“LINGKUNGAN UDARA”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 ( A-2014 1)
1. AGUSTONO
2. DIAH PRATIWI WIDIASTUTI
3. MAY LESTARI
4. MUNAWAROH SIREGAR
5. NABILA PERMATASARI
6. NAFIA RAHMADHANI
7. RISFINDA
8. SISKA RANI RAHMADHANI
9. UNTARI TEJAWATI
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Lingkungan Udara”. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Yufitriana Amir, MSc., PhD selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Semua makhluk hidup memerlukan udara. Udara merupakan salah satu kebutuhan
paling penting dalam kehidupan, maka udara perlu dijaga agar tidak tercemar oleh bahan-
bahan yang bersifat racun. Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen,
merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup
lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20
% Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon
(Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan dapat
mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan
apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan
komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.
Akibat aktifitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya.
Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi.
Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu
komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran
udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari
lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-
mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap
kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan udara dan pencemaran udara?
2. Apa saja jenis pencemaran udara ?
3. Apa yang menjadi sumber pencemaran udara?
4. Apa dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan pencemaran udara?
1
a. Mengetahui dan dapat menjelaskan tentang udara dan pencemaran udara
b. Mengetahui tentang gambaran kualitas kesehatan udara di Indonesia dan Riau
c. Mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan udara
d. Mengetahui tentang dampak pencemaran udara terhadap kesehatan
e. Mengetahui upaya untuk mencegah dan penanggulangan pencemaran udara
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
normalnya. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing kedalam udara selalu menyebabkan
perubahan kualitas udara.
Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan
sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti,
mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas
dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan
udara.
Beberapa definisi gangguan fisik pada polusi udara diantaranya:
A. Polusi suara,
B. Panas,
C. Radiasi atau polusi cahaya.
Beberapa definisi gangguan kimia pada polusi udara diantaranya:
A. Asap industri,
B. Asap kendaraan bermotor,
C. Asap pembangkit listrik,
D. Asap kebakaran hutan,
E. Asap rokok.
Beberapa definisi gangguan biologi pada polusi udara diantaranya:
A. Timbunan gas metana pada lokasi urugan tanah,
B. Timbunan gas metana pada tempat pembuangan sampah,
C. Uap pelarut organik.
4
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi
saluran pernapasan, sesak napas, iritasi kulit, iritasi mata (Hermawan, 2016).
Saat ini kondisi udara di perkotaan Indonesia sudah sangat memburuk yang
diakibatkan oleh polusi udara yang tinggi. Badan WHO pada bulan Agustus tahun 2011
mengeluarkan laporan mengenai tingkat polusi udara di seluruh kota besar dunia dengan
menggunakan standar PM10. Dari lima kota di Indonesia yang diamati oleh WHO, hanya
Kota Pekanbaru yang standar polusi rata-rata per tahun di bawah standar WHO. WHO
menetapkan standar aman polusi PM10 per tahun sebesar 20 µg/m3. Dari data yang
diambil WHO pada 2008, tingkat polusi PM10 Pekanbaru adalah 11 µg/m3. Kota-kota
besar lain di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan, memiliki tingkat
polusi yang jauh di atas batas aman WHO.
Jakarta misalnya, standar polusi udara yang dicatat WHO tahun 2008 yang lalu
adalah 43 µg/m3 atau 200% di atas standar aman WHO. Angka ini meningkat pada 2009
menjadi 68,5 µg/m3 atau lebih dari 300% dari standar aman WHO. Tahun 2010 angka ini
diklaim turun walaupun masih 200% di atas standar WHO menjadi 48,5 µg/m3 karena
efek diselenggarakannya program bebas kendaraan bermotor di Jakarta (Jakarta Car Free
Day). Tingkat polusi Surabaya, Bandung dan Medan menurut laporan WHO lebih parah
dari Jakarta.
5
Standar polusi PM10 di Kota Kembang mencapai rata-rata 51 µg/m3 per tahun.
Di Surabaya, nilainya mencapai 69 µg/m3 dan Medan mencapai 111 µg/m3 per tahun.
Angka-angka di atas memberikan gambaran nyata betapa buruknya tingkat polusi udara
di kota-kota besar di Tanah Air. Pokok permasalahan polusi udara perkotaan tidak hanya
berhenti di sumber polusi, namun sudah melebar ke regulasi. Menurut Peraturan
Pemerintah No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, baku mutu udara
ambien nasional untuk PM10 adalah 150 µg/m3 per hari, lebih dari 700% di atas standar
aman WHO.
