Anda di halaman 1dari 9

JOM Vol. 2 No.

2, Oktober 2015

EFEKTIVITAS TERAPI EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (EFT)


TERHADAP KECEMASAN PASIEN KANKER PAYUDARA
STADIUM II DAN III

Santi Fitria Ningsih1, Darwin Karim2, Febriana Sabrian3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email : santi_fitria_ningsih@yahoo.com

Abstract
The aim of this study was to determine the effectiveness of Emotional Freedom Technique (EFT) therapy to anxiety of
breast cancer stage II and III patients . This study used "Quasy experiment" design with "Non-equivalent control
group”. The study was conducted in Anyelir room and Cendrawasih room in Arifin Achmad Hospital Pekanbaru.
Purposive sampling technique with inclusion criteria was used to recruit 30 respondents. The instrument in this study
used in both groups was a questionnaire that has beentested for validityandrealibility. The data were analyzed using
paired sample t-test and independent sample t-test. The results in experimental group showed p value (0.005) <α (0.05)
which means that EFT was effective to decrease anxiety in breast cancer patient. Based on this result, it is
recommended that health provider especially nurses to use Emotional Freedom Technique (EFT) therapy as one of non
pharmacological therapy to decrease anxiety.

Keywords : Anxiety, breast cancer, Emotional freedom technique

PENDAHULUAN (Hartati, 2008). Setiap organ mempunyai arti


Kanker merupakan kumpulan sel tersendiri (body image) bagi setiap orang.
abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang Seorang wanita yang mengetahui bahwa
tumbuh secara terus-menerus,tidak terbatas, dirinya mempunyai kelainan pada
tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya payudaranya sudah pasti akan membuat
dan tidak berfungsi fisiologis (Price & Wilson, wanita tersebut merasa sangat terpukul.
2005). Menurut data WHO (World Health Payudara tidak hanya organ untuk menyusui
Organization) 2013, setiap tahun jumlah bayinya tetapi juga untuk daya tarik terhadap
penderita kanker di dunia bertambah, angka kaum pria, sehingga penderita kanker merasa
kejadian kanker meningkat dari 12,7 juta malu dengan bentuk payudaranya, dan merasa
kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta tidak menarik lagi. Hal lain yang dapat terjadi
kasus tahun 2012. Kanker tertinggi di pada seorang wanita yang didiagnosa kanker
Indonesia pada perempuan adalah kanker merasatakut akan kematian, kehilangan
payudara.Berdasarkan estimasi Globocan, kontrol, sulit berkonsentrasi, kecemasan,
International Agency for Research on Cancer isolasi, depresi, dan putus asa (Herawati,
(IARC)2012, insiden kanker payudara sebesar 2005).
40 per 100.000 perempuan serta menempati Reaksi kecemasan pada seseorang
urutan pertama dari seluruh kasus kanker penderita kanker payudara sering muncul
yang ada (Riskesdas, 2013).Berdasarkan data tidak saja sewaktu penderita diberitahu
dari RSUD Arifin Ahcmad, angka kunjungan mengenai penyakitnya, tetapi juga setelah
dari tahun sebelumnya menunjukkan adanya menjalani operasi.Kecemasan tersebut
peningkatan, pada tahun 2012 sebanyak 155 biasanya menyangkut finansial, kekhawatiran
pasien, tahun 2013 meningkat menjadi 186 tidak diterima dilingkungan keluarga atau
pasien. masyarakat. Pada kasus-kasus penderita
Sekitar 42% wanita yang didiagnosa kanker payudara yang akan menjalani operasi
menderita kanker payudara menunjukkan pengangkatan payudara (mastektomi)
gejala kecemasan sedang dan 30% menunjukkan ekspresi yang mencerminkan
lainnyamenunjukkan gejala kecemasan berat cemas dan depresi, sikap negativistic
1501
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

(penolakan) dan menyebabkan banyak kasus- didapat adalah 2 orang pasien mengalami
kasus yang seharusnya mempunyai prognosis tingkat kecemasan berat, 5 orang tingkat
baik, menjadi sebaliknya (Hawari, 2004). kecemasan sedang, dan 1 orang tingkat
Salah satu cara mudah dan kecemasan ringan.
sederhanayang dapat dilakukan untuk Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengurangi kecemasan adalah dengan mengetahui lebih jauh efektivitas terapi EFT
memberikan terapi Emotional Freedom terhadapkecemasan pasien kanker payudara
Technique (EFT). Teknik ini menggunakan stadium II dan III. Serta mengidentifikasi
kalimat penerimaan diri yang dipadukan perbandingan dan perubahan rata-rataskor
dengan mengetuk ringan (tapping) titik-titik kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
meridian tubuh untuk mengirim sinyal yang terapi EFT.
bertujuan untuk menenangkan otak.Mengetuk Penelitian ini diharapkan menjadi
ringan dengan satu atau dua ujung jari pada sumber informasi dalam pengembangan ilmu
titik akupuntur sama efektifnya dengan keperawatan terutama tentang penggunaan
stimulasi pada praktek akupuntur, oleh karena terapi nonfarmakologis yang dapat digunakan
itu orang menyebut EFT dengan akupuntur untuk penanganan kecemasan pada pasien
tanpa jarum. Titik meridian merupakan titik kanker payudara.
pada jaringan tubuh yang padat jaringan dan
ujung-ujung saraf, sel-sel mast dan kapiler METODOLOGI PENELITIAN
serta saluran limpatik. Titik meridian ternyata Desain penelitian yang digunakan
mempunyai potensial elektrik yang tinggi dalam penelitian ini adalah Quasi experimen
dibanding dengan titik lain di tubuh. Dengan dengan rancangan penelitian Non-equivalent
pengetukan dapat menimbulkan respon Control Group.Dalam penelitian ini
melalui jaringan sensorik sampai melibatkan melibatkan dua kelompok yaitu kelompok
saraf sentral.Jaringan saraf berkomunikasi eksperimen dan kelompok control.Pada
satu dengan yang lain melalui neurotransmiter kelompok eksperimen dilakukan pengukuran
di sinapsis. Stimulasi terhadap jaringan saraf sebelum diberikan intervensi (pre-test) dan
di perifer akan berlanjut ke sentral melalui dilakukan pengukuran setelah diberikan
medula spinalis batang otak menuju intervensi (post-test).Sedangkan pada
hipotalamus, dan hipofisis. Stimulasi dari kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi
perifer akan disampaikan ke otak hipotalamus namun tetap dilakukan pengukuran pre-test
berefek terhadap sekresi neurotransmiter dan pos-test (Tjokonegoro& Sudarsono,
seperti β-endorfin, norepinefrin dan enkefalin, 2007). Pengukuran skor kecemasan
5-HT yang berperan sebagai inhibisi sensasi menggunakan kuisioner STAI (State Trait
nyeri. Sekresi neurotransmiter ini juga Anxiety Inventory) yang berisi 20 item.
berperan dalam sistem imun sebagai Sampel dalam penelitian ini adalah 30 pasien
imunomodulator serta perbaikan fungsi organ kanker payudara di ruang Anyelir dan
lainnya seperti pada penyakit psikiatrik Cendrawasih RSUD Arifin Achmad
(Saputra& Sugeng, 2012). Pekanbaruyang telah memenuhi kriteria
inklusi. Teknik pengambilan sampel yang
Studi pendahuluan yang dilakukan digunakan yaitu teknik purposive
kepada 8 orang pasien kanker payudara di samplingdan menetapkan 15 responden pada
RSUD Arifin Achmad menunjukkan bahwa masing-masing kelompok.
tingkat kecemasan pasien berbeda-beda.
Wawancara dilakukan pada pasien yang akan HASIL PENELITIAN
direncanakan menjalankan operasi Berdasarkan hasil penelitian yang
pengangkatan (mastektomi), pasien yang telah telah dilakukan pada bulan April 2015 sampai
dilakukan mastektomi, dan pasien yang Juni 2015 dengan melibatkan 30 responden
sedang menjalankan kemoterapi. Hasil yang didapatkan hasil sebagai berikut:
1502
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

