Disusun oleh
NATASYA AYU NINGRUM
20120310190
i
HALAMAN PENGESAHAN KTI
Disusun oleh:
NATASYA AYU NINGRUM
20120310190
Dosen pembimbing
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Natasya Ayu Ningrum
NIM : 20120310190
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 2015
Yang membuat pernyataan,
iii
KATA PENGANTAR
iv
v
Penulis
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa balita merupakan masa golden period. Pada masa ini pertumbuhan
terjadi secara cepat dan berlangsung secara kontinyu terutama pada sistem saraf
(Narendra, 2005). Masa balita terjadi saat berusia satu sampai dengan lima tahun
(Soekirman, 2006).
Prevalensi perawakan pendek mencapai 42%. Sedangkan anak - anak yang gagal
tumbuh memiliki prevalensi 40% pada anak di bawah lima tahun, total sekitar
pertumbuhan yang merupakan masalah utama yang dihadapi oleh negara- negara
berkembang memiliki prevalensi sebesar 50% pada anak usia di bawah lima
mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang yang meliputi asuh, asih, dan asah.
tempat tinggal, dan sanitasi lingkungan. Asih berupa pemberian kasih sayang,
perhatian, dan penghargaan. Asah berupa stimulasi gerak, bicara, bermain, moral,
makanan tetapi secara tidak langsung juga disebabkan oleh pola asuh orangtua.
Kebutuhan balita akan asuh meliputi kebutuhan akan gizi yang adekuat,
1
2
perawatan kesehatan dasar, keadaan tempat tinggal yang layak, dan sandang
(Kirana, 2010). Pola asuh orang tua merupakan kemampuan orang tua untuk
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
anak juga bisa menjadi sebagai cobaan bagi orang tua, karena tidak jarang orang
tua gagal dalam pengasuhan dan pendidikan anaknya, sesuai yang disebutkan
Jadi, tidak mudah untuk menjadikan anak seperti yang orang tua
harapkan, karena dalam pembentukan jati diri anak perlu proses yang panjang
yang harus dilakukan oleh orang tua sesuai dengan apa yang orang tua inginkan.
Para orang tua sudah pasti mempunyai tanggung jawab untuk membina akhlak
anak, salah satunya melalui pola asuh mereka terhadap anak. Kesalahan pola asuh
terjadi gangguan tumbuh kembang tersebut ada baiknya di deteksi lebih dini
adalah Denver II karena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulai bayi
baru lahir sampai umur 6 tahun), mencakup semua aspek perkembangan dengan
3
(Needlman, 2000).
Di Indonesia jumlah balita pada tahun 2013 sebanyak + 24 juta jiwa dari
jumlah penduduk 250 juta jiwa atau sebesar 9,6%. Provinsi Daerah Istimewa
cukup besar untuk 1 dusun yaitu 74 balita. Berdasarkan data Posyandu Maret
2015, terdapat 11 balita yang tidak naik berat badannya, dan terdapat 5 balita
Data –data diatas menjadi bahan kajian yang menarik diteliti untuk
mengetahui secara pasti ada tidaknya hubungan pola asuh dan status gizi terhadap
laku sosial, gerak motorik halus, bahasa, dan gerak motorik kasar di Posyandu
B. Rumusan Masalah
a. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tumbuh kembang
b. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang balita usia
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
orang tua dan status gizi dengan tumbuh kembang balita usia 1-59 bulan di
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dan status gizi dengan
2. Manfaat Praktis
E. Keaslian Penelitian
Sectional dengan subjek anak usia 1-2 tahun yang sehat dan kooperatif pada saat
perkembangan dilakukan oleh satu dokter dan dua dokter (residen) dengan
ada empat, yaitu motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasan, dan sosial
normal 278 anak (90,22%) dan meragukan 30 anak (9,78%). Sedangkan status
gizi dinilai berdasarkan BB/PB, hasil normal 277 anak (89,9%) dan kurus 31
anak (10,10%). Dari 31 anak dengan status gizi kurang, 2 anak diantaranya
meragukan mempunyai status gizi normal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
Penelitian yang dilakukan Lestari, Surti Deniarti (2014) dengan judul “Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia Dini (Usia 3-5 Tahun) :
dan teknik pengambilan sampel total sampling. Sampel diambil sebanyak 112
orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear ganda
regresi antara Pola Asuh demokratis (X1), permisif (X2) dan Otoriter (X3)
perhitungan tersebut bahwa Fhitung≥ Ftabel yaitu 39,967 > 3,080 artinya
terlihat bahwa penerapan pola asuh demokratis, permisif dan otoriter secara
“Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 3-5
pola asuh otoriter dan 19 orang memiliki pola asuh demokratis. Dan dari 23 anak
dengan pola asuh otoriter terdapat 7 orang anak normal dan 16 anak
normal dan 6 anak mengalami suspect. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pola asuh orangtua dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun di
Penelitian tentang hubungan pola asuh dan status gizi terhadap tumbuh
kembang balita usia 1-59 bulan dengan acuan denver II belum pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
orang tua yang diterapkan pada anak. Pengasuhan anak adalah bagian
antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut
dan interaksi dengan orang tua. Tanpa disertai suasana hangat penuh kasih
antara orangtua dan sikecil, proses tumbuh kembang tidak akan berjalan
orangtua terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu otoriter,
7
8
1) Otoriter
2) Autoritatif
3) Permisif
menunjukkan kekuasaan.
9
1) Asuh Makan
pemenuhan kebutuhan anak oleh ibu dalam bentuk pemberian ASI atau
diberi ASI semata sejak lahir sampai usia 4-6 bulan dengan frekuensi
kapan saja anak minta dan dinyatakan kurang bila tak memenuhi kriteria
dinyatakan cukup bila anak diberikan ASI plus makanan lumat yang
terdiri dari tepung-tepungan dicampur susu, dan atau nasi (berupa bubur
atau nasi biasa) bersama ikan, daging atau putih telur lainnya ditambah
sama atau lebih 3 x per hari, dan kurang bila tidak memenuhi kriteria
bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur, sari buah, buah segar,
2001).
Nasional Pangan dan Gizi (2004), jumlah zat gizi terutama energi dan
protein yang harus dikonsumsi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 kalori dan
16 gram protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI) adalah 400 Kalori
dan 10 gram protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah
250 Kalori dan 6 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350
kalori dan 8 gram protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI
adalah sekitar 500 Kalori dan 12 gram protein (Depkes RI, 2006).
tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari 1-3 tahun
yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari 3-5 tahun yang
konsumen pasif, yaitu anak menerima makanan dari apa yang disediakan
ibunya.
anak balita. Penyajian makanan yang akan diberikan kepada anak balita
makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi hari pada pukul
07.00-08.00, siang hari pada pukul 12.00-13.00, dan malam hari pada
ditambah 2 kali
makanan selingan
1 – 3 tahun Makanan keluarga 3 kali sehari
1 – 1 ½ piring ditambah 2 kali
nasi/pengganti makanan selingan
2 – 3 potong sedang lauk
Hewani
1 – 2 potong sedang lauk
nabati
½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1 gelas susu4 – 6
tahun 1 – 3 piring nasi/pengganti 3 kali sehari
2 – 3 potong lauk hewani ditambah 2 kali
1 – 2 potong lauk nabati makanan selingan
1 – 1 ½ mangkuk sayur
2 – 3 potong buah-buahan
1 – 2 gelas susu
Sumber : Depkes RI, 2006
12
yaitu :
bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali
bubur nasi, sampai nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan
atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel
kadaluwarsa
c. Tambahan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau
daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau
sebagainya.
sebagainya
makan.
(Pudjiadi, 2005).
2) Asuh Diri
keadaan bersih, rapi dan teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk
Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, 3. Makan teratur 3 kali sehari, 4.
Menyikat gigi sebelum tidur dan 5. Buang air kecil pada tempatnya/WC.
sehingga meningkatkan risiko atau infeksi lain pada balita. Sumber infeksi
3) Asuh Kesehatan
pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang lebih
baik. Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit. Hal ini
(2006) menyatakan bahwa jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama
sakit yang diderita sangat mempengaruhi kesehatan dan status gizi balita.
pada balita. Sakit yang lama akan mempengaruhi nafsu makan balita yang
2. Status Gizi
kebutuhan. Status gizi biasanya baik dan cukup, namun karena pola
konsumsi yang tidak seimbang maka timbul status gizi buruk atau status
anak mengalami gizi baik, cukup, atau gizi yang kurang (Alimul, 2008)
status gizi. Indeks BB/U menunjukkan secara sensitive status gizi saat
ini (saat diukur) karena mudah berubah namun tidak spesifik karena
berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi
badan. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu karena dalam
secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat dikategorikan
1) Faktor Eksternal
a) Pendapatan
b) Pendidikan
mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha & Uha, 2001).
2) Faktor internal
a) Usia
2001).
18
b) Infeksi
1) Antropometri
2) Klinis
mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
3) Biokimia
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4) Biofisik
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi
(food record).
2) Statistik Vital
3) Faktor Ekologi
dibedakan atas :
3. Tumbuh Kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau
dimensi sel, organ maupun individu, yang bisa di ukur dengan berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
dalam mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang yang meliputi asuh, asih,
dan asah. Asuh terdiri atas pemberian nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan,
pakaian, tempat tinggal, dan sanitasi lingkungan. Asih berupa pemberian kasih
1) Faktor Herediter
adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat
2) Faktor Lingkungan
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan ,
4. Denver II
a. Definisi Denver II
salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Waktu yang
b. Tujuan
sebagai berikut :
3) Language (bahasa)
bulan untuk satu tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15
25
hari -> dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari
dibulatkan ke atas.
2) Buat garis lurus dari atas sampai bawah berdasarkan umur kronologis
a. Pertama pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri
anak gagal
berapa yang F.
1) Abnormal
lebih
dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
2) Meragukan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
4) Normal
1) Advanced
garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia
tersebut.
2) Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis
3) Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-
4) Delay
B. Kerangka Konsep
Balita + Orangtua
Pola Asuh Orangtua
Denver II
1. Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tumbuh kembang
2. Adanya hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang balita usia
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
dengan rancangan penelitian secara cross sectional mengenai pola asuh orang tua
dan status gizi terhadap tumbuh kembang balita usia 1-59 bulan. Penelitian ini
observasi atau pengumpulan data da sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada
1. Populasi
penelitian ini adalah seluruh ibu/bapak yang mempunyai anak usia 1-59
bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah populasi adalah
29
30
2. Sampel
2003). Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dimana
a. Kriteria Inklusi :
b. Kriteria Ekslusi
Menurut Taro Yamane dan Slovin, apabila jumlah populasi (N) diketahui
maka teknik pengambilan besar sampel dapat menggnakan rumus sebagai berikut
n = ___N___
N . d2 + 1
Keterangan :
N = besar populasi
2010).
N 54
n= = = 47,8 = 48 balita
N .d2 + 1 54 .(0,05)2 + 1
Sampling, karena semua sampel memikili kesempatan yang sama untuk dijadikan
random yang digunakan adalah dengan cara mengundi nomer sesuai kedatangan
pada saat posyandu dengan jumlah undian yang diambil sesuai jumlah sampel
yaitu 48 balita. Sehingga setiap balita mempunyai kesempatan yang sama untuk
1. Variabel
a. Variabel Bebas
b. Variable Terikat
c. Variabel Pengganggu
1) Pekerjaan orangtua
2) Pendidikan orangtua
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif ataupun
positif.
Skala
Nominal
Cara Ukur
pertanyaan permisif
33
Parameter
yang salah diberi skor 0, sehingga total skor berkisar antara 0-8.
b. Status Gizi
Definisi Operasional
Skala
Ordinal
Cara Ukur
Parameter
1. BB/TB
Definisi Operasional
Skala
Nominal
Cara Ukur
Parameter
1. Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis
2. Caution
35
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-
3. Delay
5. Instrumen Penelitian
Kesehatan RI
1. Sumber Data
a. Data Primer
identitas ibu dan data anak, data pola asuh orang tua dan data tumbuh
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh berdasarkan data yang sudah ada yaitu jumlah
ibu yang mempunyai anak usia 1-59 bulan di Dusun Ngebel, Kasihan,
Bantul.
36
(Notoatmodjo, 2005) :
a. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
anak.
b. Wawancara (Interview)
c. Angket
makan, pola asuh diri dan pola asuh kesehatan. Uji validitas
alat ukur dengan cara mengukur korelasi item dengan skor total item
rhitung > rtabel maka dinyatakan valid dan sebaliknya, pada taraf signifikan 0,05
dengan uji dua sisi dan jumlah data n = 30. Didapat dari tabel r tabel
valid
reliabilitas alat ukur dari satu kali pengkuran, dengan ketentuan, jika
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk uji validitas pola asuh
variabel pola asuh Autoritatif valid. Untuk uji validitas pola asuh otorier
item total > 0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,81, maka dapat
mempunyai nilai corrected item total > 0,361 dengan nilai cronch’s alpha
reliabilitas yang terukur dalam interval >0,60 dengan nilai cronch’s alpha
pernah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk uji validitas dan
relibilitas pola asuh makan didapatkan hasil seluruh variabel asuh makan
total> 0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,953, maka dapat disimpulkan
bahwa seluruh pertanyaan variabel asuh makan valid dan reliabel. Untuk uji
validitas dan reliabilitas pola asuh diri seluruh variabel asuh diri sebanyak 10
pertanyaan mempunyai nilai corrected item total > 0,361 dengan nilai
39
1. Pengolahan Data
a. Pengeditan
dipergunakan.
b. Pengkodean (coding)
1) Pola Asuh
a) Autoritatif kode 1
b) Otoriter kode 2
c) Permisif kode 3
a) Baik kode 1
40
3) Denver II
a) Normal kode 1
b) Caution kode 2
c) Delay kode 3
c. Scoring
perlu diberi penilaian atau skor. Pemberian skor dalam penelitian ini
selalu diberi skor 6, dan untuk jawaban tidak pernah diberi skor 0
untuk kuesioner jenis pola asuh. Untuk kuesioner Tindakan Pola Asuh
diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Dan
untuk Denver test diberi skor 2 jika normal, skor 1 jika suspect, dan 0
jika unstable.
d. Tabulasi Data
dengan kriteria.
2. Analisis Data
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap prapenelitian
3. Tahap penelitian
kuesioner yang akan diberikan. Jika ibu balita yang menjadi calon
4. Tahap penyelesaian
J. Etika Penelitian
Status Gizi terhadap Tumbuh Kembang Balita Usia 1-59 Bulan dengan
1. Karakteristik Data
sebagai berikut:
dari total luas Kecamatan Kasihan, memiliki 89 Rukun Tetangga (RT) serta
terdiri dari 10 dusun, yaitu Gatak, Ngebel, Ngrame, Jetis, Jadan, Brajan, Gonjen,
Kasihan, dan Kembaran. Jumlah penduduk di sana sebesar 25.108 orang terdiri
Pada penelitian ini, data karateristik responden yang dilihat dari usia,
bahwa hasil perhitungan statistik karakteristik responden yang dlihat dari usia ibu
saat ini berkisar antara 21 - 50 tahun dengan rata – rata usia ibu mayoritas
respoden yang dilihat dari alamat dari RT paling banyak adalah RT 02 berjumlah
44
45
balita. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan untuk statistik untuk
karakteristik balita yang dilihat dari umur balita menunjukkan bahwa umur balita
0-6 bulan berjumlah 7 balita (13,2%), 7-12 bulan berjumlah 5 balita (9,2%), 12-
Sementara itu karakteristik balita dilihat dari jenis kelamin, antara laki –
laki dan perempuan memiliki presentase yang hampir sama, yaitu berjumlah 26
balita (49,1%) untuk balita laki – laki dan 27 balita (50,9%) untuk balita
perempuan.
Jenis pola asuh dalam penelitian ini adalah otoriter, autoritatif dan
menggunakan kuesioner. Tindakan pola asuh terdiri dari pola asuh makan,
oleh asisten peneliti. Aspek yang diuji adala motorik halus, motorik kasar,
personal sosial, dan bahasa. Untuk lebih rinci dapat dilihat tabel 4.6.
48
instrumen kertas Denver II dibantu oleh asisten peneliti. Hasil dari interpretasi
tersebut diuji hubungannya dengan hasil Tes Denver II untuk melihat hubungan
status gizi dan tumbuh kembang balita dalam empat aspek, yaitu personal sosial,
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa dari 27 balita dengan status gizi
baik didapatkan hasil yaitu 14 balita mempunyai tumbuh kembang motorik halus
keterlambatan. Sebaliknya, untuk balita dengan status gizi tidak baik atau kurang
baik terdiri dari 1 balita dengan motorik halus yang normal, 14 balita caution, dan
hubungan yang signifikan antara status gizi balita dengan tumbuh kembang
motorik halus.
50
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 27 balita dengan status
gizi baik, 22 balita diantaranya normal, 4 balita caution, dan 1 balita mengalami
status gizi tidak baik terdiri dari 1 balita normal, 16 balita caution, dan 9 balita
motorik kasar. Berdasarkan hasil uji statistic dengan Chi-square diperoleh nilai p
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa dari 27 balita dengan status gizi
gizi tidak baik atau kurang, terdiri dari 1 balita dengan personal sosial normal, 9
diperoleh nilai p sebesar 0.000 (<0.05), sehingga disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara status gizi balita dengan tumbuh kembang personal sosial.
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 27 balita dengan status
gizi baik, 19 balita diantaranya normal, 5 balita caution, dan 3 balita mengalami
keterlambatan pada bahasa. Sedangkan untuk 26 balita lainnya dengan status gizi
tidak baik terdiri dari 2 balita normal, 7 balita caution, dan 17 balita lainnya
Berdasarkan hasil uji statistic dengan Chi-square diperoleh nilai p sebesar 0.000
51
(<0.05), sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status gizi
Data pola asuh didapatkan dari dua kuesioner yang diisi oleh Ibu
responden, yaitu kuesioner tindakan pola asuh dan jenis pola asuh. Pengisian
kembang, yaitu otoriter, autoritatif, dan permisif. Masing – masing dari jenis
motorik halus, motorik kasar, personal sosial, dan bahasa. Rincian tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Tumbuh Kembang Balita
dengan pola asuh otoriter terdiri dari 10 balita caution, dan 9 balita
pola asuh permisif, terdiri dari 3 balita caution, dan 5 balita mengalami
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pola asuh dengan tumbuh
dengan pola asuh otoriter terdiri dari 1 balita normal, 12 balita caution,
dengan pola asuh autoritatif terdiri dari 20 balita normal, 6 balita caution,
dan 3 balit mengalami delay pada aspek motorik kasar. Untuk 5 balita
signifikan antara jenis pola asuh dengan tumbuh kembang motorik kasar.
53
dengan pola asuh otoriter terdiri dari 10 balita caution, dan 9 balita
asuh autoritatif terdiri dari 16 balita normal, 6 balita caution, dan 7 balita
mengalami delay pada aspek personal sosial. 5 balita dengan pola asuh
dengan pola asuh otoriter terdiri dari 1 balita normal, 8 balita caution,
tumbuh kembang, yaitu pola asuh makan, pola asuh diri, dan pola asuh
personal sosial, dan bahasa. Secara rinci akan dibahas pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9 Hubungan antara Pola Asuh Makan dan Tumbuh Kembang Balita
pola asuh makan baik, terdiri dari 12 balita diantaranya normal, 7 balita
Sedangkan untuk 31 balita lainnya dengan pola asuh diri tidak baik terdiri
pola asuh makan baik, terdiri dari 17 balita diantaranya normal, 3 balita
Sedangkan untuk 31 balita lainnya dengan pola asuh makan tidak baik
yang signifikan antara pola asuh diri dengan tumbuh kembang motorik
kasar.
pola asuh makan baik, terdiri dari 13 balita diantaranya normal, 4 balita
Sedangkan untuk 31 balita lainnya dengan pola asuh makan tidak baik
pola asuh makan baik, terdiri dari 16 balita diantaranya normal, 2 balita
untuk 31 balita lainnya dengan pola asuh tidak baik terdiri dari 5 balita
Tabel 4.10 Hubungan antara Pola Asuh Diri dan Tumbuh Kembang Balita
pola asuh diri baik, terdiri dari 14 balita diantaranya normal, 11 balita
Sedangkan untuk 23 balita lainnya dengan pola asuh diri tidak baik terdiri
asuh diri baik, terdiri dari 18 balita normal, 11 balita caution, dan 1 balita
lainnya dengan pola asuh diri tidak baik terdiri dari 5 balita normal, 9
balita caution, dan 9 balita lainnya mengalami delay pada bagian motorik
signifikan antara pola asuh diri dengan tumbuh kembang motorik kasar.
pola asuh diri baik, terdiri dari 14 balita diantaranya normal, 8 balita
Sedangkan untuk 23 balita lainnya dengan pola asuh diri tidak baik terdiri
asuh diri baik, terdiri dari 19 balita normal, 4 balita caution, dan 7 balita
dengan pola asuh diri tidak baik terdiri dari 2 balita normal, 10 balita
Tabel 4.11 Hubungan antara Pola Asuh Kesehatan dan Tumbuh Kembang
Balita
Aspek Kategori Pola Asuh Kesehatan
Tumbuh Tumbuh Baik Tidak Baik P
Kembang Kembang N % N %
Normal 12 80.0 3 20.0
Motorik
Caution 4 18.2 18 81.8 0.000
Halus
Delay 3 18.8 11 81.3
19 35.8 34 64.2
Normal 14 73.9 3 26.1
Motorik Caution 4 40.0 18 60.0 0.003
Kasar Delay 1 50.0 5 50.0
19 35.8 34 64.2
Normal 12 60.9 5 39.1
Personal Caution 5 20.0 18 80.0 0.001
Sosial Delay 2 10.0 13 90.0
19 35.8 34 64.2
Normal 16 76.2 5 23.8
Caution 2 16.7 10 83.3 0.000
Bahasa
Delay 1 5.0 19 95.0
19 35.8 34 64.2
59
Sedangkan untuk 34 balita lainnya dengan pola asuh kesehatan tidak baik
halus.
Sedangkan untuk 34 balita lainnya dengan pola asuh kesehatan tidak baik
motorik kasar.
