Anda di halaman 1dari 41

Wrap Up

"Bercak Merah & Gatal di Selangkangan”

Kelompok A-15

Ketua : Fatimah Salma (1102015077)


Sekretaris : Aprilia Viska Wijayanti (1102015033)
Anggota : Adibah Nauratul Azkiya (1102015006)
Aldinugraha Atmadinata (1102014015)
Ferina Intan (1102015078)
Irviana Adyada (1102015103)
Istri Bela Cantika (1102015107)
Kariza Gritania S (1102014141)
Deni Rizki Kurniawan (1102014067)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017/2018
Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax.62.21.4244
DAFTAR ISI
SKENARIO ....................................................................................................................... 2
IDENTIFIKASI KATA SULIT ....................................................................................... 3
BRAINSTORMING ......................................................................................................... 4
JAWABAN ........................................................................................................................ 5
HIPOTESA ........................................................................................................................ 6
SASARAN BELAJAR ...................................................................................................... 7
LI.1. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI ANATOMI HISTOLOGI KULIT ............................... 8
LI. 2. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI FISIOLOGI KULIT .............................................. 19
LI. 3. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI DERMATOFITOSIS ............................................ 42
LO 3.1 Definisi .......................................................................................................... 19
LO 3.2 Etiologi.......................................................................................................... 19
LO 3.3 Klasifikasi ..................................................................................................... 23
LO 3.4 Patofisiologi .................................................................................................. 24
LO 3.5 Manifestasi Klinis ............................................Error! Bookmark not defined.
LO 3.6 Diagnosis dan diagnosis banding ................................................................. 34
LO 3.7 Tatalaksana ................................................................................................... 36
LO 3.8 Pencegahan ................................................................................................... 40
LO 3.9 Komplikasi dan Prognosis ............................................................................ 41
LI.4. MEMAHAMI DAN MEMPELARI KESEHATAN KULIT SESUAI AJARAN ISLAM .......... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 50

1
Skenario

BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN


Seorang wanita usia 28 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bercak merah &
gatal terutama bila keringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai dengan bruntus dan kulit yang menabal berwarna gelap. Kelainan ini hilang
timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau
menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan
setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal
Pada pemeriksaan dermatologis : regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha atas
tampak lesi multiple, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari
diameter 0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan efloresensi berupa
plak eritem, sebagian likhenifikasi yang hiperpugmentasi, pada bagian tengah
tampak central healing dengan ditutupi skuama halus
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk kontrol rutin dan menjaga
serta memelihara kesehatan kulit sesuai tuntutan ajaran islam.

2
Identifikasi Kata Sulit

1. Efloresensi : kelainan kulit yang dapat dilihat mata telanjang


2. Plak eritema : kelenjar maculopapular dengan diameter lebih dari
1 cm
3. Likhenifikasi : penebalan kulit akibat gerakan hebat
4. Central healing : wujud kelainan kulit dimana 1 lesi dibagian tengah
bersih.
5. Hiperpigmentasi : penimbunan pigmen berlebih
6. Skuama : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit
7. Regioner : daerah yang terlokalisir

3
Brainstorming

1. Mengapa keluhan dirasakan saat BB bertambah?


2. Mengapa keluhan timbul saat menstruasi?
3. Mengapa gejala timbul saat berkeringat?
4. Mengapa timbul bruntus & penebalan kulit berwarna gelap?
5. Apa penyebab terjadinya keluhan ini?
6. Apakah diagnosis pasien?
7. Apakah penyakit ini bisa menular?
8. Apa tatalaksana pada penderita?
9. Bagaimana cara memelihara & menjaga kesehatan kulit sesuai ajaran
islam?
10. Mengapa keluhan hilang timbul?
11. Apa pencegahan yang dilakukan?

4
Jawaban

1. Saat berat badan bertambah, daerah lipat paha jadi lebih mudah
berkeringat
2. Pada saat menstruasi, menggunakan pembalut sehingga menjadi
lebih lembap menyebabkan gatal, merah
3. Saat berkeringat, kulit menjadi lembap dan terjadi pertumbuhan
jamur & bakteri
4. Bruntus menyebabkan inflamasi menyebabkan penebalan kulit
berwarna gelap karena garukan terus menerus
5. Akibat jamur
6. Dermatofitosis
7. Bisa melalui kontak langsung
8. Pemberian antijamur : miconazole
9. Berwudhu, tidak berpakaian ketat, istinja’, menjaga kebersihan
tubuh
10. Karena higenitas kurang dan pengobatan yang tidak adekuat
11.- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Mengeringkan badan setelah mandi
- Tidak menggunakan handuk berganti-gantian

5
Hipotesa

Kulit yang terlalu lembap memicu pertumbuhan jamur sehingga timbul gatal,
merah, penebalan kulit saat digaruk atau dermatofitosis. Diagnosis dermatofitosis
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan kulit KOH 10% kelainan ini dapat
diterapi dengan pemberian miconazole. Pasien diminta untuk menjaga kesehatan
kulit sesuai ajaran islam.

6
Sasaran Belajar

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi histologi kulit


LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi kulit
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Dermatofitosis
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Patofisiologi
3.5 Manifestasi klinis
3.6 Diagnosis dan diagnosis banding
3.7 Tatalaksana
3.8 Pencegahan
3.9 Kompikasi dan prognosis
LI.4. Memahami dan Menjelaskan kesehatan kulit sesuai ajaran islam

7
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi histologi kulit
Adapun ciri-ciri kulit adalah:

 Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh


lingkungan.

 Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.

 Luas : 1,50 – 1,75 m.

 Tebal rata – rata : 1,22mm.

 Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan
telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.

8
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

1) Epidermis
Terbagi atas 5 lapisan:

keterangan:
A = Melanocyt
B = Langerhans cell
C = Merkels cell
D = Nervända
1 = Stratum corneum
2 = Stratum granulosum
3 = Stratum spinosum
4 = Stratum basale
5 = Basalmembran

9
SEL SEL EPIDERMIS
a. Keratinosit

Sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85%-95% pada epidermis. Berasal


dari ektoderm permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma yang
dipenuhi oleh skleroprotein birefringen, yakni keratin. Keratin ini mengandung
sedikitnya 6 macam polipeptida dengan berat molekul 40kDa sampai 70 kDa. Sel
basal mengandung berat molekul yang lebih rendah. Proses keratinisasi
berlangsung selama 2-3 minggu yang dimulai dari proses proliferasi, diferensiasi,
kematian sel dan pengelupasan. Pada tahap akhir diferensiasi diikuti penebalan
membran sel, kehilangan inti dan organel lain di dalam sel. Selama proses
keratinisasi berlangsung enzim hidrolitik lisosom berperan pada penghancuran
organel sitoplasma.

b. Melanosit

Warna kulit ditentukan oleh berbagai faktor penting seperti kandungan


melanin dan karoten, jumlah pembuluh darah dalam dermis, dan warna darah yang
mengalir di dalamnya. Eumelanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh
melanosit. Sel ini berjumlah 7%-10% dan berasal dari neuroektoderm. Melanosit
memiliki badan sel yang bulat dengan cabang dendritik yang panjang dan tipis.
Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis.

Melanosit paling banyak terdapat pada kulit muka dan genitalia eksterna. Jumlah
melanosit tiap individu hampir sama, hanya jumlah produksi melanin berbeda.
Sintesis melanin berlangsung di dalam melanosit dengan tirosinase berperan
penting. Tirosin mula-mula diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan
kemudian menjadi dopaquinon yang kemudian bertransformasi dan dikonversi
menjadi melanin. Dalam melanosit, melanin berkumpul dalam vesikel yang disebut
premelanosom. Vesikel kemudian matang menjadi melanosom yang disebarkan
melalui cabang sitoplasma melanosit ke keratinosit di sekitarnya terutama yang
berada di stratum basale. Setelah granula melanin bermigrasi di dalam juluran
sitoplasma, granula melanin akan berkumpul di daerah supranuklear sehingga inti
sel terlindungi dari radiasi matahari yang merusak. Menggelapnya kulit karena sinar
uv adalah hasil proses dua tahap yakni reaksi fisikokimia menghitamkan melanin
dan melepaskannya dengan cepat ke keratinosit. Pada tahap kedua kecepatan
sintesis melanin menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan jumlah
pigmen.

c. Sel langerhans

Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang, ditemukan terutama di


antara keratinosit dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai reseptor
penanda imunologis yang mirip makrofag. Sel ini mengikat antigen asing di

10
permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan limfosit T
dapat bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari sekelompok
sel prekursor dalam sumsum tulang.

d. Sel Merkel

Sel ini memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel
ini terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung jari,
folikel rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai
mekanoreseptor.

LAPISAN EPIDERMIS

a. Stratum korneum/Lapisan tanduk


 Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti
 Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

b. Stratum Lusidum
 Lapisan sel gepeng tanpa inti
 protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)
 Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan
 Tidak tampak pada kulit tipis

c. Stratum granulosum / Lapisan Granular


 Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng
 Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan
terdapat inti diantaranya
 Mukosa tidak mempunyai lapisan ini

d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi


 Lapisan epidermis yang paling tebal
 Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada
proses mitosis
 Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan
inti terletak ditengah
 Terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges) yg tdd:
protoplasma dan tonofibril

11
 Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero
 Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon
antigen kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah

e. Stratum basale
 Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
 Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
 Lapisan terbawah dari epidermis
 Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
 Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang
membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan
sitoplasma yang basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen
(melanosomes)

12
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
 Mengusir mikroorganisme patogen
 Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh
 Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah
tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan
dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang
essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

2) Dermis (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis.Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2
lapisan:
a. Pars papilare
o Bagian yang menonjol ke epidermis
o Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare
o Bagian yang menonjol ke subkutan
o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat serta fibroblas)
o Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan
retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar rambut,
kelenjar kerngat dan k. sebaseus.

3) Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis


Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.

13
a. Sel lemak
o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa
o Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa
yang berfungsi sebagai cadangan makanan
o Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur
internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai
bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi
b. Vaskularisasi
Dikulit diatur oleh 2 pleksus:
o Pleksus superfisialis
o Pleksus profunda

Adneksa Kulit
1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
- Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit

 Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu


lingkungan dan suhu tubuh.

 Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf


simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila,
dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll
- Kelenjar Apokrin

 Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan


berm,uara pada folkel rambut

 Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanita akan


membesar dan berkurang pada sklus haid

 Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh


seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau
khas pada aksila

 Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus


yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan
serumen(wax)

14
2) Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut
dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan
lunak.

Turunan Kulit
Rambut
Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut
yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis
dibawahnya.Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang
menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel epitelial yang aktif
membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak mengandung
pembuluh darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel
rambut.Papila dermis dalam bulbus pili ini disebut papila pili.Batang rambut
dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam yang membatasi papila yang disebut sel
matriks.Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum
epidermis kulit. Pada permulaan perkembangan semua sel pada folikel aktif
bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi sempurna hanya tinggal sel-
sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian rambut yaitu,
medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan terjepit diantara
dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut.M. arector pili melekat ke
sarung folikel dan berinsersi di daerah papila dermis pada epidermis.Kontraksi ini
menyebabkan rambut menegak dan menarik ke dalam daerah tempat insersinya
pada papila sehingga terjadi keadaan yang tampak pada kulit yang
merinding.Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan
penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.

Kuku
Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif
bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif
kulit. Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang disebut eponikium atau
kutikula.Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu lempeng zat tanduk.
Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas
membran basal dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku
terdapat daerah putih yang berbentuk bulan, disebut lunula. Stratum korneum yang
mengeras di bawah ujung bebas kuku disebut hiponikium. Pertumbuhan kuku
bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai indikator kesehatan seseorang seperti,
adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi kuku.Kuku yang
tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya penyakit seperti
anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh
menunjukan defisiensi vitamin atau keadaan hipotiroid.

LI. 2. Memahami dan Mempelajari Fisiologi Kulit


Kulit berfungsi untuk :

15
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan
kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh.Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya
lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH
5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba
yang ingin masuk ke dalam kulit.

2. Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut
dalam minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan
kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi
tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme
dan jenis vehikulum.

3. Eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl.Urea,
asam urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit
karena selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering.

4. Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel
Ranvier di epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.

5. Pengaturan suhu tubuh


Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan
pembuluh darah kulit.

6. Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan
jumlah serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu.
Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel

16
melanofag.Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi
Hb dan karoten.

7. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8. Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari.

9. Fungsi Ekspresi Emosi


Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,
kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya,
ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi
pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh
kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak
semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas. Semua fungsi kulit pada
manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh
lain.

LI. 3. Memahami dan Mempelajari Dermatofitosis

LO 3.1 Definisi
Dermatofitosis adalah salah satu kelompok dermatomikosis superfisialis yang
disebabkan oleh jamur dermatofit, terjadi sebagai reaksi pejamuterhadap produk
metabolit jamur dan akibat invasi oleh suatu organisme pada jaringan hidup.

LO 3.2 Etiologi
Terdapat tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu Trichophyton, Microsporum,
dan Epidermophyton, yang dikelompokkan dalam kelas Deuteromycetes. Dari
ketiga genus tersebut telah ditemukan 41 spesies, terdiri dari 17 spesies
Microsporum, 22 spesies Trichophyton, 2 spesies Epidermophyton. Dari 41
spesies yang t elah di kenal, 17 spesies diisolasi dari infeksi jamur pada
manusia, 5 spesies Microsporum menginfeksi kulit dan rambut, 11 spesies
Trichophyton meninfeksi kulit, rambut dan kuku, 1 spesies Epidermophyton

LO 3.3 Klasifikasi
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut .

17
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat
meluas sampai ke daerahgluteus, perut bagian bawah .
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama
telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku .
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran
klinik yang khas.

LO 3.4 Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman,
kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan
melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau
autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum.
1. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga
dapat memudahkan invasi ke stratum korneum.
2. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam
jaringan keratin yang mati.
3. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan
epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
4. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan
timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm).
5. Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu
reaksi peradangan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:


a) Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik,
zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula
satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-
bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang
rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha
bagian dalam.
b) Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c) Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak
pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha,
sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d) Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah
sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik.
e) Faktor umur dan jenis kelamin .

18
LO 3.5 Manifestasi Klinis
Tinea kapitis
Non-inflamasi atau gray patch

- Gejala klinis terutama disebabkan


oleh M. Audouinii dan M. Ferrigineum
yang sering ditemukan pada anak-
anak.
- Penyakit timbul akibat invasi rambut
ektothrix.
- Lesi bermula dari papul eritematosa
yang kecil disekitar rambut, kemudian
papul akan melebar dan membentuk
bercak yang menjadi pucat dan bersisik
mengelilingi batang rambut dan akhirnya menyebar secara sentrifugal yang
melibatkan folikel rambut disekitarnya.
- Keluhan penderita adalah rasa gatal, warna rambut menjadi abu-abu dan
tidak berkilau. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga
mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri yag menyebabkan alopesia
setempat.
Black dot

- Gejala yang timbul disebabkan oleh T.


tonsurans dan T. violaceum.
- Lokasi arthrospores berada didalam batang
rambut yang membuat rambut menjadi lebih
rapuh.
- Rambut yang terinfeksi akan patah tepat pada
muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung
rambut yang penuh dengan spora.
- Pada infeksi black dot sering terjadi inflamasi
dimana peradangan terjadi dari folikulitis ke
kerion. Pada beberapa kasus tinea kapitis black
dot juga dapat ditemukan gangguan pada kuku
dan rambut yang hilang
Kerion

19
- Kerion merupakan jenis tinea kapitis
yang bersifat inflamasi dan merupakan
tinea kapitis dengan peradangan yang
berat.
- Reaksi peradangan berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang
lebah dengan serbukan sel radang yang
padat disekitarnya sehingga pada kulit
kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang
ditutupi sisik-sisik tebal.
- dapat menimbulkan jaringan parut (sikatriks) dan berakibat alopesia yang
menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.
Favus

- Favus merupakan gejala tinea yang jarang,


gejala di sebabkan T. schoenleinii. Organisme
dapat mempengaruhi kulit dan kuku juga hal ini di
tandai dengan warna krusta kekuningan yang
dikenal sebagai skutula disekitar rambut. Skutula
memiliki berbau yang khas yaitu berbau tikus
“moussy odor” dan rambut secara ekstensif akan
hilang menjadi alopesia dan atrofi.

Tinea barbae
Tipe Klinis
Tinea barbae biasanya
menimbulkan lesi yang unilateral dan
lebih sering melibatkan area jenggot
daripada kumis atau bibir atas.
Gejalanya mempunyai 3 tipe klinis.
Tipe klinis dari penyakit ini terbagi
menjadi tipe inflamasi/ deep berupa lesi
supuratif yang dalam serta bernodul,
tipe superficial berupa patch yang
sebagian tanpa rambut, berkrusta dan di
superficial dengan folikulitis dan tipe sirsinata.
1. Tipe inflamasi/ deep
Tipe ini biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.
verrucosum. Tinea barbae tipe inflamasi dianalogkan dengan tipe kerion
pada tinea kapitis. Tipe deep berkembang dengan lambat dan menghasilkan
nodul yang menebal dan bengkak seperti kerion. Lesi yang timbul berbentuk
nodul dan seperti rawa disertai krusta seropurulen. Bengkak pada tipe ini
biasanya konfluen dan berbetuk infiltrasi difusa seperti rawa dengan abses.

20
Kulit yang terkena meradang, rambut-rambut menjadi hilang, dan pus
mungkin muncul melalui folikel sisa yang terbuka. Rambut-rambut di
daerah ini tidak mengkilat, rapuh, dan mudah diepilasi untuk
mendemonstrasikan sebuah massa purulen di sekitar akarnya. Pustulasi
perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus dan kumpulan pus
seperti abses, yang akhirnya menjadi lesi alopecia. Umumnya lesi ini hanya
terbatas pada satu bagian muka atau leher pada laki-laki.
2. Tipe superfisial
Tipe superfisial dicirikan dengan folikulitis pustula yang tidak
terlalu meradang dan mungkin dihubungkan dengan T. violaceum atau T.
Rubrum. Tipe Superfisial dari tinea barbae menyerupai lesi pada tinea
corporis. Ada lesi berbentuk lingkaran dengan tepi vesikopustul. Reaksi
host terhadap penyakit ini tidak terlalu perah, meskipun alopecia mungkin
timbul di pusat lesi.
Tipe ini disebabkan oleh lebih sedikit peradangan antropofil, bentuk
tinea barbae ini sangat menyerupai folikulitis bakteri, dengan eritema difusa
ringan dan papul folikular dan pustul. Rambut yang kusam dan rapuh
membentuk infeksi endotriks dengan T. violaceum sebagai etiologi yang
lebih sering daripada T. rubrum. Rambut yang terinfeksi biasanya mudah
dicabut. Yang jarang, E. floccosuin mungkin menyebabkan lesi verrukosa
yang menyebar yang dikenal sebagai epidermofitosis verrukosa.
3. Tipe sirsinata
Tipe ini sangat mirip dengan tinea sirsinata dari kulit glabrous, tinea
barbae sirsinata menunjukkan batas vesikopustular yang aktif dan menyebar
dengan lingkaran pusat dan rambut yang jarang-jarang pada daerah tersebut.

Gejala Klinis
Infeksi sering berawal pada leher atau dagu, tetapi gejala klinis dari Tine
Barbae tergantung pada patogen penyebab. Kadang-kadang dermatofitosis dapat
berkembang tanpa lesi khusus, tetapi selalu dengan rasa gatal.
Tinea yang disebabkan oleh dermatofita zoofilik lebih parah karena reaksi
inflamasi yang terjadi disebabkan oleh jamur yang lebih kuat.14 Dagu, pipi, dan
leher sering terinfeksi. Umumnya infeksi ini menyebabkan nodul yang inflamasi
atau nodul-nodul dengan pustul mulitpel dan aliran sinus pada permukaannya.
Rambut dapat rontok dan patah, eksudat, pus dan krusta menutupi permukaan kulit
(kerion celsi). Rambut mudah dicabut dan tidak sakit. Kadang-kadang muncul
bersamaan dengan limfadenopati regional, sedangkan demam dan malaise cukup
jarang terjadi.
Ada gejala-gejala yang sangat jauh berbeda satu sama lain. Dua variasi
gejala klinis utama dibedakan.
Tipe tanpa inflamasi yang disebabkan oleh dermatofita antrofilik diawali
dengan patch datar dan eritema dengan tepi yang meninggi. Patch bersisik mungkin
ditutupi papul-papul, pustule atau krusta. Rambut patah di dekat kulit dan dapat

21
menyumbat folikel rambut. Patch kulit mungkin soliter tetapi dapat juga multiple
dan mungkin berbentuk annular. Patch dapat bertahan hingga bertahun-tahun dan
mungkin membesar. Kadang-kadang, morfologi klinisnya menyerupai folikulitis
bakteri, khususnya ketika folikel pustula telah berkembang dan hilangnya rambut
telah terlihat. Lesi pustula dengan rambut yang hilang menunjukkan varian kronik
dari infeksi jamur ini yang menyerupai sikosis (folikulitis pustula dari janggut).
Dengan demikian, penyakit itu disebut sycosiform tinea barbae.
Tipe dalam atau pustul dari tinea barbae dicirikan dengan adanya folikel yang
berpustul dan dalam yang membentuk nodul-nodul, seperti lesi kerion yang
ditemukan pada Tinea capitis. Lesi pustula ini diawali mikotik yang sesungguhnya
dan pus sangat penuh pada artrokonidia jamur. Reaksi yang terjadi bisa benar-benar
parah dimana kebanyakan rambut menjadi patah dilanjutkan resolusi dari penyakit
ini. Alopecia dan bekas luka mungkin menetap. Lesi terlhat seperti rawa dan
membengkak. Rambut-rambut ini ketika diepilasi akan terlihat memiliki sejenis
pus, massa putih pada akar rambut dan mengelilingi jaringan di sekitarnya. Aliran
sinus meningkat dan merusak jaringan sekitar. Sedikit tekanan akan
membangkitkan ekstrusksi dari material purulen. Lesi ini mungkin soliter dan
kebanyakan sering ditemukan pada daerah maksila. Kadang-kadang keseluruhan
area jenggot terkena dan indurasi verukosa ungu kemerahan yang banyak juga
terbentuk. Pembesaran kelenjar getah bening regional, demam ringan, dan malaise
mungkin muncul bersamaan pada infeksi yang parah, khususnya yang disebabkan
oleh T. verrucosum. Bibir atas biasanya terhindar dari tinea barbae, sangat kontras
jika dibandingkan dengan infeksi bakteri sycosis vulgaris.

Tinea unguium
Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan
klasifikasinya, yaitu:

1. Bentuk subungual distalis


Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral
kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di
bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
Kalau proses berjalan terus maka permukaan
kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku yang menyerupai
kapur.
2. Leukonikia atau lekonikia mikotika
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan
kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur. Kelainan ini
dihubungkan dengan Tricophyton metagrophytes sebagai penyebabnya.
3. Bentuk subungual proksimalis
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku tangan proksimal terutama menyerang kuku
dan membentj gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih
utuh, sedaangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium
mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum.
Kuku kaki lebih sering diserang dari pada kuku tangan.

22
Tinea kruris
Gambaran klinis biasanya
adalah lesi simetris di lipat paha
kanan dan kiri. Mula – mula lesi
ini berupa bercak eritematosa dan
gatal, yang lama kelamaan meluas
sehingga dapat meliputi, skrotum,
pubis, glutea bahkan sampai paha.
Tepi lesi aktif, polisiklis, ditutupi
skuama, dan kadang – kadang
disertai dengan banyak papul
eritema dan vesikel kecil – kecil.
Pada bentuk kronis, lesi kulit
hanya berupa bercak menebal
hiperpigmentasi dengan sedikit skuama. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat
garukan.

Tinea pedis
Terbagi 3 jenis tinea pedis :

Interdigitalis
- Diantara jari 4 dan 5 terlihat
fisura yang dilingkari sisik halus
dan tipis.
- Dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan ke sela jari yang
lain.
- Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh.
Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis,
limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas
Moccasin foot
- Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki,
terlihat kulit menebal dan bersisik
- Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi
- Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel
- Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan.
Subakut
- Terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula
- Kelainan ini dapat mulai dari daerah sela jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki.
- Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut
koleret.

23
Tinea Korporis
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau
lonjong dengan tepi yang aktif dengan perkembangan
kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya
memberi gambaran yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar.
Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang
ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang.
Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif
menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan
daerah hiperpigmentasi saja . Gejala subyektif yaitu
gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan
Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan
binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan
mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi
melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya

24
LO 3.6 Diagnosis dan Diagnosis banding

Tinea kruris Tinea Tinea Corporis Tinea Pedis Tinea


Kapitis unguium

Letak Lipatan paha, Kulit dan Kulit tubuh tidak Kaki, terutama Kuku
daerah rambut berambut, bisa pada sela-sela jari
genitokrural, kepala muncul di seluruh dan telapak kaki.
sekitar anus, bagian tubuh, namun juga dikenal
bokong, dan umumnya muncul dengan
kadang-kadang pada lengan dan istilah athlete’s foot
sampai perut kaki.
bagian bawah.

Faktok  -Banyak •DM -Sirkulasi darah -pemakaian sepatu Sama


resiko berkeringat. •Orang kulit buruk. tertutup untuk dengan
hitam waktu yang lama, Tinea
 -Mengidap -Usia masih sangat
•Anak-anak Pedis
penyakit kulit muda atau sangat
pre-pubertas -bertambahnya
lain. tua.
•Pekerja kelembaban karena
 -Kelebihan berat salon -Kondisi tempat keringat,
badan atau •Daerah tinggal lembap,
obesitas. padat basah, dan penuh -pecahnya kulit
penduduk sesak. karena mekanis,
 -Memiliki •Saling pakai dan paparan
sistem sisir -Mengalami obesitas terhadap jamur di
kekebalan tubuh akut. gedung olah raga
yang lemah. atau kolam renang
-Sering melakukan
 -Berjenis kontak fisik dengan
kelamin pria, orang atau hewan -pemakaian kaus
walaupun yang kaki dengan bahan
wanita juga yang tidak dapat
-Menjalani menyerap keringat
mungkin
kemoterapi atau
terjangkit.
mengonsumsi obat- -kurangnya
 -Memakai obatan steroid yang kebersihan
celana dalam bisa melemahkan
yang ketat atau sistem imunitas.
alat bantu atletik
-Menderita penyakit
yang tidak
yang membuat
dicuci setelah
sistem imunitas
digunakan.
tubuh melemah.
 -Menggunakan
-Mengidap diabetes
ruangan loker
tipe 1.

25
dan kamar -Pernah terinfeksi
mandi umum. jamur sebelumnya.
-Mengalami
aterosklerosis atau
penyempitan dinding
arteri
Etiologi T.rubrum, Tricopyton Trichophyton epidermophyton T.rubrum
T.mentagrophyt dan rubrum floccosum, (tangan)
es Microsporum Trichophyton T.mentagrophytes, T.mentagr
, kecuali mentagrophytes. T. rubrum, dan T. ophytes
T.Concentric tonsurans (kaki)
um
(penyebab
tersering
adalah M.
Canis dan T
tonsurans )
Manifestasi -lesi berbatas -Kerion Gejala biasanya  Interdigital tinea -
tegas. -Grey patch mulai muncul 10 pedis, umumnya sublungual
ringworm hari setelah tubuh menginfeksi daerah distalis
-Peradangan -Black dot melakukan kontak lembut antara jari-
pada tepi lebih ringworm dengan jamur. jari kaki. gejala -bentuk
nyata daripada berupa gatal, lateralis
tengahnya. -Munculnya ruam kemerahan, selalu
melingkar tampak basah. -leukonikia
-Efloresensi kemerahan atau  trikofita
terdiri atas keperakan pada  Chronic
macam-macam kulit. hyperkeratotic -subungal
bentuk yang tinea pedis, proksimali
primer dan  -Kulit bersisik. merupakan kondisi s
sekunder telapak kaki
(polimorf).  -Terasa gatal dan kemerahan dengan -distorfi
terjadi peradangan. kerak yang kronis kuku total
-Bila penyakit  -Muncul luka pada penderita
ini menjadi melepuh dan berisi tinea pedis. dapat
menahun, dapat nanah di sekitar merasakan gatal
berupa bercak ruam. atau tidak
hitam disertai merasakan gejala
sedikit sisik. -Pada kasus yang sama sekali.
cukup parah, ruam 
-Erosi dan melingkar yang  Acute ulcerative
keluarnya cairan muncul akan berlipat tinea pedis, adalah
biasanya akibat ganda, tumbuh besar kondisi munculnya
garukan. dan mungkin bintik-bintik berisi
menyatu. nanah dan lepuhan-
lepuhan berisi
cairan

26
- luka melepuh dan 
bernanah bisa  Vesiculobullous
muncul di sekitar athlete’s foot.
ruam melingkar. Gejala yang
Kulit dengan ruam ditimbulkan oleh
melingkat akan penyakit ini adalah
sedikit terangkat dan kulit yang melepuh
kulit di bawahnya atau adanya
terasa gatal. kantung berongga
(bula) pada lapisan
kulit yang
memerah di area
telapak kaki.

Diagnosis Banding Tinea Kruris

1. Candidosis intertriginosa

Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida


biasanya oleh Candida albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat
menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.

Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun


eksogen. Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina,
kegemukan karena banyak keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit
kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen berupa
iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki
dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur,
kontak dengan penderita.

Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara,
bagian pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai
daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada
sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara
jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa
panas seperti terbakar.

Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas
tegas, bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-lenting
yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak kemerahan, batas
tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut
dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah
meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti

27
lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau terkelupas, dan terjadi lecet. Pada
bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna putih.

2. Erytrasma

Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang


disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan
skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran
sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat
merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit
penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain terutama pada
penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan
serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang
sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari
eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa
berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah
membara (coral red) (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)

3. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan


residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut
dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah
lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi (plak)
dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering bagian di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Besar kelainan bervariasi dapat lentikular, numular atau plakat, dapat
berkonfluensi.

4. Dermatitis Seboroik

Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang mengenai


daerah kepala dan badan. Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5%
populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyakit ni dapat
mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi terjadi pada usia 3 bulan
sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan
skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk
yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak berskuama dan berminyak
disertai eksudat dan krusta tebal.

28
Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit
jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu:

1. Pemeriksaan preparat langsung


2. Pembiakan/Kultur
3. Reaksi imunologis
4. Biopsi atau pemeriksaan gambaran histopatologi
5. Pemeriksaan dengan sinar Wood

PEMERIKSAAN PREPARAT LANGSUNG

Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung
dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi KOH 10%-40%
dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal
kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil,
jangan sampai menguap, dilihat dibawah mikroskop, dimulai dengan
pembesaran 10 kali.

Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat kontur


ganda. Selain itu, tampak juga bitnik spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk diperiksa didapat dari:

a. Kulit

Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir.
Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% lalu dikerok dengan scalpel
sehingga memperoleh skuama yang cukup. Letakan di atas gelas objek, lalu
dituangi KOH 10%.

b. Rambut

Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang
warnanya tidak mengkilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endo
atau ektotrik.

c. Kuku

Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah
rusak atau dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-
40% dan dilihat dibawah mikroskop, dicari hifa atau spora.

Adapun tata cara pemeriksaan preparat langsung adalah sebagai berikut:

Pengambilan sampel

29
A. Alat alat yang dibutuhkan :

- Skalpel

- Pinset

- Alkohol 70%

- Kapas

- Kertas/wadah yang

bersih

B. Cara pengambilan sampel :

1.Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.

2.Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas
kebawah (cara memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45 derajat ke
atas).

3.Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadah

Pembuatan sediaan

A.Alat alat yang dibutuhkan :

- Kaca objek

- Kaca penutup

- Lampu spiritus

- Pinset

- Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20%
untuk rambut

B.Cara pembuatan sediaan :

1. Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.

30
2. Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH
tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.

3. Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa
detik untuk mempercepat proses lisis

Pemeriksaan

A. Alat yang digunakan : Mikroskop

B. Cara Pemeriksaan :

1. Periksa sediaan dibawah mikroskop perbesaran objektif 10 X

2. Kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha dan atau


spora, akan tampak gambaran hifa dan spora tergantung jamur yang
menyebabkan penyakitnya

contohnya :

-Terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan
bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis)

-Terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat
berkelompok (gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor
(panu)

PEMERIKSAAN KULTUR DENGAN SABOURAUD AGAR

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada


medium saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide
(mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun
jamur kontaminan. Perbenihan pada suhu 24- 30°C. Pembacaan diakukan
dalam waktu 1-3 minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai warna,
bentuk, permukaan dan ada atau tidaknya hifa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Bentuk koloni

ada 3 bentuk koloni jamur, yaitu:

 Koloni ragi

31
Makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek dengan
permukaan halus atau rata, mengkilat, tidak berpigmen, warna
kekuningan, seperti koloni bakteri.
 Koloni menyerupai ragi
Secara mikroskopis tampak sebagai sel tunggal dan kadang-
kadang tampak miselium semu (sel-sel panjang, tetapi tidak khas
dan tidak bersekat).
 Koloni filament
Secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang halus
dengan permukaan dan pinggir tidak rata.

b. Bentuk hifa

 Menurut fungsinya:
-Hifa vegetative untuk perkembangan dan mengambil makanan
-Hifa reproduktif untuk membentuk dan memperbanyak diri
dengan spora
 Menurut jenisnya:
-Hifa berseptum
-Hifa tidak berseptum
 Pembagian lain:
-Hifa sejati apabila panjang hifa lebih dari lebar
-Hifa semu

c. Bentuk spora

PEMERIKSAAN REAKSI IMUNOLOGIS

Dengan menyuntikan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari


koloni jamur, reaksi (+) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya:

a. Reaksi trikofitin
Antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis. Bila (+) berarti ada
infeksi trikofiton.
b. Reaksi histoplasmin
Antigen yang dibuat dari pembiakan Histoplasma. Bila (+) berarti
infeksi Histoplasma (+)
c. Reaksi sporotrikin
Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Bila (+) berarti
infeksi oleh spesies sporotrikum

32
BIOPSI

Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun


sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid–
Schiff Pengecatan dengan (hematoxylin and eosin stain , jamur akan tampak
merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan
tampak coklat atau hitam (Wiederkehr, Michael. 2008).

PEMERIKSAAN DENGAN SINAR WOOD

Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu saringan
wood, sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang
gelombang 3600 A. sinar ini tidak dapat dilihat.

Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh
jamur-jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat, dengan
memberi warna kehijauan atau fluoresensi. Bila pemeriksaan memberi
fluoresensi maka pemeriksaan sinar wood positif dan apabila tidak ada
fluoresensi maka negatif. Jamur yang memberikan fluoresensi adalah
Microsporum lanosum, Microsporum audounii, M.canis, dam Malassezia
furfur (penyebab tinea vesikolor).

LO 3.7 Tatalaksana

Terdapat banyak obat antijamur topikal untuk pengobatan infeksi


dermatofit. Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih
rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoat, sulfur,
dan sebagainya. Obat-obat topikal ini bisa digunakan bila daerah yang terkena
sedikit, tetapi bila infeksi jamur meluas maka lebih baik menggunakan obat
oral sistemik (Graham-Brown, 2002).
Menurut Bagian Farmakologi FK UI (1995), Bagian Kesehatan Anak FK
UI (2002), dan Nasution M.A. (2005), obat-obat pada infeksi jamur pada kulit
ada 2 macam yaitu :

33
1) Obat topikal, misalnya :
a) Golongan Mikonazole,
b) Golongan Ketokonazole, dan sebagainya.

Pengobatan umumnya 2x/hari minimal selama 3 minggu atau 2 minggu


sesudah tes KOH negatif dan klinis membaik.

2) Obat per oral, misalnya :


a) Golongan Griseofulvin, dosis :
Anak : 10 mg/kgBB/hari (microsize).
5,5 mg/kgBB/hari (ultra-microsize).
Dewasa : 500-1000 mg/hari/

b) Golongan Ketokonazole, dosis :


Anak : 3-6 mg/kgBB/hari.
Dewasa : 1 tablet (200 mg)/hari.

c) Golongan Itrakonazole, dosis :


Anak : 3-5 mg/kgBB/hari.
Dewasa : 1 kapsul (100 mg)/hari.

d) Golongan Terbinafin, dosis :


Anak : 3-6 mg/kgBB/hari.
10-20 kg : 62,5 mg (¼ tablet)/hari.
20-40 kg : 125 mg (½ tablet)/hari.
Dewasa : 1 tablet (250 mg)/hari.

Terapi lokal
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah
jenggot, telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan
topikal saja.

