Diagnosa keperawatan kedua yaltfg kelompok aiigkat adalah Resiko Perilaku Kekerasan

dengan didukung data Klien h^ngatakap/marah-marah, Ketika diajak berbincang ekspresi

klien tampak tegang, Berdasarkan rekam medic sebelum masuk rumah sakit klien
mengancam akan membunuh ayahnya, merusak rumah orang. klien berbicara dan tertawa
sendiri dan mengejar-ngejar orang yang lewat

Diagnose keperawatan keempat yang penulis angkat adalah Harga Diri Rendah dengan
didukung data Klien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena
takut diejek karena tidak memiliki pekerjaan., klien mangatakan klien sebagai anak, namun
klien belum puas dengan perannya sebagai anak karena klien belum bisa mandiri, belum
bisa membantu kedua orangtuanya karena klien merasa tidak memiliki kemampuan apapun
untuk bekerja, Klien mangatakan mempunyai pengalaman niasa lain yang tidak dapat
dilupakan yaitu patah hati sehingga mernbuat klien merasa tidak berguna, klien tampak
tidak percaya diri, kontak mata tidak bertahan lama, klien tampak sering menundukkan
kepala

Diagnosa keperawatan kelima yang penulis angkat adalah Defisit Perawatan Diri:
kebersihan diri dengan didukung data kherfmenagtakan malas mandi, klien mengatakan
sehari mandi hanya 1 kali, klien tampak tidak rapih, badan klien tercium bau tidak sedap,
bau mulut, gigi klien terlihat kotor, Klien menyangkal saat disuruh mandi, klien mandi
biladiberi motivasi terlebih dahulu.

C. Perencanaan Keperawatan

Menurut Keliat (2011) perencanaan terdiri dari penetapan tujuan, intervensi atau rencana
tindakan, dan rasional. Perencanaan keperawatan merupakan tahapan ketiga setelah
diagnose keperawatan disusun. Rencana tindakan yang dibuat untuk klien pada setiap
diagnose kperawatan sudah sesuai dengan teori yaitu terdiri dari tiga aspek utama
tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Sesuai dengan
tahapan dan diagnosa maka dalam keperawatan dalam tahapan ini penulis menyusun
rangkaian tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang menuju
57
pada klien. Kesenjangan pertama pada teori yaitu penulis hanya merencanakan untuk satu
diagnosa keperawatan tapi pada kasus penulis merencanakan 5 diagnosa keperawatan yang
disesuaikan dengan kondisi klien selama berdinas. Diagnosa keperawatan yang
direncanakan yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.

Adapun rencana tindakan keperawatan untuk diagnose prioritas yaitu gangguan sensori
persepsi : halusinasi terdapat empat SP (Strategi pelaksanaan) antara lain: SP1 klien dapat
membina hubunga saling percaya, dapat mengenal halusinasinya, dapat mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardtk, SP 2 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara patuh minum obat, SP 3 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara bercakap-cakap. SP 4 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan.

Untuk diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan, terdiri dari 4 SP antara lain SP 1
klien dapat mengidentifikasi masalah dengan cara mengontrol emosi tarik napas dalam dan
pukul bantai, SP 2 klien dapt mengontrol emosi dengan 6 benar obar, SP 3 klien dapat
mengendalikan emosi dengan cara komunikasi verbal, dan yang terakhir SP 4 klien dapat
mengendalikan emosi dengan cara spiritual.

Untuk diagnose ketiga yaitu isolasi sosial , terdiri dari 4 SP antara lain SP 1 yaitu klien
dapat membina hubungan saling per caya, klien mampu menyebutkan penyebab menarik
diri, klien mampu menyebutkan keuntungan beerhubungan sosial dan kerugian menarik diri
dan mampu melakukan cara berkenalan, SP 2 yaitu klien mampu melakukan cara
berkenalan dengan dengan satu orang, SP3 yaitu klien mampu berkenalan dengan dua
sampai tiga orang dan yang terakhir SP 4 yaitu klien mampu berkenalan dengan tiga orang
atau lebih.

Untuk diagnose ke empat yaitu harga diri rendah, terdiri dari 2 SP antara lain SP 1 klien
dapat mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien (buat daftar
kegiatan ), SP 2 yaitu klien mampu melatih aspek positif kemampuan positif kedua,

58