Sedangkan untuk 34 balita lainnya dengan pola asuh kesehatan tidak baik
pola asuh diri baik, terdiri dari 19 balita diantaranya normal, 4 balita
untuk 23 balita lainnya dengan pola asuh diri tidak baik terdiri dari 2
B. Pembahasan
penduduk asli dan atau penduduk tidak asli yang menempati dusun ngebel RT 1-
pendidikan paling banyak SMA dengan pekerjaan ibu rumah tangga. Usia balita
61
yang menjadi sampel mayoritas berusia 24-59 bulan sehingga lebih mudah untuk
Distribusi jenis pola asuh orangtua mayoritas adalah pola asuh autoritatif
terlibat dalam urusan keluarga, dalam hal menu makanan, maupun keputusan
lain.
Distribusi pola asuh makan yang dilakukan oleh orangtua terhadap balita
usia 0-59 bulan diperoleh hasil mayoritas responden termasuk dalam kategori
kurang baik. Hal ini terlihat dari ibu yang tidak memberikan ASI sebelum usia 6
bulan, balita diberi makanan pendamping sebelum usia 6 bulan, menu makanan
tidak terdiri dari 4 sehat, ibu tidak membujuk balita jika tidak mau makan, ibu
jarang mendampingi balita saat makan, menu makanan tidak bervariasi setiap
harinya, dan jika balita tidak mau makan pada satu jenis makanan tertentu ibu
Distribusi pola asuh diri yang dilakukan ibu terhadap balita usia 0-59
bulan yang meliputi personal hygiene balita dan ibu didapat hasil paling banyak
kategori pola asuh diri kurang baik. Secara umum, tindakan ibu dalam menjaga
sabun, memakai sandal jika bermain di luar rumah, dan mencuci tangan setelah
lingkungannya.
62
responden ibu didapat mayoritas responden termasuk dalam kategori kurang baik.
Hal ini terlihat dari balita yang tidak mendapatkan imunisasi sesuai dengan umur,
ibu kurang memantau setiap makanan yang dikonsumsi balita termasuk jajanan,
jika ke posyandu ibu tidak membawa KMS, jika petugas datang untuk imunisasi,
ibu jarang mengizinkan anaknya untuk di imunisasi dan ibu jarang mencuci
tumbuh kembang anak adalah orangtua, penentu pola asuhan termasuk pemberian
ASI, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, orangtua yang
tidak memenuhi kriteria diatas tidak digunakan sebagai responden karena hal ini
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima
tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan
dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode
tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan
2004).
63
Berdasarkan data yang diambil dari dari 53 responden anak di bawah lima
penimbangan berat badan dengan timbangan gantung untuk balita yang sudah
bisa duduk dan timbangan bayi untuk bayi dibawah 6 bulan, pengukuran tinggi
badan untuk balita yang sudah bisa berdiri dan pengukuran panjang badan untuk
dilakukan oleh asisten peneliti agar tidak terjadi bias. Dan pengisian kuesioner
dilakukan oleh orangtua balita sendiri atau melalui wawancara jika balita mulai
dalam kategori delay, 22 balita (41,5%) masuk dalam kategori caution dan 15
sebanyak 12 balita (22,6%) dan kategori normal sebanyak 21 balita (39,6%). Hal
ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tumbuh kembang balita Posyandu Dusun
baik, sedangkan untuk kategori status gizi tidak baik berjumlah 26 balita (49,1%).
Dalam analisis chi-square didapatkan p value < 0,05 yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dan tumbuh kembang di semua aspek
dengan hubungan paling kuat adalah personal sosial dan bahasa p sebesar 0.000
(<0,05). Seperti yang dikatakan oleh Wiekke (2007), dalam pertumbuhan dan
perkembangan berjalan dengan baik. Zat-zat gizi yang dikonsumi balita akan
berpengaruh pada status gizi balita. Perbedaan status gizi balita memiliki
pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak, apabila gizi seimbang
dengan pola asuh autoritatif, 5 responden (9,4%) dengan pola asuh permisif, dan
19 responden (35,9%) dengan pola asuh otoriter. Saat dianalisis dan dihubungkan
terhadap tumbuh kembang pada semua aspek. Hal ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Yani dan Wurandianti (2012) kepada 23 orang anak yang
meneliti tentang pola asuh dan perkembangan anak. Dari hasil penelitian ini
65
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang besar antara pola asuh ibu dengan
perkembangan anak.
(58,5%) lainnya mempunya pola asuh makan tidak baik. Saat dianalisis
hasil p value <0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola
(56,6%) mempunya pola asuh diri baik, sedangkan untuk 23 responden (43,4%)
lainnya mempunya pola asuh diri tidak baik. Saat dianalisis hubungannya
0,002 untuk motorik halus, 0,001 untuk motorik kasar, 0,000 untuk personal
sosial, dan 0,000 untuk bahasa yang menunjukkan semua hasil p value <0,005
yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh diri dan tumbuh
(64.2%) lainnya mempunya pola asuh kesehatan tidak baik. Saat dianalisis
hasil p value <0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola
semua fase kehidupan, namun fase kanak-kanak harus lebih diutamakan karena
pada fase tersebut anak mengalami perkembangan yang luar biasa termasuk
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam proses tumbuh kembang
pemberian gizi dan kesehatan yang memadai. Demikian pula sebaliknya, ini
pendidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sinergetik)”. Dengan perkataan
lain, tumbuh kembang anak tidak hanya bergantung pada pemenuhan gizi dan
kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh seberapa besar peran keluarga
Terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dan status gizi terhadap
tumbuh kembang balita dengan acuan denver II yang dibuktikan dengan p value
< 0,005.
B. Saran
terkait, diantaranya :
1. Bagi orangtua
kembang balita.
tumbuh kembang.
balita disampig pola asuh dan status gizi yang menjadi fokus penelitian
kali ini.
67
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Anwar, H. (2000). Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Medika.
Astuti, W. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan
Personal Sosial Anak Usia Dini 3-5 Tahun Di Paud Srikandi Desa Madukara
Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara. Repository Stikes Harapan
Bangsa.
Bahar, Z. (2002). PD dan Karakteristik Individu yang Memberikannya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bambang, W. &. (2005). Pertumbuhan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dan
Tidak Eksklusif. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Budijanto, D. (2009). Populasi, Sampling, dan Besar Sampel. Jakarta: Pusdatin.
Chamidah, A. N. (2012). Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. UNY , 1-8.
Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
Depkes, R. (2004). Keluarga Sadar Gizi, Mewujudkan Keluarga Cerdas dan
Mandiri. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
Depkes, R. (2002). Pemantauan Pertumbuhan Anak. Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat.
Falsafi, M. T. (2002). Al-Thifl Baina al-Wirȃsah wa al Tarbiyah (Anak antara
Kekuatan Gen dan Pendidikan). Bogor: Cahaya.
68
69
Kirana, A. P. (2010). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu
dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Antirogo (Abstrak). Page 1.
Kristiadi, E. (2007). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Ibu tentang
Pemberian Makanan Bayi dengan Kejadian Kurang Energi Protein pada Balita.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Lidyasari, A. T. (2012). Pola Asuh Autoritatif sebagai Sarana Pembentukan
Karakter Anak dalam Setting Keluarga. 10.
Narendra, M. B. (2005). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
CV.Agung Seto.
Needlman, R. (2000). Growth and Development. In Behman, Nelson Textbook of
Pediatrics Edisi 16 (pp. 23-65). Tokyo: Saunders.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawan
: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salmba Medika.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Patmonodewo, S.(2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pudjiadi, S. (2005). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Edisi Keempat FK UI.
Rapar, V. L., Rompas, S., & Ismanto, A. Y. (2014). Hubungan Pola Asuh Ibu
dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru
Kecamatan Wanea Kota Manado. 1-7.
Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Riskesdas. (2013). Laporan Komunikasi Data Gizi dan KIA Terintregasi Tahun
2013. Jakarta: Pusdatin Kementrian Kesehatan.
Robinson, C., Mandleco, B., Olsen, S.F., & Hart, C.H. (1995). Autoritatif,
authoritarian,and permisif parenting practice : Development of a new measure.
Psychological Reports, 77, 819-830.
70
Soedjatmiko. (2001). Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Sari Pediatri , 175-
188.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Soekirman. (2006). Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan
Manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka
Soepardi, E. A., & Iskandar, N. (2002). Buku Ajar Hidung Telinga Tenggorok :
Edisi ke 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.
Soetjiningsih. (2003). Perkembangan Anak dan Permaslahannya. Jakarta: EGC.
Suliha, & Uha. (2001). Pendidikan Kesehatan dan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sulistjiani, A. (2001). Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Statistics
Kelompok
Umur Ibu Alamat Pendidikan Pekerjaan
N Valid 53 53 53 53
Missing Ke0lom pok Um0ur Ibu 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid 21-30 21 39.6 39.6 39.6
31-40 27 50.9 50.9 90.6
41-50 5 9.4 9.4 100.0
Kelompok Umur Balita
Total 53 100.0 100.0
Alamat Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-6 7 13.2 13.2 Cumulative
13.2
Frequency Percent Valid Percent Percent
7-11 5 9.4 9.4 22.6
Valid 1 12 22.6 22.6 22.6
12-23 14 26.4 26.4 49.1
2 17 32.1 32.1 54.7
24-59 27 50.9 50.9 100.0
3 9 17.0 17.0 71.7
Total 53 100.0 100.0
4 8 15.1 15.1 86.8
5 7 13.2 13.2 100.0
Total Pe ndi dika n
53 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid SMP 14 26.4 26.4Pekerjaan 26.4
SMA 21 39.6 39.6 66.0
Sarjana 18 34.0 34.0 100.0 Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 53 100.0 100.0
Valid Ibu Rumah Tangga 32 60.4 61.5 61.5
Wanita Karir 20 37.7 38.5 100.0
Total 52 98.1 100.0
Missing System 1 1.9
Total 53 100.0
Jenis
Kelamin UsJenis
ia Balita
Kelamin
N Valid 53 53 71
Missing 0 0 Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 26 49.1 49.1 49.1
Perempuan 27 50.9 50.9 100.0
Total 53 100.0 100.0
Usia Balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-6 7 13.2 13.2 13.2
7-11 5 9.4 9.4 22.6
12-23 14 26.4 26.4 49.1
24-59 27 50.9 50.9 100.0
Total 53 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid Permisive 5 9.4 9.4 9.4
Ot oriter 19 35.8 35.8 45.3
Autoritative 29 54.7 54.7 100.0
Total 53 100.0 100.0
Statistics
Pola As uh Pola As uh
Makan Pola As uh Diri Kesehatan
N Valid 53 53 53
Mis sing 0 0 0
72
Usia Balita * Pola Asuh Makan Crosstabulation
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 30 56.6 56.6 56.6
Tidak Baik 23 43.4 43.4 100.0
Total 53 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 19 35.8 35.8 35.8
Tidak Baik 34 64.2 64.2 100.0
Total 53 100.0 100.0
Statistics
St atus Giz i
N Valid 53
Missing 0
Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 27 50.9 50.9 50.9
Kurang 26 49.1 49.1 100.0
Total 53 100.0 100.0
73
Statistics
Personal
Sosial Motorik Halus Motorik Kasar Bahas a
N Valid 53 53 53 53
Missing 0 0 0 0
Motorik Halus
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid Normal 15 28.3 28.3 28.3
Caution 22 41.5 41.5 69.8
Delay 16 30.2 30.2 100.0
Total 53 100.0 100.0
Motorik Kasa r
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid Normal 23 43.4 43.4 43.4
Caution 20 37.7 37.7 81.1
Delay 10 18.9 18.9 100.0
Total 53 100.0 100.0
Pe rsonal Sosial
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid Normal 17 32.1 32.1 32.1
Caution 18 34.0 34.0 66.0
Delay 18 34.0 34.0 100.0
Total 53 100.0 100.0
Ba hasa
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid Normal 21 39.6 39.6 39.6
Caution 12 22.6 22.6 62.3
Delay 20 37.7 37.7 100.0
Total 53 100.0 100.0
74
Ca se Processing Sum ma ry
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Sosial *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
St atus Giz i
Motorik Halus *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
St atus Giz i
Motorik Kasar *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
St atus Giz i
Bahas a * Status Gizi 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
St atus Giz i
Normal Kurang Total
Personal Normal Count 16 1 17
Sosial % within Pers onal Sos ial 94.1% 5.9% 100.0%
Caution Count 9 9 18
% within Pers onal Sos ial 50.0% 50.0% 100.0%
Delay Count 2 16 18
% within Pers onal Sos ial 11.1% 88.9% 100.0%
Total Count 27 26 53
% within Pers onal Sos ial 50.9% 49.1% 100.0%
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 24.114 a 2 .000
Lik elihood Ratio 28.337 2 .000
Linear-by-Linear
23.627 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 8.34.
75
Motorik Halus * StatusGizi
Crosstab
St atus Giz i
Normal Kurang Total
Motorik Normal Count 14 1 15
Halus % within Motorik Halus 93.3% 6.7% 100.0%
Caution Count 8 14 22
% within Motorik Halus 36.4% 63.6% 100.0%
Delay Count 5 11 16
% within Motorik Halus 31.3% 68.8% 100.0%
Total Count 27 26 53
% within Motorik Halus 50.9% 49.1% 100.0%
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.140 a 2 .001
Lik elihood Ratio 17.391 2 .000
Linear-by-Linear
11.459 1 .001
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 7.36.
St atus Giz i
Normal Kurang Total
Motorik Normal Count 22 1 23
Kasar % within Motorik Kasar 95.7% 4.3% 100.0%
Caution Count 4 16 20
% within Motorik Kasar 20.0% 80.0% 100.0%
Delay Count 1 9 10
% within Motorik Kasar 10.0% 90.0% 100.0%
Total Count 27 26 53
% within Motorik Kasar 50.9% 49.1% 100.0%
76
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 32.767 a 2 .000
Lik elihood Ratio 38.710 2 .000
Linear-by-Linear
27.222 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 4.91.
Crosstab
St atus Giz i
Normal Kurang Total
Bahas a Normal Count 19 2 21
% within Bahasa 90.5% 9.5% 100.0%
Caution Count 5 7 12
% within Bahasa 41.7% 58.3% 100.0%
Delay Count 3 17 20
% within Bahasa 15.0% 85.0% 100.0%
Total Count 27 26 53
% within Bahasa 50.9% 49.1% 100.0%
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 23.885 a 2 .000
Lik elihood Ratio 27.037 2 .000
Linear-by-Linear
22.988 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5.89.
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Sosial *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Makan
Motorik Halus *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Makan
Motorik Kasar *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Makan
Bahas a * Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Makan
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 12.714 a 2 .002
Lik elihood Ratio 13.048 2 .001
Linear-by-Linear
8.180 1 .004
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 7.06.
78
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.591 a 2 .001
Lik elihood Ratio 16.743 2 .000
Linear-by-Linear
14.149 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 6.23.
Crosstab
79
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.791 a 2 .001
Lik elihood Ratio 14.676 2 .001
Linear-by-Linear
12.503 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 4.15.
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.862 a 2 .001
Lik elihood Ratio 14.626 2 .001
Linear-by-Linear
13.234 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 4.98.
80
Ca se Processing Sum ma ry
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Sosial * Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Diri
Motorik Halus * Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Diri
Motorik Kasar * Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Diri
Bahas a * Pola Asuh Diri 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.022 a 2 .001
Lik elihood Ratio 14.230 2 .001
Linear-by-Linear
12.747 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 7.38.
81
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 12.816 a 2 .002
Lik elihood Ratio 14.825 2 .001
Linear-by-Linear
11.798 1 .001
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 6.51.
Crosstab
82
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.255 a 2 .001
Lik elihood Ratio 14.434 2 .001
Linear-by-Linear
12.455 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 4.34.
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 16.254 a 2 .000
Lik elihood Ratio 18.163 2 .000
Linear-by-Linear
12.742 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5.21.
83
Tumbuh Kembang * Pola Asuh Kesehatan
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Sosial *
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Kes ehatan
Motorik Halus * Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Kesehatan
Motorik Kasar * Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Kesehatan
Bahas a * Pola Asuh
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Kesehatan
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.221 a 2 .001
Lik elihood Ratio 14.744 2 .001
Linear-by-Linear
13.086 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 6.09.
84
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 17.734 a 2 .000
Lik elihood Ratio 17.853 2 .000
Linear-by-Linear
12.060 1 .001
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 0 c ells (.0% ) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5.38.
Crosstab
85
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.351 a 2 .003
Lik elihood Ratio 11.863 2 .003
Linear-by-Linear
9.953 1 .002
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 3.58.
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 25.057 a 2 .000
Lik elihood Ratio 27.363 2 .000
Linear-by-Linear
22.317 1 .000
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 4.30.
86
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Personal Sosial * Jenis
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Orangtua
Motorik Halus * Jenis
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Orangtua
Motorik Kas ar * Jenis
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Pola Asuh Orangtua
Bahas a * Jenis Pola
53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
As uh Orangtua
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 16.536 a 4 .002
Lik elihood Ratio 21.742 4 .000
Linear-by-Linear
7.021 1 .008
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 3 c ells (33.3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 1.60.
Crosstab
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 17.786 a 4 .001
Lik elihood Ratio 23.446 4 .000
Linear-by-Linear
11.252 1 .001
As soc iation
N of V alid Cases 53
a. 3 c ells (33.3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 1.42.
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 18.990 a 4 .001
Lik elihood Ratio 22.057 4 .000
Linear-by-Linear
7.712 1 .005
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 4 c ells (44.4%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is .94.
88
Bahasa * Jenis Pola Asuh Orangtua
Crosstab
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.837 a 4 .003
Lik elihood Ratio 18.613 4 .001
Linear-by-Linear
1.688 1 .194
As soc iation
N of Valid Cases 53
a. 4 c ells (44.4%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 1.13.
89
Lampiran 2. Lembar Informasi Penelitian
90
91
D. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek
penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti.
Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas
subjek penelitian.
E. Informasi Tambahan
Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Apabila Bapak/Ibu
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Ibu dapat menghubungi Saya,
Natasya pada no. HP 089658740740.
Terimakasih Atas Kerjasama Bapak/Ibu.
Menyatakan bahwa:
(......................................) (..........................................)
93
I. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat :
Sebutkanlah seberapa banyak Anda terlibat dalam pola asuh yang berbeda – beda
dibawah ini. Nilainya mulai dari “Tidak Pernah” sampai “Selalu” dengan rata –
rata nilai 5 point. Di akhir setiap bagian, jumlahkan semua nilai dan dibagi
dengan jumlah pertanyaan pada bagian tersebut.
Tidak pernah 1 2 3 4 5 6
Selalu
11. Saya perlakukan anak saya sama dengan anggota keluarga lainnya.
12. Saya mempunyai alasan-alasan untuk hal-hal yang saya harapkan dari
anak saya.
13. Saya meluangkan waktu dengan suasana hangat dan akrab dengan
anak saya.
14. Bila anak menannyakan mengapa dia harus melakukan sesuatu, saya
jawab karena saya yang menyuruh, saya adalah orangtuanya, atau
karena hal itu yang saya inginkan.
18. Saya menampar anak saya kalau tidak suka dengan apa yang
dilakukan atau dikatakannya.
22. Secara terang-terangan saya mengritik bila kelakuan anak saya tidak
sesuai dengan yang saya harapkan.
23. Saya berusaha untuk mencoba mengubah pikiran atau perasaan anak
saya.
26. Saya mengingatkan mengenai apa yang saya lakukan dan telah
lakukan untuk dia.
28. Saya menyerah pada anak saya ketika dia menyebabkan keributan
tentang sesuatu
1. Apa yang pertama kali ibu berikan ketika bayi baru lahir
a. Air susu ibu yang pertama kali keluar Kolostrum)
b. Susu formula
c. Air putih
2. Sampai usia berapa ibu memberikan ASI saja pada bayi
a. < 6 bulan
b. 6 bulan
c. Tidak diberikan sama sekali
3. Apakah ibu sudah memberikan MP-ASI sejak lahir?
a. Sudah
b. Kadang-kadang
c. Belum
4. Berapa kali ibu memberikan ASI kepada bayi
a. 3x sehari
b. Setiap bayi menginginkan minimal 8x
c. 2x sehari
5. Apakah ibu masih memberikan ASI sampai saat ini?
a. Ya, ASI saja
b. Asi dibarengin susu formula
c. Tidak
6. Sejak usia berapa bayi diberi susu formula
a. Sejak lahir
b. Setelah usia 3 bulan
c. Tidak diberikan sama sekali
7. Sejak usia berapa ibu memberikan makanan tambahan
a. 4 bulan
b. 5 bulan
c. 6 bulan
8. Apakah pemberian makanan dihentikan walaupun makanan
belum habis
a. Dihentikan sementara lalu diteruskan
b. Kadang-kadang
c. Ya, dihentikan
c. Air putih
1. Apa yang pertama kali ibu berikan kepada bayi baru lahir
a. Air Susu Ibu yang pertama kali keluar (kolostrum)
b. Susu formula
c. Air putih
2. Apakah ibu masih memberikan ASI kepada balita
a. Ya
b. Tidak
100
c. Kadang-kadang
b. Membujuknya
c. Memarahinya
4. Apakah menu makanan yang diberikan selalu bervariasi
setiap hari
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
5. Apakah ibu membiasakan sarapan pagi pada balita
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
6. Berapa kali balita diberi makan
a. 3 kali
b. 2 kali
c. 1 kali
7. Berapa kali ibu memberikan makanan selingan
a. 3 kali
b. 2 kali
c. 1 kali
8. Bagaimana porsi makanan yang ibu berikan kepada anak
a. Sama dengan porsi orang dewasa
b. Memberikan porsi sesuai dengan keinginan anak
c. Setengah pring orang dewasa
a. Memberikan oralit
b. Memberinya obat-obat tradisional
7. Apakah ibu memantau setiap jenis makanan yang
dikonsumsi balita (termasuk jajanan)?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
8. Apakah ibu mencuci tangan sebelum memberikan makan
kepada balita
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
b. Tidak
c. Kadang-kadang
9. Jika balita ingin BAB, apa yang ibu lakukan
a. Membawanya ke jamban
b. Membiarkannya BAB di celana
10. Setelah selesai BAB, apakah ibu mencuci tangan dengan
sabun
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
104