Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Kanker laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Laring memainkan
peranan sentral dalam mengkoordinasikan fungsi saluran pencernaan dan pernafasan
atas termasuk respirasi, berbicara dan menelan. Laring dibagi menjadi supraglotis,
glotis, dan subglotis. Kanker laring merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang
tua. Insidensi terbanyak pada laki-laki dibanding dengan perempuan.
II. Etiologi
III. Patofisiologi
1
dan nutrien dari sel normal sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan.
Karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas paling sering menyerang laring, yang
timbul dari membran pelapis saluran pernapasan. Kanker laring pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara akan pembuluh limfe sehingga tidak
terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik)
terjadi metastase. Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati
terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan. Metastasis
kanker epiglotis tidak lazim terjadi karena aliran limfatik yang jarang berasal dari pita
suara (plika vokalis). Kanker di laring akan menyebar lebih cepat karena terdapat
banyak pembuluh limfe. Penyakit metastasis dapat dipalpasi sebagai masa leher.
Metastasis jauh juga dapat terjadi di paru. Sealin itu akan terjadi penurunan serta serta
destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan,
penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan
gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga
membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf
sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa tersebut
juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus
menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat progresif, kanker
dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.
2
IV. WOC
3
4
5
V. Manifestasi Klinis
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak disertai oleh gejala
sistemik seperti demam. Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang
tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.
Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak
napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Bila tumor laring mengadakan
perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan
penjalaran rasa sakit kearah telinga.
1) Suara serak
Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan ketidak teraturan pita suara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen
krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas
suara menjadi kasar, menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya.
Kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.
Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak
tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala dini dan
menetap. Pada tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak muncul sama sekali
Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan
kotoran atau sekret, maupun fiksasi pita suara. Adanya stridor dan dispnea adalah
tanda prognosis kurang baik.
Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
6
4) Disfagia dan odinofagia
Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya
hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Sedangkan haemoptisis
sering pada tumor ganas glotik dan supraglotik.
Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang
kartilago tiroid dan perikondrium.
VI. Klasifikasi
1) Supraglotis (bagian atas dari laring diatas pita suara, termasuk epiglotis)
7
Permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik,
aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel.
dinding subglotis
VII. Stadium
a) Supra glottis :
T is : Tumor insitu.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke
dalam.
b) Glotis :
T is : Tumor insitu.
8
T1 : Tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan
posterior) dengan pergerakan normal.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita
suara.
c) Sub glotis :
T is : Tumor insitu
T2 : Tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita
suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara
9
N2 : Klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau
klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm.
D. Stadium :
a) Stadium I : T1 N0 M0
b) Stadium II : T2 N0 M0
VIII. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fitula baik yang faringokutan
maupun orokutan.
10
prognosis. Penting untuk menentukan luas tumor untuk memilih intervensi yang paling
tepat. Penentuan stadium dapat dilakukan dengan :
1. Laringoskop
2. Foto thoraks
Menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
3. CT-Scan
4. Biopsi laring
Pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa
X. Penatalaksanaan
11
Penatalaksanaan tumor laring dapat berupa kemoterapi, radioterapi, maupun
operasi (laringektomi) serta kombinasi ketiganya(NCI, 2014). Sebagian besar penderita
mendapatkan operasi total laringektomi yang dilanjutkan dengan radioterapi.
A. Pembedahan
1. Laringektomi
1) Laringektomi parsial
2) Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena kemungkinan
metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis,
subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke
kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini
tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.2,10
C. RADIOTERAPI
12
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2
dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini
adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang
dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.2,10
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som,
Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh
kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada
jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–
6 minggu diikuti dengan laringektomi total.2
D. KEMOTERAPI
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ.
Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000
mg/m2.3
XI. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama
c. Jenis kelamin
d. Umur
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
g. Status
h. Agama
i. Alamat
2. Pemeriksaan fisik
13
3. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker
pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada
tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut
meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
5. Keluhan utama
Keluhan utama pada klien kanker Laring meliputi nyeri tenggorok, sulit
menelan, sulit bernapas, suara serak, hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan,
nyeri tenggorok, lemah.
8. System respirasi
9. System kardiovaskuler
14
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada tidaknya
atropi.
14. Nutrisi
15. Eliminasi
Tidak dapat mengeluarkan suara yang normal pada saat sedang menyanyi.
Tidak dapat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan suara, tidak ada nafsu
makan, mual-mual, badan terasa lemah.
XII. Diagnosa
Definisi :
2) Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing dalam
jalan napas.
Definisi :
Ketidak mampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.
Definisi :
Definisi :
Suatu fenomena subjek tentang rasa tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung, yang dapat atau tidak mengakibatkan muntah.
Definisi :
16
Domain 5. Persepsi/kognisi Kelas 5. komunikasi Kode 00051
Definisi :
Definisi :
XIII. Intervensi
Definisi :
19
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, I., Permana, A. D., Dewi, Y. A., & Aroeman, N. A. (2016). Karakteristik
Penderita Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2013–Juli 2015. Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan,
3(1).
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. (2013). Nursing Interventions Classification
(NIC). 6th ed. America: Mosby Elseiver
Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2017). Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2018-2020. Thieme.
Irfandy, D., & Rahman, S. (2015). Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas Laring.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2).
Krisdayantini, Umi (2017). Pathway kanker laring. SCRIBD.
https://www.scribd.com/doc/306607387/Patofis-CA-Laring diakses pada
minggu, 11 November 2018 pukul 15.00 WIB
Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of
Health Outcomes, Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier
Surono, A. (2015). Karakteristik Karsinoma Sel Skuamousa Laring di RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2012-2013 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Tiara, E., Tarigan, P., & Hutabarat, H. (2018). PERANCANGAN SISTEM PAKAR
MENDIAGNOSA PENYAKIT KANKER TENGGOROKAN DENGAN
MENERAPKAN METODE CASE BASED REASONING. Pelita Informatika:
Informasi dan Informatika, 17(1).
20