Didalan Jurnal Ekologi Kesehatan tentang Peningkatan Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) dan Kejadian Gangguan Saluran Pernapasan Di Kota
Pekanbaru, Hasil analisis deskriptif terhadap data ISPU di Pekanbaru Bulan Juli hingga
Oktober tahun 2015 menunjukan bahwa rerata harian nilai ISPU terendah terjadi pada
bulan Juli (82,9) dan tertinggi pada bulan Oktober (778,0). Pada bulan Juli dan Agustus,
rerata ISPU berada pada kategori kurang dari 100. Mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 45 tahun 1997, tentang Indeks Standar Pencemar; tingkat
pencemaran udara dengan ISPU 50 sampai 100 masih dalam kategori sedang, yang
berarti bahwa kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun
hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika (Kementerian
Lingkungan Hidup, 1997).
Tabel 2. Rerata ISPU periode Juli-Oktober 2015 di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
Kadar ISPU
Bulan
Rentang Rerata ± SD
Juli 34,7-153,0 82,9 ± 29,1
Agustus 35,0-140,3 71,6 ± 29,8
September 103,5-500,0 314,0 ± 139,6
Oktober 110,5-778,0 345,2 ± 215,6
Total 34,7-778,0 193,9 ± 147,8
Sumber: Jurnal Ekologi Kesehatan, 2015
Apabila dilihat secara harian, nilai ISPU beberapa hari dalam bulan Juli dan
Agustus lebih dari 100. ISPU tertinggi adalah 153,0 pada bulan Juli dan 140,3 pada bulan
Agustus. Berdasarkan Kepmen LH tersebut, maka beberapa hari pada bulan Juli dan
Agustus 2015 pencemaran udara di Kota Pekanbaru berada pada tingkat yang tidak sehat
dan bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bias
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika. Sepanjang bulan
6
September sampai Oktober 2015, Tingkat pencemaran udara di Kota Pekanbaru berada
pada tingkat tidak sehat sampai berbahaya (ISPU: 101 sampai 500). Pada Oktober rerata
ISPU meningkat sampai batas berbahaya dimana ISPU maksimum mencapai 500,0 pada
bulan September dan 778,0 pada bulan Oktober.
Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya ada dua macam, yaitu (H.J
Mukono, 2005):
a. Pencemaran udara bebas (Outdoor air pollution), sumber pencemaran udara bebas
alamiah berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain. Kegiatan
manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan, dan
lain-lain.
b. Pencemaran udara ruangan (Indoor air pollution), berupa pencemaran udara didalam
ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi. Sumber
dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran asap dapur,
bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lainyang dibatasi oleh ruangan
yang menghasilkan unsur-unsur polutan ke atmosfir sebagai berikut : kabut asam,
oksida nitrogen, CO, partikel partikel padat, hidrogen sulfida (H2S), metil merkatan
(CH3SH), NH3, gasklorin, H2S, flour, timah hitam, gas-gas asam, seng, air raksa,
kadmium, arsen, antimon, radio nuklida, dan asap.
7
Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara atau polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu, dan dapat berupa:
a. Polutan Gas
Polutan gas terdiri dari: Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon,
hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO2) karena ia
merupakan hasil dari pembakaran Senyawa sulfur, yaitu oksida. Senyawa
halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan
bromine.
b. Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspense aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan
partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses (misalnya
proses menyemprot/ spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer sekunder biasanya terjadi karena reaksi
dari dua atau lebih bahan kimia di udara. Berbagai bahan pencemar kadang kala
bereaksi satu sama lain menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih
membahayakan kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun
dengan cara bantuan katalisator, seperti sinar matahari (Mukono, 2005). Proses
kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
8
berapi, kebakaran hutan dengan sebab alamiah, pembusukan, dan nitrifikasi serta
denitrifikasi makhluk hidup. Akan tetapi, sumber utama dari polusi udara ditimbulkan
oleh manusia.
Negara-negara yang sedang berkembang memiliki angka pertambahan penduduk
yang tinggi. Jumlah penduduk yang terus-menerus bertambah secara tidak langsung
menimbulkan polusi udara. Pertambahan penduduk menyebabkan arus mobilitas
meningkat. Jika arus mobilitas meningkat, hal ini menuntut bertambahnya jumlah
kendaraan, khususnya kendaraan bermotor sehingga kendaraan bermotor menjadi
penyebab utama polusi udara karena kendaraan bermotor mengeluarkan emisi gas karbon
monoksida (CO). Fardiaz (1992) mengungkapkan bahwa 60% dari pencemar udara terdiri
dari karbon monoksida dan 15 % dari hidrokarbon. Walhi (2004) menjelaskan bahwa,
kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13%-44% SPM, 71%-89%
hidrokarbon, 34%-73% oksida nitrogen, dan hampir seluruh karbon monoksida ke udara
Jakarta. Hasil pembakaran tersebut berupa polutan yaitu CO, HC, SO2, NO2, dan
partikulat.
Menurut T. Simanulang dan Leonardo (2014), penyebab pencemaran udara dapat
terjadi akibat dari:
a. Kendaraan bermotor
b. Pabrik-pabrik Industri
9
sekitar pabrik atau pada pekerja sendiri akibat masuknya zat-zat buangan ini ke
dalam tubuh.
Kualitas udara dalam ruang suatu gedung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun dari luar gedung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas udara dalam ruang adalah:
1. Faktor fisik
a. Suhu atau temperatur
Menurut standar Baku Mutu sesuai keputusan Mentri Kesehatan
No.1405/Menkes/SK/XI/2002, Suhu yang dianggap nyaman untuk suasan bekerja
di perkantoran adlah 18-28 C.
Institutnasional untuk Keselamatan dan Kesehatn Kerja (NIOSH)
merekomendasikan bahwa suhu tidak boleh melebihi 26 C untuk pria dan 24 C
bagi perempuan. Dalam beberapa sumber, suhu yang sesuai yang
direkomendasikan adalah 20-24 C untuk musim dingin dan 22-26 C untuk musim
panas. Dalam laporan yang berasal dari European Commision, menunjukkan
bahwa suhu antar 20 dan 26 C merupakan suhu yang cocok bagi lingkungan kerja.
b. Kelembapan
Berdasarkan ASHRAE kelembapan yang dipersyaratkan adalah antara 30-60
%, sementara menurut standar Baku Mutu sesuai keputusan Mentri Kesehatan No.
1405/Menkes/SK/XI/2002, kelembapan dalam ruangan kerja adalah 40-60 %.
c. Debu total
Menurut Standar Nasional Indonesia (BSN, 2004) debu adalah partikel padat
yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau mekanik seperti penghalusa
(grending), penghacuran (crushing), pledakan (blasting), pengayakan (shaking),
dan atau pengeboran (drilling). Debu total adalah debu di udara tempat kerja pada
semua ukuran. Pengukuran suhu ditempat kerja dilakukan setinggi zona
pernapasan yaitu area setengah lingkaran dari lubang hidung tenaga kerja dengan
diameter 0,6 meter di sekitar kepala dan bahu (BSN,2004).
Menurut standar Baku Mutu sesuai keputusan Mentri Kesehatan No.
1405/Menkes/SK/XI/2002, konsentrasi debu total dalam ruangan kerja adalah
0,15 mg/m3.
2. Faktor kimia
a. Karbon monoksida (CO)
10
Karbon monoksida merupakan pencemaran udara yang paling besar dan
umum di jumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-
bahan yang digunakan sebagai bahan bakar. Karbon monoksida pada udara ruang
biasanya berasal dari peratan-peratan yang digunakan an mudah terbakar
(pudjiastut dkk, 1998).
b. Karbon dioksida (CO2)
Konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfir yang tidak tercemar sekitar
0,03%. Tetapi 5% udara yang kita keluarkan adalah karbon dioksida, sehingga
bila kita berada dalam ruangan yang ventilasinya kurang baik menyebabkan
kenaaikan CO2 dalam ruang (pudjiastut dkk, 1998).
3. Faktor Mikrobiologi
Mikroorganisme dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur
dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruang (seperti serangga, jamur pada
ruang yang lembab, kutu pada binatang peliharaan dan bakteri). Mikroorganisme yang
sering dijumpai didalam ruang adalah bakteri, jamur, serangga atau partikel-partikel
biologi lainnya. Mikroorganisme yang tersebar didalam rungan dikenal dengan istilah
bioairosol (pudjiastut dkk, 1998).
11
rendah polusi juga harus menjadi alternative bagi kendaraan bermotor, misalnya
penggunaan bahan bakar gas untuk bus Trans Jakarta dan taksi, penggunaan biodiesel,
dan lainnya.
2. Nitrogen oksida (NOx)
NOx diemisikan dari pembakaran pada temperature tinggi, sebagai hasil dari
reaksi nitrogen dengan oksigen. Nitrogen oksida yang bereaksi dengan asap bensin
yang tidak terbakar sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah
atau smog kabut berawan coklat kemerahan. Karedna kendaraan bermotor banyak
terdapat di kota-kota besar maka terbentuknya ozon rendah pun banyak terjadi di
kota-kota tersebut.
Setelah bereaksi dengan atmosfer, zat tersebut membentuk partikel-partikel
nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Oleh
karenanya, bila partikel ini dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru.
NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu suhu (T), waktu reaksi (t), dan konsentrasi
oksigen (O2) atau NOx = f (T, t, O2). Ada tiga teori yang mengemukakan
terbentuknya NOx, yaitu sebagai berikut:
a. Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi di ruang
bakar. Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO + NO2).
b. Prompt NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
c. Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx disebabkan proses thermal NOx. Tercatat bahwa
dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil)—bahan bakar yang biasa digunakan di
kapal—menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%.
12
SO2 + ½ O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1- 5%. Gas yang
berbau tajam, tetapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma. Gas ini
pun jika bereaksi di atmosfer akan membentuk zat asam.
4. Particulate matter (PM)
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen,
baik berupa komponen padat maupun berbentuk cairan yang mengendap dalam
partikel debu. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan
metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfer, kandungan metal dan
debu tersebut membentuk partikulat yang mengandung unsur karbon, SOF (Soluble
Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari
cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah
butiran-butiran halus yang dapat menembus bagian terdalam pada paru-paru sehingga
mengganggu kesehatan.
13
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat dari hal tersebut diatas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernapasan
sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari
saluran pernapasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan.
Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh
negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara, termasuk
pencemaran di lingkungan rumah tangga sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak
hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga
dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan lain
sebagainya. Secara umum, dampak pencemaran udara terhadap kesehatan adalah
(Mukono, 2005):
a. Sakit, baik yang akut maupun kronis
b. Penyakit tersembunyi, yang dapat memperpendek umur, menghambat
pertumbuhan dan perkembangan
c. Mengganggu fungsi biologis dari: paru-paru, syaraf, transport oksigen oleh
hemoglobin, kemampuan sensorik
Pengaruh pencemaran udara terhadap manusia, selain berupa kematian dapat pula
berupa penyakit antara lain:
a. Kanker kulit (melanoma)
Berkurangnya lapisan ozon diatmosfer, akan mengakibatkan meningkatnya radiasi
ultraviolet, yang akan merangsang penyakit kanker kulit (Eckholm,1983).
b. Kanker paru-paru
Senyawa benzopyren, abses dan nitrosoamin merupakan agen karsinogen yang sangat
ganas (Holum, 1977).
c. Kebotakan (alopecia), anemia dan gastroenteritis
Ketiga penyakit ini disebabkan oleh residu timbal adalah yang masuk kedalam tubuh.
d. Angina pektoris dan arterosklerosis-perifer
Gas CO dapat memperburuk dan merangsang munculnya gejala penyakit ini
(Goldsmith dan Frieberg, 1977).
e. Bronkitis dan emfisema
14
Gas SO2 dan benzopyren dapat memperlemah gerakan rambut getar pada saluran
tenggorokan. Selain itu pula gas ini dapat merangsang sekresi lendir pada saluran
pangkal pada paru-paru (Owen, 1980).
f. Asfiksia (mati lemas)
Gas CO sangat reaktif terhadap Hb dalam darah dengan afinitas 240 kali lebih besar,
jika dibandingkan afinitasnya terhadap oksigen. CO dengan Hb akan membentuk
senyawa COHb yang sangat stabil dalam darah. Karena Hb darah tidak lagi dapat
berfungsi menyerap dan membawa oksigen, maka tubuh akan menderita kekurangan
oksigen (Eckholm, 1983 & Andrew, 1972).
Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan tergantung dari zat pencemarnya adalah:
a. Dampak Pencemaran Oleh Karbon Monoksida
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut ke
peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan
oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut
bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi
dengan darah (hemoglobin).
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau
waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia
selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual.
Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila diruangan itu ada orang yang
merokok. asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari
20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap.
Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb
dalam darah perokok meningkat. Keadaan ini ini merupakan factor risiko penyakit
jantung.
b. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx)
Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system
saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan
dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas
itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi
pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama
15
senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto
kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan.
c. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)
Udara lingkungan rumah tangga yang telah tercemar SOx menyebabkan
manusia akan mengalami gangguan pada systen pernapasaannya. Hal ini karena gas
SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx
tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena
d. Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon (HC)
Pencemaran hidrokarbon akan menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung.
e. Dampak Pencemaran oleh Chlorofluorocarbon (CFC)
Pencemaran chlorofluotocarbon akan menyebabkan melanoma (kanker kulit)
khususnya bagi orang-orang berkulit terang, katarak dan melemahnya sistem daya
tahan tubuh.
f. Timbal (Pb)
Pencemaran timbal menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan
fisik dan mental serta mempengaruhi kecerdasan otak. Unsur timbal (Pb) yang
terhirup anak akan menyerang sel syaraf, dapat meracuni atau 4 merusak fungsi
mental dan perilaku, serta menganggu pertumbuhan anak. Pb (timbal) juga dapat
terakumulasi dalam tubuh manusia dan mengurangi intelegensia.
1. Jangka pendek
a. Sosialisasi bahaya-bahaya pencemaran udara bagi kelangsungan hidup manusia
dan perubahan ekosistem pada alam semesta melalui media cetak dan elektronik.
b. Relokasi kawasan industri yang ada di tengah kota ke daerah pinggiran kota dan
mengembangkan suatu daerah hijau atau green belt mengelilingi kawasan infustri
yang akan dibangun.
16
c. Pelaksanaan analisis dampak lingkungan (Amdal) secara rutin pada pabrik-pabrik
di tengah kota atau dekat dengan permukiman penduduk.
d. Uji emisi gas kendaraan bermotor secara berkala dan mendirikan sistem
pemantauan pencemaran udara di setiap sudut kota.
e. Perbaikan sarana transportasi darat terutama armada angkutan kota agar lebih
manusiawi (aman, nyaman, dan murah) sehingga dapat mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi.
f. Pengawasan dan pelarangan pembakaran hutan terutama pada musim kemarau.
2. Jangka panjang
a. Perencanaan tata ruang kota yang mengacu pada wawasan lingkungan.
b. Mengganti bahan bakar untuk industri dan kendaraan bermotor yang ramah
lingkungan.
c. Mambangun sarana transportasi perkotaan dengan mempergunakan kereta api
bawah tanah.
d. Mempersiapkan suatu undang-undang tentang kesehatan lingkungan untuk
menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan.
Pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat dilakukan melalui enam konsep.
a. Membersihkan” (scrubbing). Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat
scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray.
b. Menggunakan filter. Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada
permukaan filter. Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat
semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan dengan
pembersihan gas dan filter polutan partikel.
c. Mempergunakan presipitasi elektrostatik. Cara ini berbeda dengan cara mekanis
lainnya, sebab langsung ke butir-butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang
diberi aliran listrik sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan
partikel dan ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang
telah dibersihkan.
d. Mempergunakan kolektor mekanis. Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga
kinetis atau kombinasi keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor
dipergunakan gaya sentripetal yang memakai siklon.
e. Program langit biru. Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik
pencemaran udara yang bergerak maupun stasioner.
17
f. Menggalakan penanaman pohon. Mempertahankan paru-paru kota dengan
memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal
pencemaran. Sebab tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan
melepaskan oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan
kehadiran oksigen.
Pencegahan pencemaran udara di dalam ruangan bisa dilakukan dengan (Mangku, 1997):
a. Ventilasi yang sesuai, yaitu mengusahakan polutan yang masuk ke ruangan
seminimum mungkin.salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menempatkan ventilasi dekat dengan sumber pencemar. Udara yang keluar dari
ruangan dan udara yang masuk ke ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Filtrasi, dengan cara memasang filter yang dipergunakan dalam ruangan untuk
menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan.
c. Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengandung polutan dilewatkan
melalui alat ini sehingga polutan udara dalam ruangan sudah berkurang atau disebut
bebas polutan.
d. Membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan mengandung serat tinggi. Serat
makanan dapat menetralkan zat pencemar udara dan mengurangi penyerapan logam
berat melalui sistem pencernaan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan di harapkan dapat memahami konsep
pencemaran udara ini. Karena konsep ini dapat membantu kita sebagai calon perawat
mengaplikasikan teori secara langsung. Sehingga asuhan keperawatan yang kita hasilkan
dapat berkualitas. Sebagai manusia sudah seharusnya kita menjaga lingkungan disekitar
agar tidak terjadi pencemaran lingkungan seperti pencemaran udara dengan
mencerminkan perilaku peduli terhadap lingkungan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, A., Hananto, M., & Lasut, D. (2016). Peningkatan Indeks Standar Pencemaran
Udara (ISPU) dan Kejadian Gangguan Saluran Pernapasan Di Kota Pekanbaru. Jurnal
Ekologi Kesehatan,15(2 Sep), 76-86.
Sitopoe, Mangku. (1997). Air Untuk Kehidupan, Pencemaran Air dan Usaha
penanggulangannya. Jakarta: Grasindo.
20