1. Lesi-lesi yang meradang akut dengan vesikula dan eksudat harus


dirawat dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau
terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.
2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti
mikonasol, ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem
dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan
penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki
memerlukan terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan
keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit
menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolitik dapat mengadakan
sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau menggunakannya.
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk
mencapai kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara

34
mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan
kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa
menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi
griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya pengobatan yang bisa
diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin.
Griseofulvin adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies
penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis.
Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi
bersama-sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi
absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi apakah griseofulvin
diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.
Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan
dilakukan 4 x sehari, 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan
5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep
ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

Infeksi Rekomendasi Alternatif


Tinea unguium Terbinafine 250 mg/hr 6 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400
(Onychomycosis) minggu untuk kuku jari mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan
tangan, 12 berturut-turut.
minggu untuk kuku jari Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-
kaki 12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d
sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) s/d Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sembuh (6-8 minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau
minggu), sering 200mg/hr selama 1 mgg.
dikombinasikan dengan Fluconazole 150-300 mg/mggu selama 4 mgg.
imidazol.

35
Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100
minggu) mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1
mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.
Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100
minggu) mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1
mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.
widespread selama 4-6 minggu Griseofulvin 500-
non-responsive 1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.

LO 3.8 Pencegahan
Menurut Brooks (2001) dan Graham-Brown (2002), infeksi berulang pada
Tinea kruris dapat terjadi melalui proses autoinokulasi reservoir lain yang mungkin
ada di tangan dan kaki (Tinea pedis, Tinea unguium). Jamur diduga berpindah ke
sela paha melalui kuku jari-jari tangan yang dipakai menggaruk sela paha setelah
menggaruk kaki atau melalui handuk. Untuk mencegah infeksi berulang, daerah
yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber-sumber infeksi
serta mencegah pemakaian peralatan mandi bersama-sama (Brooks, 2001).
Menurut Nasution M.A. (2005), disamping pengobatan, yang penting juga
adalah nasehat kepada penderita misalnya pada penderita dermatofitosis,
disarankan agar :
1) Memakai pakaian yang tipis.
2) Memakai pakaian yang berbahan cotton.
3) Tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.

Oleh karena itu, berikan anjuran-anjuran pada pasien agar tidak terjadi infeksi
berulang. Anjurkan pasien menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan
daerah sela paha setelah mandi, anjurkan pasien untuk menghindari mengenakan
celana ketat untuk mencegah kelembaban daerah sela paha, anjurkan pasien dengan
Tinea kruris yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, dan anjurkan
pasien untuk memakai kaus kaki sebelum mengenakan celana untuk meminimalkan
kemungkinan transfer jamur dari kaki ke sela paha (autoinokulasi). Bubuk
antifungal, yang memiliki manfaat tambahan pengeringan daerah sela paha,

36
mungkin dapat membantu dalam mencegah kambuhnya Tinea kruris (Wiederkehr,
2012).

LO 3.9 Komplikasi dan prognosis


Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat
mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar
(Wiederkehr, 2012).

Prognosis Tinea kruris akan baik, asalkan kelembaban dan kebersihan kulit selalu
dijaga (Siregar, 2004).

Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan


penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat
dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

LI. 4. Memahami dan Mempelajari menjaga dan memelihara kesehatan kulit


sesuai ajaran Islam
Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam
merusak kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan
pada kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan
membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta
penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.

Perintah menutup aurat


Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala
dalam istilah fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib
ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-
ahzab ayat 33

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya”.
Manfaat menutup aurat:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya;
sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk
manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat
dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka

37
(wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.
Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup
sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud
menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku
mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman
sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada
wanita.” (HR. Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada
lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah
menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

1. Aurat Ketika Sembahyang


Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan
tapak tangan.

2. Aurat Ketika Sendirian


Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut.
Ini bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama Mahram


Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan
lutut. Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh
badan yang boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam
menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan
berlaku.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada


seseorang wanita:

1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya

6. Anak saudara dari saudara perempuan


7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat

38
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun
begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum
baligh,wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.

Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan
konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya
suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman.
Dengan demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek
moral, dan karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata
“membersihkan/melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya
merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis,
yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan
dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan
yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl),
pembersihan gigi (siwak).
Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan
terpeliharanya kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah
shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan
berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat
dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jaminan kebersihan diri,
pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah letaknya
ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran
utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.

39
Daftar Pustaka

1. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. Extensive tinea corporis with


photosensivity.: case report. Indian J. Dermatol 2009,54:57-59
2. Budimulja, Unandar. 2010. Mikosis (Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed.6
p.89-105). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Bennet, J.E.: Antumicrobial agents; in: Goodman & Gilman’s. Brunton, L.L:
Lazo, J.S. and Parker, K.L: The Pharmacological Basis of Therapeutics; 11th
ed.pp. 1232 (McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York 2006)
4. Nasution MA, Muis Kamaliah, Juwono, dkk. Diagnosis dan penatalaksanaan
dermatofitosis. Cermin Dunia Kedokteran, edisi khusus 1992, 80:116-118
5. Siregar, R.S,Sp.KK. 2002. Penyakit Jamur Kulit Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
6. http://www.bekamhijamah.com/index.php?Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Ald
joefrie:Menjaga_kesehatan_kulit_badan_dan_wajah_dengan_sistem_Islam

40

Anda mungkin juga menyukai