Anda di halaman 1dari 11

Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case report session

Tonsilitis Kronis
Firman, Nova Suryati, Candra Nova Indriawati

Pendahuluan
Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di
rongga faring, dapat disebabkan oleh salah satu bakteri
(streptokokus) atau virus (adenovirus). Kondisi ini sering
dikaitkan dengan faringitis.1 Berdasarkan lamanya keluhan,
tonsilitis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan
kronis.Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit
yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan yang
berulang. Gambaran klinis bervariasi, dan diagnosis sebagian
besar tergantung pada inspeksi 2
Menurut WHO (World Health Organization), pola
penyakit THT diberbagai Negara berbeda-beda. Di
Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998-
Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati
Gambar 1. Gambaran Tonsil dalam Cincin Waldeyer
penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling
banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita3
Tonsil palatina merupakan suatu massa jaringan limfoid
Tonsilitis Kronis menjadi lesi yang paling sering
yang terletak di dalam fossa tonsil pada kedua sudut
terjadi diantara semua peradangan pada faring dengan banyak
orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus)
kompikasi regional maupun lokal misal Otitis Media Akut,
dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk
Sinusitis, Glomerulonefritis, dan Endokarditis.4
oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
Anatomi mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi
tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris,
oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa
limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari
supratonsil.8
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil facial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah) dan tonsil tuba eustachius
(lateral band dinding faring/gerlach’s tonsil).5,6 Tonsil dalah
massa jaringan limfoid yang terletak di fosa tonsil pada kedua
sudut orofaring. Tonsil dibatasi dari anterior oleh pilar
anterior yang dibentuk otot palatoglossus, posterior oleh
pilar posterior dibentuk otot palatofaringeus, bagian medial
oleh ruang orofaring, bagian lateral dibatasi oleh otot
konstriktor faring superior, bagian superior oleh palatum
mole, bagian inferior oleh tonsil lingual. Permukaan lateral
tonsil ditutupi oleh jaringan alveolar yang tipis dari fasia
faringeal dan permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel
yang meluas ke dalam tonsil membentuk kantong yang
dikenal dengan kripta.7
Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan
Gambar 2. Anatomi oral cavity
penting pada awal kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan
lokal yang setiap saat berhubungan dengan agen dari luar
Tonsil mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri
(makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun.
karotis eksterna, yaitu:9
Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah faring
1. A. Maksilaris eksterna (a. Fasialis) dengan
terjadi tikungan jalannya material yang melewatinya
cabangnya arteri tonsilaris dan asteri palatina
disamping itu bentuknya tidak datar, sehingga terjadi
asenden
turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian
2. A. Maksilaris interna dengan cabangnya a. Palatina
kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses
desenden
fisiologis tersebut pada permukaan penyusun cincin
3. A. Lingualis dengan cabangnya a lingualis dorsal
Waldeyer itu semakin besar.8
4. A. Faringeal asenden
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

adenovirus, dan virus campak merupakan penyebab


tonsilofaringitis akut. 12
Tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri yang
sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling
sering adalah bakteri gram positif namun terkadang bakteri
berubah menjadi bakteri golongan gram negatif. Dari suatu
penelitian, menemukan 9 jenis bakteri penyebab
tonsilofaringitis kronis yaitu Streptokokus alpha,
Staphylococcus aureus, Streptokokus β hemolitikus grup A,
Enterobakter, Streptokokus pneumonie, Pseudomonas
aeroginosa, Klebsiela sp., Escherichea coli, Staphylococcus
epidermidis. 12

Epidemiologi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling
sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Data epidemiologi
Gambar 3. Pendarahan tonsil penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi
tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju
akut 4,6%. Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa
rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular
menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan
node) bagian superior di bawah muskulus
tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan
didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit
akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai
tonsilitis kronis. 13
pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah
Berdasarkan data medical record tahun 2010 di
bening aferen tidak ada.10
RSUP dr M. Djamil Padang bagian THTKL subbagian laring
Innervasi terutama dilayani oleh n. IX
faring, ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1110
(glossopharyngeus) dan juga oleh n. Palatina minor (cabang
kunjungan di Poliklinik subbagian laring faring dan yang
ganglion sphenopalatina). Pemotongan pada n. IX
menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus. Sedangkan
menyebabkan anestesia pada semua bagian tonsil.10
insiden tonsilitis kronis di RSUP dr Kariadi Semarang
Tonsil merupakan organ yang unik karena
23,36% sebagian besar diantaranya pada usia 6-15 tahun. 14
keterlibatannya dalam pembentukan imunitas lokal dan
Tonsilitis baik akut maupun kronik dapat terjadi
pertahanan imunitas tubuh. Limfosit B berproliferasi di
pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak.
“germinal center”. Imunoglobulin (Ig G, A, M, D),
Faktor yang menjadi penyebab utama hal tersebut adalah
komponen komplemen, interferon, lisosim dan sitokin
ISPA dan tonsillitis akut yang tidak mendapat terapi yang
berakumulasi di jaringan tonsillar. Infeksi bakterial kronis
adekuat.15
pada tonsil akan menyebabkan terjadinya antibodi lokal,
perubahan rasio sel B dan sel T. Efek dari adenotonsilektomi
terhadap integritas imunitas seseorang masih diperdebatkan. Faktor Predisposisi16
Pernah dilaporkan adanya penurunan produksi 1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
Imunoglobulin A nasofaring terhadap vaksin polio setelah 2. Higiene mulut yang buruk
adenoidektomi atau adanya peningkatan kasus Hodgkin’s 3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang
limfoma. Namun bagaimanapun peran tonsil masih tetap berubah-ubah)
kontroversial dan sekarang ini belum terbukti adanya efek 4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
imunologis dari tonsilektomi.10 5. Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina Patogenesis
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Tonsilitis Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada
adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil. Penyebaran infeksi suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman
dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan
Berdasarkan waktu berlangsung (lamanya) penyakit, inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi
tonsilitis terbagi menjadi 2, yakni tonsilitis akut jika penyakit sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin
(keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan
kronis jika inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina umum tubuh menurun.17
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap. 11 Karena proses radang berulang yang timbul maka
selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga
Etiologi pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
Bakteri menyebabkan 15-30 persen kasus jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
faringotonsilitis; Streptococcus beta hemolyticus grup A kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh
adalah penyebab tonsilitis bakteri yang paling banyak. Virus detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
herpes simplex,, Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus, tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan


pembesaran kelenjar limfa submandibula.18
Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengobatan yang
tidak tepat sehingga penyakit pasien menjadi Kronis. Faktor-
faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain: terapi
antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan
tubuh yang rendah sehingga terapi medikamentosa kurang
optimal, dan jenis kuman yang tidak sama antara permukaan
tonsil dan jaringan tonsil.18

