Wrap Up SK 3 A15 Panca Indera
Wrap Up SK 3 A15 Panca Indera
Kelompok A-15
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017/2018
Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax.62.21.4244
DAFTAR ISI
SKENARIO ....................................................................................................................... 2
IDENTIFIKASI KATA SULIT ....................................................................................... 3
BRAINSTORMING ......................................................................................................... 4
JAWABAN ........................................................................................................................ 5
HIPOTESA ........................................................................................................................ 6
SASARAN BELAJAR ...................................................................................................... 7
LI.1. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI ANATOMI HISTOLOGI KULIT ............................... 8
LI. 2. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI FISIOLOGI KULIT .............................................. 19
LI. 3. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI DERMATOFITOSIS ............................................ 42
LO 3.1 Definisi .......................................................................................................... 19
LO 3.2 Etiologi.......................................................................................................... 19
LO 3.3 Klasifikasi ..................................................................................................... 23
LO 3.4 Patofisiologi .................................................................................................. 24
LO 3.5 Manifestasi Klinis ............................................Error! Bookmark not defined.
LO 3.6 Diagnosis dan diagnosis banding ................................................................. 34
LO 3.7 Tatalaksana ................................................................................................... 36
LO 3.8 Pencegahan ................................................................................................... 40
LO 3.9 Komplikasi dan Prognosis ............................................................................ 41
LI.4. MEMAHAMI DAN MEMPELARI KESEHATAN KULIT SESUAI AJARAN ISLAM .......... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 50
1
Skenario
2
Identifikasi Kata Sulit
3
Brainstorming
4
Jawaban
1. Saat berat badan bertambah, daerah lipat paha jadi lebih mudah
berkeringat
2. Pada saat menstruasi, menggunakan pembalut sehingga menjadi
lebih lembap menyebabkan gatal, merah
3. Saat berkeringat, kulit menjadi lembap dan terjadi pertumbuhan
jamur & bakteri
4. Bruntus menyebabkan inflamasi menyebabkan penebalan kulit
berwarna gelap karena garukan terus menerus
5. Akibat jamur
6. Dermatofitosis
7. Bisa melalui kontak langsung
8. Pemberian antijamur : miconazole
9. Berwudhu, tidak berpakaian ketat, istinja’, menjaga kebersihan
tubuh
10. Karena higenitas kurang dan pengobatan yang tidak adekuat
11.- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Mengeringkan badan setelah mandi
- Tidak menggunakan handuk berganti-gantian
5
Hipotesa
Kulit yang terlalu lembap memicu pertumbuhan jamur sehingga timbul gatal,
merah, penebalan kulit saat digaruk atau dermatofitosis. Diagnosis dermatofitosis
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan kulit KOH 10% kelainan ini dapat
diterapi dengan pemberian miconazole. Pasien diminta untuk menjaga kesehatan
kulit sesuai ajaran islam.
6
Sasaran Belajar
7
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi histologi kulit
Adapun ciri-ciri kulit adalah:
Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan
telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.
8
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:
1) Epidermis
Terbagi atas 5 lapisan:
keterangan:
A = Melanocyt
B = Langerhans cell
C = Merkels cell
D = Nervända
1 = Stratum corneum
2 = Stratum granulosum
3 = Stratum spinosum
4 = Stratum basale
5 = Basalmembran
9
SEL SEL EPIDERMIS
a. Keratinosit
b. Melanosit
Melanosit paling banyak terdapat pada kulit muka dan genitalia eksterna. Jumlah
melanosit tiap individu hampir sama, hanya jumlah produksi melanin berbeda.
Sintesis melanin berlangsung di dalam melanosit dengan tirosinase berperan
penting. Tirosin mula-mula diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan
kemudian menjadi dopaquinon yang kemudian bertransformasi dan dikonversi
menjadi melanin. Dalam melanosit, melanin berkumpul dalam vesikel yang disebut
premelanosom. Vesikel kemudian matang menjadi melanosom yang disebarkan
melalui cabang sitoplasma melanosit ke keratinosit di sekitarnya terutama yang
berada di stratum basale. Setelah granula melanin bermigrasi di dalam juluran
sitoplasma, granula melanin akan berkumpul di daerah supranuklear sehingga inti
sel terlindungi dari radiasi matahari yang merusak. Menggelapnya kulit karena sinar
uv adalah hasil proses dua tahap yakni reaksi fisikokimia menghitamkan melanin
dan melepaskannya dengan cepat ke keratinosit. Pada tahap kedua kecepatan
sintesis melanin menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan jumlah
pigmen.
c. Sel langerhans
10
permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan limfosit T
dapat bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari sekelompok
sel prekursor dalam sumsum tulang.
d. Sel Merkel
Sel ini memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel
ini terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung jari,
folikel rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai
mekanoreseptor.
LAPISAN EPIDERMIS
b. Stratum Lusidum
Lapisan sel gepeng tanpa inti
protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)
Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan
Tidak tampak pada kulit tipis
11
Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero
Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon
antigen kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah
e. Stratum basale
Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
Lapisan terbawah dari epidermis
Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang
membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan
sitoplasma yang basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen
(melanosomes)
12
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
Mengusir mikroorganisme patogen
Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh
Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah
tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan
dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang
essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
2) Dermis (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis.Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2
lapisan:
a. Pars papilare
o Bagian yang menonjol ke epidermis
o Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare
o Bagian yang menonjol ke subkutan
o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat serta fibroblas)
o Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan
retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar rambut,
kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
13
a. Sel lemak
o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa
o Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa
yang berfungsi sebagai cadangan makanan
o Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur
internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai
bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi
b. Vaskularisasi
Dikulit diatur oleh 2 pleksus:
o Pleksus superfisialis
o Pleksus profunda
Adneksa Kulit
1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
- Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit
14
2) Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut
dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan
lunak.
Turunan Kulit
Rambut
Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut
yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis
dibawahnya.Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang
menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel epitelial yang aktif
membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak mengandung
pembuluh darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel
rambut.Papila dermis dalam bulbus pili ini disebut papila pili.Batang rambut
dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam yang membatasi papila yang disebut sel
matriks.Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum
epidermis kulit. Pada permulaan perkembangan semua sel pada folikel aktif
bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi sempurna hanya tinggal sel-
sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian rambut yaitu,
medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan terjepit diantara
dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut.M. arector pili melekat ke
sarung folikel dan berinsersi di daerah papila dermis pada epidermis.Kontraksi ini
menyebabkan rambut menegak dan menarik ke dalam daerah tempat insersinya
pada papila sehingga terjadi keadaan yang tampak pada kulit yang
merinding.Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan
penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.
Kuku
Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif
bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif
kulit. Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang disebut eponikium atau
kutikula.Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu lempeng zat tanduk.
Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas
membran basal dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku
terdapat daerah putih yang berbentuk bulan, disebut lunula. Stratum korneum yang
mengeras di bawah ujung bebas kuku disebut hiponikium. Pertumbuhan kuku
bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai indikator kesehatan seseorang seperti,
adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi kuku.Kuku yang
tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya penyakit seperti
anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh
menunjukan defisiensi vitamin atau keadaan hipotiroid.
15
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan
kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh.Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya
lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH
5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba
yang ingin masuk ke dalam kulit.
2. Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut
dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan
kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi
tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme
dan jenis vehikulum.
3. Eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl.Urea,
asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit
karena selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering.
4. Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel
Ranvier di epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.
6. Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan
jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu.
Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel
16
melanofag.Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi
Hb dan karoten.
7. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari.
LO 3.1 Definisi
Dermatofitosis adalah salah satu kelompok dermatomikosis superfisialis yang
disebabkan oleh jamur dermatofit, terjadi sebagai reaksi pejamuterhadap produk
metabolit jamur dan akibat invasi oleh suatu organisme pada jaringan hidup.
LO 3.2 Etiologi
Terdapat tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu Trichophyton, Microsporum,
dan Epidermophyton, yang dikelompokkan dalam kelas Deuteromycetes. Dari
ketiga genus tersebut telah ditemukan 41 spesies, terdiri dari 17 spesies
Microsporum, 22 spesies Trichophyton, 2 spesies Epidermophyton. Dari 41
spesies yang t elah di kenal, 17 spesies diisolasi dari infeksi jamur pada
manusia, 5 spesies Microsporum menginfeksi kulit dan rambut, 11 spesies
Trichophyton meninfeksi kulit, rambut dan kuku, 1 spesies Epidermophyton
LO 3.3 Klasifikasi
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut .
17
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat
meluas sampai ke daerahgluteus, perut bagian bawah .
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama
telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku .
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran
klinik yang khas.
LO 3.4 Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman,
kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan
melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau
autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum.
1. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga
dapat memudahkan invasi ke stratum korneum.
2. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam
jaringan keratin yang mati.
3. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan
epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
4. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan
timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm).
5. Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu
reaksi peradangan.
18
LO 3.5 Manifestasi Klinis
Tinea kapitis
Non-inflamasi atau gray patch
19
- Kerion merupakan jenis tinea kapitis
yang bersifat inflamasi dan merupakan
tinea kapitis dengan peradangan yang
berat.
- Reaksi peradangan berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang
lebah dengan serbukan sel radang yang
padat disekitarnya sehingga pada kulit
kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang
ditutupi sisik-sisik tebal.
- dapat menimbulkan jaringan parut (sikatriks) dan berakibat alopesia yang
menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.
Favus
Tinea barbae
Tipe Klinis
Tinea barbae biasanya
menimbulkan lesi yang unilateral dan
lebih sering melibatkan area jenggot
daripada kumis atau bibir atas.
Gejalanya mempunyai 3 tipe klinis.
Tipe klinis dari penyakit ini terbagi
menjadi tipe inflamasi/ deep berupa lesi
supuratif yang dalam serta bernodul,
tipe superficial berupa patch yang
sebagian tanpa rambut, berkrusta dan di
superficial dengan folikulitis dan tipe sirsinata.
1. Tipe inflamasi/ deep
Tipe ini biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.
verrucosum. Tinea barbae tipe inflamasi dianalogkan dengan tipe kerion
pada tinea kapitis. Tipe deep berkembang dengan lambat dan menghasilkan
nodul yang menebal dan bengkak seperti kerion. Lesi yang timbul berbentuk
nodul dan seperti rawa disertai krusta seropurulen. Bengkak pada tipe ini
biasanya konfluen dan berbetuk infiltrasi difusa seperti rawa dengan abses.
20
Kulit yang terkena meradang, rambut-rambut menjadi hilang, dan pus
mungkin muncul melalui folikel sisa yang terbuka. Rambut-rambut di
daerah ini tidak mengkilat, rapuh, dan mudah diepilasi untuk
mendemonstrasikan sebuah massa purulen di sekitar akarnya. Pustulasi
perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus dan kumpulan pus
seperti abses, yang akhirnya menjadi lesi alopecia. Umumnya lesi ini hanya
terbatas pada satu bagian muka atau leher pada laki-laki.
2. Tipe superfisial
Tipe superfisial dicirikan dengan folikulitis pustula yang tidak
terlalu meradang dan mungkin dihubungkan dengan T. violaceum atau T.
Rubrum. Tipe Superfisial dari tinea barbae menyerupai lesi pada tinea
corporis. Ada lesi berbentuk lingkaran dengan tepi vesikopustul. Reaksi
host terhadap penyakit ini tidak terlalu perah, meskipun alopecia mungkin
timbul di pusat lesi.
Tipe ini disebabkan oleh lebih sedikit peradangan antropofil, bentuk
tinea barbae ini sangat menyerupai folikulitis bakteri, dengan eritema difusa
ringan dan papul folikular dan pustul. Rambut yang kusam dan rapuh
membentuk infeksi endotriks dengan T. violaceum sebagai etiologi yang
lebih sering daripada T. rubrum. Rambut yang terinfeksi biasanya mudah
dicabut. Yang jarang, E. floccosuin mungkin menyebabkan lesi verrukosa
yang menyebar yang dikenal sebagai epidermofitosis verrukosa.
3. Tipe sirsinata
Tipe ini sangat mirip dengan tinea sirsinata dari kulit glabrous, tinea
barbae sirsinata menunjukkan batas vesikopustular yang aktif dan menyebar
dengan lingkaran pusat dan rambut yang jarang-jarang pada daerah tersebut.
Gejala Klinis
Infeksi sering berawal pada leher atau dagu, tetapi gejala klinis dari Tine
Barbae tergantung pada patogen penyebab. Kadang-kadang dermatofitosis dapat
berkembang tanpa lesi khusus, tetapi selalu dengan rasa gatal.
Tinea yang disebabkan oleh dermatofita zoofilik lebih parah karena reaksi
inflamasi yang terjadi disebabkan oleh jamur yang lebih kuat.14 Dagu, pipi, dan
leher sering terinfeksi. Umumnya infeksi ini menyebabkan nodul yang inflamasi
atau nodul-nodul dengan pustul mulitpel dan aliran sinus pada permukaannya.
Rambut dapat rontok dan patah, eksudat, pus dan krusta menutupi permukaan kulit
(kerion celsi). Rambut mudah dicabut dan tidak sakit. Kadang-kadang muncul
bersamaan dengan limfadenopati regional, sedangkan demam dan malaise cukup
jarang terjadi.
Ada gejala-gejala yang sangat jauh berbeda satu sama lain. Dua variasi
gejala klinis utama dibedakan.
Tipe tanpa inflamasi yang disebabkan oleh dermatofita antrofilik diawali
dengan patch datar dan eritema dengan tepi yang meninggi. Patch bersisik mungkin
ditutupi papul-papul, pustule atau krusta. Rambut patah di dekat kulit dan dapat
21
menyumbat folikel rambut. Patch kulit mungkin soliter tetapi dapat juga multiple
dan mungkin berbentuk annular. Patch dapat bertahan hingga bertahun-tahun dan
mungkin membesar. Kadang-kadang, morfologi klinisnya menyerupai folikulitis
bakteri, khususnya ketika folikel pustula telah berkembang dan hilangnya rambut
telah terlihat. Lesi pustula dengan rambut yang hilang menunjukkan varian kronik
dari infeksi jamur ini yang menyerupai sikosis (folikulitis pustula dari janggut).
Dengan demikian, penyakit itu disebut sycosiform tinea barbae.
Tipe dalam atau pustul dari tinea barbae dicirikan dengan adanya folikel yang
berpustul dan dalam yang membentuk nodul-nodul, seperti lesi kerion yang
ditemukan pada Tinea capitis. Lesi pustula ini diawali mikotik yang sesungguhnya
dan pus sangat penuh pada artrokonidia jamur. Reaksi yang terjadi bisa benar-benar
parah dimana kebanyakan rambut menjadi patah dilanjutkan resolusi dari penyakit
ini. Alopecia dan bekas luka mungkin menetap. Lesi terlhat seperti rawa dan
membengkak. Rambut-rambut ini ketika diepilasi akan terlihat memiliki sejenis
pus, massa putih pada akar rambut dan mengelilingi jaringan di sekitarnya. Aliran
sinus meningkat dan merusak jaringan sekitar. Sedikit tekanan akan
membangkitkan ekstrusksi dari material purulen. Lesi ini mungkin soliter dan
kebanyakan sering ditemukan pada daerah maksila. Kadang-kadang keseluruhan
area jenggot terkena dan indurasi verukosa ungu kemerahan yang banyak juga
terbentuk. Pembesaran kelenjar getah bening regional, demam ringan, dan malaise
mungkin muncul bersamaan pada infeksi yang parah, khususnya yang disebabkan
oleh T. verrucosum. Bibir atas biasanya terhindar dari tinea barbae, sangat kontras
jika dibandingkan dengan infeksi bakteri sycosis vulgaris.
Tinea unguium
Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan
klasifikasinya, yaitu:
22
Tinea kruris
Gambaran klinis biasanya
adalah lesi simetris di lipat paha
kanan dan kiri. Mula – mula lesi
ini berupa bercak eritematosa dan
gatal, yang lama kelamaan meluas
sehingga dapat meliputi, skrotum,
pubis, glutea bahkan sampai paha.
Tepi lesi aktif, polisiklis, ditutupi
skuama, dan kadang – kadang
disertai dengan banyak papul
eritema dan vesikel kecil – kecil.
Pada bentuk kronis, lesi kulit
hanya berupa bercak menebal
hiperpigmentasi dengan sedikit skuama. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat
garukan.
Tinea pedis
Terbagi 3 jenis tinea pedis :
Interdigitalis
- Diantara jari 4 dan 5 terlihat
fisura yang dilingkari sisik halus
dan tipis.
- Dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan ke sela jari yang
lain.
- Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh.
Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis,
limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas
Moccasin foot
- Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki,
terlihat kulit menebal dan bersisik
- Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi
- Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel
- Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan.
Subakut
- Terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula
- Kelainan ini dapat mulai dari daerah sela jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki.
- Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut
koleret.
23
Tinea Korporis
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau
lonjong dengan tepi yang aktif dengan perkembangan
kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya
memberi gambaran yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar.
Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang
ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang.
Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif
menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan
daerah hiperpigmentasi saja . Gejala subyektif yaitu
gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan
Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan
binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan
mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi
melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya
24
LO 3.6 Diagnosis dan Diagnosis banding
Letak Lipatan paha, Kulit dan Kulit tubuh tidak Kaki, terutama Kuku
daerah rambut berambut, bisa pada sela-sela jari
genitokrural, kepala muncul di seluruh dan telapak kaki.
sekitar anus, bagian tubuh, namun juga dikenal
bokong, dan umumnya muncul dengan
kadang-kadang pada lengan dan istilah athlete’s foot
sampai perut kaki.
bagian bawah.
25
dan kamar -Pernah terinfeksi
mandi umum. jamur sebelumnya.
-Mengalami
aterosklerosis atau
penyempitan dinding
arteri
Etiologi T.rubrum, Tricopyton Trichophyton epidermophyton T.rubrum
T.mentagrophyt dan rubrum floccosum, (tangan)
es Microsporum Trichophyton T.mentagrophytes, T.mentagr
, kecuali mentagrophytes. T. rubrum, dan T. ophytes
T.Concentric tonsurans (kaki)
um
(penyebab
tersering
adalah M.
Canis dan T
tonsurans )
Manifestasi -lesi berbatas -Kerion Gejala biasanya Interdigital tinea -
tegas. -Grey patch mulai muncul 10 pedis, umumnya sublungual
ringworm hari setelah tubuh menginfeksi daerah distalis
-Peradangan -Black dot melakukan kontak lembut antara jari-
pada tepi lebih ringworm dengan jamur. jari kaki. gejala -bentuk
nyata daripada berupa gatal, lateralis
tengahnya. -Munculnya ruam kemerahan, selalu
melingkar tampak basah. -leukonikia
-Efloresensi kemerahan atau trikofita
terdiri atas keperakan pada Chronic
macam-macam kulit. hyperkeratotic -subungal
bentuk yang tinea pedis, proksimali
primer dan -Kulit bersisik. merupakan kondisi s
sekunder telapak kaki
(polimorf). -Terasa gatal dan kemerahan dengan -distorfi
terjadi peradangan. kerak yang kronis kuku total
-Bila penyakit -Muncul luka pada penderita
ini menjadi melepuh dan berisi tinea pedis. dapat
menahun, dapat nanah di sekitar merasakan gatal
berupa bercak ruam. atau tidak
hitam disertai merasakan gejala
sedikit sisik. -Pada kasus yang sama sekali.
cukup parah, ruam
-Erosi dan melingkar yang Acute ulcerative
keluarnya cairan muncul akan berlipat tinea pedis, adalah
biasanya akibat ganda, tumbuh besar kondisi munculnya
garukan. dan mungkin bintik-bintik berisi
menyatu. nanah dan lepuhan-
lepuhan berisi
cairan
26
- luka melepuh dan
bernanah bisa Vesiculobullous
muncul di sekitar athlete’s foot.
ruam melingkar. Gejala yang
Kulit dengan ruam ditimbulkan oleh
melingkat akan penyakit ini adalah
sedikit terangkat dan kulit yang melepuh
kulit di bawahnya atau adanya
terasa gatal. kantung berongga
(bula) pada lapisan
kulit yang
memerah di area
telapak kaki.
1. Candidosis intertriginosa
Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara,
bagian pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai
daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada
sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara
jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa
panas seperti terbakar.
Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas
tegas, bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-lenting
yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak kemerahan, batas
tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut
dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah
meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti
27
lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau terkelupas, dan terjadi lecet. Pada
bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna putih.
2. Erytrasma
3. Psoriasis
4. Dermatitis Seboroik
28
Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit
jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung
dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi KOH 10%-40%
dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal
kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil,
jangan sampai menguap, dilihat dibawah mikroskop, dimulai dengan
pembesaran 10 kali.
a. Kulit
Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir.
Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% lalu dikerok dengan scalpel
sehingga memperoleh skuama yang cukup. Letakan di atas gelas objek, lalu
dituangi KOH 10%.
b. Rambut
Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang
warnanya tidak mengkilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endo
atau ektotrik.
c. Kuku
Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah
rusak atau dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-
40% dan dilihat dibawah mikroskop, dicari hifa atau spora.
Pengambilan sampel
29
A. Alat alat yang dibutuhkan :
- Skalpel
- Pinset
- Alkohol 70%
- Kapas
- Kertas/wadah yang
bersih
1.Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.
2.Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas
kebawah (cara memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45 derajat ke
atas).
Pembuatan sediaan
- Kaca objek
- Kaca penutup
- Lampu spiritus
- Pinset
- Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20%
untuk rambut
30
2. Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH
tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.
3. Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa
detik untuk mempercepat proses lisis
Pemeriksaan
B. Cara Pemeriksaan :
contohnya :
-Terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan
bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis)
-Terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat
berkelompok (gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor
(panu)
a. Bentuk koloni
Koloni ragi
31
Makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek dengan
permukaan halus atau rata, mengkilat, tidak berpigmen, warna
kekuningan, seperti koloni bakteri.
Koloni menyerupai ragi
Secara mikroskopis tampak sebagai sel tunggal dan kadang-
kadang tampak miselium semu (sel-sel panjang, tetapi tidak khas
dan tidak bersekat).
Koloni filament
Secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang halus
dengan permukaan dan pinggir tidak rata.
b. Bentuk hifa
Menurut fungsinya:
-Hifa vegetative untuk perkembangan dan mengambil makanan
-Hifa reproduktif untuk membentuk dan memperbanyak diri
dengan spora
Menurut jenisnya:
-Hifa berseptum
-Hifa tidak berseptum
Pembagian lain:
-Hifa sejati apabila panjang hifa lebih dari lebar
-Hifa semu
c. Bentuk spora
a. Reaksi trikofitin
Antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis. Bila (+) berarti ada
infeksi trikofiton.
b. Reaksi histoplasmin
Antigen yang dibuat dari pembiakan Histoplasma. Bila (+) berarti
infeksi Histoplasma (+)
c. Reaksi sporotrikin
Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Bila (+) berarti
infeksi oleh spesies sporotrikum
32
BIOPSI
Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu saringan
wood, sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang
gelombang 3600 A. sinar ini tidak dapat dilihat.
Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh
jamur-jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat, dengan
memberi warna kehijauan atau fluoresensi. Bila pemeriksaan memberi
fluoresensi maka pemeriksaan sinar wood positif dan apabila tidak ada
fluoresensi maka negatif. Jamur yang memberikan fluoresensi adalah
Microsporum lanosum, Microsporum audounii, M.canis, dam Malassezia
furfur (penyebab tinea vesikolor).
LO 3.7 Tatalaksana
33
1) Obat topikal, misalnya :
a) Golongan Mikonazole,
b) Golongan Ketokonazole, dan sebagainya.
Terapi lokal
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah
jenggot, telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan
topikal saja.
34
mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan
kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa
menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi
griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya pengobatan yang bisa
diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.
Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin.
Griseofulvin adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies
penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis.
Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi
bersama-sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi
absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi apakah griseofulvin
diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.
Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan
dilakukan 4 x sehari, 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan
5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep
ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.
35
Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100
minggu) mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1
mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.
Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100
minggu) mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1
mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.
widespread selama 4-6 minggu Griseofulvin 500-
non-responsive 1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.
LO 3.8 Pencegahan
Menurut Brooks (2001) dan Graham-Brown (2002), infeksi berulang pada
Tinea kruris dapat terjadi melalui proses autoinokulasi reservoir lain yang mungkin
ada di tangan dan kaki (Tinea pedis, Tinea unguium). Jamur diduga berpindah ke
sela paha melalui kuku jari-jari tangan yang dipakai menggaruk sela paha setelah
menggaruk kaki atau melalui handuk. Untuk mencegah infeksi berulang, daerah
yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber-sumber infeksi
serta mencegah pemakaian peralatan mandi bersama-sama (Brooks, 2001).
Menurut Nasution M.A. (2005), disamping pengobatan, yang penting juga
adalah nasehat kepada penderita misalnya pada penderita dermatofitosis,
disarankan agar :
1) Memakai pakaian yang tipis.
2) Memakai pakaian yang berbahan cotton.
3) Tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.
Oleh karena itu, berikan anjuran-anjuran pada pasien agar tidak terjadi infeksi
berulang. Anjurkan pasien menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan
daerah sela paha setelah mandi, anjurkan pasien untuk menghindari mengenakan
celana ketat untuk mencegah kelembaban daerah sela paha, anjurkan pasien dengan
Tinea kruris yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, dan anjurkan
pasien untuk memakai kaus kaki sebelum mengenakan celana untuk meminimalkan
kemungkinan transfer jamur dari kaki ke sela paha (autoinokulasi). Bubuk
antifungal, yang memiliki manfaat tambahan pengeringan daerah sela paha,
36
mungkin dapat membantu dalam mencegah kambuhnya Tinea kruris (Wiederkehr,
2012).
Prognosis Tinea kruris akan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu
dijaga (Siregar, 2004).
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya”.
Manfaat menutup aurat:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya;
sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk
manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat
dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka
37
(wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.
Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup
sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud
menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku
mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman
sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada
wanita.” (HR. Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada
lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah
menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
38
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun
begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum
baligh,wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.
Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan
konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya
suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman.
Dengan demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek
moral, dan karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata
“membersihkan/melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya
merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis,
yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan
dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan
yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl),
pembersihan gigi (siwak).
Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan
terpeliharanya kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah
shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan
berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat
dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jaminan kebersihan diri,
pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah letaknya
ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran
utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.
39
Daftar Pustaka
40