Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH GEOHIDROLOGI

Tugas 4
Resume Konservasi Airtanah

Dosen Pengampu : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Disusun Oleh

Nama : Ahmad Ridho Nugroho


NIM : 160722614654
Offering/Tahun : H/2016

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
1. Maksud dan tujuan konservasi airtanah
Konservasi air tanah adalah upaya melindungi dan memelihara
keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian
atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai,
demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan
makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang
(Danaryanto dkk.,2005 dalam Kodoatie, 2012). Dari pengertian konservasi
airtanah diatas dapat disimpulkan bahwa konservasi air tanah mempunyai maksud
dan tujuan antara lain adalah menjaga ketersediaan air tanah, selain menjaga
tentunya juga bisa untuk meningkatkan air tanah baik dari segi kuantitas maupun
kualitas air (putranto et al, 2009). Dari segi kuantitas berarti konservasi air tanah
dimaksudkan agar jumlah air tanah tetap memadai untuk kebutuhan makhluk
hidup, terutama manusia baik untuk generasi sekarang maupun dimasa yang akan
dating. Sedangkan dari segi kualitas berarti adalah layak atau tidaknya air tanah
untuk digunakan sebagai keperluan pemenuhan kehidupan. Kelayakan air tanah
dapat dipengaruhi oleh pencemaran yang mungkin terjadi misalnya seperti
pembuangan limbah cair yang kemudian terinfiltrasi kedalam tanah dan
bercampur dengan air tanah sehingga air tanah menjadi tidak murni dan tidak
layak untuk digunakan keperluan seperti air minum, dll.

2. Alasan perlu konservasi


Seperti yang telah dijelaskan pada poin pertama bahwa alasan perlunya
konservasi adalah untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari air tanah sehingga
tetap dapat mencukupi kebutuhan untuk makhluk hidup.
Air di bumi memiliki siklus yang sangat panjang. Air tanah merupakan
salah satu komponen dalan satu siklus hidrologi (Davie, 2002) seperti pada
gambar 1 yang menunjukan posisi air tanah didalam siklus hidrologi. Walaupun
air tanah dapat diperbaharui namun harus melalui tahap yang sangat panjang yaitu
satu siklus hidrologi. Sedangkan jika dikalkulasikan jumlah air murni (freash
water) di bumi tidak mencapai 1% dari total air yang ada, jumlah ini merupakan
jumlah dari kalkulasi air tanah, es, danau dan sungai (Davie, 2002), keterangan
yang lebih lengkap dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 1. Proses Siklus Hidrologi (sumber : Chow V.T 1988)

Gambar 2. Perkiraan jumlah ketersediaan air di bumi (sumber : Chow, 1988)


