Tugas 4
Resume Konservasi Airtanah
Disusun Oleh
Gambar 3. Kondisi muka air tanah sebelum pemompaan (sumber : The USGS
Water Science School, https://water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html)
Gambar 3 diatas menunjukan kondisi muka air tanah alami sebelum adanya
pemompaan. Terlihat muka air tanah sangat dekat dengan permukaan tanah. Pada
bagian anak panah menunjukan adanya alira sungai yang penuh dengan air dan
tanaman disekitarnya hijau. Hal ini menunjukan bahwa air tanah mensuplai aliran
permukaan.
Gambar 4. Kondisi muka air tanah awal pemompaan (sumber : The USGS Water
Science School, https://water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html)
Pada gambar 4. Menunjukan masa-masa awal pemompaan. Terlihat pada titik
pemompaan muka air tanah berubah seperti cekungan karena dipompa. Belum
terlihat adanya penurunan dalam skala luas. Air sungai juga masih penuh,
tumbuhan juga masih hijau.
Gambar 5. Kondisi muka air tanah saat pemompaan jangka panjang (sumber :
The USGS Water Science School, https://water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html)
Pada gambar 5 menunjukan penurunan muka air tanah yang dalam seiring
lamanya waktu pemompaan. Aliran permukaan pada sebelah kanan juga ikut
menurun seiring menurunya suplai air tanah untuk aliran permukaan tersebut.
Pepohonan didekat aliran permukaan juga ikut mongering dimana perakaranya
sudah tidak dapat menjangkau lagi sumber air tanah.
Kesimpulanya adalah bahwa saat terdapat pemompaan air tanah maka akan
terbentuk suatu krucut depresi seperti yang terbentuk pada gambar 2. Kemudian
setelah pemompaan berlanjut sekian lama maka akan terjadi penurunan muka air
tanah. Hal ini diakibatkan karena semua air yang dipompa oleh sumur akan
diimbangi dengan hilangnya air di tempat sekitarnya karena air akan menyamakan
ketinggianya. Pengimbangan muka air yang dipompa akan terjadi pada satu
lapisan akuifer sehingga akan membutuhkan waktu yang lama untuk terjadi
penurunan muka air yang signifikan, kecuali pada kasus ukuran akuifer yang kecil
ditambah dengan pemompaan skala besar yang intensif maka penurunan akan
cepat (Kunkel, 1960)
Poin (8)
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Putranto, T. T., & Kusuma, K. I. (2009). Permasalahan Airtanah Pada Daerah
Urban. Teknik, 30(1), 48-56.
Widiyono, W. (2011). konservasi flora, tanah dan sumberdaya air embung-
embung di timor barat provinsi nusa tenggara timur (studi
kasus’embung’oemasi-kupang dan’embung’leosama-belu). Jurnal
Teknologi Lingkungan, 9(2).
Abdurachman, A., Dariah, A., & Mulyani, A. (2008). Strategi dan teknologi
pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal
Litbang Pertanian, 27(2), 43-49.
Poin (9)
Setiabudi, B. (2009). pencegahan banjir, dan penurunan muka air tanah dengan
sumur resapan. metana, 6(01).
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Balke, K. D., & Zhu, Y. (2008). Natural water purification and water management
by artificial groundwater recharge. Journal of Zhejiang University
SCIENCE B, 9(3), 221-226.
United States Department of Agriculture. Vegetative Filter Strips. (online)(
https://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/nj/technical/?cid=nrcs1
41p2_018851) diakses pada 08/11/2018
Dudley, Karen. Soils are Nature’s Filter. (online)( http://www.nrcs.usda.gov
/wps/PA_NRCSConsumption/download?cid=nrcseprd342416&ext=pdf),
diakses pada 08/11/2018.
The USGS Water Science School. 2018. Groundwater quality. (online)(
https://water.usgs.gov/edu/earthgwquality.html) diakses pada
08/11/2018.
Poin (10)
Nur, s. 2016. Warga Kepatihan Tulungagung Resahkan Bau Busuk. (online)(
https://www.bangsaonline.com/berita/26225/warga-kepatihan-tulung
agung-resahkan-bau-busuk) diakses pada 08/11/2018.