Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

“ Sistem Informasi di IGD ”

OLEH :

KELOMPOK 4
ALHAFIZAH WINOF PUTRI 1611313005

ASTI WIDYA UTAMI 1611312011

KHARUNNISA 1611311006

RAMAYA DESFITRI 1611311016

YOGA GUSTIVA 1611311019

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Sistem Informasi di IGD” selesai
disusun. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok 4 dalam
bidang studi Sistem Informasi Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata.
Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan
dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih.
Dalam penyusunan makalh ini, tim penulis menyadari pengetahuan dan
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tim penulis sangat mengharapkan
maaf jika ada kesalahan dalam makalah ini.

Akhir kata tim penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoi tujuan makalah ini. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ iii

1.2 Tujuan Pembahasan ................................................................................ iii

BAB II ISI

2.1 Pengertian IGD ................................................................................... 3


2.1.1 Pasien tidak rawat inap ......................................................................... 4
2.1.2 Pasien rawat inap .................................................................................. 4
2.2 Tujuan pelayanan IGD................................................. ..................................... 5
2.3 Fasilitas pelayanan IGD ................................. ................................................. 6
2.4 Penatalaksaan pasien ............................................... ......................................... 7
2.5 Sumber daya manusia dalam IGD ................................................................. 12
2.6 Alur pelayanan IGD .......................................................................................... 13

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15

3.2 Saran .......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan


perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. (Depkes, 2007). Rumah
sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan padat modal.
Rumah Sakit dapat melaksanakan fungsi dengan baik, maka di rumah sakit harus memiliki
sumber daya manusia, sarana dan prasarana perlatan yang memadai serta dikelola secara
profesional (Depkes RI, 2004).
Menurut Sistem Kesehatan Nasional, fungsi utama rumah sakit adalah menyediakan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien.
Pelayanan rumah sakit mencakup pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.
Pelayanan kesehatan itu sendiri meliputi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
rehabilitasi medik, dan pelayanan asuhan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Gawat Darurat adalah
keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa
dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Menurut Ritonga &
Hasanbasri (2007), sebuah rumah sakit dalam pelayanan kesehatannya baik itu dalam
instalasi rawat inap maupun instalasi rawat jalan, sangat didukung oleh keberadaan sebuah
unit instalasi gawat darurat (IGD) yang berfungsi sebagai front gate masuknya pasien ke
dalam rumah sakit. Sebagai unit gawat darurat, proses pelayanan pada unit IGD harus
dilakukan dengan cepat dan tepat. Dalam mewujudkan pelayanan yang cepat dan tepat
tersebut, maka petugas IGD juga diharapkan dapat melakukan penanganan pasien dengan
cepat dan tepat pula.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu IGD?


2. Apa tujuan dari IGD?
3. Apa saja fasilitas dari IGD?
4. Bagaimana penatalaksanaan pasien IGD
5. Apa sdm IGD?
6. Bagaimana prosedur pelayanan di IGD?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu IGD


2. Mengetahui tujuan dari IGD
3. Mengetahui fasilitas dari IGD
4. Mengetahui penatalaksanaa pasien IGD
5. Mengetahui sdm IGD
6. Mengetahui prosedur pelayanan di IGD
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IGD

Keadaan Gawat Darurat menyangkut baik aspek medis maupun non medis
dalam keadaan gawat dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan di mana
saja yang harus segera mendapatkan tindakan medis dan keperawatan yang
profesional.
IGD adalah Instalasi Gawat Darurat buka 24 jam, merupakan salah satu unit
terdepan dari bagian pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pada pasien
gawat darurat/emergency dan false emergency bekerja sama dengan unit terkait
lainnya.

Pelayanan Gawat Darurat ( emergency Care ) adalah bagian dari pelayanan


kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera ( immediately )
untuk menyelamatkan kehidupannya ( life saving )

Di IGD dapat ditemukan dokter dari berbagai spesialisasi bersama


sejumlah perawat dan juga asisten dokter. Saat tiba di IGD, pasien biasanya menjalani
pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan
keparahan penyakitnya. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering
mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak
begitu parah. Setelah penaksiran dan penanganan awal, pasien bisa dirujuk ke RS,
distabilkan dan dipindahkan ke RS lain karena berbagai alasan, atau dikeluarkan.
Kebanyakan IGD buka 24 jam, meski pada malam hari jumlah staf yang ada di sana
akan lebih sedikit.

Untuk perawatan di IGD, pasien dapat dirawat dengan rawat inap ataupun
tidak, hal ini ditentukan seberapa parah sakit yang diderita pasien. Ketika pasien
datang, pasien langsung dibawa keruang IGD untuk diperiksa, dalam pemeriksaan ini
ditentukan apakah pasien harus rawat inap atau tidak
A. Pasien Tidak Rawat Inap

Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai, jika tidak ada pendamping


pasien, pihak rumah sakit segera menelpon keluarga pasien untuk datang serta
melakukan proses selanjutnya, yaitu dia harus segera mendaftar direceptionist (khusus
IGD), biasanya proses disini tidak ramai sehingga tidak perlu antri. Disini kita
mendapat slip pembayaran untuk membayar biaya periksa dan biaya obat. Setelah itu
kita harus membayar di loket pembayaran. Di loket pembayaran biasanya antri,
karena segala proses pembayaran dari semua bidang, tidak hanya IGD dibayar disini.
Kemudian kembali lagi ke receptionist untuk menebus resep dengan menunjukkan
slip pembayaran yang sudah di sahkan di loket pembayaransebagai bukti bahwa kita
sudah membayar dengan lunas. Setelah mendapat resep, lalu tinggal mengambil obat
di apotek. Proses disini juga antri, karena tidak hanya IGD yang mengambil obat
disini, tapi semua bagian. Setelah mendapat obat, jemput pasien di IGD dan pasien
bisa pulang.