Gejala dan Tanda


Gejala klinis Tonsilitis Kronis, yaitu :16
1. Sangkut menelan. Dalam penelitiaa mengenai aspek
epidemiologi faringitis mendapatkan dari 63
penderita Tonsilitis Kronis, sebanyak 41,3%
Gambar 4. Ukuran tonsil
diantaranya mengeluhkan sangkut menelan sebagai
keluhan utama.
 T0: post tonsilektomi
2. Bau mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus
pada kripta tonsil. Pada penelitian tahun 2007 di Sao  T1: tonsil masih terbatas dalam fossa
Paulo Brazil, mendapatkan keluhan utama halitosis tonsilaris
atau bau mulut pada penderita Tonsilitis Kronis  T2: sudah melewati pilar anterior, tapi
didapati terdapat pada 27% penderita. belum melewati garis paramedian (pilasr
3. Sulit menelan dan sengau pada malam hari (bila posterior)
tonsil membesar dan menyumbat jalan nafas).  T3: sudah melewati garis paramedian,
4. Pembesaran kelenjar limfe pada leher. belum melewai garis median
5. Butiran putih pada tonsil  T4: sudah melewati garis median
Tanda klinik pada tonsilitis kronis adalah : 19 b. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada
 Pilar/plika anterior hiperemis permukaan medial tonsil20
 Kripte tonsil melebar c. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat
 Pembesaran kelenjar sub angulus mandibular teraba keluar pus atau material menyerupai keju.20
d. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding
 Muara kripte terisi pus
dengan mukosa faring, merupakan tanda penting
 Tonsil tertanam atau membesar
untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil.20
Tanda klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal ada
Tanda klinis pada Tonsilitis Kronis yang sering muncul
kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub angulus
adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar limfe
mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul
submandibula dan tonsil yang mengalami perlengketan.
adalah kripte melebar, pembesaran kelenjar angulus
Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripta
mandibula dan tonsil tertanam atau membesar. 19
yang melebar dan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
Penegakan Diagnosis Disebutkan dalam penelitian lain bahwa adanya keluhan rasa
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah tidak nyaman di tenggorokan, kurangnya nafsu makan, berat
sebagai berikut: badan yang menurun, palpitasi mungkin dapat muncul. Bila
1. Anamnesa keluhan-keluhan ini disertai dengan adanya hiperemi pada
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena plika anterior, pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa
hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa debris dan pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik maka
saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan. Untuk
pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, menegakkan diagnosa penyakit Tonsilitis Kronis terutama
nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang- didapatkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
kadang ada demam dan nyeri pada leher. fisik diagnostik yang didapatkan dari penderita.21
2. Pemeriksaan fisik pasien dengan tonsilitis dapat
menemukan: Diagnosis Banding
a. Tonsil dapat membesar bervariasi. Kadang-kadang Diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah 18:
tonsil dapat bertemu di tengah. Standar untuk 1. Penyakit-penyakit yang disertai dengan pembentukan
pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsilitis
diagnostik diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil membranosa)
terhadap orofaring (dari medial ke lateral) yang a. Tonsilitis difteri
diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. Ukuran Disebabkan oleh kuman Corynebacterium
tonsil dibagi menjadi: diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh
kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada
titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar
0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dasar imunitas. Gejala khas tonsilitis difteri yaitu Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan serologi,
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak hapusan jaringan/kultur, X ray dan biopsi.
putih kotor yang makin lama makin meluas dan
membentuk pseudomembran yang melekat erat pada Penatalaksanaan
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah Tonsilitis Kronik tindakan yang dapat dilakukan adalah:
berdarah. 1. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) berkumur atau obat hisap
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), 2. Tonsilektomi pada infeksi yang berulang atau kronik,
nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, gejala sumbatan, serta kecurigaan neoplasma
badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Indikasi tonsilektomi berdasarkan The American
Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di Academy of Othoryngology – Head and Neck Surgery
tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan:1
alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. 1. Indikasi absolut
Mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar  Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan
submandibula membesar. jalan nafas atas, disfagia berat, gangguan tidur,
c. Mononukleosis Infeksiosa atau komplikasi kardiopulmoner
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.  Abses peritonsil yang tidak respon dengan
Membran semu yang menutup ulkus mudah diangkat pengobatan medik dan drainase
tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran  Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal.  Biopsi yang dicurigai tumor (keganasan)
Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit 2. Indikasi relaitif
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang  Infeksi tonsil terjadi 3 kali/lebih pertahun,
lain adalah kesanggupan serum pasien untuk meskipun tidak diberikan pengobatan medik
beraglutinasi terhadap sel darah merah domba yang adekuat
(Reaksi Paul Bunnel).
 Tonsilitis kronis/berulang yang disebabkan oleh
2. Penyakit kronik faring granulomatus
streptococcus yang tidak membaik dengan
a. Faringitis tuberkulosa antibiotik (resisten beta laktamase)
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan
 Bau mulut yang menetap yang menandakan tidak
umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagi.
respons terhadap terapi
Pasien mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di
Sementara itu berdasarkan Kriteria Paradise seseorang
telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
dapat dilakukan tonsilektomi jika: 2
b. Faringitis luetika
1. Frekuensi minimal pada episode nyeri tenggorokan 7
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit
kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun,
primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat
atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun.
terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai
2. Gejala klinis nyeri tenggorokan disertai dengan
pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa
adanya satu atau lebih criteria berikut: demam
mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar
>38,30C, limfadenopati servikal, nyeri nodus
tonsil.
limfatikus atau ukuran >2cm atau eksudat tonsil atau
c. Lepra
kultur positif dari Streptococcus beta haemoliticus
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi
Grup A)
pada faring kemudian menyembuh dan disertai
3. Telah mendapatkan terapi antibiotik untuk
dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
Streptococcus beta haemoliticus Grup A dosis biasa
jaringan ikat.
Tiap episode penyakit dan gejalanya harus tercatat dalam
d. Aktinomikosis faring
medical record atau jika tidak terdokumentasi dengan baik,
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak
berikutnya dilakukan observasi oleh klinisi selama 2 episode
luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses
nyeri tenggorokan dengan poladan frekuensi gejala yang
supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan
konsisten dengan riwayat sebelumnya.
ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan
dasar jaringan granulasi yang lunak.
Komplikasi
3. Tumor tonsil
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke
Gejala tersering ditemukan rasa seperti benda asing di
daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis atau otitis
tenggorok karena pembesaran kelenjar tonsil yang biasanya
media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi
unilateral, rasa nyeri tenggorok bila tunor sudah
secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
menginfiltrasi daerah sekitarnya atau sudah terdapat ulserasi.
endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, iridoksiklitis,
Jika tumor sudah stadium lanjut dapat terjadi perdarahan,
dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.
disfagi, trismus, pembengkakan leher, dan gangguan fungsi
bernafas dan menelan.
Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya
berhubungan dengan nyeri tenggorok dan kesulitan menelan.
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

LAPORAN KASUS - Riwayat suara serak (-)


Anamnesis - Riwayat sesak nafas (-)
Identitas Pasien - Riwayat imunisasi tidak lengkap
Nama : Yerni - Riwayat penurunan berat badan yang drastis (-)
No. RM : 97 62 62
Umur : 51 tahun
- Pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUP Dr. M.
Ibu Kandung : Rasia Djamil 1 bulan yang lalu dengan abses peritonsil
Tanggal Masuk : 10 Mei 2017 sinistra.
Alamat : Siteba Riwayat Penyakit Dahulu:
Suku : Minang - Pasien belum pernah menderita keluhan serupa
Agama : Islam sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluhan Utama: - Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan
Nyeri saat menelan yang bertambah berat sejak 1 dengan keluhan pasien tidak ada
minggu sebelum masuk rumah sakit Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
- Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
Riwayat Penyakit sekarang:
- Nyeri saat menelan yang bertambah sejak 1 minggu Pemeriksaan Fisik
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri menelan Tanda Vital
terutama mengkonsumsi makanan padat. - Keadaan Umum :Sakit sedang
- Pasien juga mengeluhkan nyeri di tenggorok dan - Kesadaran :ComposmentisCooperatif
rasa mengganjal di tenggorok disertai nafas berbau. - Tekanan Darah :120/80 mmHg
- Keluhan ini dirasakan hilang timbul sejak 1 tahun - Nadi :98 x/ Menit
yang lalu namun memperberat sejak 1 minggu ini.
- Pernafasan :30 x/ Menit
- Terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
- Suhu :37,50C
- Pasien juga mengeluh sering demam hilang
- TB : 155 cm
timbul.
- BB : 58 Kg
- Keluarga pasien mengaku pasien terkadang
mendengar pasien mengorok ketika tidur dan
pasien tidak ada riwayat terbangun tiba-tiba saat Status Generalis
tidur. - Kepala :Normocepal
- Riwayat gigi dan gusi mudah berdarah (-) - Kulit :Tidak ada kelainan
- Riwayat sulit membuka mulut (-) - Rambut :Tidak ada kelainan
- Riwayat nyeri sendi, dada berdebar-debar (-) - Mata :Anemis (-), Sianosis (-)
- Riwayat pipi, dahi, pangkal hidung saat sujud (-) - Thorax : Diharapkan dalam batas normal
- Riwayat cairan/dahak mengalir ditenggorok (-) - Jantung : Diharapkan dalam batas normal
- Riwayat hidung tersumbat (-) - Abdomen : Diharapkan dalam batas normal
- Riwayat penurunan pendengaran, keluar cairan
dari telinga (-) Regio colli
- Riwayat pengeluaran air liur berlebih (-) - Teraba pemebesaran KBG level I, ukuran 2x2x1cm,
padat, tidak terfiksir.

Status Lokalis THT


1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga
Kelainan Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Cukup Lapang Cukup Lapang Cukup Lapang
Sempit Tidak ada Tidak ada
Liang dan Dinding Telinga Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Sekret/ Serumen
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Membran Timpani
Warna Putih Mutiara Putih mutiara
Refleks Cahaya (+) (+)
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah Perforasi Cukup Lapang Cukup Lapang
Jenis Tidak ada Tidak ada
Perforasi
Kuadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada

Gambar Membran Timpani

Tanda Radang Cukup Lapang Cukup Lapang


Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
Rhinne (+) (+)
Weber Tidak ada lateralisasi
Tes Garpu Tala
Schwabach Sama Sama
Kesimpulan Normal
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Timpanometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak Ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra

Deformitas Tidak ada Tidak ada


Sinus Paranasal Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

4. Rinoskopi Anterior
Pemerikssaan Dextra Sinistra

Vibrise Ada Ada


Vestibulum Radang Tidak ada Tidak ada

Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang


Kavum nasi Sempit
Lapang
Lokasi Tidak Ada Tidak Ada
Jenis Tidak Ada Tidak Ada
Sekret Jumlah Tidak Ada Tidak Ada
Bau Tidak Ada Tidak Ada
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konka inferior
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Ukuran Eutrofi Eutrofi


Warna Merah muda Merah muda
Konka media
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Cukup lurus/deviasi Tidak ada deviasi

Permukaan Licin Licin


Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Septum Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Massa
Warna Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada
Pengaruh vasokonstriktor Tidak ada Tidak ada

5. Rinoskopi Posterior :Sulit dinilai

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Cukup lapang (N)
Koana Sempit - -
Lapang
Warna - -
Mukosa Edem - -
Jaringan granulasi - -
Ukuran - -
Konka inferior Warna - -
Permukaan - -
Edem - -
Adenoid Ada/tidak - -
Muara tuba eustachius Tertutup secret - -
Edem mukosa - -
Lokasi
Ukuran
- -
Massa Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada/tidak - -
Jenis - -
6. Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Palatum mole + Arkus faring Simetris/tidak Simetris Simetris


Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T2
Warna Merah muda Hiperemis
Permukaan Licin Tidak Rata
Kripti Tidak melebar Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dengan pilar Tidak ada Tidak ada
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Peritonsil Warna Merah muda Merah muda


Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi
Bentuk
Ukuran Tidak ada
Permukaan
Konsistensi
Karies/radiks Ada Ada
Gigi
Kesan Hygiene mulut tidak baik
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada

7. Laringoskopi Indirek : Sulit dinilai

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Bentuk - -
Warna - -
Epiglotis Edema - -
Pinggir rata/tidak - -
Massa - -
Warna - -
Ariteniod Edema - -
Massa - -
Gerakan - -
Warna - -
Ventrikular band Edema - -
Massa - -
Warna - -
Plica vokalis Gerakan - -
Pingir medial - -
Massa - -
Subglotis/trakea Massa - -
Sekret - -
Sinus piriformis Massa - -
Sekret - -
Valekula Massa - -
Sekret ( jenisnya ) - -

Resume
Anamnesis
Nyeri saat menelan yang bertambah berat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri menelan
terutama mengkonsumsi makanan padat. Pasien juga
mengeluhkan nyeri di tenggorok dan rasa mengganjal
di tenggorok disertai nafas berbau. Keluhan ini
dirasakan hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu namun
memperberat sejak 1 minggu ini.
Terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pasien
juga mengeluh sering demam hilang timbul. Keluarga
pasien mengaku pasien terkadang mendengar pasien
mengorok ketika tidur dan pasien tidak ada riwayat
terbangun tiba-tiba saat tidur. Tidak ditemukan riwayat
gigi dan gusi mudah berdarah, sulit membuka mulut,
cairan/dahak mengalir ditenggorok, hidung tersumbat,
penurunan pendengaran, ataupun pengeluaran air liur
berlebih.
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaan Fisik pernah menderita ISPA sebelumnya yang merupakan


Regio colli: teraba pembesaran KGB level I ukuran 2x2x1 penyebab terjadinya tonsilitis.15
cm, padat, tidak terfiksir. Tonsilitis kronik, kuman penyebabnya sama
Tenggorok: arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1- dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang berubah menjadi
T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-), dinding faring
kuman golongan Gram negatif. Tonsilitis kronis pada orang
posterior tenang, karies gigi (+) kesan hygiene tidak baik.
dewasa akibat dari faktor predisposisi tertentu seperti
Diagnosis Kerja rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
Tonsilitis kronis higene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Faktor resiko
Diagnosis Banding pada pasien ini didapatkan hygiene mulut yang buruk
Tumor tonsil suspek keganasan sehingga pasien lebih rentan terkena tonsillitis.16
Berdasarkan pengakuan keluarga pasien
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium: mendapatkan pasien terkadang mendengar pasien mengorok
- Hb: 13,4 g/dL ketika tidur dan pasien tidak ada riwayat terbangun tiba-tiba
- Leukosit: 7890/mm3 saat tidur Tonsilitis kronis dengan hipertrofi tonsil dapat
- Trombosit: 312.000/mm3 menyebabkan berbagai gangguan tidur, seperti mendengkur
- Ht: 41% sampai dengan terjadinya obstructive sleep apnea (OSA).
OSA merupakan kondisi medik yang serius, ditandai dengan
Pemeriksaan Anjuran
- Kultur dan sensitivitas test episode obsrtruksi saluran nafas atas selama tidur
- Biopsi menyebabkan berkurangnya asupan oksigen secara periodik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran
Tatalaksana tomsil dengan permukaan tidak rata, hiperemis, kripta
Operatif melebar. Disertai didapatkan pembesaran KGB level I. Pada
- Tonsilektomi tonsillitis kronik terjadi proses radang yang berulang akan
Medikamentosa (post tonsilektomi)
mengakibatkan terkikisnya epitel mukosa dan jaringan
- Ciprofloxacin 2x500 mg
- Ibuprofen 3x400 mg limfoid, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
Edukasi digantikan oleh jaringan parut yang akan mengalami
- Diet makan lunak pengerutan sehingga kriptus melebar. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan
Prognosis perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada
- Qou ad vitam : bonam anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa
- Quo ad sanam: bonam
submanibula.18
Diskusi Berdasarakan hasil pemeriksaan penunjang pasien
yaitu darah lengkap, diperoleh meningkatnya kadar leukosit
Pasien Ny. Y berusia 51 tahun ditegakkan
diagnosis kerja dengan tonsilitis kronis berdasarkan pasien yaitu 7.800 ul/L yang menandakan tonsilitis tidak
dalam kondisi akut. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keluhan utama pasien
gula darah sewaktu karena pasien menduga memiliki riwayat
yaitu nyeri saat menelan yang bertambah berat sejak 1
DM sebelumnya. Kadar GDS pasien adalah 120 gr/dL, yang
minggu yang lalu, disertai nyeri tenggorok, rasa
menandakan normal. Pada pemeriksaan kultur bakteri pada
mengganjal di tenggorok dan nafas berbau. Keluhan
pasien tidak dilakukan. Namun berdasarkan etiologi tonsilitis
nyeri tenggorok/saat menelan (odinofagia) merupakan kronik,kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut,
gejala yang sering dikeluhkan akibat ada kelainan atau yang terbanyak adalah virus Epstein Barr, dan tonsilitis
peradangan di daerah tonsilofaring.5 bakterial disebabkan oleh kuman grup A Streptococcuss β
Tonsilitis merupakan penyebab tersering Hemolitikus. Bakteri ini dapat mengakibatkan komplikasi
peradangan pada daerah orofaring. 11 Hasil pemeriksaan seperti peritonsilar abses, parafaring abses, demam rematik
pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada dan glomerulonefritis akut dan radang katup jantung.5
telinga hidung dan tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 Abses peritonsil (Quincy throat) merupakan salah
penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan satu komplikasi tonsilitis tersering. Pasien ini sebelumnya
penderita penyakit tonsilitis kronis. Tonsilitis kronis ialah pernah mengalami abses peritonsil akibat tonsilitisnya.
inflamasi atau peradangan berulang pada tonsil palatina Proses ini terjadi sebagai kompliasi tonsilitis akut atau infeksi
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap. Pasien ini yang bersumber dari kelenjar mukur weber di kutub atas
mengeluhkan hal diatas dirasakan hilang timbul sejak tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab
tonsilitis. Dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob.5
1 tahun yang lalu namun memperberat sejak 1 bulan
Pada kasus ini didiagnosis banding dengan tumor
ini. Jadi pasien ini menunjukkan proses radang yang
tonsil suspek keganasan, karena gejala tersering ditemukan
sudah kronis.2 rasa seperti benda asing di tenggorok karena pembesaran
Faktor yang menjadi penyebab utama tonsilitis kelenjar tonsil yang biasanya unilateral, ditambah usia pasien
kronis adalah ISPA dan tonsillitis akut yang tidak mendapat yang diatas 40 tahun meningkat risiko untuk malignancy.
terapi yang adekuat. Pasien ini pernah mengalami demam pada kasus pembesaran tonsil yang curiga kearah keganasan
batuk pilek sebelumnya yang menandakan bahwa pasien merupakan indikasi mutlak untuk tindakan tonsilektomi.
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pengobatan tonsilitis meliputi medikamentosa dan 5. Rusmarjono, Soepardi EA. Tonsilitis dan
pembedahan. Terapi medikamentosa ditujukan untuk Hipertrofi. In Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin
mengatasi infeksi pada tonsilitis. Antibiotik golongan J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
penisilin merupakan antibiotik pilihan pada sebagian besar Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta:
kasus karena efektif dan harganya lebih murah. Namun, pada Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
anak dibawah 12 tahun, golongan sefalosporin menjadi Indonesia. 2012: 199-202.
pilihan utama karena lebih efektif terhadap streptococcus. 6. Kenna MA, Amin M. Anatomy and Physiology of
Golongan makrolida dapat digunakan hanya jika terdapat the Oral Cavity. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
alergi terhadap penisilin, hal ini disebabkan efek samping Ballanger’s Otorhinolaryngology Head and Neck
yang ditimbulkan golongan makrolida lebih banyak. Pada Surgery 16th Edition. Chicago: Williams & Wilkin.
kasus ini, pasien diberikan antibiotik berupa ciprofloxacin. 2009: 669-774
Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan fluroquinolon. 7. Novialdi N, Pulungan MR. Mikrobiologi Tonsilitis
Golongan flurokuinolon merupakan antibiotik spektrum luas Kronis. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
yang bersifat bakterisidal yang aktif mematikan bakteri gram Andalas, Padang. 2010:1-10
negatif dan gram positif. Pasien diberikan analgesik berupa 8. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and
paracetamol. Analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head
pada penderita tonsillitis kronik baik pada anak maupun and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition.
dewasa. Analgesik yang menjadi pilihan utama adalah Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins
ibuprofen. Hal ini dikarenakan ibuprofen memiliki efikasi Publishers. 2006. p1183-1208
yang tinggi dengan efek samping yang minimal jika 9. Anonim (2003) The Oral Cavity, Pharynx &
dibandingkan dengan parasetamol dan asam salisilat. Selain Esophagus dalam Lee, K.J. (eds) Essential
itu, masa kerja ibuprofen lebih panjang yaitu 6-8 jam. Otolaryngology Head & Neck Surgery, McGraw
Namun, penggunaan parasetamol pada orang dewasa juga Hill Medical Publishing Division, USA.
diperbolehkan. Penggunaan obat kumur yang mengandung 10. Snell, R.S. (1991) Anatomi Klinik untuk
klorheksidin atau benzidamin pada pasien dewasa maupun Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 3, Penerbit
anak dengan tonsillitis yang ditujukan untuk menjaga Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
higienitas mulutnya. 11. Sembiring RO, John P, Olivia W. Identifikasi
Tonsilektomi menjadi prosedur pembedahan bakteri dan uji kepekaan terhadap antibiotik pada
pilihan utama bagi pasien anak maupun dewasa dengan penderita tonsilitis di Poliklinik THT-KL BLU
tonsillitis rekuren maupun tonsillitis kronik. Pasien tonsillitis RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode
akut dan tonsillitis kronik setelah tonsilektomi menunjukkan November 2012-Januari 2013. Jurnal E-biomedik.
perbaikan yang signifikan, hal ini dibuktikan dengan 2013; 1(2):1053-7.
berkurangnya keluhan nyeri tenggorokan, dan keluhan yang 12. American Academy of Otolaryngology— Head
diberikan pada dokter and Neck Surgery 2011 Clinical Practice
Indikasi tonsilektomi pada pasien ini menurut The Guideline: Tonsillectomy in Children. Available
American Academy of Othoryngology – Head and Neck from: http://www.
Surgery Clinical Indicators Compendium yaitu pasien ini entnet.org/content/tonsillectomy-children
mengalami abses peritonsil sebelumnya. Abses peritonsil 13. Vivit S.Karakteristik penderita tonsilitis kronis
memiliki rekurensi yang tinggi, jadi diindikasi tonsilektomi. yang diindikasikan tonsilektomi di bagian THT
Selain itu, pembesaran tonsil unilateral dan usia > 40 tahun Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi pada
pasien ini dicurigai keganasan karena pembesaran tonsil, Bulan Mei-Juli 2013. Universitas Jambi [internet].
maka termasuk indikasi absolut tonsilektomi.2 2013. [disitasi tanggal 16 april 2016]. Tersedia
dari: http://www.e-jurnal.com/ 2014/10/
Daftar Pustaka karakteristik-penderita-tonsilitis.html.
14. Pulungan MR, Novialdi N. Mikrobiologi tonsilitis
1. Lippincolt, 2012. Tonsillitis In: Lippincolt Guide kronis.Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
to Infectious Disease. p:316. Andalas Padang; 2010.
2. Adams, G.L., 2001, Penyakit-penyakit Nasofaring 15. Epocrates. Tonsillitis epidemiology.
dan Orofaring,dalam Harjanto, E. dkk (ed)Boies AnAthenahealth Service[internet]. 2015 [disitasi
Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Penerbit Buku tanggal 1 mei 2016]. Tersedia
Kedokteran EGC, Jakarta. dari:http://onlie.epocrates.com/disea
3. Arsyad, F., 2013.Hubungan Antara Pengetahuan ses/59823/Tonsillitis/Epidemiology
dan Pola Makan dengan Kejadian Tonsilitis pada 16. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and
Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head
Puskesmas Minasatene Kab.Pangkep, 2(1). p:2 and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition.
4. Mogoanta CA, et al, 2008. Chronic Tonsilitis : Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins
Histological and Immunohistochemical Aspects. Publishers. 2006. p1183-1208
Romanian Journal of Morphology and 17. Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2003. Hubungan
Embryology, 49(3): p.381-6. Tonsilitis Kronik dengan Prestasi Belajar pada
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang.


Cermin Dunia Kedokteran, 155, hal.16-22.
18. Rusmarjono, Soepardi EA. Tonsilitis dan
Hipertrofi. In Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin
J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2012: 199-202.
19. Siswantoro, Boedi. 2003. Pengaruh Tonsilektomi
terhadap Kejadian Bakteremia Pasca Operasi.
Diambil dari : http://
www.eprints.undip.ac.id14796/1/2003FK5961
20. Dhingra PL, 2007. Acute and Chronic Tonsilitis, in
Disease of Ear, Nose and Throat 4rd ed. Elsevier.
New Delhi. pp.239-43.
21. Kurien M, Stanis A, Job A, Brahmadathan, Thomas
K, 2000. Throat Swab in the Chronic Tonsilitis:
How Reliable and valid is it. Singapore Med J, Vol
a41(7), p. 324-6.
22. Archer SM, Meetchll RB, Rosenfeld RM, Amin R,
Burn JJ, et al., Clinical Practice
GuidlineTonsilectomy in Children. 2010:58

Anda mungkin juga menyukai