Anda di halaman 1dari 22

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

Nama Klien : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 23 tahun

Pekerjaan :-

Alamat : Cilincing, Jakarta Utara

Diagnosis medis : F 20.0 (Skizofrenia Paranoid)

Diagnosis Multiaksial :

Aksis I : Skizofrenia paranoid

Aksis II : Gangguan kepribadian cemas

Aksis III : Tidak ada riwayat penyakit lain

Aksis IV : Tidakada riwayat masalah lain

Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala yang ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara

umum masih baik

B. Data Subjektif

1. Data hasil observasi

Saat mengikuti kegiatan gardening pada tanggal 10 Juli 2018,

penampilan klien rapi dan bersih, rambut tersisir rapi dan kulit klien

bersih, gigi klien cukup bersih tapi berwarna kuning, kuku sedikit
panjang dan kotor, nafas klien tidak bau. Saat menjawab pertanyaan

intonasi suara klien sangat jelas, kecepatan sedikit cepat, volume suara

normal, klien terlihat sedikit cemas karena takut salah menjawab

pertanyaan, kontak mata kurang baik, sering melihat kanan kiri.

Mobilitas klien secara mandiri tanpa alat bantu. Dan selama klien

mengikuti kegiatan di Rh. Garden, klien sering mencari perhatian pada

terapis karena klien sering mengatakan kata-kata yang sama secara

berulang, klien harus diberikan instruksi berulang ketika melakukan

kegiatan. Dalam menjalani aktivitas klien sering ragu dan sering

bertanya, apakah pekerjaannya sudah benar atau tidak.

2. Data Screening

Klien berinisial Tn. S dengan diagnosis skizofrenia paranoid. Faktor

pendukung timbulnya penyakit yaitu, faktor gangguan kecemasan. Klien

mengikuti kegiatan Day Care sejak tanggal 4 Maret 2018.

3. Initial assessment

a. Screening test

Berdasarkan hasil Psychiatric Screening pada tanggal 10 Juli

2018, diperoleh data sebagai berikut: Klien termasuk orang yang

ekstrovert, klien mempunyai teman, saat di wisma klien mengatakan

dekat dengan teman perempuan Saat tahun 2012 klien pernah

mendapatkan pelayanan psikiatri di RSAL karena halusinasi yang

dialami, dan sampai saat ini masih melakukan kontrol disana.

Pendidikan terakhir klien adalah SMA dengan sistem home


schooling. Klien tidak mempunyai riwayat pekerjaan. Klien

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Klien tidak memiliki

riwayat merokok, alcohol dan narkotika. Untuk saat ini klien

mengikuti program rehbilitasi day care di RSJ Dr. Soeharto

Heerdjan.

Ibu dari Tn. S bekerja sebagai pekerja. Sedangkan Ayahnya

bekerja sebagai pensiuan TNI AL. Dalam keluarga, klien

mengatakan bahwa ia dekat dengan ayahnya karena ibu nya sibuk

mengurus pekerjaan. Saat dirumah klien lebih sering dimanja oleh

ibunya.

Tn.S mempunyai bentuk tubuh pendek dan berisi

,berpakaian bersih dan sesuai, rambut cepak dengan panjang rambut

3 cm dan lurus, gigi cukup bersih tetapi berwarna kuning, nafas tidak

bau, kuku sedikit panjang dan kotor, wajah terlihat bersih, kulit

bersih, postur sedikit bungkuk, terdapat tanda-tanda kecemasan

dapat dilihat dari wajah klien. Tn.S mempunyai perilaku yang cukup

baik, kuantitas bicara berlebih karena kecemasannya dia sering

mengulang kata-kata yang sama, kualitas bicara kurang karena pada

saat menjawab pertanyaan sering merasa takut salah, kecepatan

bicara normal, kekerasan bicara sedikit keras dan intonasi suara

jelas. Kontak mata bagus dan bersikap kooperatif saat wawancara.

Mood stabil, afek baik. . Klien memiliki level insight 5 yang berarti
klien mengaku bahwa menderita gejala kegagalan dalam penyesuian

sosial yang diakibatkan oleh perasaan klien sendiri.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Mini Mental Status

Examination (MMSE) yang telah dilaksanakan pada tangal 10 Juli

2018 dapat disimpulkan bahwa klien kesulitan pada recall, dan

pengulangan. Dalam pembuatan keputusan harus diberikan dua

pilihan oleh terapis dan tidak percaya diri saat mengunggkapkan

keputusan menurut dirinya sendiri. Klien selalu mengawali

pembicaraan dan mampu mempertahankannya. Klien memiliki level

insight 5 yang berarti klien mengaku bahwa menderita gejala

kegagalan dalam penyesuian sosial yang diakibatkan oleh perasaan

klien sendiri. Ketertarikan mengikuti aktivitas nampak pada

aktivitas gardening, tata boga dan musik, klien hanya mengikuti

intruksi yang diberikan oleh terapis, klien harus diberikan intruksi

yang diulang-ulang agar dapat menyelesaikan aktivitas, tidak berani

untuk memulai sesuatu karena kecemasannya dan takut akan

melakukan kesalahan, atensi kurang, konsentrasi mudah terdistraksi

dan untuk kemandirian klien masih harus didorong dan diarahkan

untuk melakukan suatu aktivitas oleh terapis. Untuk toleransi

frustasi klien menunjukkan kegelisahan namun masih tetap

melanjutkan aktivitas yang sedang dikerjakan dan harus selalu

diingatkan agar dapat menyelesaikan aktivitasnya. Pengendalian diri

masih kurang, dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan


harus difasilitasi oleh terapis. Untuk kemampuan Activity Daily

Living (ADL) klien tidak mengalami masalah.

b. Screening task

Saat pertama kali melakukan observasi pada klien. Orientasi

waktu, tempat, memori Tn. S bagus. Mampu menyebutkannya

dengan benar tetapi masih kurang percaya diri. Mampu melakukan

aktivitas seperti menyapu tetapi posisi tangan saat memegang sapu

masih salah.

c. Genogram

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: Tinggal serumah
C. Kerangka Acuan/Model/Pendekatan

Kerangka acuan yang kami gunakan adalah CBT (Cognitive

Behaviour Theory) dan Model Of Human Occupation (MOHO). Penggunaan

kerangka acuan CBT, karena terapis memfokuskan pada upaya untuk

mengedukasi dan menekankan perubahan pikiran klien agar dapat mengatasi

masalah-masalah kecemasan yang menghambat klien dalam melakukan

aktifitas vokasional di Rehabilitasi Day Care RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.

Penggunaan MoHO dikarenakan terapis berfokus pada bagaimana klien

melakukan aktivitas vokasional sesuai dengan interest-nya, bagaimana klien

belajar dan mempertahankan pola pekerjaan di Rh. Garden. Strategi yang

digunakan yaitu volition, dan habituation. penggunaan media visual, role

playing, reinforcement, self-intruction

D. Data Objektif

Data objektif merupakan ringkasan dari blanko-blanko yang sesuai

dengan problem klien dan kerangka acuan yang digunakan. Data obyektif

didapatkan dari pemeriksaan pada tanggal 10 Juli 2018 menggunakan

blangko MMSE (Mini Mental Status Examination), COTE (Comprehensive

Occupational Therapy Evaluation), DASS (Depression Anxiety Stress Scale),

Rosenberg, dan Interest Cheklist Modification

Mini Mental Status Examination (MMSE). Pemeriksaan ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kognitif dan seberapa besar

gangguan yang dialami klien. Hasil pemeriksaan menggunakan blanko


MMSE dengan skor 22 dari maksimal skor 30 yang artinya klien mengalami

gangguan kognitif ringan. Klien kesulitan pada recall, pengulangan dan

comprehension

Comprehensive Occupational Therapy Evaluation (COTE).

Pemeriksaan dilakukan dengan cara observasi prilaku selama pelaksanaan

terapi di Instalasi Rehabilitas RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Observasi meliputi,

prilaku umum, interpersonal dan prilaku untuk melaksanakan tugas. Skala

COTE untuk kondisi normal 0 dan hasil pemeriksaan klien memperoleh 41.

Hasil pemeriksaan COTE pada bagian perilaku umum memiliki skor 9, klien

memiliki masalah dalam hal perilaku tidak produktif karena sering

mengulang-ngulang kalimat, bicara sendiri, dan hanyut dalam pikiran nya

sendiri, level aktifitas karena terkadang hiperaktif, kurang bertanggung jawab

atas kegiatan yang dilakukan, dan dalam konseptualisasi. Pada bagian

interpersonal memiliki skor 6, klien mempunyai masalah dalam kerjasama,

perilaku asertif, perilaku mencari perhatian dan respon negative dari yang lain

. Pada bagian perilaku untuk melaksanakan tugas memiliki skor 26, klien

mempunyai masalah dalam melakukan tugas, konsentrasi, koordinasi gerak

mengikuti perintah, ketrampilan beraktifitas, problem solving, kompleksitas,

dan organisasi tugas, inisial learning, ketertarikan dalam aktifitas,

ketertarikan dalam penyelesaian aktifitas, membuat keputusan, toleransi dan

frustasi.

DASS (Depression Anxiety Stress Scale). Pemeriksaan dilakukan

untuk mengetahui level depresi, kecemasan, dan stress pada klien. Hasil
pemeriksaan pada level depresi diperoleh skor 14 yang artinya Moderate

depression. Pada level Anxiety 15 yang memiliki arti severe Anxiety,

sedangkan untuk level stress diperoleh skor 10 yang memiliki arti normal.

Rosenberg. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui tingkat

kepercayaan diri klien. Hasil pemeriksaan menggunakan blangko Rosenberg

diperoleh skor 17 yang memiliki arti Moderate Self Esteem.

Interest Checlist Modification. Pemeriksaan dilakukan untuk

mengetahui ketertarikan klien pada suatu aktifitas. Pada pemeriksaan

menggunakan Interest checklist modification, klien lebih tertarik pada

aktifitas gardening saat menyapu dan memasukkan sampah ke pengki

E. Identifikasi problem/Kesimpulan dari data subjektif dan data objektif

1. Aset

Aset yang dimiliki klien antara lain: Tn. S memiliki ketertarikan

yang bagus dalam melakukan aktivitas, kooperatif, penampilan cukup

rapih, memahami instruksi, bersikap terbuka saat wawancara, orientasi

bagus, mudah diarahkan, level kognitif 4, level insight 5 yang berarti

klien mengaku bahwa menderita gejala kegagalan dalam penyesuian

sosial yang diakibatkan oleh perasaan klien sendiri., kontak mata bagus,

intonasi dan kekerasan suara bagus, motivasi bagus, interest bagus,

toleransi terhadap frustasi bagus, mood afect bagus dan untuk Activity

Daily Living (ADL) klien mampu mandiri.

2. Limitasi
Limitasi yang dimiliki klien antara lain: postur sedikit membungkuk,

inisiatif kurang, saat melakukan aktifitas, kurang percaya diri, terdapat

anxiety, atensi kurang, konsentrasi kurang, pengendalian diri kurang,

problem solving tidak bagus dan pengambilan keputusan kurang.

F. Diagnosis Okupasi Terapi

Tn.S tidak mampu melakukan aktivitas vokasional secara benar dan

mandiri karena kurangnya inisiasi dan kecemasan akibat skizofrenia

paranoid.

G. Prognosis

1. Prognosis Klinis

Berdasarkan PPDGJ-III DSM-V (Maslim,R. 2013), menyatakan

bahwa kondisi yang dialami Tn.S saat ini menderita skizofrenia paranoid

(F.20.0) ditandai dengan adanya gangguan afektif, dorongan kehendak

dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak

menonjol. Menjadikan sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kurangnya

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, kinerja sosial yang buruk. Kondisi

Tn.S dimungkinkan akan menjadi lebih baik dengan mendapatkan

penanganan di Instalasi Rehabilitasi RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Dengan

memperutin aktivitas, lebih focus terhadap aktivitas yang dilakukannya.

2. Prognosis Fungsional

Kemampuan fungsional yang dimiliki Tn.S masih dapat

memungkinkan untuk dapat melakukan aktivitas vocational ( secara

mandiri dimasa yang akan datang setelah melakukan program terapi. Saat
ini perlu adanya membangun diri untuk dapat inisiatif melakukan

aktivitas di Rh.Garden dan mengontrol kecemasan yang dimiliki agar

dimasa yang datang klien selalu mengerjakan vokasional sesuai dengan

prosedur yang ada ditempat kerja kelak.

H. Clinical Reasoning dalam menentukan problem, tujuan, dan kerangka

acuan dan media yang digunakan

Berdasarkan aset dan limitasi yang dimiliki klien. Maka terapis

mengambil prioritas masalah pada area produktivitas. Sebelum klien mampu

mandiri pada area Produktivitas, klien harus mampu mengontrol

kecemasannya terlebih dahulu agar dalam melakukan produktifitas klien

dapat fokus.

Berdasarkan problem yang dimiliki oleh klien, maka terapis

menentukan tujuan untuk mengatasi kecemasan klien melalui aktifitas di

Rh.Garden. Kerangka acuan yang digunakan adalah Model of Human

Occupation (MoHO) dan Cognitive Behaviour Theory (CBT) karena terapis

memfokuskan pada upaya untuk mengedukasi dan menekankan perubahan

pikiran klien agar dapat mengontrol kecemasan yang menghambat klien

dalam melakukan aktifitas vokasional di Rehabilitasi Day Care RSJ Dr.

Soeharto Heerdjan. Penggunaan MoHO dikarenakan terapis berfokus pada

bagaimana klien melakukan aktivitas vokasional sesuai dengan interestnya,

bagaimana klien belajar dan mempertahankan pola pekerjaan di Rh. Garden.

Strategi yang digunakan yaitu volition, dan habituation. penggunaan media

visual, role playing, reinforcement, self-intruction


I. Menyusun Program Terapi

A. Tujuan Jangka Panjang 1

Pasien mampu mengurangi kecemasan melalui aktifitas gardening

dalam 15 kali sesi terapi

a. Tujuan Jangka Pendek 1.1 :

Pasien mampu memahami konsep gardening dalam 5 kali sesi

terapi.

b. Tujuan Jangka Pendek 1.2 :

Pasien mampu meningkatkan inisiatif melalui akttifitas

gardening dalam 5 kali sesi terapi.

c. Tujuan Jangka Pendek 1.3 :

Pasien mampu meningkatkan kepercayaan diri melalui

aktifitas gardening dalam 5 kali sesi terapi.

d. Strategi pelaksanaan terapi

Untuk mencapai Tujuan Jangka Pendek 1.1 :

1. Warm-up

Terapis memberi salam, menanyakan kabar klien hari

ini, memberitahu klien tentang tata cara pelaksanaan dan tujuan

terapi hari ini.

2. Main Event

Media terapi : Modul gardening


Uraian tentang bagaimana aktifitas dilakukan, frekuensi,

durasi, tempat terapi, pertimbangan faktor keselematan diri

dan klien):

Terapis meminta klien untuk membaca modul garden

(misal: merawat tanaman), setelah klien selesai membaca,

terapis mengedukasi klien tentang tugas dan perannya di garden

lalu klien diminta untuk menyebutkan kembali apa saja tugas

yang dilakukan di garden. Pada sesi terapi latihan kerja

(merawat tanaman, menanam tanaman, mencangkok tanaman,

membuat pupuk kompos), terapis melakukan teknik self

intruction, yaitu : 1. Terapis mendemonstrasikan sambil

menjelaskan, 2. Klien mencoba terapis ‘desribe out loud’, 3.

Klien melakukan dan verbalisasi keras, 4. Klien melakukan

sambil berbisik pada diri sendiri, 5. Otomatis. Setelah klien

berhasil melakukan satu tugas dengan baik, terapis memberikan

reinforcement berupa pujian. Kegiatan ini dilakukan sebanyak

5x dengan durasi 45 menit dengan istirahat 10 menit, di

Rh.Garden.

Pada saat melakukan aktivitas jika klien mulai

memperlihatkan tanda kecemasan maka terapis mengedukasi

klien untuk melakukan relaksasi dalam bentuk tarik napas

panjang dari hidung kemudian keluarkan perlahan lewat mulut

sebanyak 3 kali pengulangan.


3. Cooling Down

Terapi diakhiri dengan evaluasi dari terapis, menyakan

kesan kepada klien selama mengikuti terapi, memberi salam dan

ucapan terima kasih dari terapis untuk klien.

4. Jelaskan bagaimana kerangka acuan/metode yang anda

pilih diterapkan dalam terapi ini :

Kerangka acuan yang digunakan untuk mencapai STG

1.1 adalah CBT dengan mneguunakan strategi teknik self

intruction,yaitu : 1. Terapis mendemonstrasikan sambil

menjelaskan, 2. Klien mencoba terapis ‘desribe out loud’, 3.

Klien melakukan dan verbalisasi keras, 4. Klien melakukan

sambil berbisik pada diri sendiri, 5. Otomatis dan reinforcement

yang diberikan setelah klien berhasil melakukan satu tugas

dengan baik.

Untuk mencapai Tujuan Jangka Pendek 1.2 :

1. Warm Up

Terapis memberi salam, menanyakan kabar klien hari ini

. Terapis memberi edukasi tentang pentingnya inisiatif dalam

setiap kegiatan, bagaimana cara memunculkan inisiatif tanpa

instruksi berulang dari terapis dan memberi tahu tujuan terapi

pada klien

2. Main Event
Media terapi: trash bag

Uraian tentang bagaimana aktifitas dilakukan, frekuensi,

durasi, tempat terapi, pertimbangan faktor keselematan diri

dan klien):

Klien melakukan tugasnya di garden. Terapis

meletakkan trash bag di bagian-bagian kebun yang terdapat

tumpukan guguran daun, klien diinstruksikan untuk

membersihkan setiap tempat-tempat atau bagian yang terdapat

trash bag. Selama proses terapi berlangsung, klien harus

memperhatikan dimana terapis meletakkan tash bag dan

langsung menyapu nya. Aktifitas dilakukan sebanyak 5x

pertemuan dengan durasi 2 jam, di Rh.Garden.

Pada saat melakukan aktivitas jika klien mulai

memperlihatkan tanda kecemasan maka terapis mengedukasi

klien untuk melakukan relaksasi dalam bentuk tarik napas

panjang dari hidung kemudian keluarkan perlahan lewat mulut

sebanyak 3 kali pengulangan

3. Cooling-down

Proses terapi diakhiri dengan salam, evaluasi dan ucapan

terimakasih dari terapis untuk klien.

4. Jelaskan bagaimana kerangka acuan/metode yang anda

pilih diterapkan dalam terapi ini :


Untuk mencapai tujuan jangka pendek 1.2 terapis

menggunakan kerangka acuan MOHO dengan strategi

penggunaan media visual dan habituation. Peletakan trash bag

menunjukkan jika tempat/bagian di Rh.Garden masih kotor.

Klien melakukan aktivitas yang berulang-ulang yaitu melihat

letak trash bag dan membersihkan tempat yang masih kotor

tersebut. Klien akan melihat trash bag sekaligus melihat

bagaimana keadaan tempat/bagian Rh.Garden yang disebut

kotor dan diharapkan dengan aktivitas yang berulang-ulang

(habit) tersebut, klien akan berinisiatif membersihkan bagian

yang kotor

Untuk Mencapai Tujuan Jangka Pendek 1.3 :

1. Warm-up

Terapis memberi salam, menanyakan kabar klien hari ini

. Terapis memberi edukasi tentang pentingnya inisiatif dalam

setiap kegiatan, bagaimana cara memunculkan inisiatif tanpa

instruksi berulang dari terapis dan memberi tahu tujuan terapi

pada klien

2. Main Event

Media terapi: trust bag berisi sampah

Uraian tentang bagaimana aktifitas dilakukan, frekuensi,

durasi, tempat terapi, pertimbangan faktor keselematan diri

dan klien):
Klien melakukan tugasnya di garden. Terapis meletakkan

trash bag yang sudah berisi penuh dengan sampah. Terapis

menginstruksikan pasien untuk membuang trust bag yang sudah

penuh ke tempat pembuangan sampah yang ada di luar area

garden. Selama proses terapi berlangsung, klien harus

memperhatikan trast bag sudah penuh atau belum. Aktifitas

dilakukan sebanyak 5x pertemuan dengan durasi 2 jam, di

Rh.Garden.

Pada saat melakukan aktivitas jika klien mulai

memperlihatkan tanda kecemasan maka terapis mengedukasi

klien untuk melakukan relaksasi dalam bentuk tarik napas

panjang dari hidung kemudian keluarkan perlahan lewat mulut

sebanyak 3 kali pengulangan

3. Cooling-down

Proses terapi diakhiri dengan salam, evaluasi dan ucapan

terimakasih dari terapis untuk klien.

4. Jelaskan bagaimana kerangka acuan/metode yang anda pilih

diterapkan dalam terapi ini :

Untuk mencapai tujuan jangka pendek 1.3 terapis

menggunakan kerangka acuan MOHO dengan strategi

penggunaan media visual dan habituation. Trash bag yang

penuh menunjukkan bahwa klien harus membuangnya pada


tempat sampah di depan Rh.Garden masih kotor. Klien

melakukan aktivitas yang berulang-ulang yaitu melihat trash

bag yang penuh untuk membuangnya. Klien akan melihat trash

bag sekaligus melihat apakah trast bag sudah berisi penuh

sampah atau belom dan diharapkan dengan aktivitas yang

berulang-ulang (habit) tersebut, klien akan meningkatkan

kepercayaan dirinya.

J. Re-Evaluasi

1. Data subjektif hasil reevaluasi

Data reevaluasi yang dilakukan pada tanggal 13 agustus 2018 diperoleh

hasil bahwa klien sudah mulai kooperatif, memiliki inisiatif yang sedikit

meningkat, mulai percaya diri. Klien sudah mulai tidak mengulang kata yang sama

saat melakukan aktivitas di Rh. Garden.

2. Data objektif hasil reevaluasi

Reevaluasi pada tanggal 13 agustus 2018 menggunakan blangko

pemeriksaan COTE, MMSE, DASS, dan Ronsenberg Scale.

a. COTE

Yang dilakukan pada tanggal 6-13 agustus 2018 dapat disimpulkan

bahwa pasien mengalami peningkatan pada level perilaku tidak

produktif, kerjasama, perilaku untuk mencari perhatian, respon negative


dari yang lain, melakukan tugas, konsentrasi, koordinasi gerak, problem

solving, kompleksitas dan koordinasi tugas, ketertarikan pada aktivitas,

ketertarikan pada penyelesaian aktivitas, membuat keputusan, dan

toleransi frustasi.

b. MMSE

Yang dilakukan pada tanggal 13 agustus 2018 diperoleh skore 25 yang

berarti klien tidak ada gangguan kognitif. Klien mengalami

peningkatkan pada aspek pengulangan.

c. DASS

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 13 agustus 2018 diperoleh skor

mendapatkan skor 9 pada level stress yang berarti klien termasuk dalam

kategori nomal, pada level Anxiety klien memperoleh skor 1 yang berarti

normal, sedangkan pada level depression klien memperoleh skor 13

yang berarti mild depression.

d. Ronsenberg

Pemeriksaan Rosenberg pada tanggal 13 Agustus 2018 diperoleh skor

23 yang berarti klien memiliki high self esteem

3. Kesimpulan dari hasil re-evaluasi

Setelah mendapatkan terapi dengan pendekatan Kognitif Perilaku menggunakan

strategi penggunaan media visual, coaching, modelling, reinforcement hasilnya

yaitu terdapat perubahan yang lebih baik pada diri klien. Hasil pada tujuan jangka

pendek 1 yaitu terdapat peningkatan pemahaman klien mengenai konsep berkebun,

klien sudah mengetahui apa saja yang dilakukan jika sedang merawat tanaman,
menanam tanaman, dan mencangkok. Pada tujuan jangka pendek 2 klien sudah

memiliki inisiatif untuk menyapu atau melakukan aktivitas gardening tanpa harus

diinstruksikan oleh terapis. Pada tujuan jangka pendek 3 klien sudah mampu

meningkatkan kepercayaan diri untuk membuang trasth bag yang sudah penuh

sampah ke tempat pembuangan di depan area Rh.Garden tanpa harus ditemani atau

minta ditemani oleh terapis.

Pada intervensi yang dilakukan tujuan jangka panjang yang telah disepakati sudah

ada peningkatan, tingkat kecemasan klien mulai berkurang, hal tersebut dapat

diketahui dari score pemeriksaan DASS pada area Anxiety, dan pada observasi klien

sudah jarang mengulang kata-kata yang sama dan berkata “tidak boleh cemas” lagi.

K. Follow-Up

Tindakan selanjutnya bagi pasien, keluarga, terapis, dan yang lain

Tindakan selanjutnya untuk klien yaitu dengan melanjutkan program

terapi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kecemasan dan

meningkatkan kemampuan vokasional klien. Untuk saat aktivitas di

rehabilitasi diharapkan klien mampu mematuhi peraturan yang ada, prosedur

yang telah ditetapkan. Untuk keluarga klien yaitu diharapkan sesering

mungkin mengajak klien untuk melakukan aktivitas yang dapat

meningkatkan kepercayaan diri sehingga klien tidak mengulang kata yang

sama dan tidak berperilaku cemas, kemudian keluarga dapat memotivasi dan

mengawasi klien saat melakukan aktifitas sehari-hari, produktifitas, dan


leisurenya, keluarga juga dapat mengajak klien untuk bersosialisasi dengan

tetangga agar kepercayaan diri meningkat

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut DSM V TR (APA, 2000) Skizofrenia adalah gangguan yang

terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif

simtom (atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan

yang tidak terorganisir, dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya

simtom negatif. Prevalensi penderita skizofrenia antara laki-laki dan

perempuan sama. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan

dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal

daripada perempuan. Usia puncak onset adalah 15-35 tahun, 50% kasus terjadi

sebelum usia 25 tahun. (Sadock, 2010).


Tn.S, 23 tahun dengan diagnosis medis skizofrenia paranoid. Klien

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Saat ini klien tinggal dengan ibu,

ayah, dan kedua kakaknya di Cilincing, Jakarta Utara. Klien mulai mengikuti

Day Care sejak tanggal 4 Maret 2018. Asset yang di miliki klien adalah

ketertarikan yang bagus dalam melakukan aktivitas, kooperatif, penampilan

cukup rapih, memahami instruksi, bersikap terbuka saat wawancara, orientasi

bagus, mudah diarahkan, level kognitif 4, level insight 5 yang berarti klien

mengaku bahwa menderita gejala kegagalan dalam penyesuian sosial yang

diakibatkan oleh perasaan klien sendiri.,, kontak mata bagus, intonasi dan

kekerasan suara bagus, motivasi bagus, interest bagus, toleransi terhadap

frustasi bagus, mood afect bagus dan untuk Activity Daily Living (ADL) klien

mampu mandiri. Klien berharap dapat melakukan aktivitas secara mandiri

setelah keluar dari Day Care.

B. Saran

Untuk mendukung program terapi yang diberikan untuk klien, kami memberi saran

untuk okupasi terapis yaitu terapis diharapkan dapat menggali lebih dalam aset dan

limitasi klien selama melakukan observasi, wawancara, intervensi, terapis mampu

mengevaluasi apa klien mengalami perubahan setelah diberikan intervensi, terapis

dapat memfasilitasi program terapi demi perubahan yang lebih baik bagi klien.

Saran untuk keluarga klien yaitu keluarga diharapkan untuk selalu turut ikut

memotivasi dan mendukung kegiatan yang disukai oleh klien, mengajak klien untuk

selalu melakukan aktivitas secara mandiri dengan fokus, keluarga dapat mengawasi

klien dalam melakukan aktifitas. Saran untuk klien yaitu klien diharapkan
mengikuti terapi dengan rajin, disiplin, tepat waktu, berkomitmen untuk

menjalankan program terapi yang telah disepakati sebelumnya, harus selalu

berfikiran positif, klien dapat menjalankan aktifitas yang disenangi atau jalan-jalan

untuk mengisi waktu luang, klien diminta untuk rutin dalam minum obat untuk

mengurangi halusinasi yang masih dialami oleh klien.

Anda mungkin juga menyukai