto)
ijal
Yulis
khanif
Lisa

JANGAN LUPA DAFTAR


PUSTAKA DISERTAKAN

KIRIM EMAIL YULIS


(aldilayulispermatasari@gmail.c
om) PALING LAMBAT
SELASA MALAM JAM 7

Anda mungkin juga menyukai