dikatakan efektif jika p value <


1. Analisa Univariat 0,05menggunakan uji t dependent.
Tabel 1 Sedangkan untuk membandingkan
Distribusi karakteristik responden hasil pengukuran sesudah intervensi pada
Eksperimen Kontrol Jumlah kelompok eksperimen dan kelompok
Karakteristik (n=15) (n=15) (n=30)
N % n % n % kontrol menggunakan Independent T Test.
Lama Diagnosa
a. < 1 tahun 4 13,3 12 40,0 16 53,3
b. 1-2 tahun 11 36,7 3 10,0 14 46,7
Tabel 2
Status Perbedaan Skor Kecemasan Sebelum dan
perkawinan Sesudah Intervensi pada Kelompok
15 50 15 50 30 100
a. Menikah
Umur Eksperimen dan kelompok kontrol
a. 26-35 tahun 1 3,3 2 6,7 3 10,0 Skor Mean SD p value
b. 36-45 tahun 7 23,3 7 23,3 14 46,7 Kecemasan
c. 46-55 tahun 7 23,3 6 20,0 13 43,3 Kelompok
Pendidikan eksperimen
a. SD 5 16,7 6 20,0 11 36,7 Pre test 43,59 6,54 0,000
b. SMP 2 6,7 1 3,3 3 10,0 Post test 36,59 7,14
c. SMA 7 23,3 7 23,3 14 46,7 Kelompok
d. PT 1 3,3 1 3,3 2 6,7 kontrol
Stadium Kanker Pre test 44,24 6,24 0,334
a. II 9 30,0 7 23,3 16 53,3 Post test 44,17 6,27
b. III 6 20,0 8 26,7 14 46,7
Jenis Pengobatan
a. Mastektomi 11 36,7 6 20,0 17 56,7
Berdasarkan tabel 2diatas, dari
b. Kemoterapi 4 13,3 9 30,0 13 43,3 hasil uji statistik didapatkan mean skor
kecemasan pada kelompok eksperimen
Berdasarkan tabel 1 bahwa mayoritas sesudah diberikan terapi EFT terjadi
respondenpada kelompok eksperimen dan penurunan, dimana hasil pre test adalah
kontrol telah didiagnosa selama kurang 43,59 dengan SD 6,54 menurun saat post
dari 1 tahun sebanyak 16 orang (53,3%). test menjadi 36,59 dengan SD 7,14.
Pada karakteristik status perkawinan, Berdasarkan uji statistik diperoleh p
responden seluruhnya telah menikah yaitu value0,000 (p<α), hasil ini berarti bahwa
sebanyak 30 orang (100%). Pada ada perbedaan yang signifikan antara
umumnya responden berada pada rentang meanskor kecemasan sebelum dan
umur dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu sesudah. Sedangkan mean skor
sebanyak 14 orang (46,7%). Pada kecemasanpada kelompok kontrol pre
karakteristik tingkat pendidikan, responden test adalah 44,24 dengan SD 6,24 dan
sebagian besar berpendidikan SMA yaitu mean skor kecemasanpost test adalah
sebanyak 14 orang (46,7%) dari 30 44,17 dengan SD 6,27. Berdasarkan uji
responden. Pada karakteristik stadium statistik diperoleh p value 0,334 (p>α),
kanker sebagian besar responden berada hasil ini berarti bahwa tidak adanya
pada stadium II yaitu sebanyak 16 orang penurunan yang signifikan antara rata-
(53,3%) dan mayoritas jenis pengobatan rata skor kecemasan sebelum dan sesudah.
responden adalah mastektomi yaitu
sebanyak 17 orang (56,7%). Tabel 3
Perbedaan Rata-Rata Skor
2. Analisa Bivariat KecemasanSesudah Intervensi pada
Analisa bivariat untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok
mengidentifikasi perbedaan skor Kontrol
kecemasan pada kelompok eksperimen p
Variabel Mean SD Mean
dan kelompok kontrol serta melihat Perbedaan value
efektifitas terapi EFTterhadap penurunan Eksperimen 36,59 7,14
skor kecemasan. Hasil penelitian 7,57 0,005
Kontrol 44,17 6,27
1503
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

esteem pasien kanker payudara. Dukungan


dari suami, keluarga dan orang-orang yang
Berdasarkan tabel 3 menggunakan ada disekitar akan membantu pasien dalam
uji statistik independent t test didapatkan meningkatkan kualitas hidup serta membuat
mean skor kecemasanpost test kelompok pasien merasa dicintai, diperhatikan serta
eksperimen adalah 36,59 sedangkan percaya bahwa dirinya dihargai. Dukungan
mean post test pada kelompok kontrol suami yang dapat diandalkan bila penderita
lebih tinggi yaitu 44,17. Hasil uji statistik membutuhkan bantuan, ada yang memberi
diperoleh p value 0,005 (p<α).Hal ini support untuk sembuh, dan memberikan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan dalam menghadapi penyakit yang
skor kecemasan antara kelompok sedang diderita.Dukungan suami juga dapat
eksperimen dan kelompok kontrol diberikan dengan cara memberikan
sesudah diberikan terapi EFT. kesempatan istri untuk berinteraksi dengan
orang-orang yang mengalami hal serupa
PEMBAHASAN dengan istri, sehingga dapat membentuk
Hasil penelitian yang telah dilakukan keyakinan istri bahwa tidak hanya ia yang
pada pasien kanker payudara didapatkan mengalami penyakit kanker payudara dan
bahwa sebagian besar pasien kanker payudara membuat istri lebih percaya bahwa dirinya
terdiagnosa kurang dari 1 tahun sebanyak 16 dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.
orang (53,3%). Hal ini selaras dengan Mayoritas penderita kanker payudara
Sharpley dan Christie (2007) yang berdasarkan umur berada pada kategori
mengatakan bahwa pasien yang didiagnosa dewasa akhir yaitu 36-45 tahun (46,7%). Hal
kanker akan mengalami reaksi penolakan saat ini didukung oleh penelitian Hartati (2008),
pertama mengetahui diagnosisnya. Keadaan yang menyebutkan bahwa mayoritas pasien
tersebut sangat sulit bagi pasien untuk dapat kanker payudara berusia 34-42 tahun (39,4%),
menerima dirinya sebagai orang yang sakit. namun berbeda dengan penelitian Ul’ulumi
Pasien merasakan kesedihan yang terus- (2010) yang menyebutkan bahwa mayoritas
menerus, murung, menderita sampai timbul pasien kanker payudara berusia 50 tahun.
ide atau perilaku pesimistis. Kanker payudara biasanya lebih banyak
Reaksi kecemasan pada seseorang menyerang perempuan dewasa yang berusia
penderita kanker payudara sering muncul sekitar 35-50 tahun, atau berada pada usia pra
tidak saja sewaktu penderita diberitahu menopause. Kejadian kanker payudara akan
mengenai penyakitnya, tetapi juga setelah meningkat cepat pada usia reproduktif,
menjalani operasi.Kecemasan tersebut setelah itu meningkat dengan kecepatan yang
biasanya menyangkut finansial, kekhawatiran lebih rendah (Indrati, 2005).
tidak diterima dilingkungan keluarga atau Usia merupakan salah satu faktor
masyarakat. Pada kasus-kasus penderita resiko penyakit kanker payudara. Resiko
kanker payudara yang akan menjalani operasi terjadinya kanker payudara bertambah
pengangkatan payudara (mastektomi) sebanding dengan pertambahan usia.
menunjukkan ekspresi yang mencerminkan Hubungan ini diduga karena pengaruh
cemas dan depresi, sikap negativistic paparan hormonal (estrogen) yang lama
(penolakan) dan menyebabkan banyak kasus- (Bugis, 2007).Kecenderungan semakin cepat
kasus yang seharusnya mempunyai prognosis wanita menderita kanker payudara disebabkan
baik, menjadi sebaliknya (Hawari, 2004). oleh gaya hidup dan perilaku manusia yang
Responden umumnya menikah yaitu banyak mengkonsumsi alkohol, rokok, dan
sebanyak 30 orang (100%). Hal ini didukung makanan tinggi lemak yang menyebabkan
oleh penelitian Sudrajat (2012) yang produksi hormon estrogen akan meningkat,
menunjukkan adanya hubungan yang cukup serta faktor lingkungan yang menyebabkan
erat antara dukungan sosial suami dengan self zat karsinogenik seperti pestisida dan cairan
1504
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

pembersih mempunyai resiko yang tinggi menyebutkan bahwa jumlah terbanyak ada
untuk terjadinya kanker payudara. Pemberian pada stadium II yaitu 50 %, sedangkan
obat hormonal perlu juga diwaspadai seperti stadium III sebesar 42,4%.
pil dan suntik KB tidak dianjurkan digunakan Stadium kanker biasanya mulai
lebih dari 5 tahun dan wanita yang berusia diketahui pada stadium II, karena pada tahap
lebih dari 35 tahun harus berhati-hati ini benjolan berubah menjadi lebih besar.
menggunakannya (Tjhahjadi, 2003). Teori Ukurannya antara 2 hingga 5 cm, serta tingkat
lain juga mengatakan bahwa Usia 30-50 tahun penyebarannya pun sudah sampai aksila
insiden kanker payudara meningkat tajam (Yonas, 2014). Salah satu cara yang efektif
(Price & Wilson, 2005). dan efisien dalam upaya pencegahan atau
Secara umum pendidikan terakhir deteksi dini adanya kanker payudara adalah
pasien kanker payudara yang paling banyak dengan SADARI secara rutin. SADARI
yaitu SMA sebanyak 14 orang (46,7%). Hasil merupakan skrining dan deteksi kanker
ini berbeda dengan penelitian Hartati yang payudara yang sangat efisien.Pemeriksaan
mayoritas pasien kanker payudara yang dilakukan sangat sederhana, ekonomis,
berpendidikan SD. Pendidikan mempunyai tidak menyebabkan sakit dan cepat (Sutjipto,
peranan dalam menentukan pengetahuan 2003 dalam Nurhidayati, 2010). Diagnosis
seseorang. Dalam hal ini adalah kanker awal SADARI dan pengobatan yang tepat
payudara, baik mengenai faktor resiko yang sangat memungkinkan penyembuhan kanker
dapat memicu, upaya apa saja yang dapat secara total (Dixon dan Leonart, 2002 dalam
dilakukan untuk mencegahnya maupun cara Nurhidayati, 2010).
deteksi dini kanker payudara. Pendidikan Responden paling banyak telah
pada umumnya berguna untuk merubah pola menjalani pengobatan mastektomi yang
pikir, pola bertingkah laku dan pola berjumlah 17 orang (56,7%). Operasi
pengambilan keputusan.Penderita yang dilakukan dengan mengambil sebagian atau
paham terhadap tujuan pengobatan yang seluruh payudara yang bertujuan untuk
diberikan setiap hari adalah untuk membuang sel-sel kanker di dalam
mempercepat kesembuhan penyakit penderita payudara.Semakin dini ditemukan,
itu sendiri (Soenardi, 2006). kemungkinan sembuh dengan operasi
Tingkat pendidikan mempengaruhi semakin besar.Kemoterapi adalah pengobatan
perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, dengan menggunakan obat anti kanker
khususnya pengetahuan di bidang (sitostika) untuk merusak sel-sel
kesehatan.Semakin tinggi pendidikan kanker.Pengobatan kanker payudara memiliki
seseorang semakin mudah pula menerima berbagai macam dampak bagi
informasi, dalam hal ini terkait dengan terapi penderitanya.Pengobatan tersebut harus
EFT. Pasien kanker payudara yang tingkat dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
pendidikannya SMA lebih mudah memahami lama yang dapat berdampak terhadap fisik
terapi EFT dibandingkan dengan pasien yang maupun psikologis. Pengobatan kanker
tingkat pendidikannya lebih rendah. payudara secara umum dilakukan dengan cara
Notoatmodjo, 2010 mengatakan bahwa operasi, radioterapi dan kemoterapi. Penderita
tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi kanker payudara yang melakukan
kemampuan seseorang dalam menerima pengangkatan payudara dengan cara operasi
informasi dan mengolahnya sebelum menjadi (mastectomy) mengalami dampak fisik seperti
perilaku yang baik maupun buruk sehingga gangguan fungsional, dan kecacatan pada
berdampak terhadap status dada yang menjadi rata (Sari, 2012). Selain
kesehatannya.mayoritas responden berada itu, efek samping lainnya adalah tubuh
pada stadium II yaitu sebanyak 16 orang menjadi lemah, nafsu makan berkurang,
(53,3%). Hal ini selaras dengan hasil warna kulit disekitar payudara menjadi hitam,
penelitian Setyaningsih (2011) yang mual, muntah, dan rambut rontok karena
1505
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

pengaruh obat-obatan (Putri, 2009). Tekanan mengkombinasikan kalimat sugesti tersebut


psikologi yang terjadi pada penderita kanker dengan mengetuk ringan (tapping) titk-titik
payudara akan membuat kondisi penderita meridian tubuh.Titik meridian tubuh adalah
semakin parah, oleh karena itu sangat jalur aliran energi ke seluruh tubuh. Jika
dibutuhkan adanya dukungan sosial untuk aliran energi ini terhambat atau kacau maka
membantu kesembuhan dan mengurangi timbulah gangguan emosi atau penyakit fisik
tekanan psikologis seperti kesedihan, rasa (Hainsworth, 2008).
putus asa serta perasaan down.Hasil EFT dikatakan sebagai akupuntur
pengobatan yang belum maksimal juga tanpa jarum karena di dalam EFT jarum
menjadi stimulus yang dapat mempengaruhi diganti dengan tapping. Titik pada EFT
timbulnya ketidakberdayaan dan kecemasan merupakan titik meridian yang sama seperti
(Wijayanti, 2007). pada akupuntur namun lebih sederhana.
Berdasarkan penelitian uji statistik Reaksi penusukan terjadi akibat respon
dengan menggunakan uji t dependent melalui jaringan saraf sensorik sampai
diperoleh hasil terdapat pengaruh yang sangat melibatkan saraf sentral.Jaringan saraf
signifikan antara antara rata-rata skor berkomunikasi satu dengan yang lain melalui
kecemasan sebelum dan setelah diberikan neurotransmiter di sinapsis. Stimulasi
terapi EFT dengan p value (0,000). terhadap jaringan saraf di perifer akan
Hartati (2008) menyatakan bahwa berlanjut ke sentral melalui medula spinalis
mayoritas kecemasan yang dialami oleh batang otak menuju hipotalamus, dan
pasien kanker payudara berada pada tingkat hipofisis sehingga menghasilkan efek
kecemasan sedang. Hal ini biasanya terkait terhadap sekresi neurotransmiter seperti β-
masalah finansial, kekhawatiran tidak endorfin, norepinefrin dan enkefalin, 5-HT
diterima dilingkungan keluarga atau (serotonin) yang berperan sebagai inhibisi
masyarakat. Faktor lain yang dapat sensasi nyeri. Sekresi neurotransmiter ini juga
menimbulkan stres dan cemas adalah berperan dalam sistem imun sebagai
lingkungan yang asing, kehilangan imunomodulator serta perbaikan fungsi organ
kemandirian sehingga mengalami lainnya seperti pada penyakit
kecenderungan dan memerlukan bantuan psikiatrik.Tindakan akupunktur juga
orang lain, berpisah dengan pasangan dan melibatkan sebagian dari susunan saraf pusat
keluarga, kurang informasi, ancaman akan termasuk sensasi dan fungsi otonom yang
penyakit yang lebih parah serta masalah berhubungan dengan tekanan serta sirkulasi
pengobatan (Tarwoto & Wartonah, 2003). darah dan regulasi suhu tubuh. Seperti
Salah satu tindakan yang dapat disebutkan bahwa terapi akupunktur akan
dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada meningkatkan sekresi 5-HT dan enkefalin di
pasien kanker payudara adalah terapi EFT. susunan saraf pusat dan plasma darah. Hal
Pendapat ini didukung oleh Fone, 2008 yang inilah yang berperan terhadap terapi gangguan
mengemukakan bahwa terapi EFT dapat mood, ansietas dan depresi (Purba, 2012).
menenangkan otak.Setelah dilakukan terapi
EFT didapatkan beberapa orang responden PENUTUP
mengatakan merasa lebih tenang danlebih Kesimpulan
ikhlas.Terapi EFT menggunakan kalimat Setelah dilakukan penelitian tentang
sugesti yang mendorong pasien untuk efektifitas terapi EFTterhadap penurunan skor
mengubah pola pikir menjadi positif.Kalimat kecemasan pada pasien kanker payudara
sugesti yang diucapkan sesuai dengan keluhan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
yang dirasakan oleh masing-masing mayoritas respondenpada kelompok
responden yang menjadi beban pikiran selama eksperimen dan kontrol telah di diagnosa
ini khususnya keluhan karena penyakit kanker selama kurang dari 1 tahun sebanyak 16 orang
payudara yang sedang diderita.Proses EFT (53,3%). Pada karakteristik status perkawinan,
1506
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

responden seluruhnya telah menikah yaitu


sebanyak 30 orang (100%). Pada umumnya b. Bagi Pihak Rumah Sakit
responden berada pada rentang umur dewasa Hasil penelitian diharapkan
akhir (36-45 tahun) yaitu sebanyak 14 orang memberikan kontribusi dan masukan bagi
(46,7%). Pada karakteristik tingkat Puskesmas untuk dapat menggunakan
pendidikan, responden sebagian besar hasil penelitian ini sebagai salah satu
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 14 orang terapi alternatif dalam mengatasi
(46,7%) dari 30 responden. Pada karakteristik kecemasan pasien kanker payudara.
stadium kanker sebagian besar responden
berada pada stadium II yaitu sebanyak 16 c. Bagi Masyarakat
orang (53,3%) dan mayoritas jenis Masyarakat terutama responden
pengobatan responden adalah mastektomi sebaiknya menggunakan terapi ini
yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). sebagai terapi non farmakologis untuk
Hasil pengukuran diperoleh mean pre menurunkan skor kecemasan secara
test pada kelompok eksperimen adalah 43,59 efisien dan efektif, sehingga masalah
setelah diberikan perlakuan terapi EFT selama kecemasan dapat diatasi lebih awal.
3 hari mengalami penurunan saat post test
menjadi 36,59. Sedangkan mean pre test pada d. Bagi Penelitian Selanjutnya
kelompok kontrol adalah 44,24 menjadi 44,17. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
dengan menggunakan uji Dependent T Test sebagai evidence based dantambahan
diperoleh p value 0,000 (p<0,05). Hal ini informasi untuk mengembangkan
berrati terdapat perbedaan yang signifikan penelitian lebih lanjut tentang manfaat
antara mean skor kecemasan sebelum dan lain dari terapi EFT terhadap kesehatan,
sesudah diberikan terapi EFT. serta perlu dilakukan penelitian lebih
Pada kelompok kontrol didapatkan lanjut dengan menambahkan metode
tidak adanya penurunan skor kecemasan kualitatif supaya dapat terlihat jelas
dengan p value 0,334 (p>0,05). Peneliti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
kemudian membandingkan hasil post test kecemasan dan penurunan kecemasan
antara kelompok eksperimen dan kelompok pasien selama perlakuan terapi.
kontrol dengan menggunakan uji Independent
T Test diperoleh hasil nilai pvalue 0,005 UCAPAN TERIMAKASIH
(p<0,05). Hasil ini membuktikan terdapat Terimakasih kepada Universitas Riau melalui
perbedaan antara mean post test antara skor Lembaga Penelitian Universitas Riau serta
kecemasan kelompok eksperimen dan Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
kelompok kontrol.Jadi, dapat disimpulkan memberikan kesempatan untuk dapat
bahwa pemberian terapi EFT efektif dalam mempublikasikan skripsi ini.
menurunkan skor kecemasan pasien kanker
payudara dengan p value< α. 1
Santi Fitria Ningsih: Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
Saran
Indonesia
a. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan 2
Ns. Darwin Karim, S.Kep, M.Biomed:
Terapi EFTdapat memberikan
Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan
informasi bagi pendidikan keperawatan
Medikal Bedah Program Studi Ilmu
dan dijadikan sebagai bahan
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
pembelajaran dan bahan praktek 3
Ns. Febriana Sabrian, MPH: Dosen
laboratorium serta menjadi salah satu
Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas
terapi alternatif atau komplementer dalam
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
penatalaksanaan pasien kanker payudara.
1507
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Riau, Indonesia proses penyakit Volume 1 edisi 6.


Jakarta: EGC.
Purba, J. S. (2012). Mekanisme kerja
DAFTAR PUSTAKA akupuntur dan aplikasi klinis
departemen neurologi FK UI/RSCM.
Bugis, A. (2007). Hubungan faktor risiko Diperoleh pada tanggal 16 Juni 2015
menyusui dengan kejadian kenker Diakses dari
payudara pada pasien yang dirawat www.alkautsarmedika.blogspot.com
inap di RS.Kariadi. Skripsi.
Universitas Diponegoro, Semarang. Putri, N. (2009). Deteksi Dini Kanker
Diperoleh pada tanggal 20 Desember Payudara. Yogyakarta: Aura Media.
2014 dari
eprints.undip.ac.id%2F22321%2F1%2 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013).
FAshar_Bugis.pdf http://www.depkes.go.id/article/view/2
Hartati, A. S. (2008). Konsep diri dan 01407070001/hilangkan-mitos-
kecemasan wanita penderita kanker tentang-kanker.html
payudara di poli bedah onkologi
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Saputra, A., & Sugeng, J. (2012). Buku terapi
Malik Medan.Skripsi. Fakultas EFT (emotional freedom technique).
Kedokteran Universitas Sumatera Yogyakarta: NQ Publishing.
Utara, Medan. Diperoleh tanggal 5 Sari, M. F. (2012). Dinamika emosi wanita
Januari 2015 dari penderita kanker payudara. Skripsi.
repository.usu.ac.id/bitstream/.../1/09 Universitas Soegijapranata, Semarang.
E01097.pdf Diperoleh tanggal 13 Desember 2014
Hawari, D. (2004). Kanker payudara dimensi dari
religi. Jakarta: FKUI. http://eprints.unika.ac.id/view/subjects
/616.html
Indrati .R, Henry S. S, &Djoko H. Sharpley, C. F & D. R. H. Cristie. (2007).
(2005).Faktor-faktor resiko yang Current and retrospective self-reports of
berpengaruh terhadap kejadian anxiety and depression in Australian
kanker payudara woman with Breast Cancer. Journal of
wanita.Tesis.Universitas Diponegoro Psycho-oncolog. Diperoleh tanggal 18
Semarang. Diperoleh pada tanggal 17 Juni 2015 dari
Juni 2015 dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/pon.1
http://eprints.indip.ac.id/5248 25/abstact
Soenardi, S. S. (2006). Wanita tidak menikah
Nurhidayati, D. (2010). Hubungan tingkat lebih beresiko. Diperoleh tanggal 18
pengetahuan tentang kanker payudara Juni 2015 dari
dengan minat melakukan pemeriksaan http://www.kaltimpost.web.id/berita/ind
payudara sendiri pada siswi kelas XI ex.asp
di man Gandekan Bantul. Sekolah Tjahjadi, V. (2003). Kanker payudara. Dikutip
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah tanggal 16 Juli 2015 dari
Yogyakarta. http://bima.ipb.ac.id/-
anita/kanker_payudara
Price, S. A., & Lorraine, M. W. (2005). Ulumi, M. N. (2013). Pengaruh terapi EFT
Patofisiologi konsep klinis proses- terhadap tingkat kecemasan pasien
kanker payudara di RSUD Prof DR
Margono Soekarjo Purwokerto.Skripsi.
1508
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto. Diperoleh tanggal 19 Juni .
2015 dari http://jos.unsoed.ac.id

1509

Anda mungkin juga menyukai