Kodoatie (2012) menyatakan bahwa ketersediaan air tanah di alam
sangatlah terbatas. Di Indonesia sendiri Air tanah merupakan sumberdaya yang
sangat penting dalam penyediaann air. Penggunaan air tanah sangat luas dan
memenuhi sekitar 60% dari kebutuhan penduduk akan air baik untuk irigasi,
industri, air minum, MCK, dll (Hanandi et al, 1997 dalam Wibowo 2011). Dari
data yang dijelaskan oleh Kodoatie tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
penduduk menggunakan air tanah untuk keperluan mereka sehari-hari. Hal ini
tentunya sangat mengkhawatirkan dimana ketersediaan air bersih di bumi hanya
1% saja. Ditambah lagi setiap tahunya kebutuhan penduduk akan selalu
meningkat. Jika hal ini diteruskan terjadi maka lama-lama jumlah air tanah tidak
akan mencukupi untuk keperluan kehidupan manusia yang akibatnya akan timbul
konflik. Oleh karena itu tindakan konservasi perlu dilakukan sehingga
ketersediaanya akan dapat tetap lestari.
3. Dampak negatif pengambilan air tanah
Dampak-dampak negative yang dapat ditimbulkan dari penggunaan air
tanah secara berlebihan adalah (Hendrayana, 2002) :
3.1. Penurunan Muka Airtanah
Pemanfaatan airtanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan
muka airtanah, hal ini dikarenakan suplai tidak lebih cepat daripada
pemompaan.
3.2. Intrusi Air Laut
Intrusi terjadi apabila keseimbangan hidrostatik antara airtanah tawar
dan airtanah asin di daerah pantai terganggu, maka terjadi pergerakan
airtanah asin/air dari laut ke arah darat.
3.3. Amblesan Tanah
Permasalahan amblesan tanah timbul akibat pengambilan airtanah
yang berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer tertekan.
Amblesan tanah tidak dapat dilihat seketika, namun dalam kurun
waktu yang lama dan terjadi pada daerah yang luas, sehingga dapat
mengakibatkan dampak negatif yang lain, antara lain adalah Banjir,
Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga
mengganggu lalu lintas
4. Kondisi muka airtanah sebelum dan sesudah pemompaan
Kondisi muka air tanah antara sebelum dan sesudah pemompaan tentu saja
akan berbeda. Air tanah akan mengalami penurunan jika terus menerus dipompa.
Ilustrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. Kondisi muka air tanah sebelum pemompaan (sumber : The USGS
Water Science School, https://water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html)
Gambar 3 diatas menunjukan kondisi muka air tanah alami sebelum adanya
pemompaan. Terlihat muka air tanah sangat dekat dengan permukaan tanah. Pada
bagian anak panah menunjukan adanya alira sungai yang penuh dengan air dan
tanaman disekitarnya hijau. Hal ini menunjukan bahwa air tanah mensuplai aliran
permukaan.

Gambar 4. Kondisi muka air tanah awal pemompaan (sumber : The USGS Water
Science School, https://water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html)
Pada gambar 4. Menunjukan masa-masa awal pemompaan. Terlihat pada titik
pemompaan muka air tanah berubah seperti cekungan karena dipompa. Belum
terlihat adanya penurunan dalam skala luas. Air sungai juga masih penuh,
tumbuhan juga masih hijau.

Gambar 5. Kondisi muka air tanah saat pemompaan jangka panjang (sumber :
The USGS Water Science School, https://water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html)
Pada gambar 5 menunjukan penurunan muka air tanah yang dalam seiring
lamanya waktu pemompaan. Aliran permukaan pada sebelah kanan juga ikut
menurun seiring menurunya suplai air tanah untuk aliran permukaan tersebut.
Pepohonan didekat aliran permukaan juga ikut mongering dimana perakaranya
sudah tidak dapat menjangkau lagi sumber air tanah.

Kesimpulanya adalah bahwa saat terdapat pemompaan air tanah maka akan
terbentuk suatu krucut depresi seperti yang terbentuk pada gambar 2. Kemudian
setelah pemompaan berlanjut sekian lama maka akan terjadi penurunan muka air
tanah. Hal ini diakibatkan karena semua air yang dipompa oleh sumur akan
diimbangi dengan hilangnya air di tempat sekitarnya karena air akan menyamakan
ketinggianya. Pengimbangan muka air yang dipompa akan terjadi pada satu
lapisan akuifer sehingga akan membutuhkan waktu yang lama untuk terjadi
penurunan muka air yang signifikan, kecuali pada kasus ukuran akuifer yang kecil
ditambah dengan pemompaan skala besar yang intensif maka penurunan akan
cepat (Kunkel, 1960)

5. Airtanah dan amblesan tanah


Permasalahan amblesan tanah (land subsidence) dapat akibat pengambilan
airtanah yang berlebihan dari lapisan akuifer yang tertekan (confined aquifers).
Akibat pengambilan yang berlebihan (over pumpage), maka airtanah yang
tersimpan dalam pori-pori lapisan penutup akuifer (confined layer) akan terperas
keluar dan mengakibatkan penyusutan lapisan penutup tersebut. Refleksinya
adalah penurunan permukaan tanah. Amblesan tanah tidak dapat dilihat seketika,
tetapi teramati dalam kurun waktu yang lama dan berakibat pada daerah yang
luas. Meskipun penyebab penurunan tersebut masih memerlukan penelitian dan
pemantaun rinci, namun bila mengacu fenomena serupa beberapa kota dunia
seperti Bangkok, Venesia, Tokyo maupun Meksiko dapat diyakini, bahwa
penurunan tersebut adalah bukti amblesan tanah yang disebabkan oleh
pengambilan airtanah yang berlebihan (Hendrayana, 2002)

6. Kegiatan konservasi airtanah (minimal 8 kegiatan, disertasi penjelasan)


Berdasarkan penjelasan mengenai konservasi air tanah maka kegiatan
konservasi air tanah dapat dilakukan dengan tujuan kuantitas maupun kualitas.
Kodoatie (2012) menjelaskan rangkaian upaya-upaya yang dilakukan dalam usaha
konservasi yaitu (1) Penentuan Zona Konservasi Air tanah, (2) Perlindungan dan
Pelestarian Air Tanah, (3) Pengawetan Air Tanah, (4) Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air Tanah. Didalam upaya-upaya tersebut teridiri dari
kegiatan-kegiatan diantaranya adalah:
(1)Penentuan zona airtanah
a. Penyusunan zona konservasi ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi
recharge area dalam menjaga ataupun meningkatkan volume air tanah,
dengan melakukan aksi-aksi konservasi yang lebih terarah sesuai dengan
morfologi wilayah yang akan dikonservasi, sehingga ada perbaikan
kondisi lahan dan kondisi sumber daya airnya, begitu pula sebaliknya
(Kodoatie, 2005 dalam kodoatie, 2012).
(2)Perlindungan dan Pelestarian Air Tanah
Upaya ini dimaksutkan untuk melindungi air tanah agar tidak mengalami
perubahan. Kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain adalah Menjaga
daya dukung dan fungsi daerah imbuhan air tanah, Menjaga daya dukung
akuifer, Memulihkan kondisi dan lingkungan airtanah pada zona kritis dan
zona rusak.
a. Menjaga daya dukung dan fungsi daerah imbuhan air tanah, dapat
dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti:
1. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air
2. Pengendalian pemanfaatan air, yang diwujudkan dalam larangan
pengeboran, penggalian, ataukegiatan lain dalam radius 200 m dari
lokasi pemunculan mata air
3. Pengisian air pada sumber air
b. Menjaga daya dukung akuifer, dengan cara:
1. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
2. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air
3. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu
4. Pengaturan daerah sempadan sumber air
c. Memulihkan kondisi dan lingkungan airtanah pada zona kritis dan
zona rusak
1. Rehabilitasi hutan dan lahan
2. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam, yang diwujudkan dalam: pembatasan
penggunaan air tanah hanya untuk pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari.
(3) Pengawetan Airtanah
Pengawetan air tanah dilakukan untuk menjaga kesinambungan
ketersediaan air tanah dalam kuantitas dan kualitas yang memadai guna
memenuhi kebutuhan hidup, dilaksanakan dengan cara:
a. Mengendalikan pengambilan dan pemanfaatan air tanah
Pengendalian pengambilan dan pemanfaatan air tanah, dilakukan untuk
menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatan air tanah
sehingga tidak merusak kondisl dan lingkungan air tanah, dapat
dilakukan dengan cara:
1. penerapan perizinan air tanah;
2. pengaturan debit pengambilan air tanah;
3. pengaturan pelaksanaan dewotering;
4. pengaturan debit penurapan mata air;
5. pengaturan pemanfaatan air tanah;
6. penerapan tarif progresif yang ketat sesuai dengan kondisi air
tanah.
b. Menghemat pemanfaatan air tanah
Upaya penghematan pemanfaatan air tanah dilakukan untuk efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan air tanah. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan cara:
1. daur ulang;
2. pemanfaatan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok
air minum dan rumah tangga;
3. pengambilan sesuai kebutuhan;
4. pemanfaatan air tanah sebagai alternatif terakhir selama masih
tersedia air yang lain;
5. gerakan hemat air
c. Meningkatkan kapasitas resapan air
1. Membuat imbuhan air tanah buatan, yaitu membuat sumur-
sumur imbuhan, pelestarian hutan, danau, situ, bendungan,
jaringan irigasi, pembuatan embung di sepanjang sungai,
penataan ladang/kebun dan kavling perumahan yang dilengkapi
sumur pantau.
2. Merehabilitasi daerah imbuhan air tanah, dengan melakukan
reboisasi hutan jika kepadatan pohon kurang atau mengalami
degradasi, penataan ladang/kebun pada lahan yang bertopografi
miring (+ 6%) dengan metoda terrassering.
3. pemanfaatan vodose zone sebagai pengisi air tanah.
d. Mendorong penggunaan air yang saling menunjang (conjuctive usel
antara air tanah dengan air selain air tanah

(4) Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air Tanah


Tiga kegiatan utama dalam pengelolaan kualitas dan pengendalian
pencemaran air tanah, antara lain:
1,. Mencegah pencemaran air tanah
2. Menanggulangi pencemaran air tanah
3. Memulihkan kualitas air tanah yang telah tercemar.
7. Metode zonasi konservasi airtanah
Penentuan zona konservasi air tanah merupakan salah satu unsur untuk
menyusun rencana pengambilan, penyediaan, pemanfaatan, pengembangan,
pengusahaan air tanah, dan rencana tata ruang wilayah pada suatu cekungan air
tanah.
Berdasarkan Kodoatie (2012) zonasi air tanah ditentutkan oleh factor-faktor
antara lain :
1. keterdapatan dan potensi ketersediaan air tanah
2. perubahan muka air tanah
3. perubahan kualitas air tanah
4. perubahan lingkungan airtanah
5. ketersediaan sumber air lain di luar air tanah.
6. prioritas pemanfaatan air tanah.
7. kepentingan masyarakat dan pembangunan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut zona konservasi air tanah suatu
daerah dibedakan dalam katagori aman, rawan kritis dan rusak, yang
kemudian disajikan dalam bentuk peta. Selain itu di dalamnya juga
memuat informasi mengenai hidrogeologi dan potensi air tanah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi zona konservasi air
tanah diatur dengan Peraturan Menteri (Pasal 24 PP No. 43 Tahun
2008 dalam kodoatie, 2012).
Berdasarkan Hendrayana dan Prakasa (2008) dalam menentukan
upaya konservasi perlu memperhatikan dua factor utama yaitu (1)
potensi kuantitas dan kualitas sumberdaya airtanah dan (2) alokasi
pemanfaatan sumberdaya airtanah. Kedua factor utama tersebut
merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan
zonasi konservasi air tanah.
Untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan sumberdaya airtanah
suatu daerah, langkah yang harus dilakukan adalah inventarisasi
seluruh aspek airtanah yang ada dengan melakukan pemetaan,
penyelidikan, penelitian, eksplorasi dan evaluasi data airtanah.
Paramater-parameter yang dibutuhkan untuk memetekan zonasi
konservasi berdasarkan dua factor utama diatas adalah sbb:
1. Batas cekungan airtanah
2. Dimensi, geometri dan parameter akuifer Daerah imbuh
dan daerah lepasan airtanah; daerah sempadan mataair
3. Jumlah ketersediaan airtanah;
4. Mutu airtanah
5. Jumlah dan lokasi pengambilan airtanah, termasuk
didalamnya
6. pemanfaatan mataair sebagai sumber air baku.
7. Penggunaan lahan
Berdasarkan Informasi-Informasi parameter yang telah disebutkan
di atas, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat
peta-peta di bawah ini:
1. Peta daerah imbuhan – lepasan airtanah; atau peta
daerah resapan airtanah;
2. Peta kawasan sempadan mataair;
3. Peta perlindungan sumber air baku;
4. Peta karakteristik potensi akuifer (K, T atau S)
5. Peta kualitas/mutu airtanah dan;
6. Peta debit pemompaan/pemanfaatan airtanah sekarang
dan atau mendatang; atau peta lokasi penurapan
airtanah lengkap dengan
7. Peta klas resiko lahan terhadap degradasi kuantitas dan
kualitas airtanah.

Langkah kedua adalah evaluasi penentuan zona klas atau tingkatan


kepentingan (urgency) konservasi yang ditentukan berdasarkan
peta-peta no.1 s/d no.5 tersebut di atas dengan metoda overlay
sederhana, sistem rating, hingga multi point count system (MPCS).
Standar metodologi evaluasi seperti disebutkan di atas yaitu
overlay sederhana, rating atau MPCS tidak ditentukan, mengingat
keberadaan data yang berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain.
Serta perkembangan kebijakan lingkungan daerah khususnya
mengenai airtanah yang berlainan dari satu wilayah ke wilayah
yang lain.
Hal mendasar yang perlu diperhatikan untuk evaluasi penentuan
zona klas atau tingkatan kepentingan (urgency) konservasi adalah
pembobotan masngmasing paramater. Pada dasarnya kawasan atau
zona atau area imbuhan airtanah, resapan airtanah, sempadan
mataair, zona perlindungan sumber air baku harus selalu memiliki
bobot yang tinggi dibanding faktor yang lain. Diikuti dengan
parameter potensi akuifer serta mutu airtanah, dengan prinsip
semakin besar potensi dan semakin baik mutu airtanahnya,
semakin besar nilai kepentingan (urgency) sumberdaya airtanah ini
untuk dikonservasi.
Setelah klas atau tingkatan kepentingan (urgency) konservasi
terpetakan,
langkah berikutnya adalah menentukan tindakan/upaya konservasi
pada setiap
zona klas atau tingkatan urgency konservasi. Hal ini dilakukan
dengan
melakukan overlay peta zona klas atau tingkatan kepentingan
(urgency)
konservasi dengan peta debit pemompaan/pemanfaatan airtanah
eksisting
dan/atau prakiraan pemompaan/pemanfaatan mendatang, serta peta
resiko
lahan terhadap degradasi kuantitas dan kualitas airtanah. Hasil
overlay ini akan menunjukkan upaya-upaya apa saja dalam
kerangka kegiatan konservasi airtanah (perlindungan, pelestarian,
pengawetan dan penghematan) yang harus dilakukan berdasarkan
informasi kebutuhan/pemanfaatan airtanah. Tindakan atau upaya
konservasi pada setiap zona urgency, harus dijelaskan (Gambar 6)
pada tabel yang termuat didalam peta zona klas konservasi airtanah
Gambar 6. Tahapan overlay peta zonasi konservasi airtanah
(sumber: Heru Hendrayana & Doni Prakasa EP, 2008)

8. Metode pemulihan cadangan airtanah, jika daerah tersebut telah


mengalami pemompaan airtanah berlebihan (minimal 2 metode, disertasi
penjelasan)
Menurut Suripin (2002) dalam Kodoatie(2012) secara garis besar terdapat tiga
metode yang digunakan dalam usaha konservasi air tanah. Ketiga metode tersebut
adalah metode agronomis, metode mekanis dan metode kimiawi.
Pemompaan air tanah yang berlebihan akan berdampak terhadap jumlah/
kuantitas/ ketersediaan dari air tanah didaerah tersebut. usaha konservasi pada
daerah ini tentu saja adalah usaha konservasi yang mengarah kepada upaya
penambahan jumlah air tanah. Dari ketiga metode tersebut metode yang dikira
paling tepat digunakan adalah metode konservasi agronomis (vegetative) dan
mekanis.
a. Konservasi agronomis (vegetative)
Konservasi agronomis atau vegetative ini adalah metode konservasi dengan
memanfaatkan vegetasi untuk membantu menurunkan erosi lahan dengan cara
mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, jumlah daya rusak aliran permukaan dan
meningkatkan pengisian air tanah (kodoatie, 2012). Usaha yang paling efektif
adalah dengan penanaman/penghijauan terutama di daerah recharge/ resapan air.
Metode ini menjadi pilihan yang paling efektif karena biayanya yang murah dan
mudah dilakukan (Widiyono, 2008). Tujuan utama dari penghijauan adalah untuk
menangkap air hujan (putranto et al, 2009; Kodoatie, 2012), selain itu secara tidak
langsung penghijauan akan sangat membantu dalam konsevasi tanah. Konservasi
tanah berhubungan dengan ketersediaan airtanah. Tanah yang sering tererosi
menandakan bahwa limpasan permukaan yang terjadi sangat cepat sehingga
sebagian besar limpasan tidak terinfiltrasi kedalam tanah. Penghijauan akan
berdampak kepada perlambatan aliran permukaan sehingga air akan lebih banyak
terinfiltrasi kedalam tanah. Erosi yang terjadi pada tanah juga akan berdampak
langsung terhadap sifat fisik tanah,dimana jika sifat fisik tanah rusak maka fungsi
tanah sebagai media dari infiltrasi air juga dapat terganggu (Abdurachman et al,
2008).

b. Konservasi secara mekanis


Konservasi mekanis berhubungan dengan konservasi buatan. Konservasi
mekanik ini terdiri dari berbagai cara antara lain pengolahan tanah maupun
dengan pembuatan konstruksi. Dengan cara pengolahan tanah penerapan
teknik konservasi mekanik sering dikombinasikan dengan teknik vegetatif,
karena efektif dalam mengendalikan erosi (Dariah et al. 2004; Santoso et al.
2004 dalam Abdurachman et al, 2008). Dalam kodoatie (2012) salah satu
cara konservasi mekanik adalah dengan pembuatan sumur resapan. Konsep
sumur buatan ini adalah dengan cara membuat daerah genangan air
misalnya dengan genangan buatan dengan sumber air dari sungai (Todd,
1980 dalam kodoatie, 2012); membuat kolam-kolam di sekitar rumah
(Seaburn, 1970 dalam kodoatie, 2012); pemanfaatan pipa jaring-jaring
drainase yang porus guna meresapkan air hujan di sekitar rumah (Dune et.al.
(7978 dalam kodoatie, 2012); dan menyebarkan air pada lahan luas yang
sekaligus untuk mengairi daerah pertanian (Mac Donald, 1969 dalam
Sunjoto, L988 dalam kodoatie, 2012). Pembuatan system drainase khusus
juga dapat dikatan bagian dalam konservasi secara mekanik. System
drainase khusus tersebut dapat berupa polder (putranto et al, 2009).
Konservasi mekanik ini dirasa sangat sesuai untuk digunakan di Indonesia
dimana wilayah Indonesia memiliki rata-rata curah hujan yang tinggi setiap
tahunya sehingga sangat berpotensi besar dimanfaatkan untuk penampbahan
volume airtanah melalui sumur-sumur resapan daripada harus dibiarkan
mengalir kesungai dan kembali kelaut.
9. Metode pemulihan kualitas airtanah, jika daerah tersebut telah
mengalami pencemaran airtanah berlebihan (minimal 2 metode, disertasi
penjelasan)
Tercemarnya air tanah diakibatkan oleh terinfiltrasinya bahan polutan kedalam
tanah diakrenakan kemungkinan adanya kebocoran limbah pembuangan dll
sehingga masuk kedalam tanah dan bercampur dengan air tanah. Air dikatakan
tercemar saat rasio bahan polutan sangat besar melampaui batas baku mutu
persatuan volume air. Secara logika saat air dipompa terus menerus maka
kandungan airtanah akan berkurang sedangkan bahan polutan semakin bertambah
sehingga rasio bahan polutan semakin besar persatuan volume air. Dengan
demikian maka penambahan volumeair tanah dapat digunakan untuk mengurangi
pencemaran air. Selain itu perbaikan pada tanah juga dapat membantu karena jika
tanah baik maka ia dapat memfilter bahan cair (termasuk polutan) yang masuk
kedalam tanah sehingga saat bercampur dengan air tanah konsentrasi polutan akan
sangat berkurang.
Dari penjelasan tersebut maka penggunaan ketiga metode yang ada dirasa mampu
untuk mengatasi masalah pencemaran air tanah. Penggunaan metode vegetative
dan mekanik bertujuan untuk menambah volume air tanah. Jika volume air tanah
terus bertambah maka rasio bahan polutan dalam airtanah juga semakin turun
sehingga pencemaran airtanah dapat berkurang (dephut,1995 dalam Setiabudi,
2009). Secara mekanik pengisian ulang air tanah buatan juga memberikan dampak
yang sangat efektif untuk mengurangi pencemaran airtanah (Balke,2008).
Dalam kegunaan sebagai filter alami metode vegetative juga dirasa sangat baik
untuk mengurangi dampak dari pencemaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan
menggunakan model penanaman strip. Penanaman model strip ini diletakan di
sekitar area sumber polutan sehingga saat terjadi limpasan permukaan saatterjadi
hujan, air akan terfilter melalui system tanaman sebelum akhirnya terinfiltrasi
kedalam tanah. Dengan cara ini maka pencemaran akan dapat berkurang (USDA)
Secara khusus Metode kimiawi adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk
memperbaiki struktur tanah (Kodoatie, 2012). Tanah merupakan filter air alami
(Dudley ; The USGS Water Science School 2018) , Proses tanah sebagai filter
sbb:
1. partikel-partikel tanah membersihkan air yang keruh dengan cara
menahan partikel-partikel kasar yang tersuspensi
2. Karena partikel tanah bermuatan negatif, partikel tanah akan menahan
nutrisi yang kemudian dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan partikel
tanah juga dapat menahan kontaminan agar mereka tidak mencapai air
tanah (Kimia)
3. Kemudian Mikroba yang hidup di tanah akan mengubah dan / atau
mengurai bahan kimia organik (polutan) yang tertahan tadi (Biologis)
10. Studi kasus permasalahan airtanah di daerah/wilayah masing-masing,
sumber dari koran/majalah cetak/online, jurnal, buku
 Air sumur di desa kepatihan Kecamatan Tulungagung tercemar (2016)
(https://www.bangsaonline.com/berita/26225/warga-kepatihan-tulung
agung- resahkan-bau-busuk)
Dari kasus yang ada diidentifikasi bahwa daerah tersebut telah terjadi
pencemaran air tanah yang diakibatkan oleh pabrik mie instant.Kejadian
ini dapat terjadi karena lokasi dari kelurahan yang berada di pusat kota
sehingga penggunaan air tanah pada daerah ini sangat tinggi sekali. Karena
penggunaan air tanah yang tinggi ditambah lagi dengan masuknya bahan
kontaminan maka akibatnya adalah terjadinya pencemaran air tanah.
Pencemaran ini terjadi karena tipe air tanah didaerah ini adalah dangkal
sehingga kontaminan akan dapat dengan mudah untuk bercampur dengan
airtanah. Usaha yang mungkin tepat adalah dengan metode konservasi
vegetative yaitu dengan penanaman model strip disekitar pabrik.selain itu
perlu juga dilakukan upaya konservasi mekanik dan kimiawi. Konservasi
mekanik dimaksutkan untuk menambah volume airtanah, sedangkan
kimiawi dimaksutkan untuk memfilter air limbah melalui infiltrasi tanah.
 Dampak Krisis Air Bersih di Kalidawir Tulungagung, Warga Tidak Mandi
(2018)
(http://surabaya.tribunnews.com/2018/08/03/dampak-krisis-air-bersih-di-
kalidawir-tulungagung-warga-tidak-mandi-pagi.)
Daerah ini merupakan daerah karst sehingga kebutuhan air akan sulit.
Sebenarnya daerah karst ini merupkan daerah yang kaya akan potensi air
tanahnya, hanya saja akuifer sangat dalam. Berdasarkan catatan sejarah
sebenarnya di lahan karst akan selalu terdapat sumber-sumber air
walaupun pada musim kemarau, namun saat ini sudah tidak ada lagi. Hal
ini disebabkan mulai maraknya penambangan batu marmer pada daerah
ini. Pengelolaan yang buruk pada lahan karst akan menyebabkan
kekeringan. Dengan demikian upaya konservasi yang tepat adalah dengan
jalan perlindungan dan pelestarian air tanah. Pemerintah daerah harus
membuat peraturan untuk tidak menambang terlalu berlebihan, selain itu
untuk tetap menjaga pendapatan daerah maka perlu dibuat suatu terobosan
seperti pengembangan industri marmer untuk mengimbangi penurunan
penambangan, sehingga orientasi kegiatan bisnis bukan pertambangan
namun adalah berupa hasil produksi perindustrian di sector kerajinan
dimana hasil produksi perindustrian akan lebih besar memberikan
keuntungan daripada langsung menjual barang mentah.

Sumber dan daftar pustaka


Poin (1)
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Putranto, T. T., & Kusuma, K. I. (2009). Permasalahan Airtanah Pada Daerah
Urban. Teknik, 30(1), 48-56.
Poin (2)
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Wibowo, M. (2011). Model Penentuan kawasan resapan air untuk perencanaan
tata ruang berwawasan lingkungan jurnal Hidrosfer Indonesia, 1(1)
Davie, Tim. 2002. Fundamentals of Hidrology second Edition. Routledge.
Madison Avenue, New York. USA
Poin (3)
Hendrayana, H. (2002). Dampak Pemanfaatan Air Tanah. Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Poin (4)
Perlman, Howard. 2016. Groundwater flow and effects of pumping. The USGS
Water Science School. (online) (https://water.usgs.gov/edu/earth
gwdecline.html) diakses pada 07/11/2018
Kunkel, Fred. 1960. Time, Distance and Drawdown Relationships in a Pumped
Ground-Water Basin. United States Department of the Interior.
Washington. USA
Poin (5)
Hendrayana, H. (2002). Dampak Pemanfaatan Air Tanah. Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Poin (6)
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Poin (7)
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Hendrayana, H., & Putra, D. P. E. (2008). Konservasi Airtanah “Sebuah
Pemikiran”. Jurusan Teknik Geologi-Fakultas Teknik. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Poin (8)
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Putranto, T. T., & Kusuma, K. I. (2009). Permasalahan Airtanah Pada Daerah
Urban. Teknik, 30(1), 48-56.
Widiyono, W. (2011). konservasi flora, tanah dan sumberdaya air embung-
embung di timor barat provinsi nusa tenggara timur (studi
kasus’embung’oemasi-kupang dan’embung’leosama-belu). Jurnal
Teknologi Lingkungan, 9(2).
Abdurachman, A., Dariah, A., & Mulyani, A. (2008). Strategi dan teknologi
pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal
Litbang Pertanian, 27(2), 43-49.
Poin (9)
Setiabudi, B. (2009). pencegahan banjir, dan penurunan muka air tanah dengan
sumur resapan. metana, 6(01).
Kodoatie, Robert. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Balke, K. D., & Zhu, Y. (2008). Natural water purification and water management
by artificial groundwater recharge. Journal of Zhejiang University
SCIENCE B, 9(3), 221-226.
United States Department of Agriculture. Vegetative Filter Strips. (online)(
https://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/nj/technical/?cid=nrcs1
41p2_018851) diakses pada 08/11/2018
Dudley, Karen. Soils are Nature’s Filter. (online)( http://www.nrcs.usda.gov
/wps/PA_NRCSConsumption/download?cid=nrcseprd342416&ext=pdf),
diakses pada 08/11/2018.
The USGS Water Science School. 2018. Groundwater quality. (online)(
https://water.usgs.gov/edu/earthgwquality.html) diakses pada
08/11/2018.
Poin (10)
Nur, s. 2016. Warga Kepatihan Tulungagung Resahkan Bau Busuk. (online)(
https://www.bangsaonline.com/berita/26225/warga-kepatihan-tulung
agung-resahkan-bau-busuk) diakses pada 08/11/2018.

Yohanes,David. 2018. Surabayatribunews. Dampak Krisis Air Bersih di


Kalidawir Tulungagung, Warga Tidak Mandi. (online)(
http://surabaya.tribunnews.com/2018/08/03/dampak-krisis-air-bersih-di-
kalidawir-tulungagung-warga-tidak-mandi-pagi) diakses pada
08/11/2018.

Anda mungkin juga menyukai