Anda di halaman 1dari 9

Upaya Pengembangan Rumput Liar Herba Bandotan (Ageratum conyzoides L.

) sebagai
Kemopreventif Kanker Payudara kajian dengan in silico dan in vivo

Dodi Prabowo, Natasya Ayu Ningrum, Nadena Majeda Dien Pratami, Aferita
Sari, Dimas Adhi Pradita
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

ABSTRAK

12% seluruh kematian didunia disebabkan oleh kanker dan sebagai pembunuh
nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular (Sedyaningsih, 2012). The American Cancer
Society mengatakan bahwa 211.240 wanita di amerika didiagnosis menderita kanker
payudara invasi.Terapi kanker saat ini memiliki efek samping yang tinggi, yaitu
secara operasi dan kemoterapi dimana terapi ini menginvasi sel normal di sekitar sel
kanker. Selain itu, biaya yang cukup tinggi juga menjadi masalah bagi masyarakat.
Hal ini mendorong peneliti untuk mengembangkan terapi yang efektif dengan biaya
terjangkau.
Belakangan di kembangkan penelitian berbasis anti bodi monoklonal yang
spesifik terhadap sel kanker sehingga meminimalisir efek samping. Sebuah penelitian
menyatakan efektifitas senyawa friedelin dalam Mesua daphnifoliasecara invitro
terhadap kanker payudara yang memiliki efek signifikan (anum, et al., 2011).
Monaharan memperkuat pernyataan tersebut dengan melakukan penelitian secara in
vitro menggunakan isolasi senyawa friedelin sebagai agen anti kanker. Penelitian
diatas menghasilkan hasil yang memuaskan dengan efeksamping yang minimal. Akan
tetapi biaya yang dibutuhkan masih relatif tinggi. Peneliti berusaha mengembangkan
friedelin sebagai agen kemopreventif yang poten akan tetapi memiliki bahan baku
yang relatif terjangkau.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa Ageratum conyzoides L. mengandung
senyawa friedelin, flavonoid, alkaloid dan santon (Wijaya, 1996).
Herbabandotanmerupakan rumput liar yang dapat tumbuh diberbagai kondisi sehingga
untuk budidaya dan pengembangannya dibutuhkan biaya yang relatif rendah. Hal ini
menjadi dasar bahwa penelitian terhadap herba bandotan sebagai anti kanker perlu
dilakukan sehingga diharapkan didapat agen anti kanker yang poten dengan harga
yang terjangkau.
Hasil dari pengujian in silico menunjukan hasil ikatan Native ligand-3PP0 -
103.90, Lapatinib-HER2 -130.03, Doksorubisin-HER2 -80.76, serta friedelin-HER2 -
126.06. Pengamatan uji in vivo dengan pengamatan HE dan IHC yang
diintepretasikan dalam statistika menunjukan perbedaan yang signifikan di banding
tanpa pemberian ekstrak.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak herba bandotan memiliki
senyawa friedelinyang spesifik berikatan dengan HER-2. Sementara itu, uji HE dan
IHC yang diitepretasikan dengan metode statistika diketahi memiliki aktifitas
kemopreventif lebih baik secara signifikan dibanding tanpa pemberian ekstrak pada
tikus yang diinduksi DMBA.

