Tonsilitis Kronis
Firman, Nova Suryati, Candra Nova Indriawati
Pendahuluan
Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di
rongga faring, dapat disebabkan oleh salah satu bakteri
(streptokokus) atau virus (adenovirus). Kondisi ini sering
dikaitkan dengan faringitis.1 Berdasarkan lamanya keluhan,
tonsilitis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan
kronis.Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit
yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan yang
berulang. Gambaran klinis bervariasi, dan diagnosis sebagian
besar tergantung pada inspeksi 2
Menurut WHO (World Health Organization), pola
penyakit THT diberbagai Negara berbeda-beda. Di
Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998-
Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati
Gambar 1. Gambaran Tonsil dalam Cincin Waldeyer
penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling
banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita3
Tonsil palatina merupakan suatu massa jaringan limfoid
Tonsilitis Kronis menjadi lesi yang paling sering
yang terletak di dalam fossa tonsil pada kedua sudut
terjadi diantara semua peradangan pada faring dengan banyak
orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus)
kompikasi regional maupun lokal misal Otitis Media Akut,
dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk
Sinusitis, Glomerulonefritis, dan Endokarditis.4
oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
Anatomi mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi
tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris,
oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa
limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari
supratonsil.8
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil facial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah) dan tonsil tuba eustachius
(lateral band dinding faring/gerlach’s tonsil).5,6 Tonsil dalah
massa jaringan limfoid yang terletak di fosa tonsil pada kedua
sudut orofaring. Tonsil dibatasi dari anterior oleh pilar
anterior yang dibentuk otot palatoglossus, posterior oleh
pilar posterior dibentuk otot palatofaringeus, bagian medial
oleh ruang orofaring, bagian lateral dibatasi oleh otot
konstriktor faring superior, bagian superior oleh palatum
mole, bagian inferior oleh tonsil lingual. Permukaan lateral
tonsil ditutupi oleh jaringan alveolar yang tipis dari fasia
faringeal dan permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel
yang meluas ke dalam tonsil membentuk kantong yang
dikenal dengan kripta.7
Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan
Gambar 2. Anatomi oral cavity
penting pada awal kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan
lokal yang setiap saat berhubungan dengan agen dari luar
Tonsil mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri
(makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun.
karotis eksterna, yaitu:9
Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah faring
1. A. Maksilaris eksterna (a. Fasialis) dengan
terjadi tikungan jalannya material yang melewatinya
cabangnya arteri tonsilaris dan asteri palatina
disamping itu bentuknya tidak datar, sehingga terjadi
asenden
turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian
2. A. Maksilaris interna dengan cabangnya a. Palatina
kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses
desenden
fisiologis tersebut pada permukaan penyusun cincin
3. A. Lingualis dengan cabangnya a lingualis dorsal
Waldeyer itu semakin besar.8
4. A. Faringeal asenden
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Epidemiologi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling
sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Data epidemiologi
Gambar 3. Pendarahan tonsil penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi
tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju
akut 4,6%. Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa
rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular
menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan
node) bagian superior di bawah muskulus
tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan
didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit
akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai
tonsilitis kronis. 13
pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah
Berdasarkan data medical record tahun 2010 di
bening aferen tidak ada.10
RSUP dr M. Djamil Padang bagian THTKL subbagian laring
Innervasi terutama dilayani oleh n. IX
faring, ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1110
(glossopharyngeus) dan juga oleh n. Palatina minor (cabang
kunjungan di Poliklinik subbagian laring faring dan yang
ganglion sphenopalatina). Pemotongan pada n. IX
menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus. Sedangkan
menyebabkan anestesia pada semua bagian tonsil.10
insiden tonsilitis kronis di RSUP dr Kariadi Semarang
Tonsil merupakan organ yang unik karena
23,36% sebagian besar diantaranya pada usia 6-15 tahun. 14
keterlibatannya dalam pembentukan imunitas lokal dan
Tonsilitis baik akut maupun kronik dapat terjadi
pertahanan imunitas tubuh. Limfosit B berproliferasi di
pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak.
“germinal center”. Imunoglobulin (Ig G, A, M, D),
Faktor yang menjadi penyebab utama hal tersebut adalah
komponen komplemen, interferon, lisosim dan sitokin
ISPA dan tonsillitis akut yang tidak mendapat terapi yang
berakumulasi di jaringan tonsillar. Infeksi bakterial kronis
adekuat.15
pada tonsil akan menyebabkan terjadinya antibodi lokal,
perubahan rasio sel B dan sel T. Efek dari adenotonsilektomi
terhadap integritas imunitas seseorang masih diperdebatkan. Faktor Predisposisi16
Pernah dilaporkan adanya penurunan produksi 1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
Imunoglobulin A nasofaring terhadap vaksin polio setelah 2. Higiene mulut yang buruk
adenoidektomi atau adanya peningkatan kasus Hodgkin’s 3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang
limfoma. Namun bagaimanapun peran tonsil masih tetap berubah-ubah)
kontroversial dan sekarang ini belum terbukti adanya efek 4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
imunologis dari tonsilektomi.10 5. Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina Patogenesis
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Tonsilitis Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada
adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil. Penyebaran infeksi suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman
dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan
Berdasarkan waktu berlangsung (lamanya) penyakit, inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi
tonsilitis terbagi menjadi 2, yakni tonsilitis akut jika penyakit sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin
(keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan
kronis jika inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina umum tubuh menurun.17
berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap. 11 Karena proses radang berulang yang timbul maka
selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga
Etiologi pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
Bakteri menyebabkan 15-30 persen kasus jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
faringotonsilitis; Streptococcus beta hemolyticus grup A kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh
adalah penyebab tonsilitis bakteri yang paling banyak. Virus detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
herpes simplex,, Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus, tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dasar imunitas. Gejala khas tonsilitis difteri yaitu Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan serologi,
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak hapusan jaringan/kultur, X ray dan biopsi.
putih kotor yang makin lama makin meluas dan
membentuk pseudomembran yang melekat erat pada Penatalaksanaan
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah Tonsilitis Kronik tindakan yang dapat dilakukan adalah:
berdarah. 1. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) berkumur atau obat hisap
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), 2. Tonsilektomi pada infeksi yang berulang atau kronik,
nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, gejala sumbatan, serta kecurigaan neoplasma
badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Indikasi tonsilektomi berdasarkan The American
Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di Academy of Othoryngology – Head and Neck Surgery
tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan:1
alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. 1. Indikasi absolut
Mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan
submandibula membesar. jalan nafas atas, disfagia berat, gangguan tidur,
c. Mononukleosis Infeksiosa atau komplikasi kardiopulmoner
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Abses peritonsil yang tidak respon dengan
Membran semu yang menutup ulkus mudah diangkat pengobatan medik dan drainase
tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Biopsi yang dicurigai tumor (keganasan)
Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit 2. Indikasi relaitif
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang Infeksi tonsil terjadi 3 kali/lebih pertahun,
lain adalah kesanggupan serum pasien untuk meskipun tidak diberikan pengobatan medik
beraglutinasi terhadap sel darah merah domba yang adekuat
(Reaksi Paul Bunnel).
Tonsilitis kronis/berulang yang disebabkan oleh
2. Penyakit kronik faring granulomatus
streptococcus yang tidak membaik dengan
a. Faringitis tuberkulosa antibiotik (resisten beta laktamase)
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan
Bau mulut yang menetap yang menandakan tidak
umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagi.
respons terhadap terapi
Pasien mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di
Sementara itu berdasarkan Kriteria Paradise seseorang
telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
dapat dilakukan tonsilektomi jika: 2
b. Faringitis luetika
1. Frekuensi minimal pada episode nyeri tenggorokan 7
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit
kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun,
primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat
atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun.
terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai
2. Gejala klinis nyeri tenggorokan disertai dengan
pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa
adanya satu atau lebih criteria berikut: demam
mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar
>38,30C, limfadenopati servikal, nyeri nodus
tonsil.
limfatikus atau ukuran >2cm atau eksudat tonsil atau
c. Lepra
kultur positif dari Streptococcus beta haemoliticus
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi
Grup A)
pada faring kemudian menyembuh dan disertai
3. Telah mendapatkan terapi antibiotik untuk
dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
Streptococcus beta haemoliticus Grup A dosis biasa
jaringan ikat.
Tiap episode penyakit dan gejalanya harus tercatat dalam
d. Aktinomikosis faring
medical record atau jika tidak terdokumentasi dengan baik,
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak
berikutnya dilakukan observasi oleh klinisi selama 2 episode
luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses
nyeri tenggorokan dengan poladan frekuensi gejala yang
supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan
konsisten dengan riwayat sebelumnya.
ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan
dasar jaringan granulasi yang lunak.
Komplikasi
3. Tumor tonsil
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke
Gejala tersering ditemukan rasa seperti benda asing di
daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis atau otitis
tenggorok karena pembesaran kelenjar tonsil yang biasanya
media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi
unilateral, rasa nyeri tenggorok bila tunor sudah
secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
menginfiltrasi daerah sekitarnya atau sudah terdapat ulserasi.
endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, iridoksiklitis,
Jika tumor sudah stadium lanjut dapat terjadi perdarahan,
dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.
disfagi, trismus, pembengkakan leher, dan gangguan fungsi
bernafas dan menelan.
Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya
berhubungan dengan nyeri tenggorok dan kesulitan menelan.
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Membran Timpani
Warna Putih Mutiara Putih mutiara
Refleks Cahaya (+) (+)
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah Perforasi Cukup Lapang Cukup Lapang
Jenis Tidak ada Tidak ada
Perforasi
Kuadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak Ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
4. Rinoskopi Anterior
Pemerikssaan Dextra Sinistra
Resume
Anamnesis
Nyeri saat menelan yang bertambah berat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri menelan
terutama mengkonsumsi makanan padat. Pasien juga
mengeluhkan nyeri di tenggorok dan rasa mengganjal
di tenggorok disertai nafas berbau. Keluhan ini
dirasakan hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu namun
memperberat sejak 1 minggu ini.
Terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pasien
juga mengeluh sering demam hilang timbul. Keluarga
pasien mengaku pasien terkadang mendengar pasien
mengorok ketika tidur dan pasien tidak ada riwayat
terbangun tiba-tiba saat tidur. Tidak ditemukan riwayat
gigi dan gusi mudah berdarah, sulit membuka mulut,
cairan/dahak mengalir ditenggorok, hidung tersumbat,
penurunan pendengaran, ataupun pengeluaran air liur
berlebih.
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Pengobatan tonsilitis meliputi medikamentosa dan 5. Rusmarjono, Soepardi EA. Tonsilitis dan
pembedahan. Terapi medikamentosa ditujukan untuk Hipertrofi. In Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin
mengatasi infeksi pada tonsilitis. Antibiotik golongan J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
penisilin merupakan antibiotik pilihan pada sebagian besar Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta:
kasus karena efektif dan harganya lebih murah. Namun, pada Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
anak dibawah 12 tahun, golongan sefalosporin menjadi Indonesia. 2012: 199-202.
pilihan utama karena lebih efektif terhadap streptococcus. 6. Kenna MA, Amin M. Anatomy and Physiology of
Golongan makrolida dapat digunakan hanya jika terdapat the Oral Cavity. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
alergi terhadap penisilin, hal ini disebabkan efek samping Ballanger’s Otorhinolaryngology Head and Neck
yang ditimbulkan golongan makrolida lebih banyak. Pada Surgery 16th Edition. Chicago: Williams & Wilkin.
kasus ini, pasien diberikan antibiotik berupa ciprofloxacin. 2009: 669-774
Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan fluroquinolon. 7. Novialdi N, Pulungan MR. Mikrobiologi Tonsilitis
Golongan flurokuinolon merupakan antibiotik spektrum luas Kronis. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
yang bersifat bakterisidal yang aktif mematikan bakteri gram Andalas, Padang. 2010:1-10
negatif dan gram positif. Pasien diberikan analgesik berupa 8. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and
paracetamol. Analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head
pada penderita tonsillitis kronik baik pada anak maupun and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition.
dewasa. Analgesik yang menjadi pilihan utama adalah Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins
ibuprofen. Hal ini dikarenakan ibuprofen memiliki efikasi Publishers. 2006. p1183-1208
yang tinggi dengan efek samping yang minimal jika 9. Anonim (2003) The Oral Cavity, Pharynx &
dibandingkan dengan parasetamol dan asam salisilat. Selain Esophagus dalam Lee, K.J. (eds) Essential
itu, masa kerja ibuprofen lebih panjang yaitu 6-8 jam. Otolaryngology Head & Neck Surgery, McGraw
Namun, penggunaan parasetamol pada orang dewasa juga Hill Medical Publishing Division, USA.
diperbolehkan. Penggunaan obat kumur yang mengandung 10. Snell, R.S. (1991) Anatomi Klinik untuk
klorheksidin atau benzidamin pada pasien dewasa maupun Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 3, Penerbit
anak dengan tonsillitis yang ditujukan untuk menjaga Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
higienitas mulutnya. 11. Sembiring RO, John P, Olivia W. Identifikasi
Tonsilektomi menjadi prosedur pembedahan bakteri dan uji kepekaan terhadap antibiotik pada
pilihan utama bagi pasien anak maupun dewasa dengan penderita tonsilitis di Poliklinik THT-KL BLU
tonsillitis rekuren maupun tonsillitis kronik. Pasien tonsillitis RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode
akut dan tonsillitis kronik setelah tonsilektomi menunjukkan November 2012-Januari 2013. Jurnal E-biomedik.
perbaikan yang signifikan, hal ini dibuktikan dengan 2013; 1(2):1053-7.
berkurangnya keluhan nyeri tenggorokan, dan keluhan yang 12. American Academy of Otolaryngology— Head
diberikan pada dokter and Neck Surgery 2011 Clinical Practice
Indikasi tonsilektomi pada pasien ini menurut The Guideline: Tonsillectomy in Children. Available
American Academy of Othoryngology – Head and Neck from: http://www.
Surgery Clinical Indicators Compendium yaitu pasien ini entnet.org/content/tonsillectomy-children
mengalami abses peritonsil sebelumnya. Abses peritonsil 13. Vivit S.Karakteristik penderita tonsilitis kronis
memiliki rekurensi yang tinggi, jadi diindikasi tonsilektomi. yang diindikasikan tonsilektomi di bagian THT
Selain itu, pembesaran tonsil unilateral dan usia > 40 tahun Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi pada
pasien ini dicurigai keganasan karena pembesaran tonsil, Bulan Mei-Juli 2013. Universitas Jambi [internet].
maka termasuk indikasi absolut tonsilektomi.2 2013. [disitasi tanggal 16 april 2016]. Tersedia
dari: http://www.e-jurnal.com/ 2014/10/
Daftar Pustaka karakteristik-penderita-tonsilitis.html.
14. Pulungan MR, Novialdi N. Mikrobiologi tonsilitis
1. Lippincolt, 2012. Tonsillitis In: Lippincolt Guide kronis.Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
to Infectious Disease. p:316. Andalas Padang; 2010.
2. Adams, G.L., 2001, Penyakit-penyakit Nasofaring 15. Epocrates. Tonsillitis epidemiology.
dan Orofaring,dalam Harjanto, E. dkk (ed)Boies AnAthenahealth Service[internet]. 2015 [disitasi
Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Penerbit Buku tanggal 1 mei 2016]. Tersedia
Kedokteran EGC, Jakarta. dari:http://onlie.epocrates.com/disea
3. Arsyad, F., 2013.Hubungan Antara Pengetahuan ses/59823/Tonsillitis/Epidemiology
dan Pola Makan dengan Kejadian Tonsilitis pada 16. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and
Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head
Puskesmas Minasatene Kab.Pangkep, 2(1). p:2 and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition.
4. Mogoanta CA, et al, 2008. Chronic Tonsilitis : Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins
Histological and Immunohistochemical Aspects. Publishers. 2006. p1183-1208
Romanian Journal of Morphology and 17. Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2003. Hubungan
Embryology, 49(3): p.381-6. Tonsilitis Kronik dengan Prestasi Belajar pada
Dokter Muda THT-KL Periode April-Mei 2017 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas