Anda di halaman 1dari 3

BODY INTERACT

Golongan Obat Dosis


HIPERTENSI (lihat guideline obatnya)
ACE INHIBITOR
Menghambat ACE sehingga tidak dapat dikonversikan menjadi angiotensin I dan angiotensin II yang menyebabkan penurunan
resistensi vaskular, penurunan retensi natrium dan air, serta penurunan efek trophic dari angiotensin II pada jantung dan pembuluh
darah
Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Menghasilkan antagonisme langsung pada reseptor angiotensin II (AT2), tidak seperti inhibitor ACE. Angiotensin II dari reseptor AT1
menghasilkan efek penurun tekanan darah oleh Antagonis AT1 reseptor yang diinduksi vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,
pelepasan katekolamin, pelepasan vasopressin arginin, asupan air, dan respons hipertrofik. Tindakan ini menghasilkan blokade efek
kardiovaskular angiotensin II yang lebih efisien dan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan inhibitor ACE
Calcium Channel Blocker
Dihidropiridine dan non dihidropiridine: Menghambat ion kalsium memasuki "saluran rendah" Atau pilih bidang sensitif tegangan otot
polos vaskular dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos vaskular koroner dan vasodilatasi koroner;
Meningkatkan pengiriman oksigen miokard pada pasien dengan angina vasospastik

A. Terapi Farmakologi Asma


1. Teofilin
Mekanisme kerja : bronkodilatasi.
Dosis : 130 – 150 mg.
Indikasi : Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.
Kontraindikasi : penderita alergi komponen obat dan penderita tukak lambung.

Interaksi dengan obat lain :


 Tidak diberikan bersama obat golongan xantin yang lain seperti kafein, minum kopi, teh, cola,
tonikum yang mengandung kafein
 Simetidine, eritromisin, troleandomisin, dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan serum teofilin
 Rifampisin menurunkan serum teofilin
Efek yang tidak diinginkan :
 Sakit kepala, pusing, sukar tidur, mual, muntah, nyeri perut bagian atas
 Pada penderita yang memiliki kecendrungan mengalami gangguan irama jantung apabila
menggunakan obat ini kemungkinan dapat menimbulkan aritmia
 Ruam kulit
 Hiperglikemia, gatal-gatal
Aturan pemakaian : sediaan yang tersedia di pasaran berupa tablet, kapsul, atau sirup yang berkisaran
antara 130-150 mg/tablet atau per 5 ml.
 Dewasa : 5 mg/kgBB sebagai dosisi awal pada serangan akut, diikuti dengan 3-4mg/kgBB setiap
6 jam untuk mengendalikan gejala asma. Pada penderita perokok tidak lebih dari 4 mg/kgBB.
Dosis total sehari tidak lebih dari 10-12 mg/kg/hari. Pada penderita penyakit hati dan lemah
jantung, dosis disesuaikan dan dimonitor.
 Anak-anak : sama dengan dosis dewasa namun dosisi pemeliharaan sebesar 4-5 mg/kgBB setiap
6 jam.
Contoh obat : Bronchophylin

2. Efedrin
Mekanisme Kerja : Bronkodilatasi yang lemah. Bekerja mempengaruhi sistem saraf adrenergi
secara langsung maupun tidak langsung.
Indikasi : Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial
Kontraindikasi : Penderita yang alergi terhadap komponen obat ini dan penderit hipertiroid,
jantung, hipertensi.
Interaksi dengan obat lain : Jangan diberikan obat penghambat MAO atau guanetidin
Efek yang tidak diinginkan :
 Pada susunan saraf pusat sakit kepala, sukar tidur, gelisah
 Jantung berdebar
Aturan pemakaian : sediaan yang beredar di pasaran berupa kapsul, tablet, atau sirup berkisaran antara 8-
12,5 mg/tablet atau sendok teh 5 ml
 Dewasa: 1-2 tablet, 2-3 kali sehari
 Anak-anak dibawah 12 tahun : ½ tablet atau sendok teh, 2-3 kali sehari
Contoh obat :
 Asmadex
 Asmasolon
 Neo Napacin
 Theochodil

B. Pengobatan berdasarkan symptomp dengan resep

( Sumber : Dipiro )
C. Terapi Non Farmakologi Asma
Dalam pengobatan asma tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan obat. Asma dapat diobati
tanpa menggunakan obat atau dapat disebut terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi terbukti seara
ilmiah dapat meringankan gejala asma pada penderitanya. Memberikan edukasi atau penjelasan kepada
penderita atau yang merawat penderita mengenai berbagai hal tentang asma, misalnya tentang terjadinya
asma, bagaimana mengenal pemicu asmanya dan mengenal tanda-tanda awal keparahan. Terapi ini juga
mampu meminimalisir kekambuhan asma pada penderita di kemudian hari. Beberapa hal yang termasuk
terapi non farmakologi diantaranya :
1. Latihan Pernafasan
Penderita asma diajurkan untuk mengikuti sesi latihan pernafasan seperti yoga yang dapat memebrikan
efek relaksasi. Latihan yoga teratur mampu membantu penderita asma bernafas dengan lebih tenang dan
terkendali ketika serangan asma terjadi.
2. Olahraga dan latihan fisik teratur
Aktivitas yang teratur dapat membantu mengoptimalkan kinerja jantung dan paru-paru. Hal ini akan
berpengaruh pada peningkatan penyerapan oksigen dalam sejumlah udara yang dihembuskan ketika anda
bernafas. Itulah mengapa, olahraga teratur justru sangat diperlukan oleh penderita asma. Banyak orang
beranggapan bahwa asma justru dipicu oleh kelelahan akibat aktifitas yang berlebihan. Padahal
kenyataanya, olahraga mampu mengurangi gejala asma dalam jangka panjang jika dilakukan secara
teratur.
3. Menghindari pemicu alergi
Penderita asma sebaiknya tidak melakukan kontak dengan benda-benda yang dapat memicu terjadinya
kekambuhan asma, seperti bulu binatang, tungau debu, serbuk sari bunga, asap, atau makanan yang dapat
memicu reaksi alergi.
4. Berhenti merokok
Rokok tembakau, dalam bentuk apapun dapat memperburuk kondisi medis seseorang. Penderita asma
cenderung lebihsensitif terhadap udara, sedangkan rokok mengandung zat-zat berbahaya seperti nikotin
dan tar yang disebarkan melalui udara. Asap rokok juga mengandung logam berat dan pestisida yang
dapat memicu penyempitan saluran udara pada penderita asma.
5. Diet
Kelebihan berat badan juga dapat memperparah kondisi asma seseorang. Orang-orang dengan BMI
dibawah 30 terbukti dapat mengontrol asama dengan lebih baik dibanding mereka yang cenderung lebih
gemuk/obesitas

D. Peran farmasis
1. Mengedukasi pasien mengenai bedanya saluran nafas normal dengan pasien asma, dan apa yang harus
dilakukan ketika serangan asma.
2. Bagaimana mekanisme kerja obat asma
3. Pengobatan jangka panjang dengan pengobatan serangan akut
4. Mengedukasi tentang teknik penggunaan inhaler, dan bentuk sediaan lain
5. Memantau penggunaan obat saat refill dapat membantu mengidentifikasi pasien dengan control asma
kurang baik, dan komunikasikan dengan dokternya
6. Mengedukasi pasien agar memantau dirinya, yaitu memantau gejala dan mengenai kapan kondisinya
memburuk. Kapan dan bagaimana melakukan tindakan darurat.
7. Mengedukasi pasien agar menghindari factor pemicu.

Anda mungkin juga menyukai