Kata kunci : kemopreventif, kanker payudara, herba bandotan

PENDAHULUAN
12% seluruh kematian didunia disebabkan oleh kanker dan sebagai pembunuh
nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular (Sedyaningsih, 2012). The American Cancer
Society mengatakan bahwa 211.240 wanita di amerika didiagnosis menderita kanker
payudara invasi.resiko efek samping yang tinggi dari terapi penyakit kanker yang ada,
yaitu secara operasi dan kemoterapi serta tingginya biaya, membuat masyarakat
kesuitan menghadapi masalah ini. Hal ini mendorong peneliti untuk mengembangkan
terapi yang efektif dengan biaya terjangkau.
Belakangan di kembangkan penelitian berbasis anti bodi monoklonal yang
spesifik terhadap sel kanker sehingga meminimalisir efek samping. Sebuah penelitian
menyatakan efektifitas senyawa friedelin dalam Mesua daphnifoliasecara invitro
terhadap kanker payudara yang memiliki efek signifikan (anum, et al., 2011).
Monaharan memperkuat pernyataan tersebut dengan melakukan penelitian secara in
vitro menggunakan isolasi senyawa friedelin sebagai agen anti kanker dengan hasil
yang baik. Penelitian diatas memiliki hasil yang baik dengan efeksamping yang
minimal. Akan tetapi biaya yang dibutuhkan relatif tinggi. Peneliti berusaha
mengembangkan agen kemopreventif dengan senyawa aktif yang poten akan tetapi
memiliki bahan baku yang relatif terjangkau.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ageratum conizoides L. mengandung
senyawa friedelin, flavonoid, alkaloid dan santon (Wijaya, 1996).
Herbabandotanmerupakan rumput liar yang dapat tumbuh diberbagai kondisi sehingga
untuk budidaya dan pengembangannya dibutuhkan biaya yang relatif rendah
mengingat salah satu kandungan herba bandotan adalah friedelin yang diduga
memiliki aktifitas anti kanker. Hal ini menjadi dasar bahwa penelitian terhadap herba
bandotan sebagai anti kanker perlu dilakukan sehingga diharapkan didapat agen anti
kanker yang poten dengan harga yang terjangkau.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian ini menggunakan kajian in silico dengan program Docking
PLANTS danin vivo dengan hewan uji tikus yang diinduksi DMBA selanjutnya
dianalisa menggunakan metode Hematoksillin-Eosin serta pengamatan
imunohistokimia yang diitepretasikan pada hasil statistik.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Laboratorium Penelitian
Universitas Gadjah Mada dan waktu penelitian ini selama lima bulan dimulai dari
bulan Januari sampai dengan bulan Mei.
Variabel Bebas : Herbabandotan(Ageratum conyzoides L.)
Variabel Tergantung : Histologi payudara Tikus
Sampel yang digunakan yaitu hewan uji 30 ekor tikus (Rattus norvegicus) betina
galur Sprague Dawley yang berumur 40 hari dengan berat badan 70- 120 gram yang
diinduksi 7,12-dimetilbenz[a]antrasena dengan dosis 20 mg/kg bb sesuai kelompok
perlakuan. Selanjutnya kelompok perlakuan diberikan ekstrak herba bandotan dengan
dosis 750 dan 1500 mg/kg bb secara peroral.

1. Alat-alat penelitian
Alat-alatyang digunakanadalah: laptop (Lenovo), Gelas ukur (pyrex), pipet
(pyrex), bejana (pyrex), mikroskop, seperangkatalat
ekstraksisoxhletasi,evaporator,hemositometer,wellplate96(tissue culturplate),
laminarairflow, botol sampel, alat bedah, waterbath, mikroskop, bunsen, balok kayu,
gelas objek, mikrotom, inkubator, refrigerator (Panasonic).
2. Bahan – bahan penelitian
Herbabandotan(Ageratum conyzoides L.) diambildari daerah Sleman, Yogyakarta,
Etanol 70 % (brataco®), Xylol, alkohol absolut (brataco®), alkohol 90 %
(brataco®), alkohol 80 % (brataco®), Hematoksillin, HCl 0,6%, lithium carbonat
0,5%, Eosin, entellan/ canada balsam, pelarutnon polar, kloroform, etilasetat
(brataco®) dan heksane (brataco®).
A. Prosedur penelitian

Uji Docking (In silico)

Pembuatan ekstrak
Persiapan
Uji
kromatografi lapis tipis

Uji Densitometri
Metode
Penelitian
Pengujian Uji In vivo

Uji HE
Pengamatan
uji IHC
B. Skema Langkah kerja

Persiapan
In silico KLT Uji in vivo
Ekstrak

Hematoksilin
eosin
Analisis Statistika Analisis in
vivo
Histokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Docking Molekuler (in silico)


Penelitian ini membahas tentang aktifitas senyawa friedelin dalam herba bandotan
yang diduga memiliki aktifitas kemopreventif. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan
docking molekuler sebagai pendahuluan uji secara komputasi yang menggambarkan
potensi ekstrak dalam menjadi agen kemopreventif. Pada uji ini dilakukan pengamatan
ikatan antara friedelin dengan reseptor HER-2 dengan kode PDB 3PP0. HER-2 dipilih
karena pada kanker payudara ekspresi HER-2 mengalami peningkatan jumlah yang
signifikan (King, 2000). Sementra itu obat lapatinib dan doksorubisin ikut diamati pada
ikatan dengan 3PP0 sebagai pembanding. Pada hasil skor docking semakin kecil skor
docking semakin dekat ikatan antara protein dan ref_ligand (Purnomo, 2011).
Dibanding dengan lapatinib, friedelin memiliki skor lebih lemah dalam berikatan
dengan HER-2 yaitu -126kkal sementara skor lapatinib -130kkal. Akan tetapi ketika
dibanding dengan doksorubisin, friedelin memiliki ikatan yang lebih kuat dimana
doksorubisin memiliki skor -80kkal sedangkan.Sementara itu, energi ikatan friedelin-C-
Myc dan N-Ras memiliki ikatan lemah yaitu -70kkal. Dengan demikian, dapat
diintepretasikan bahwa friedelinmemiliki ikatan spesifik dengan HER-2. Sehingga dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Ageratum conyzoides L. sebagai agen
kemopreventif kanker payudara dengan senyawa aktif friedelin yang spesifik berikatan
dengan HER-2.
2. Kromatografi Lapis Tipis

a. Flavonoid

Warna
No. spot Harga Rf
UV 254 UV366 visibel
Hijau
1 Hijau hijau 0,2
kekuningn
Hijau
2 Hijau hijau 0,2
kekuningn
Table 1. Daftar Rf dan warna antara ekstrak dan Flavonoid
b. Terpenoid

No. spot Warna Harga Rf


UV 254 UV366 visibel
1 Hijau hijau merah 0,5
2 Hijau hijau merah 0,5
Table 2. Daftar Rf dan warna antara ekstrak dan terpenoid

Sebelum dilakukan uji in vivo, ekstrak herba bandotan perlu diuji kandungan
senyawanya dengan menggunakan uji kromatografi lapis tipis. Uji dilakukan dengan
menotolkan sampel herba bandotan pada Plat KLT dengan senyawa pembanding yaitu rutin
dan tymol. Apabila ekstrak memiliki bercak dengan Rf yang sama dengan rutin maka ekstrak
diduga mengandung terpenoid yang disinyalir memiliki aktifitas kemopreventif. Apabila
ekstrak memiliki bercak dengan Rf yang sama dengan tymol, maka diduga ekstrak memiliki
senyawa friedelin turunan dari golongan senyawa terpenoid. Pada hasil uji KLT, ekstrak
herba bandotan memiliki harga Rf 0,2dan 0,5 setara dengan Rf dari rutin dan tymol sehingga
ekstrak herba bandotan ini memiliki senyawa flavonoid dan senyawa terpenoid.
3. Hematoksilin Eosin

Kelompok Sel rusak

perlakuan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

1 17 18 16

2 11 12 10

3 4 5 3
H
4 4 5 3

5 3 2 2

Table 3. Hasil pengamatan jumlah sel rusak dan sel normal pengamatan HE

Hematoksillin dan Eosin adalah metode pewarnaan yang banyak digunakan dalam
pewarnaan jaringan sehingga diperlukan dalam diagnosa medis dan penelitian.
Hematoksillin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini mewarnai unsur basofilik
jaringan. Hematoksillin memulas inti dan struktur asam lainnya dari sel seperti bagian
sitoplasma yang kaya RNA dan matriks tulang rawan menjadi biru. Eosin bersifat asam.
Ia akan memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula sekretoris
dan kolagen. Tidak seperti Hematoksillin, Eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen
menjadi warna merah muda (Junquera, 2007). Jumlah sel rusak yang terendah terdapat
pada kontrol negatif dengan rata-rata skor yaitu 3. Hal ini dapat memberikan keterangan
bahwa pada tikus yang diinduksi DMBA, pemberian ekstrak herba bandotan memiliki
pengaruh terhadap kondisi Histologi. Pemberian ekstrak menunjukan kondisi sel yang
lebih baik dibandingkan tanpa pemberian ekstrak herba bandotan dan pemberian ekstrak
1500 mg/kg bb menunjukan kondisi sel yang lebih baik dibandingkan pemberian ekstrak
750 mg/kg bb.

4. Imunohistokimia
Dari hasil data di bawah ini sel rusak pada kelompok kontrol Positif pengamatan IHC
memiliki angka kerusakan sel paling tinggi yaitu pada rata-rata skor 15 sel Sedangkan jumlah
sel rusak yang terendah terdapat pada kontrol negatif dan kontrol pelarut dengan rata-rata
skor 3. Hal ini telah sesuai secara teori yang diharapkan yaitu range skor terdapat antara
kontrol positif dan kontrol negatif. Pemberian ekstrak 750mg/kg bb memilki rata-rata skor 9
dan pemberian ekstrak 1500mg/kg bb memiliki rata-rata skor 7.
Hal ini membuktikan bahwa pada tikus yang diinduksi DMBA, pemberian ekstrak
herba bandotan memiliki pengaruh terhadap kondisi Histologi. Tikus induksi DMBA dengan
pemberian ekstrak memiliki kondisi histologi lebih baik dibanding tanpa pemberian ekstrak
dan dosis optimum terdapat pada pemberian ekstrak 1500mg/kg bb.
Table 4. Hasil pengamatan jumlah sel rusak dan sel normal pengamatan IHE
Kelompok
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
perlakuan

1 15 14 16

2 9 8 10

3 7 6 8

4 3 2 4

5 3 2 4

5. Uji Statistik

Subset for alpha = 0.05


Kelompok N
1 2 3
kontrol negatif 3 2.3333
ekstrak 1500 3 4.0000
kontrol pelarut 3 4.0000
ekstrak 750 3 11.0000
kontrol positif 3 17.0000
Sig. .257 1.000 1.000
Table 5. uji Homogeneous subsets data HE

Subset for alpha = 0.05


kelompok N
1 2 3
kontrol pelarut 3 3.0000
kontrol negatif 3 3.0000
ekstrak 1500 3 7.0000
ekstrak 750 3 9.0000
kontrol positif 3 15.0000
Sig. 1.000 .179 1.000
Table 6. Homogeneous subsets data IHC

Pada uji Homogeneous Subsets/Tukey HSD adalah suatu upaya untuk mengetahui
letak perbedaan yang signifikan dari suatu data. Pada uji ini data dikelompokan dalam
suatu kolom berdasarkan perbedaaan yang tidak signifikan. Data yang memiliki
perbedaan signifikan dipisahkan dalam kolom yang lain. Pada data di atas, kelompok
kontrol negatif, ekstrak 1500 dan kontrol pelarut memiliki perbedaan yang tidak
signifikan sedangkan apabila dibanding dengan ekstrak 750 dan kontrol positif memiliki
perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan pemberian ekstrak herba bandotan
memiliki efek yang signifikan dibanding tanpa pemberian ekstrak dan dosis 1500mg/kg
bb memiliki efek lebih signifikan dibanding dosis 750mg/kg bb.

KESIMPULAN

a. Herba bandotan memiliki senyawaTerpenoid padaRf 0,5 dan Flavonoid pada Rf 0,2
dengan metode KLT
b. Herba bandotan memiliki senyawa friedelin atas uji metode densitometri dengan letak
panjang gelombang 235nm.
c. Skor lapatinib -130.03, skor doksorubisin -80.76, danskor friedelin-126.06 pada
analisis metode PLANT.
d. Senyawa friedelin pada herba bandotan dapat berikatan dengan reseptor HER-2 pada
metode docking molekuler software PLANTS.
e. Pemberian ekstrak herba bandotan memiliki efek kemopreventif lebih baik secara
signifikan dibandingkan tanpa pemberian ekstrak pada analisis statistik.
f. Dosis optimal herba bandotan adalah 1500mg/kg bb yang lebih optimal dibandingkan
dosis 750mg/kg bb.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Using In Vitro Data to Estimatein vivoStrating Doses forAcute
Toxicity.http.//iccvam.niehs.nih.gov/methods/invidocs/guidance/gd_s2.pdf diakses
tahun 2014.
Anonim.2007.Modifikasi Asetilkolinesterasedengan mutasi secara in silico untuk Biosensor
Organofosfat. Vol. 2 (1), h. 25-30.
Anupam,et. al., 2011. Triterpenoids as potential agents for the chemoprevention and therapy
of breast cancer. NCBI.

Faturohmah, Fitri, 2013. Upaya pengembangan herba bandotan sebagai kemopreventif


kanker servix : kajian in vitro.
Freshney,I.R. 1987.Culture of Animal Cells: AManual ofBasic Technique. Alan R.Liss, New
York
Gunawan, D. dan Sri Mulyani, 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid 1. Penebar
Swadaya. Jakarta
Harbone, J.B 1987. Penuntun cara modern menganalisa tumbuhan. Padmawinata K,
Penerjemah. ITB press, Bandung
Junqueira, LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Histology. Dasar:
teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC. 3 – 5.
King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, 2nd Ed., Pearson Eduation Limited, London.
Meyer,F., Putnam, JacobsenN.,dan Mc.Laughlin.1982.Brine Shrimp;AConvenient.
Moman, 2001. Introduction of molecular docking. Pharmaceutical and Medicinal
Chemistry.Saarland University
Munim, Abdul, 2006, uji hambatan tumorigenesis sari buah merah terhadap tikus putih betina
yang diinduksi DMBA. Vol. III, No. 3, 153 – 161
Pratiwi, I. 2009. Uji anti bakteri ekstrak kasar Daun acalypha indica terhadap bakteri
salmonella choleraesuis. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta.
Pudjaatmaka, A.H dan L. Setiono. 1994. Buku ajar Vogel: Kimia analisis kuantitatif Organik.
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Purnomo, Hari. 2011. Kimia komputasi:Molecular dockingPLANT penambatan molekul
PLANT (Protein Ligan ANT System). Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Rahayu Sedyaningsih, Endang 2012, prevalensi penyakit kanker Indonesia. Kompas , Jakarta
Rohman, Abdul. 2007. Kimia farmasi Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta
Sedyaningsih, 2012. Hubungan Epidemiologi penyakit dengan kondisi sosial masyarakat,
Jakarta.
Wijaya,Kusuma,H, Ssalimartha & AS wirian. 1996.Tanaman Berkhasiat Obat
diIndonesia.PustakaKartini, Jakarta.
Wati, Erna. 2010. Isolasi dan elusidasi senyawa serta uji aktivitas biologi dari kulit batang
calophyllum hosei ridley. Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai