Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KELAS KATA
Dosen Pembimbing : Eva Purwanti. M.P.d

DiSusun Oleh:

Kelompok 6
1. Asmadi ( A )
2. Supardi
3. Sukarsih

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES RI PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN
SINGKAWANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kelas kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelas atau
golongan (kategori) kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya. Untuk
menysusun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis
dan fungsi kata. Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa
yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan
maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai
pada tataran kalimat adalah kata dan frasa atau kelompok kata. Kedua bentuk itu,
kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali
jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat dengan
baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat
adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subyek dan predikat dan
intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Penetapan struktur minimal subyek dan predikat dalam hal ini menunjukkan
bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak
mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah
kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap
maksud penuturannya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah yang dapat dibuat ialah
sebagai berikut :
1) Apakah yang dimaksud kelas kata, Frasa, dan Kalimat?
2) Apakah fungsi dan jenis kelas kata, frasa dan kalimat?
3) Bagaimanakah ciri – ciri kelas kata, frasa dan kalimat?
3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara umum tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui Pengertian kelas kata, Frase dan kalimat.
2) Untuk mengetahui fungsi dan jenis kelas kata, frasa dan kalimat.
3) Untuk mengetahui ciri – ciri kelas kata, frasa dan kalimat.

4. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode kepustakaan. Metode
kepustakaan itu sendiri adalah metode yang digunakan dengan mengumpulkan
berbagai sumber referensi baik dari internet maupun dari berbagai buku yang
berhubungan dengan materi dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. KELAS KATA
1.1.Pengertian Kelas Kata
Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis
yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori
morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang
memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori
morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis
adalah pembentukan kata secara sinkronis.. Sehingga secara singkat kelas kata
dapat diartikan sebagai golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk,
fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik
dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi Kelas kata.

1.2.Fungsi Kelas Kata


Fungsi kelas kata adalah sebagai berikut :
1) Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.
2) Membentuk bermacam – macam struktur kalimat,
3) Memperjeleas makna gagasan kalimat.
4) Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
5) Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati oleh orang lain,
6) Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain : berita, perintah,
penjelasan, argumentasi, pidato – pidato dan diskusi,
7) Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya : setuju, menolak, dan menerima.
1.3.Kelas Kata Bahasa Indonesia
Kelas kata bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi :

1) Verba.
Berdasrkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi :
a) Verba dasar (tanpa afiks), misalnya : makan, pergi, minum, duduk, dan tidur.
b) Verba Turunan terdiri dari :
 Verba dasar + afiks (wajib), misalnya : menduduki, mempelajari, menyanyi.
 Verba dasar + afiks (tidak wajib), misalnya : (mem)baca, (men)dengar,
(men)cuci.
 Verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib), misalnya : bertemu, bersua,
mengungsi. Reduplikasi atau bentuk ulang, misalnya : berjalan-jalan,
minum-minum, mengais-ngais.
 Majemuk, misalnya cuci mata, naik haji, belai kasih.

2) . Adjektiva.
Adejktiva ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak, dan
paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi :
1. Adjektiva dasar, misalnya : baik, adil, dan boros.
2. Adjektiva turunan, misalnya ; alami, baik-baik dan sungguh-sungguh
3. Adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam yaitu :
 Subordinatif, jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya : Panjang
tangan, buta warna, murah hati.
 Koordinatif, setiap kata tidak saling menerangkan, misalnya : gemuk sehat,
cantik jelita, dan aman sentosa.
3) . Nomina.
Nomina adalah ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak,
tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan.
Contohnya : tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat dibedakan
sebagai berikut :

 Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan atas :


1. Nomina dasar, misalnya : rumah, orang, burung, dan sebagainya
2. Nomina turunan :
Ke- : Kekasih, kehendak
Per- : Pertanda, Persegi
Pe- : Petinju, petani
Peng- : Pengawas, pengacara
-an :Tulisan, bacaan
Peng-an : Penganiayaan, pengawasan
Per-an : Persatuan, perdamaian
Ke-an : Kemerdekaan, kesatuan

 Berdasarkan subkategori
1. Nomina bernyawa (contoh : kerbau, sapi, manusia) dan tidak bernyawa (contoh
: bunga, rumah, sekolah).
2. Nomina terbilang (contoh : lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda) dan tak
terbilang (contoh : air laut, awan).

4). Promina.
Promina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk
mengganti nomina. Ada 3 macam Promina, yaitu :
 Promina persona adalah promina yang mengacu kepada orang.
 Promina petunjuk, Promina penunjuk ada dua yaitu:
 Promina petunjuk umum , contohnya : ini, itu.
 Promina petunjuk tempat, contohnya : sini, sana, situ.
 Promina penanya, adalah promina yang digunakan sebagai pemarkah (Penanda)
pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis yaitu :
 Orang siapa.
 Barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa.
 Pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana
dan bilamana.

5) .Numeralia.
Numeralia dapat diklasifikasikan berdasarkan Subkategori :
a. Numeralia takrif (tertentu) terbagi atas :
 Numeralia pokok ditandai dengan jawaban Berapa, sehingga menghasilkan
jawaban satu, dua, tiga dan seterusnya.
 Numeralia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke berapa.
 Numeralia Kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya : lusin, kodi,
meter.
b. Numeralia tak takrif (tak tentu), misalnya : beberapa, berbagai,
segenap.

6) . Adverbia.
Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbia dapat didampingi adjektiva,
numeralia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbia terbagi atas :
1. Bentuk tunggal (monomofermis), contohnya : sangat, hanya, lebih, segera,
agak, dan akan. Contoh kalimatnya :
 Orang itu sangat bijaksana.
 Ia hanya membaca satu buku, bukan dua.
2. Bentuk jamak (polimofermis), contohnya : belum tentu, benar-benar, jangan-
jangan, kerap kali, lebih-lebih, mau tidak mau, mula-mula.
Contoh kalimatnya :
 Mereka belum tentu pergi hari ini.
 Mereka benar-benar mendatangai perpustakaan kampus.

7) . Interogavita.
Interogavita berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak diketahui oleh
pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya. Contoh : apa,
siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan. Contoh kalimatnya :
 Berapa uang yang kau perlukan?
 Yang mana rumah orang itu?

8) . Demonstrativa.
Demonstrativa berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar
wacana. Sesuatu tersebut disebut anteseden. Contoh : ini, itu, di sini, di situ,
berikut, dan begitu.
Contoh kalimatnya:
 Di sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
 Bukti ini merupakan indikator bahwa orang itu berniat baik.

9) . Artikula.
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh : si, sang,
sri, para, kaum, dan umat.
Contoh kalimatnya :
 Si Kecil itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
 Sang penyelamat akan datang saat kita perlukan.

10) . Preposisi
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbuntuk frasa
atau kelompok kata. Preposisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain.
Contoh : Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakkan hukum dan keadilan
2. Preposisi turunan : di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
Contoh : Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang
sudah menjadi juara selama dua tahun.
11). Konjungsi.
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat
yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
1. Konjungsi intrakalimat, contohnya : agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga,
serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
Contoh kalimatnya:
 Ia belajar hingga larut malam.
 Mereka bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan cita-citanya.
2. Konjungsi ekstrakalimat, contohnya : jadi, di samping itu, oleh karena itu, oleh
sebab itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dan
sebagainya.
Contoh kalimatnya :
 Pengusaha itu karya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh
tetangga di sekitar rumahnya.
 Kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara maju. Oleh sebab itu, kita
harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan ini.

12) . Fatis.
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan. Jenis kata ini lazim digunakan dalam bidang dialog atau wawancara.
Misalnya : ah, ayo, kok, mari, nah, dan yah.
Contoh kalimatnya :
 Kita memiliki kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas kita
menjadi produk baru selera dunia.
 Nah, seruan itulah yang aku tunggu-tunggu.
13). Interjeksi.

Interjeksi berfungsi untuk mengungkapkan perasaan, terdiri atas dua jenis :


1. Bentuk dasar : aduh, eh, idih,ih, wah, dan sebagainya.
Contoh kalimatnya :
 Aduh, mengapa Anda harus menghadapi masalah seberat itu.
 Wah, saya merasa amat tersanjung dengan sambutan ini.
2. Bentuk turunan : astaga, dan sebagainya.
 Astaga, gedung itu dibom oleh teroris.
2. FRASA
2.1. Pengertian Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif,
misalnya : bayi sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan
perwakilan rakyat. Klausa adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat, misalnya : mereka
bicara, dosen mengajar, mereka bertanya, dan mereka tidak puas.

2.2. Jenis – jenis Frasa


Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu :
1. Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas 3
macam, yaitu :
a) . Frasa verbal modifikatif (pewatas) ; terdiri atas :
 Pewatas belakang misalnya : Ia bekerja keras sepanjang hari, Orang itu
berjalan cepat setiap pagi.
 Pewatas depan, misalnya : Mereka dapat mengajukan kredit di BRI, Mereka
akan mendengarkan lagu kebangsaan.
b) . Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata
penghubung dan atau atau. Contohnya :
 Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
 Kita pergi atau menunggu ayah.
c) . Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan, misalnya :
 Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini menjadi terminal modern.
 Usaha pak ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
2. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau
keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan, seperti : agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa
adjektival dibedakan atas 3 jenis, yaitu :
a) Frasa adjektival modifikasi (membatasi), misalnya : cantik sekali, indah nian,
hebat benar.
b) Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), misalnya : tegap kekar, aman
tentram, makmur dan sejahtera, aman sentausa.
c) Frasa adjektival apositif (memberikan keterangan tambahan, misalnya : Bima
toko ksatria, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang lemah.

3. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda ke kiri dan kekanan; ke kiri menggolongkan, misalnya : dua
buah buku, seorang teman, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti)
berfungsi membatasi, misalnya : buku dua buah, teman seorang, telur beberapa
butir. Frasa nominal dibedakan atas 3 macam, yaitu :
a) Frasa nominal modikatif (mewarisi), misalnya : rumah mungil, hari minggu,
buku dua buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
b) Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya : hak dan
kewajiban, sandang pangan, dunia akhirat.
c) Frasa nominal apositif, misalnya : Burung cendrawasih, burung langka dari
Irian itu, sudah hampir punah.

4. Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.
Frasa ini bersifat modikatif (mewatasi).
5. Frasa Pronominal
Frasa Pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri
atas 3 jenis, yaitu :
 Frasa Pronominal Modikatif
 Frasa Nominal Koordinatif
 Frasa Nominal Apositif.

6. Frasa Numeralia
Frasa Numerali adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa
jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu :
 Modifikasi
 Koordinasi

7. Frasa interogative koordinatif


Frasa interogative koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
Misalnya :
 Siapa yang memberikan tugas ini?
Jawaban siapa merupakan ciri subkjek kalimat
 Mengapa kamu datang terlambat?
Jawaban mengapa merupakan penanda predikat.

8. Frasa Demonstrative Koordinatif


Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh :
 Saya bekerja di sana atau sini sama saja.
 Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.

9. Frasa Proposisional Koordinatif


Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling merengkan. Contoh :
 Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
 Koperasi dibentuk dari, oleh dan untuk anggota.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kelas kata (Jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal.
2. Fungsi kelas kata yaitu :
 Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.
 Membentuk bermacam – macam struktur kalimat.
 Memperjelas makna gagasan kalimat.
 Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
 Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati oleh orang lain,
 Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain : berita, perintah,
penjelasan, argumentasi, pidato – pidato dan diskusi.
 Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya : setuju, menolak, dan menerima.

3. Jenis – jenis kelas kata terdiri dari :


 Verba.
 Adjektiva.
 Nomina.
 Promina.
 Numeralia.
 Adverbia.
 Interogavita.
 Demonstrativa.
 Artikula
 Preposisi.
 Konjungsi.
 Fatis.
 Interjeksi

4. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya :
bayi sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan
rakyat.

5. Frasa dapat dibedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu :


 Frasa verbal
 Frasa adjectival.
 Frasa nominal.
 Frasa adverbial.
 Frasa pronominal.
 Frasa numeralia.
 Frasa interogative koordinatif.
 Frasa Demonstrative koordinatif.
 Frasa proposisional koordinatif.

B. Kritik dan Saran


Melauli makalah ini para mahasiswa diharapkan mampu memahami apa yang
dimaksud dengan kelas kata, frasa, kalimat dan juga memahami jenis-jenis kelas
kata, frasa,dan kalimat itu sendiri. Jika dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, kami mengharapkan ktirik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai