METODE PENELITIAN
observasional dengan desain potong lintang (cross sectional study) dimana variabel
Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2013. Pemilihan tempat
Alam Kabupaten Aceh Timur, masih banyak ditemukan remaja (110 orang) yang
Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur saat ini terdiri dari 16
desa. Waktu penelitian dilakukan mulai dari pembuatan proposal tesis pada bulan
Januari 2013 sampai bulan Juli 2013. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-
Juni.
pernikahan dini (15-19) tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas Keude
Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur, berjumlah 110 orang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sugiono (2009), populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek
tersebut. Populasi juga diartikan sebagai kumpulan orang, individu, atau objek yang
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive
Sampel adalah seluruh wanita yang melakukan pernikahan dini (15-19) tahun
- Jika dalam satu keluarga mempunyai anak balita usia 0-59 bulan lebih dari
satu anak, maka yang dijadikan sampel adalah anak dengan usia yang lebih
muda.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dan
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait yakni
data yang meliputi jumlah populasi dan gambaran tempat penelitian yang
penunjang lainnya.
keadaan balita usia 0-59 bulan yang mampu berkomunikasi dengan baik. Pada
pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh enumator sebanyak dua orang.
dan memahami seluruh isi kuesioner dan mengerti tata cara pelaksanaan kegiatan
pelaksana gizi atau TPG Puskesmas yang pendidikannya berlatar belakang Akademi
Gizi.
Universitas Sumatera Utara
Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada tabel berikut :
Pada penelitian ini uji coba dilakukan terhadap kuesioner pengetahuan, pola
asuh makan, pola asuh diri dan pola asuh kesehatan yang memiliki karakteristik yang
sama dengan sampel, alasan jumlah 30 responden adalah karena kaidah umum
penelitian, jumlah 30 responden adalah batas jumlah antara sedikit dan banyak,
dengan pengertian bahwa data diatas 30 kurvanya akan mendekati kurva normal
Universitas Sumatera Utara
dengan pengertian bahwa kurva normal adalah merupakan suati fenomena ciri atau
sifat alami yang normal (Machfoedz, 2009). Uji ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Idi Tunong dengan melibatkan 30 responden (ibu yang menikah dini) dan
mempunyai balita (0-59) bulan yang tidak termasuk sebagai sampel dalam penelitian
ini.
instrumen alat ukur penelitian berupa kuesioner dilakukan sebelum digunakan untuk
mengukur nilai pengetahuan, pola asuh makan, pola asuh diri dan pola asuh
kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi item dengan skor total item
menggunakan Corrected Item Total Correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung
> r tabel maka dinyatakan valid dan sebaliknya, pada taraf signifikan 0,05 dengan uji
dua sisi dan jumlah data n = 30. Didapat dari tabel r tabel 0,361 (Priyatno, 2010).
2. Nilai r Corrected Item Total Correlation < 0,361 dikatakan tidak valid
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengkuran, dengan ketentuan, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur dalam
Nilai Corrected
Variabel Cronch’s Alpha Keterangan
Item Total
Pengetahuan 1 0,478 Valid
Pengetahuan 2 0,388 Valid
Pengetahuan 3 0,558 Valid
Pengetahuan 4 0,641 Valid
Pengetahuan 5 0,517 Valid
Pengetahuan 6 0,490 Valid
Pengetahuan 7 0,394 Valid
Pengetahuan 8 0,751 Valid
Pengetahuan 9 0,703 Valid
Pengetahuan 10 0,563 Valid
Pengetahuan 11 0,461 Valid
Pengetahuan 12 0,425 Valid
Pengetahuan 13 0,641 Valid
Pengetahuan 14 0,535 Valid
Pengetahuan 15 0,654 Valid
Reliabilitas 0,886 Reliabel
pengetahuan sebanyak 15 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total > 0,361 (r
tabel) dengan nilai Cronch’s Alpha 0,886 dan lebih besar dari nilai 0,60 maka dapat
disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan ini reliabel sebagai alat
ukur.
Nilai Corrected
Variabel Cronch’s Alpha Keterangan
Item Total
Asuh Makan 1 0,618 Valid
Asuh Makan 2 0,466 Valid
Asuh Makan 3 0,456 Valid
Asuh Makan 4 0,857 Valid
Asuh Makan 5 0,857 Valid
Asuh Makan 6 0,391 Valid
Asuh Makan 7 0,503 Valid
Asuh Makan 8 0,617 Valid
Asuh Makan 9 0,522 Valid
Asuh Makan 10 0,632 Valid
Asuh Makan 11 0,429 Valid
Asuh Makan 12 0,514 Valid
Asuh Makan 13 0,632 Valid
Asuh Makan 14 0,429 Valid
Asuh Makan 15 0,539 Valid
Asuh Makan 16 0,617 Valid
Asuh Makan 17 0,447 Valid
Asuh Makan 18 0,447 Valid
Asuh Makan 19 0,699 Valid
Asuh Makan 20 0,857 Valid
Asuh Makan 21 0,560 Valid
Asuh Makan 22 0,857 Valid
Asuh Makan 23 0,857 Valid
Asuh Makan 24 0,479 Valid
Asuh Makan 25 0,541 Valid
Asuh Makan 26 0,699 Valid
Asuh Makan 27 0,857 Valid
Asuh Makan 28 0,560 Valid
Asuh Makan 29 0,857 Valid
Asuh Makan 30 0,857 Valid
Reabilitas 0,953 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel asuh
makan usia 0-59 bulan sebanyak 30 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total
Universitas Sumatera Utara
> 0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,953, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas pada Instrumen Pola Asuh Diri
Nilai Corrected
Variabel Cronch’s Alpha Keterangan
Item Total
Asuh Diri 1 0,651 Valid
Asuh Diri 2 0,553 Valid
Asuh Diri 3 0,525 Valid
Asuh Diri 4 0,705 Valid
Asuh Diri 5 0,557 Valid
Asuh Diri 6 0,576 Valid
Asuh Diri 7 0,577 Valid
Asuh Diri 8 0,587 Valid
Asuh Diri 9 0,705 Valid
Asuh Diri 10 0,683 Valid
Reabilitas 0,880 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel asuh diri
sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total > 0,361 dengan nilai
cronch’s alpha 0,880, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel
Nilai Corrected
Variabel Cronch’s Alpha Keterangan
Item Total
Asuh Kesehatan 1 0,637 Valid
Asuh kesehatan 2 0,542 Valid
Asuh Kesehatan 3 0,458 Valid
Asuh kesehatan 4 0,414 Valid
Asuh Kesehatan 5 0,757 Valid
Asuh Kesehatan 6 0,684 Valid
Asuh Kesehatan 7 0,542 Valid
Asuh Kesehatan 8 0,396 Valid
Asuh Kesehatan 9 0,401 Valid
Asuh Kesehatan 10 0,637 Valid
Reabilitas 0,849 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel asuh
kesehatan sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total > 0,361
dengan nilai cronch’s alpha 0,849, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
makan, pola asuh diri dan pola asuh kesehatan). Adapun definisi operasional
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengarahkan pembahasan dalam
1. Balita adalah anak usia 0-59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Keude Geureubak.
2. Status gizi balita adalah keadaan fisik balita yang dinilai berdasarkan
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh ibu
yang ditentukan oleh kategori tamat SD, tamat SLTP, dan tamat SLTA.
diberikan tentang kandungan zat gizi, manfaat zat gizi dan sumber-sumber
bahan makanan.
menghasilkan uang.
7. Pola asuh makan adalah suatu tindakan yang dilakukan ibu kepada balita
Frekuensi makan adalah berapa kali ibu memerikan makan kepada balita
Jumlah makanan adalah berapa banyak makanan yang diberikan ibu kepada
balita
Universitas Sumatera Utara
8. Pola asuh diri adalah suatu tindakan yang dilakukan ibu kepada balita dengan
lingkungannya.
9. Pola asuh kesehatan adalah suatu tindakan yang dilakukan ibu kepada balita
kesehatan.
berikut :
1. Status gizi
Penentuan status gizi balita dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari
- BB/U
- TB/U
- BB/TB
b. Kategori kurang jika Z-score > -3.0 sampai dengan < -2.0 SD
2. Pola asuh makan diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan
recall 1x24 jam konsumsi makanan balita mengenai jenis makanan, jumlah
skala Guttman setiap jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pola asuh makan dapat
Konsumsi energi dan protein diperoleh dari hasil food recall 24 jam, dengan cara
dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan dengan
menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
K
TK = x 100%
KC
Dimana :
TK : Tingkat Konsumsi
K : Konsumsi
Guttman setiap jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pola asuh kesehatan dapat
skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga total skor berkisar antara
0-8.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pola asuh diri dapat dikategorikan
a. Tamat SD
c. Tamat SMA.
pertanyaan yang benar diberi skor satu, jika salah diberi skor 0, sehingga total
kelompok ibu dengan tidak berpenghasilan selama sebulan. Ini diperoleh dari
N Skala
Variabel Kategori Range Cara Ukur
o Ukur
1 Status Gizi Ordinal
- BB/U Baik -2,0 SD sampai dengan 2,0 Diperoleh dengan
SD penilaian Z-score
Kurang -3,0 SD sampai dengan < - dengan indikator
2.0 SD BB/TB
- TB/U Normal -2,0 SD sampai dengan 2,0
SD
Pendek -3,0 SD sampai dengan < -
2.0 SD
- BB/TB Normal > -2.0 sampai dengan <2.0
SD
Kurus Z-score > -3.0 sampai
dengan < -2.0 SD
2 Pola Asuh Baik > 50% Diperoleh dengan Ordinal
Makan wawancara
Kurang Baik < 50% menggunakan
kuesioner
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6 (Lanjutan)
N Skala
Variabel Kategori Range Cara Ukur
o Ukur
3 Pola Asuh Baik > 50% Diperoleh dengan Ordinal
Diri wawancara
menggunakan
kuesioner
Kurang Baik < 50%
4 Pola Asuh Baik > 50% Diperoleh dengan Ordinal
Kesehatan wawancara Ordinal
Kurang Baik < 50% menggunakan Ordinal
5 Pendidikan Pendidikan SD, SLTP kuesioner
Terakhir Dasar Diperoleh dengan
Pendidikan SMA, DI wawancara
Lanjut menggunakan
kuesioner
6 Pengetahuan Baik > 66% Diperoleh dengan
Gizi wawancara
Cukup 33% - 66% menggunakan
kuesioner
Kurang < 33%
Diperoleh dengan Ordinal
7 Pendapatan Tinggi > Rp 1.350.000 wawancara
Keluarga menggunakan
kuesioner
Ordinal
Diperoleh dengan
wawancara
menggunakan
kuesioner
Rendah < Rp 1.350.000
1. Edit
pengisian, konsistensi, dan relevansi dari setiap jawaban yang diberikan. Edit
2. Mengkode Data
berupa angka. Selanjutnya kode tersebut dimasukkan dalam tabel kerja untuk
3. Tabulasi Data
baik (raw data). Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur,
baik dalam bentuk tabel atau persentase grafis sebagai dasar untuk berbagai
pengambilan keputusan.
dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara
persentasi. Tabel frekuensi yang dibuat berguna untuk mengelompokkan data dalam
tabel silang. Tabel silang sebagai metode yang sederhana digunakan untuk menyoroti
pengetahuan)
b. Pola asuh
- Asuh makan
- Asuh kesehatan
- Asuh diri
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Analisis Univariat
pendapatan, dan pengetahuan) dan pola asuh (pola asuh makan, pola asuh
kesehatan dan pola asuh diri) dengan status gizi balita dalam bentuk distribusi
frekuensi
2. Analisis Bivariat
pekerjaan, pendapatan, dan pengetahuan) dengan pola asuh, dan analisis yang
menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% (p< 0,05), sehingga
bila hasil analisis statistik diperoleh p< 0,05, berarti ada hubungan signifikan
3. Analisis Multivariat
pendapatan, dan pengetahuan) dan pola asuh (pola asuh makan, pola asuh diri,
dan pola asuh kesehatan) yang berhubungan dengan tingkat status gizi balita
HASIL PENELITIAN
sebalah Utara berbatasan dengan kabupaten Aceh Utara dan Selat Malaka, sebelah
dengan Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah, sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Langsa. Jumlah Kecamatan
desa/kelurahan 511 buah. Letak Geografis Aceh Timur berada pada 97 015’22,07”-
status gizi balita pada ibu menikah dini di pusatkan di Kecamatan Banda Alam, yang
Alam merupakan kecamatan yang berada di daerah terpencil yaitu daerah yang sulit
dijangkau karena sebab geografis (daerah pegunungan), jauh dari perkotaan, tidak ada
Penduduk Kecamatan Banda Alam pada tahun 2012 berjumlah 7.470 jiwa
terdiri dari 3.728 laki-laki dan 3.742 perempuan yang terdiri dari 1804 kepala
Universitas Sumatera Utara
keluarga (KK). Sebahagian besar penduduk bermata pencaharian petani 1.399 orang ,
Nelayan 23orang , perajin 10 orang, pedagang 80 orang, Pegawai Negeri Sipil 181
orang , honorer 65 orang, karyawan swasta 11 orang , wiraswasta 300 orang dan
buruh 9 orang.
Masyarakat yang berada di Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur dengan
wilayah kerja terdiri dari 16 desa serta 48 dusun. Adapun desa yang menjadi tempat
penelitian adalah Desa Uram Jalan, Desa Snb. Kandang, Desa Ulee Jalan, dan Desa
Snb Benteng.
Pada penelitian ini, data karakteristik keluarga yang dilihat dari suku, usia ibu
sekarang, jumlah anak, dan alasan menikah dini yang berjumlah 104 responden
dari suku paling banyak adalah suku Aceh berjumlah 94 responden (90,4%).
Karakteristik keluarga dilihat dari usia ibu saat ini berkisar antara 19-24 tahun dengan
Universitas Sumatera Utara
rata-rata usia ibu mayoritas berusia 22-24 tahun berjumlah 70 responden (67,3%).
memiliki 2 orang anak. Responden yang memiliki anak < 2 berjumlah 96 responden
(92,3%) dan yang memiliki anak > 2 ada 8 responden (7,7%). Sementara karakteristik
Selain itu, karakteristik keluarga pada penelitian ini juga melihat pendidikan,
bahwa pendidikan terakhir dari ibu yang menikah dini mayoritas adalah pendidikan
dasar (SD dan SMP) yaitu berjumlah 72 responden (69,2%). Distribusi pekerjaan ibu
paling banyak yaitu ibu yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 87 responden (83,7%).
Banda Alam diperoleh hasil responden dengan pengetahuan baik yaitu 31 responden
responden (21,2%), secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga di Wilayah Kerja
Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2013
No Karakteristik Keluarga n %
1 Suku
- Aceh 94 90,0
- Jawa 10 10,0
2 Usia
- 19-21 34 33,0
- 22-24 70 67,0
3 Jumlah Anak
-<2 96 92,3
->2 8 7,7
4 Alasan Menikah Dini
- Keinginan Sendiri 94 90,0
- Keinginan Orangtua 10 10,0
5 Pendidikan Ibu
- Pendidikan Dasar 72 69,2
- Pendidikan Lanjut 32 30,8
6 Pekerjaan Ibu
- Bekerja 17 16,3
- Tidak Bekerja 87 83,7
7 Pendapatan Keluarga
- Rendah 72 69,2
- Tinggi 32 30,8
8 Pengetahuan Ibu
- Baik 31 29,8
- Cukup 51 49,0
- Kurang 22 21,2
Karakteristik balita meliputi umur, dan jenis kelamin yang berjumlah 104
balita. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan untuk statistik untuk
karakteristik balita yang dilihat dari umur balita menunjukkan bahwa umur balita 0-6
bulan berjumlah 5 balita (4,8%), 7-12 bulan berjumlah 9 balita (8,6%), 12-23 bulan
perempuan memiliki persentase yang sama yaitu laki-laki 52 orang (50%) dan
Karakteristik Balita n %
Umur
- 0-6 5 4,8
- 7-11 9 8,6
- 12-23 14 13,5
- 24-59 76 73,1
Jumlah 104 100,0
Jenis Kelamin
- Laki-laki 52 50,0
- Perempuan 52 50,0
Jumlah 104 100,0
Pola asuh balita dalam penelitian ini meliputi pola asuh makan, pola asuh diri
Pengukuran pola asuh makan yang dilakukan pada balita didasarkan pada
kuesioner tentang pola asuh makan dan tingkat konsumsi energi dan protein.
Berdasarkan hasil food recall 24 jam makanan yang dikonsumsi balita diketahui
bahwa konsumsi energi dari makanan yang dikonsumsi yang sesuai dengan
kebutuhan balita 0-12 bulan yaitu 650 kkal/hari (AKG, 2004) sebesar 58,82%
sedangkan yang tidak memenuhi sebesar 41,18%. Sedangkan balita usia 13-36 bulan
Universitas Sumatera Utara
yang mengonsumsi energi sesuai dengan AKG, 2004 (1000 kkal) sebesar 75%
sedangkan yang tidak memenuhi sebesar 25%. Sedangkan balita usia 37-59 bulan
yang memenuhi kebutuhan energi (1550 kkal) sebesar 69,77% sedangkan yang tidak
Untuk konsumsi protein, balita usia 0-12 bulan yang memperoleh asupan
protein sesuai dengan kebutuhan yaitu 16 gram/hari (AKG, 2004) sebesar 29,41%
sedangkan yang tidak memenuhi 70,59%. Balita usia 13-36 bulan yang memperoleh
asupan protein sesuai dengan kebutuhan yaitu 25 gram/hari sebesar 45,5% sedangkan
yang tidak memenuhi sebesar 54,5%. Sedangkan untuk balita usia 37-59 bulan yang
memperoleh asupan protein yang sesuai dengan kebutuhan yaitu 39 gram/hari sebesar
41,86% sedangkan yang tidak memenuhi sebesar 58,14%. Secara rinci dapat dilihat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Keudeu Gureubak Kecamatan banda
Alam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013
menikah dini di wilayah kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam
Kabupaten Aceh Timur diperoleh hasil (50 responden) termasuk dalam kategori
kurang baik (65,8%) pada usia 24-59 bulan . Hal ini terlihat dari ibu yang tidak
memberikan ASI sampai usia 6 bulan, balita diberi makanan pendamping ASI
sebelum usia 6 bulan, menu makanan tidak terdiri dari 4 sehat, ibu tidak membujuk
balita jika tidak mau makan, ibu jarang mendampingi balita makan, menu makanan
tidak bervariasi setiap harinya, dan jika balita tidak mau makan pada satu jenis
makanan tertentu ibu jarang mengganti dengan makanan yang lain. Secara rinci dapat
Distribusi pola asuh diri yang dilakukan ibu menikah dini terhadap balita usia
0-59 bulan yang meliputi personal hygiene balita dan ibu didapat hasil paling banyak
65 responden dengan kategori pola asuh diri kurang baik (62,5%). Secara umum,
tindakan ibu dalam menjaga kebersihan balita mulai dari memotong kuku jika
tangan dengan sabun, memakai sandal jika bermain di luar rumah, dan mencuci
tangan setelah BAB, kurang baik. Ibu kurang memperhatikan kebersihan balita dan
Distribusi asuh kesehatan berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden ibu
menikah dini didapat mayoritas responden (67 responden) termasuk dalam kategori
kurang baik (64,4%). Hal ini terlihat dari balita yang tidak mendapatakan imunisasi
sesuai dengan umur, ibu kurang memantau setiap makanan yang dikonsumsi balita
termasuk jajanan, jika ke posyandu ibu tidak membawa KMS, jika petugas datang
untuk imunisasi, ibu jarang mengizinkan anaknya untuk di imunisasi dan ibu jarang
mencuci tangan setiap ingin memberikan makan kepada balita. Secara rinci dapat
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2013
No Pola Asuh Baik Kurang Baik
n % n %
1 Asuh Makan
0-6 4 80 1 20
7-11 4 44,4 5 55,6
12-23 7 50 7 50
24-59 26 34,2 50 65,8
2 Asuh Diri 39 37,5 65 62,5
3 Asuh Kesehatan 37 35,6 67 64,6
4.5.1 BB/U
dapat diuraikan bahwa, balita dengan status gizi kurus sebanyak 47 balita (61,8%)
Universitas Sumatera Utara
paling banyak terdapat pada usia 24-59 bulan. Secara rinci dapat dilihat dari tabel di
bawah ini :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut BB/U di Wilayah
Kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013
4.5.2 TB/U
dapat diuraikan bahwa, dari semua kelompok usia, balita dengan status gizi pendek
sebanyak 31 balita (40,8%) paling banyak terdapat pada usia 24-59 bulan. Secara
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut TB/U di Wilayah
Kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013
Usia (Bulan) Normal Pendek Jumlah
n % n % n %
0-6 4 80,0 1 20,0 5 100,0
7-11 4 44,4 5 55,6 9 100,0
12-23 7 50,0 7 50,0 14 100,0
24-59 45 59,2 31 40,8 76 100,0
4.5.3 BB/TB
dapat diuraikan bahwa, dari semua kelompok usia, balita dengan status gizi kurus
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 36 balita (47,4%) paling banyak terdapat pada usia 24-59 bulan. Secara
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut BB/TB di Wilayah
Kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013
Usia (Bulan) Normal Kurus Jumlah
n % n % n %
0-6 3 60,0 2 40,0 5 100,0
7-11 4 44,4 5 55,6 9 100,0
12-23 6 42,9 8 57,1 14 100,0
24-59 40 52,6 36 47,4 76 100,0
Hasil uji chi square didapat bahwa dari 72 responden yang berpendidikan
dasar, 21 responden dengan asuh makan baik (29,2%), 51 responden dengan asuh
responden dengan asuh makan baik (62,5%), 12 responden dengan asuh makan
kurang baik (37,5%). Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,001 (p<0,05) artinya
4.6.2 Pekerjaan
Berdasarkan hasil uji chi square didapat bahwa dari 17 responden yang
bekerja, 12 responden dengan asuh makan baik (70,6%), 5 responden dengan asuh
makan kurang baik (29,4%). Sedangkan 87 responden yang tidak bekerja, terdapat 29
responden dengan asuh makan baik (33,3%), 58 responden dengan asuh makan
Universitas Sumatera Utara
kurang baik (66,7%). Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,004 (p<0,05) artinya ada
4.6.3 Pendapatan
Berdasarkan hasil analisis uji chi square antara pendapatan dan asuh makan
asuh makan baik (38,9%), 44 responden dengan asuh makan kurang baik (61,1%).
dengan asuh makan baik (40,6%), 19 responden dengan asuh makan kurang baik
(59,4%). Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,867 (p>0,05) artinya tidak ada
4.6.4 Pengetahuan
Hasil uji chi square antara pengetahuan dan asuh makan diperoleh hasil dari
(67,7%), 10 responden dengan asuh makan kurang baik (32,3,5%). Sedangkan dari 51
(27,5%), 37 responden dengan asuh makan kurang baik (72,5%). Sementara dari 22
(27,3%), 16 responden dengan asuh makan kurang baik (72,7%). Hasil uji statistik
didapat nilai p = 0,001 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
Hasil analisis uji chi square antara pendidikan dan asuh diri didapat dari 72
responden yang berpendidikan dasar, terdapat 21 responden dengan asuh diri baik
(29,2%), 51 responden dengan asuh diri kurang baik (70,8%). Sedangkan dari 32
responden yang berpendidikan lanjut, terdapat 18 responden dengan asuh diri baik
(56,2%), 14 responden dengan asuh diri kurang baik (43,8%). Hasil uji statistik
Universitas Sumatera Utara
didapat nilai p = 0,008 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
4.7.2 Pekerjaan
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang antara pekerjaan dan asuh diri diperoleh
hasil dari 17 responden yang bekerja diperoleh hasil 10 responden dengan asuh diri
baik (58,8%), 7 responden dengan asuh diri kurang baik (41,2%). Sedangkan 87
responden yang tidak bekerja, 29 responden dengan asuh diri baik (33,3%), 58
responden dengan asuh diri kurang baik (66,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,047 (p>0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan
asuh diri.
4.7.3 Pendapatan
Berdasarkan hasil analisis uji chi square antara pendapatan dan asuh diri,
diri baik (36,1%), 46 responden dengan asuh diri kurang baik baik (63,9%).
responden dengan asuh diri baik (40,6%), 19 responden dengan asuh diri kurang baik
(59,4%). Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,661 (p>0,05) artinya tidak terdapat
4.7.4 Pengetahuan
Berdasarkan hasil uji chi square antara pengetahuan dan asuh diri diperoleh
hasil dari 31 responden yang berpengetahuan gizi baik terdapat 18 responden dengan
asuh diri baik (58,1%), 13 responden dengan asuh diri kurang baik (401,9%).
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dari 51 responden yang berpengetahuan gizi cukup terdapat 15 responden
dengan asuh diri baik (29,4%), 36 responden dengan asuh diri kurang baik (70,6%).
dengan asuh diri baik (27,3%), 16 responden dengan asuh diri kurang baik (72,7%).
Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,018 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang
Tabel 4.9 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Pola Asuh Diri di Wilayah
Kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013
Karakteristik Pola Asuh Diri Jumlah p x2
Keluarga Baik Kurang Baik
n % n % n %
Pendidikan Ibu
Pendidikan 21 29,2 51 70,8 72 100,0 6,933
Dasar
Pendidikan 18 56,2 14 43,8 32 100,0 0,008
Lanjut
Pekerjaan Ibu
Bekerja 10 58,8 7 41,2 17 100,0 3,942
Tidak Bekerja 29 33,3 58 66,7 87 100,0 0,047
Pendapatan
Keluarga
Pendapatan
Rendah 26 36,1 46 63,9 72 100,0 0,193
Pendapatan 0.661
Tinggi 13 40,6 19 59,4 32 100,0
Pengetahuan
Baik 18 58,1 13 41,9 31 100,0 7,999
Cukup 15 29,4 36 70,6 51 100,0 0,018
Kurang 6 27,3 16 72,2 22 100,0
Universitas Sumatera Utara
4.8 Hubungan Karakteristik Keluarga (Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan,
dan pengetahuan) dengan Asuh Kesehatan
4.8.1 Pendidikan
Hasil uji analisis chi square antara pendidikan dan asuh makan diperoleh, dari
(27,8%), 52 responden dengan asuh kesehatan kurang baik (72,2%). Sedangkan dari
kesehatan baik (53,1%), 15 responden dengan asuh kesehatan kurang baik (46,9%).
Hasil uji analisis didapat nilai p = 0,013 (p<0,5) artinya terdapat hubungan yang
4.8.2 Pekerjaan
Berdasarkan hasil uji chi square antara pekerjaan dan asuh kesehatan didapat
hasil dari 17 responden yang bekerja, 8 responden dengan asuh kesehatan baik
(47,1%), 9 responden dengan asuh kesehatan kurang baik (52,9%). Sedangkan dari 87
responden yang tidak bekerja, 29 responden dengan asuh kesehatan baik (33,3%), 58
responden dengan asuh kesehatan kurang baik (66,7%). Hasil uji analisi didapat nilai
p = 0,280 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan
asuh kesehatan.
4.8.3 Pendapatan
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang antara pendapatan dan asuh kesehatan
asuh kesehatan baik (37,5%), 45 responden dengan asuh kesehatan kurang baik
Universitas Sumatera Utara
(62,5%). Sedangkan dari 32 responden dengan pendapatan tinggi diperoleh 10
responden dengan asuh kesehatan baik (31,2%), 22 responden dengan asuh kesehatan
kurang baik (68,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,539 (p>0,05) artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dan asuh kesehatan.
4.8.4 Pengetahuan
Hasil uji tabulasi silang antara pengetahuan dan asuh kesehatan diperoleh 31
kesehatan baik (27,5%), 37 responden dengan asuh kesehatan kurang baik (72,5%).
kesehatan baik (22,7%), 17 responden dengan asuh kesehatan kurang baik (77,3%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,007 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang
Hasil uji analisis chi square antara pendidikan dan status gizi balita
gizi balita normal (47,2%), 38 responden dengan status gizi balita kurus (52,8%).
dengan status gizi balita normal (59,4%), 13 responden dengan status gizi balita
Universitas Sumatera Utara
kurus (40,6%). Hasil uji analisis didapat nilai p = 0,253 (p>0,5) artinya tidak terdapat
4.9.2 Pekerjaan
Berdasarkan hasil uji chi square antara pekerjaan dan status gizi balita didapat
hasil dari 17 responden yang bekerja, 10 responden dengan status gizi balita normal
(58,8%), 7 responden dengan status gizi balita kurus (41,2%). Sedangkan dari 87
responden yang tidak bekerja, 43 responden dengan status gizi balita normal (49,4%),
44 responden dengan status gizi balita kurus (50,6%). Hasil uji analisi didapat nilai p
= 0,478 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan
asuh kesehatan.
4.9.3 Pendapatan
Berdasarkan hasil uji tabulasi silang antara pendapatan dan status gizi balita
status gizi balita normal (51,4%), 35 responden dengan status gizi balita kurus
responden dengan status gizi balita normal (50,0%), 16 responden dengan status gizi
balita kurus (50,0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,896 (p>0,05) artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dan asuh kesehatan.
4.9.4 Pengetahuan
Hasil uji tabulasi silang antara pengetahuan dan status gizi balita diperoleh 31
responden yang berpengetahuan baik, 22 responden dengan status gizi balita normal
(71,0%), 9 responden dengan status gizi balita kurus (29,0%). Dari 51 responden
Universitas Sumatera Utara
yang berpengetahuan cukup diperoleh hasil 22 responden dengan status gizi balita
normal (43,1%), 29 responden dengan status gizi balita kurus (56,9%). Sedangkan
dari 22 responden yang berpengetahuan kurang, 9 responden dengan status gizi balita
normal (40,9%), 13 responden dengan status gizi balita kurus (59,1%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,029 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan
Berdasarkan hasil analisis hubungan pola asuh makan dan status gizi balita
didapat hasil bahwa dari 41 responden dengan pola asuh makan baik terdapat 38
responden berstatus gizi normal (92,7%), 3 responden berstatus gizi kurus (7,3%).
Sementara dari 63 responden dengan pola asuh makan kurang baik terdapat 15
responden berstatus gizi normal (23,8%) dan 48 responden berstatus gizi kurus
(76,2%). Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,001 (p<0,05) artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara pola asuh makan dan status gizi balita.
Tabel 4.12 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil analisis hubungan pola asuh diri dengan status gizi balita
dari 39 responden dengan pola asuh diri baik, 33 responden berstatus gizi normal
(84,6%) dan 6 responden berstatus gizi kurus (15,4%). Sementara dari 65 responden
dengan asuh diri kurang baik, 20 responden berstatus gizi normal (30,8%) dan 45
responden berstatus gizi kurus (69,2%). Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,001
(p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh diri dengan
Berdasarkan hasil analisis hubungan pola asuh kesehatan dengan status gizi
balita dari 37 responden dengan pola asuh kesehatan baik, 32 responden berstatus gizi
normal (86,5%) dan 5 responden berstatus gizi kurus (13,5%). Sementara dari 67
responden dengan asuh kesehatan kurang baik, 21 responden berstatus gizi normal
(31,3%), dan 46 responden dengan status gizi kurus (68,7%). Hasil uji statistik
didapat nilai p = 0,001 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
Tabel 4.14 Hubungan Pola Asuh Kesehatan dengan Status Gizi Balita
Untuk mengetahui karakteristik keluarga dan pola asuh terhadap status gizi
berganda yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk menganalisis pengaruh
beberapa variabel independen (lebih dari satu) terhadap variabel dependen kategori
yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh variabel pengetahuan, pola asuh
makan, pola asuh diri dan pola asuh kesehatan memiliki nilai probabilitas (p) lebih
kecil dari 0,25. Selanjutnya semua variabel tersebut dimasukkan dalam model,
kemudian dianalisis menggunakan uji regresi logistik berganda dengan enter yaitu
hasil analisis ditemukan variabel pengetahuan dan asuh diri tidak berpengaruh
kembali. Variabel yang dapat masuk ke dalam model regresi logistik adalah variabel
yang mempunyai nilai p<0,05 yaitu variabel asuh makan dan asuh kesehatan,
(p=0,001), dan asuh kesehatan (p=0,001). Variabel yang paling dominan adalah
Berdasarkan hasil analisis uji regresi logistik, variabel asuh makan diperoleh
nilai Exp (B) sebesar 27,477, sehingga dapat disimpulkam bahwa ibu dengan pola
asuh makan yang kurang baik akan mempunyai kemungkinan 27 kali lebih besar
mempunyai balita dengan status gizi kurus dibanding ibu dengan pola asuh makan
yang baik. Sedangkan variabel pola asuh kesehatan memiliki nilai Exp (B) sebesar
7,838 artinya ibu dengan pola asuh kesehatan yang kurang baik akan mempunyai
kemungkinan 7 kali lebih besar mempunyai anak balita berstatus gizi kurus.
model persamaa regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan fasktor pola asuh
makan dan pola asuh kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Keude geureubak
p = 1+e−(−3,724+3,313(makan)+2,059(keseha tan))
Keterangan :
Persamaan diatas menyatakan bahwa ibu dengan pola asuh makan dan asuh
kesehatan yang kurang baik memiliki probabilitas 88% untuk memiliki balita
berstatus gizi kurang. Responden dengan asuh makan dan asuh kesehatan yang baik
PEMBAHASAN
satu indikator sosial dalam masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku
manusia dapat meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu merupakan
modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga dan berperan dalam penyusunan
makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak. Pendidikan membentuk suatu
nilai tertentu bagi masia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal
baru dan juga cara berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk
dapat berfikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan baginya untuk
emahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan
diperlukan agar seseorang tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga
Pendidika formal orang tua secara statistik tidak ada hubungan yang nyata
terhadap status gizi, namun ada kecenderungan makin baik tingkat pendidikan ayah
dan ibu makin baik pula status gizi anak. Pendidikan orangtua yang relatif tinggi,
selanjutnya akan menimbulkan sifat yang positif di bidang kesehatan. Keadaan ini
rendah belum tentu juga pengetahuan gizinya rendah, orantua yang sering membaca
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita
Hasil penelitian karakteristik keluarga dalam hal ini adalah pekerjaan, dimana
dari hasil statistik dengan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan status gizi balita (p=0,478). Hal ini berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara variabel pekerjaan dengan status gizi balita.
Karena ibu yang yang bekerja status gizi balitanya kurang baik dan belum tentu juga
ibu yang tidak bekerja status gizi balita mereka tidak baik pula.
Masalah gizi kurang pada anak juga terjadi pada keluarga yang
berkecukupan. Hal ini disebabkan oleh ibu yang bekerja dan harus mengurusi
keluarganya, ibu yang memiliki banyak anak, ibu yang mempunyai kegiatan atau
kesibukan di luar rumah, dan lain-lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadi
masalah status gizi adalah para ibu yang menerima pekerjaan tetap sehingga harus
Mayoritas pengetahuan ibu tentang gizi cukup hal ini dikarenakan lokasi
penelitian yang jauh dari perkotaan sehingga memungkinkan ibu-ibu kurang cepat
untuk dikonsumsi balita. Informasi lain dari media massa baik cetak maupun
elektronik juga sulit didapatkan untuk menambah pengetahuan ibu khususnya tentang
menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang ia
(Ahmad Djaeni, 2000). Penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah
(2003), pengetahuan gizi ibu menjadi landasan penting dalam praktek pengasuhan
makan dan kesehatan, dimana ibu dengan pengetahuan gizi baik akan mempunyai
semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka penilaian terhadap
makanan semakin baik, artinya penilaian terhadap makanan tidak terpancang terhadap
rasa saja, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang lebih luas. Pengetahuan tentang gizi
prinsip ilmu gizi. Pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang rendah seringkali anak
harus puas dengan makan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi.
Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu sangat bermanfaat bagi balita apabila ibu
berhasil mengaplikasikan pengetahuan gizi yang dimilikinya. Hasil uji statistik chi
square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu
menurut tinggi badan diperoleh hasil bahwa sebagian besar balita berstatus gizi
normal (51,0%) dan selebihnya berstatus gizi kurus (49,0%). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar balita dalam status gizi normal. Status gizi balita merupakan
salah satu indikator yang dapat menentukan derajat kesehatan. Karena dengan status
gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan balita
sehingga dapat mencapai kematangan yang optimal. Pada dasarnya status gizi
Seorang wanita yang terlalu muda dalam menikah tentunya memiliki anak
dalam usia muda juga. Sementara pengetahuan dan pengalaman ibu dalam mengasuh
dan merawat anak masih sangat kurang sehingga berdampak pada status gizi balita.
Kondisi ini semakin diperparah dengan lingkungan tempat tinggal ibu. Lokasi yang
jauh dari kota, pendidikan ibu yang rendah, pengetahuan gizi ibu yang kurang, akses
informasi yang kurang sehingga ibu kurang mendapatkan informasi tentang gizi
balita.
Usia ibu yang terlalu muda dalam menikah sering menyebabkan ibu kurang
mahir dalam mengasuh anak, cepat emosi, lebih mementingkan keinginan sendiri
yang akhirnya menyebabkan balita kurang mendapatkan pola asuh yang baik. Hal ini
terlihat dari hasil uji penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh yang terdiri dari
pola asuh makan, pola asuh diri dan pola asuh kesehatan termasuk dalam kategori
kurang baik.
Pola asuh makan yang kurang baik banyak terlihat pada balita usia 24-59
bulan ini dikarenakan ibu kurang memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi
balita. Ibu membiarkan begitu saja balita mengonsumsi makanan jajanan tanpa ada
pendampingan.
seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk
perhatian atau dukungan ibu tersebut terhadap anak meliputi perhatian ketika anak
Universitas Sumatera Utara
makan dan sikap orangtua dalam memberi makan. Menurut Soenardi (2000) yang
peralatan yang dipakai harus mendapatkan perhatian khusus. Makanan yang kurang
bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau kecacingan pada anak.
Penyakit infeksi seperti diare dan kecacingan dapat mempengaruhi status gizi anak..
beranekaragam, terlihat dari rata-rata angka kecukupan energi dan protein balita
belum sesuai dengan angka kecukupan energi dan protein yang dibutuhkan balita.
Lokasi yang jauh dari perkotaan, tidak tersedianya warung-warung yang menjual
makanan sumber protein, ekonomi yang menengah kebawah, ketikmauan ibu dalam
asupan protein yang cukup. Demikian juga dengan komposisi makanan dilihat dari
sumber zat gizi belum sesuai dengan konsep keseimbangan menu makanan yang
dianjurkan.. Hal ini terjadi karena ibu tidak membiasakan balita untuk mengonsumsi
Dari hasil food frequensi ternyata rata-rata balita (24-59 bulan) mengonsumsi
nasi sebagai makanan pokok utama 2 kali sehari. Jagung, roti, dan tepung-tepungan
makanan sehari-hari. Roti dikonsumsi pada waktu-waktu tertentu saja, konsumsi roti
dalam bentuk roti kering (biskuit atau crackers). Makanan golongan sumber zat
pengatur: sayuran hijau tua seperti bayam dan kangkung. Sayuran berwarna kuning
Universitas Sumatera Utara
jingga: wortel dan tomat. Makanan yang mengandung karbohidrat sederhana (gula-
gulaan) seperti permen, coklat, es krim, dll., sering dikonsumsi. Hal ini yang dapat
pokok, sayuran dan buahan. Gula-gula akan meningkatkan cairan gastric sehingga
yaitu pendapatan keluarga yang rendah disamping pengetahuan ibu itu sendiri yang
Makanan yang tergolong sumber pengatur juga jarang dikonsumsi oleh balita
karena ibu juga tidak menyediakan. Hasil observasi yang dilakukan peneliti didapat,
ibu jarang memasak sayuran dikarenakan ketersediaan pangan yang kurang sehingga
memaksa ibu hanya menyediakan makanan pokok dan dan protein secukupnya.
Hasil observasi selama penelitian didapat, ibu membiarkan saja balita 36-59
bulan jajan di warung-warung terdekat tanpa memantau jajanan apa yang dibeli
balita. Sehingga balita sesuka hati untuk membeli apa saja yang mereka mau seperti
permen, coklat, kerupuk, es, dan lain-lain. Hal ini memungkinkan balita jarang
Hasil penelitian diketahui bahwa pola asuh diri yang dilakukan ibu menikah
dini terhadap balita usia 0-59 bulan yang meliputi personal hygiene balita dan ibu
didapat 37,5% termasuk dalam kategori baik , dan 62,5% termasuk dalam kategori
kurang baik. Secara umum, tindakan ibu dalam menjaga kebersihan balita mulai dari
Universitas Sumatera Utara
memotong kuku jika kelihatan panjang , membersihkan peralatan makan setelah
digunakan, mencuci tangan dengan sabun, memakai sandal jika bermain di luar
rumah, dan mencuci tangan setelah BAB, kurang baik. Ibu jarang memperhatikan
Selain itu, observasi yang dilakukan oleh peneliti didapat bahwa ibu lebih
Kebersihan peralatan makan dan kebersihan diri balita yang kurang baik ini
sering menyebabkan balita mudah terserang penyakit. Peralatan makan balita sering
Salah satu faktor yang mempermudah anak balita terserang penyakit adalah
sehat perlu diupayakan dan dibiasakan tetapi tidak dilakukan sekaligus, harus
perlahan-lahan dan terus menerus. Lingkungan sehat terkait dengan keadaan bersih,
rapi dan teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat
sehat seperti mandi, cuci tangan sebelum makan dan menyikat gigi.
kontaminasi oleh mikroba, sehingga meningkatkan resiko atau infeksi yang lain pada
balita. Sumber infeksi lain adalah alat permainan dan lingkungan bermain yang kotor.
diri terhadap balita pada ibu menikah dini, dimana keluarga belum memiliki sarana
Universitas Sumatera Utara
air bersih dan peralatan mandi atau cuci yang cukup untuk dapat melakukan asuh diri
pada balita. Ditambah dengan kondisi tempat tinggal serta lingkungan sekitar yang
tidak mendukung untuk dapat memberikan asuh diri dan kesehatan yang optimal.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa asuh kesehatan dari ibu menikah dini
didapat 35,6% termasuk dalam kategori baik dan 64,4% termasuk dalam kategori
kurang baik. Pola asuh ibu berdasarkan perawatan kesehatan lebih banyak pada
kategori kurang baik, kemauan ibu yang memiliki balita dalam memanfaatkan
pelayanan posyandu sebagai sarana imunisasi balita juga sangat rendah, hal ini
sebagian ibu menganggap bahwa cairan imunisasi yang diberikan kepada balita
adalah haram. Selain itu ibu juga beranggapan bahwa, balita mereka terlalu cantik
untuk di suntikkan imunisasi ke tanggannya yang akan menimbulkan bekas pada kulit
balita.
kebawah sangat sulit diharapkan mampu melakukan asuh kesehatan dengan baik.
Oleh karena upaya perbaikan dari aspek ekonomi keluarga merupakan sesuatu yang
perhatian dari para orang tua yaitu dengan segera membawa anaknya yang sakit
ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Masa balita sangat rentan terhadap
balita yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan
mendapatkan imunisasi akan lebih rendah mebgalami risiko penyakit . balita yang
berulang akan mengurangi nafsu makan yang berakibat pada rendahnya asupan gizi.
Pengaruh pola asuh yang terdiri dari pola asuh makan, asuh diri dan asuh
kesehatan terhadap status gizi balita didapat hasil bahwa pola asuh makan merupakan
Hal ini berarti, praktek pemberian makan yang baik konsumsi energi dan
protein yang cukup sangat mendukung tercapainya status gizi anak yang baik. Namun
sebaliknya jika praktek pemberian makan pada anak kurang baik, konsumsi energi
dan protein yang kurang dapat menyebabkan status gizi anak tidak baik pula. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Sarasani (2005) yang menyatakan bahwa anak
yang mempunyai praktek pemberian makan yang baik lebih banyak berstatus gizi
baik pula. Status gizi yang normal menunjukkan bahwa asupan makanan yang
ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana
ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari penyakit. Dengan
demikian status gizi dapat membantu mendeteksi secara dini resiko terjadinya
masalah kesehatan pada balita. Gizi yang seimbang juga dapat meningkatkan
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Engle dan Riccuti (1995) yang
menyatakan rangsangan psikososial yang baik umumnya berkaitan erat dengan status
gizi dan kesehatan yang baik pula, sehingga secara tidak langsung berpengaruh positif
pada anak batita menunjukkan juga bahwa anak yang berstatus gizi baik banyak
Secara umum pola asuh ibu berada pada kategori baik mempunyai status gizi
anak yang baik pula. Hal ini sesuai dengan penelitian Hafrida (2004) yang
menyatakan bahwa ada kecendrungan dengan semakin baiknya pola asuh, maka
Hasil penelitian diketahui masih adanya status gizi kurus sebesar 49,0%,
masih tingginya prevalensi balita berstatus gizi kurus tersebut rata-rata pada umur >
36 bulan, ini dikarenakan pada usia tersebut balita sudah diberi makanan lengkap.
Jika pola pemberian makanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan balita
sementara kebutuhan akan zat gizi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia,
kehidupan anak. Keadaan yang bila terjadi terus berlanjut, anak dapat mengalami
gangguan pada pertumbuhan fisik dan mentalnya. Anak dapat mengalami penurunan
daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi penyakit. Selain itu, anak juga
berisiko terjadi Kurang Energi Protein (KEP) karena ketidaksesuaian antara zat gizi
yang diperoleh dengan dari makanan dan kebutuhan tubuh (Djoko Wijono, 2009).
anak.Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan
tubuh akan bebas dari segala penyakit. Sehingga status gizi juga dapat membantu
untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan (Hidayat 2008).
keadaan gizinya harus selalu diperhatikan melalui tindakan ibu dalam memberikan
pola asuh (asuh makan, asuh diri dan asuh kesehatan) terhadap balitanya.
karakteristik keluarga dengan pola asuh (asuh makan, asuh diri dan asuh kesehatan).
Pola asuh ini dipengaruhi oleh karakteristik keluarga tersebut, diantaranya pendidikan
antara karakteristik keluarga dalam variabel pendidikan dengan pola asuh makan
(p=0,001), pola asuh diri (0,008) dan pola asuh kesehatan (0,013). Arif (2006)
menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam
peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang
tepat (Suharjo, 2003). Pendidikan juga diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas
permanen di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Edwards (2006)
dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan
antara lain: mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu
keluarga dan kepercayaan anak dan terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak.
menjadikan ibu kurang terampil dalam mengasuh balita. Ditambah dengan usia ibu
yang terlalu muda sehingga ibu sering emosi dalam mengasuh dan merawat balita.
Hasil penelitian karakteristik keluarga dalam hal ini adalah jenis pekerjaan,
dimana dari hasil statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan antara pekerjaan dengan pola asuh makan balita (p=0,004), asuh diri
(p=0,047). Tetapai tidak menunjukkan hal yang signifikan antara pekerjaan dengan
Dari 104 responden diketahui bahwa persentase terbesar untuk jenis pekerjaan
dari balita ibu yang menikah dini di wilayah kerja Puskesmas Keudeu Geureubak
Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013 adalah tidak bekerja
(83,7%).
Pekerjaan ibu tidak dapat menentukan baik dan kurangnya pola asuh yang
diberikan kepada balita. Hal ini dapat terlihat dari ibu yang bekerja ataupun tidak
bekerja mempunyai pola asuh yang baik asalkan ibu dapat mengatur dan
Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendapatan dengan pola asuh makan (p=0,867), asuh diri
pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap pola asuh makan, asuh diri dan asuh
Pendapatan keluarga dari ibu menikah dini di wilayah kerja Puskesmas Keude
Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013 mayoritas
berpendapatan rendah < 1.350.000. Keadaan ini dikarenakan pekerjaan kepala rumah
tangga lebih banyak sebagai petani kecil yang hanya mempunyai lahan pertanian
yang kecil.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan yang rendah ini memaksa ibu tidak mampu menyediakan
makanan yang bervariasi setiap harinya, sehingga balita tidak dapat mengonsumsi
makanan yang sesuai dengan kecukupan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita.
keluarga yang mayoritas tamatan SMP dan pendidikan ibu yang juga mayoritas
tamatan SMP. Kondisi demikian memaksa mereka hanya mampu bekerja sebagai
petani dan ibu rumah tangga karena tidak mempunyai keterampilan khusus yang
Hasil uji statistik chi square terdapat perbedaan asuh makan yang baik antara
pengetahuan gizi ibu yang baik sebesar 29,8%, pengetahuan gizi ibu yang cukup
49,0% dan pengetahuan gizi ibu yang kurang 21,2% dengan nilai p = 0,001. Dari
angka tersebut dapat disimpulkan bahwa secara persentase pengetahuan gizi ibu yang
baik maka akan baik pula pola asuh makan terhadap anaknya dibandingkan dengan
di dapat bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori baik maka
akan memberikan pola asuh makan, asuh diri dan asuh kesehatan yang baik kepada
informasi tentang gizi dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan dasar (SD dan
SMP, sehingga berpengaruh terhadap pola asuh yang diberikan kepada balita.
Dari hasil penelitian Cahyani (2008), didapat sebagai berikut, pendidikan akan
mempengaruhi pada tingkat pengetahuan dan juga sikap yang pada akhirnya akan
6.1 Kesimpulan
1. Status gizi balita pada ibu menikah dini di wilayah kerja Puskesmas Keude
2. Status gizi balita yang kurus ini terlihat dari pola asuh ibu yang terdiri dari
pola asuh makan, pola asuh diri dan pola asuh kesehatan masih dalam kategori
kurang baik. Hal ini terjadi dikarenakan usia ibu yang belum matang dalam
3. Variabel pola asuh makan merupakan variabel yang paling dominan terhadap
status gizi balita ibu menikah dini artinya ibu dengan asuh makan yang kurang
baik mempunyai kemungkinan 27 kali lebih besar untuk berstatus gizi kurang
pada balita dibanding dengan ibu yang melakukan asuh makan yang baik.
4. Ibu yang memiliki status gizi balita yang normal umumnya ibu dengan tingkat
dalam kegiatan posyandu dari segi frekuensinya. Akan lebih baik jika kegiatan
penyuluhan dilakukan lebih dari satu kali dalam sebulan. Serta meningkatkan
memelihara ayam serta ikan sehingga sumber protein dapat mudah didapat.
Universitas Sumatera Utara