B. Pasien Rawat Inap

Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai dan pasien harus rawat inap,
pendamping pasien harus mendaftar terlebih dahulu di administrasi (berbeda tempat
dengan yang tidak rawat inap) untuk mendaftar dan mencari ruangan. Ketika
mendaftar dan mencari ruangan biasanya klien antri terlebih dahulu karena adanya
pasien dari bidang yang lain yang juga akan mendaftar. Setelah mendaftar dan
mendapat ruangan, pasien IGD tadi segera dibawa ke ruangan tersebut untuk rawat
inap dan dirawat selama beberapa hari tergantung dari sakitnya. Setelah pasien
sembuh atau masa rawat inap sudah selesai, pendamping beserta pasien segera
menuju administrasi lagi untuk mengambil slip pembayaran biaya rawat inap (sudah
termasuk obat yang diberi selama rawat inap). Proses disini antri. Setelah itu
membayar di loket bank dengan membawa slip pembayaran tadi. Proses disini juga
antri.Setelah selesai membayar, pendamping beserta pasien bisa pulang ke rumah (
pasien tidak perlu menebus resep obat, karena obat sudah diberikan ketika masa rawat
inap
2.2 Tujuan Pelayanan IGD

Tujuan dari pelayanan IGD ialah tercapainya pelayanan kesehatan yang


optimal pada pasien dengan cepat, tepat, ramah serta terpadu (CTRT) dalam
penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan
dan kematian (to save life and limb). Pelayanan pada Unit Gawat Darurat untuk
pasien yang datang akan langsung dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritasnya. Bagi pasien yang tergolong emergency (akut) akan langsung dilakukan
tindakan menyelamatkan jiwa pasien (life saving). Bagi pasien yang tergolong tidak
akut dan gawat akan dilakukan pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan kasus
masalahnya yang setelah itu akan dipulangkan kerumah.

Apa yang dapat dilayani :

 Mampu menangani pasien gawat darurat, tidak darurat, darurat tidak


gawat, dan pasien tidak gawat, tidak darurat oleh karena penyakit
tertentu
 Semua kecelakaan (accident) yang menimbulkan cedera fisik, mental,
sosial
 Gangguan pernafasan
 Susunan saraf pusat
 Sistem kardiovaskuler
 Trauma
 Berbagai luka
 Patah tulang
 Infeksi
 Gangguan metabolisme
 Keracunan
 Kerusakan organ
 Mampu menangani kejadian sehari-hari, korban musibah masal, dan
bencana
2.3 Fasilitas Pelayanan IGD

 Akses masuk 2-3 mobil

 Ruang Tunggu, Pendaftaran RM, dan Administrasi IGD dengan


computerized system

 Ruang Triage dan Resusitasi

 Nurse Station Farmasi, UTD, Laboratorium

 Ruang Radiologi, MSCT Scan sebagai penunjang diagnosis


dengan cepat

 Ruang Gips dan Observasi untuk monitoring dan stabilisasi

 Ruang Admisi RANAP dan Rumah Duka

2.4 Penatalaksanaan pasien


Setiap IGD rumah sakit harus mempunyai Standar Operasional Prosedur
(SOP) mengenai penatalaksanaan pasien di IGD. Penanganan penderita gawat
darurat harus mengikuti prinsip dasar yang sudah berlaku umum, yaitu berdasar prioritas A
(airway), B (breathing), C (circulation). Untuk langkah berikutnya yaitu D-E dan
seterusnya dapat berlainan sesuai kasus yang dihadapi. Pada penderita gawat darurat, waktu
sangat penting karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini
dikenal sebagai Initial assessment (penilaian awal) lalu kita harus melakukan primary
survey, secondarysurvey, dan terapi cairan.
a. Initial Assesment (Penilaian Awal)
1) Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
 Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
 Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum
penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.
 Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti
waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat
penderita.
b. Fase Rumah Sakit
 Perencanaan sebelum penderita tiba
 Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di
tempat yang mudah dijangkau
 Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan
diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau.
 Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan.
 Pemakaian alat-alat proteksi dir
2) Triase
Triase berasal dari bahasa Perancis, trier , yang berarti “menseleksi”, yaitu
teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban, saat sumber daya
terbatas. Perhatian dititik beratkan pada pasien atau korban dengan kondisi medis yang paling
urgent dan paling besar kemungkinannya untuk diselamatkan.
Tujuan : Pada saat IGD penuh dan sumber daya terbatas maka dengan sumber daya yang
minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
Kebijakan :
1. Memilah korban berdasarkan:
 Beratnya cidera
 Besarnya kemungkinan untuk hidup
 Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan
harus dilakukan sesegera mungkin.

Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :


a. Multiple Causalties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
tidak melampui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah
yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani lebih dahulu.
b. Mass Casualties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampui rumah sakit.
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan
kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan
tenaga paling sedikit.

b. Primary Survey (ABCDE)


Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-
tanda vital dan mekanisme trauma. Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat
dan efisien. Tujuannya ialah untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan
kemudian dilakukan tindakan life saving.

1. Airway (jalan nafas)


a. Pemeriksaan Jalan Napas
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan

b. Pengelolaan Jalan Nafas


 Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas
dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.
 Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke
paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.

c. Pengelolaan jalan nafas tanpa alat :


1) Membuka jalan nafas dengan proteksi servikal
 Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan.
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu
pasien kemudian angkat.
 Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien. Caranya : letakkan
satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah pun terangkat ke
depan.
 Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik
Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan
dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing
dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea). Bila hal ini
terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak
mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dandilakukan maneuver
Heimlich.

2. Membersihkan jalan nafas


a. Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada
rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda
asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
 Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang
leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah
bila otot
b. Rahang lemas.
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan
menyapu.

3. Mengatasi sumbatan nafas parsial


Dapat digunakan teknik manual thrust :
 Abdominal Thrust
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan
kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan
kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum.
Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut
dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
 Chest Trush
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk
atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien).
Bila penderita tidak sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada
benda asing, beri nafas buatan.

 Back Blow
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis
antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae).

d. Pengelolaan dengan alat


Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil
dengan sempurna dan fasilitas tersedia.
Peralatan dapat berupa :
a. Pemasangan Pipa (tube)
 Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring
(mayo), pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.
 Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan
jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke
belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak
sadar.
 Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap
terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan
pernafasan.

2. Breathing (Pernafasan)
Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan bantuan
untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas karbon dioksida.
Tujuan : menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
Tindakan :
 Tanpa alat : memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari
mulut ke hidung sebanyak 2 kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
 Dengan alat : memberikan pernafasan buatan dengan alat “AMBU bag”
yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan
menggunakan ventilator/respirator.

3. Circulation (Perdarahan)
Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang
tadinya terhenti atau terganggu.
Tujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal.
Gangguan sirkulasi ditandai dengan :
a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak berkurang yang akan menyebabkan
penurunan kesadaran, tetapi penderita yang sadar belum tentu normovolemik.
b. Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemi. Pasien tampak pucat,
ekstremitas dingin, berkeringat dingin dan capillary refill time lebih dari 2 detik.

2.5 Sumber Daya Manusia dalam IGD

 Satpam siap membantu Anda


 Dokter Spesialis dan Sub Spesialis
 Bedah
 Syaraf
 Paru-paru
 THT
 Penyakit Dalam
 Penyakit Anak
 Kebidanan dan Kandungan
 Dokter Emergency dan Umum
 Perawat plus Sertifikasi PPGD
 Pramurukti, POS, Pekarya, Cleaning Service, dan SDM lain yang siap
membantu

2.6 Alur pelayanan IGD


Pasien Datang


Pengantar Mendaftar


Diperiksa Dokter

Beri Tindakan

Bila perlu Rontgen


ECG

Cek Laboratorium

Pembayaran

Pemberian resep

Farmasi

Pulang
Bila dianjurkan Opname :

SPD ke administrasi pilih kamar


Lengkapi RM


Perawat/Petugas siap

Mendampingi ke ruang rawat


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
IGD merupakan salah satu unit terdepan dari bagian pelayanan rumah sakit
yang memberikan pelayanan pada pasien gawat darurat/emergency dan false
emergency bekerja sama dengan unit terkait lainnya.
Untuk perawatan di IGD, pasien dapat dirawat dengan rawat inap ataupun
tidak, hal ini ditentukan seberapa parah sakit yang diderita pasien.
Tujuan dari pelayanan IGD ialah tercapainya pelayanan kesehatan yang
optimal pada pasien dengan cepat, tepat, ramah serta terpadu (CTRT) dalam
penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan
dan kematian (to save life and limb).

Alur Pelayanan IGD :Pasien Datang→Pengantar Mendaftar→Diperiksa


Dokter→Beri Tindakan→Bila perlu Rontgen→ECG→Cek Laboratorium→
Pembayaran→Pemberian resep→Farmasi→Pulang

Bila dianjurkan Opname :SPD ke administrasi pilih kamar→Lengkapi


RM→Perawat/Petugas siap mendampingi ke ruang rawat

3.2 Saran
Untuk pengembangan selanjutnya diharapkan sistem informasi dapat
melakukan pengolahan data transaksi medis lainnya yang terjadi di RS.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina , Sri Jumiati. Proses pelaksanaan sistem informasi manajemen rumah sakit rawat
jalan dirumah sakit DR.M Goenawan Partowiigo. Cisarua bogor. Skripsi program sarjana.
2008

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2615-babI.pdf

Anda mungkin juga menyukai