Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER LARING

Dosen Pembimbing:

Praba Diyan Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:

Sarah Maulida Rahmah


131611133006

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGGA
SURABAYA, 2018
I. Definisi

Kanker laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Laring memainkan
peranan sentral dalam mengkoordinasikan fungsi saluran pencernaan dan pernafasan
atas termasuk respirasi, berbicara dan menelan. Laring dibagi menjadi supraglotis,
glotis, dan subglotis. Kanker laring merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang
tua. Insidensi terbanyak pada laki-laki dibanding dengan perempuan.

II. Etiologi

Kanker Laring dapat disebabkan oleh merokok, konsumsi alcohol,


gastroesophageal refluks, riwayat radiasi, infeksi Human Papilloma Virus tipe 16 dan
18, paparan debu kayu, asap bensin atau diesel, polisiklik hidrokarbon, dan asbes.

III. Patofisiologi

Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur DNA sel normal


akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal. Adanya mutasi
serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel berakibat pada buruknya sistem
perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus
meningkat sementara tumor supressor gene menurun, keadaan ini mengakibatkan
proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan mengambil suply oksigen, darah

1
dan nutrien dari sel normal sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan.
Karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas paling sering menyerang laring, yang
timbul dari membran pelapis saluran pernapasan. Kanker laring pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara akan pembuluh limfe sehingga tidak
terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik)
terjadi metastase. Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati
terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan. Metastasis
kanker epiglotis tidak lazim terjadi karena aliran limfatik yang jarang berasal dari pita
suara (plika vokalis). Kanker di laring akan menyebar lebih cepat karena terdapat
banyak pembuluh limfe. Penyakit metastasis dapat dipalpasi sebagai masa leher.
Metastasis jauh juga dapat terjadi di paru. Sealin itu akan terjadi penurunan serta serta
destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan,
penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan
gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga
membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf
sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa tersebut
juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus
menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat progresif, kanker
dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.

2
IV. WOC

3
4
5
V. Manifestasi Klinis

Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak disertai oleh gejala
sistemik seperti demam. Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang
tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.
Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak
napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Bila tumor laring mengadakan
perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan
penjalaran rasa sakit kearah telinga.

1) Suara serak

Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan ketidak teraturan pita suara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen
krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas
suara menjadi kasar, menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya.
Kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit.

Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak
tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala dini dan
menetap. Pada tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak muncul sama sekali

2) Sesak nafas dan stridor

Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan
kotoran atau sekret, maupun fiksasi pita suara. Adanya stridor dan dispnea adalah
tanda prognosis kurang baik.

3) Rasa nyeri di tenggorok

Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
6
4) Disfagia dan odinofagia

Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring, hipofaring,


dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor
ganas postkrikoid. Adanya odinofagi menandakan adanya tumor ganas lanjut yang
mengenai struktur ekstra laring.

5) Batuk dan hemoptysis

Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya
hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Sedangkan haemoptisis
sering pada tumor ganas glotik dan supraglotik.

6) Nyeri tekan daerah laring

Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang
kartilago tiroid dan perikondrium.

VI. Klasifikasi

Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi dan


stadium tumor ganas laring terbagi atas :

1) Supraglotis (bagian atas dari laring diatas pita suara, termasuk epiglotis)

7
Permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik,
aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel.

2) Glotis (bagian tengah dari laring dimana pita suara berada)

pita suara asli, komisura anterior dan komisura posterior.

3) Subglotis (bagian bawah laring antara pita suara dan trachea).

dinding subglotis

VII. Stadium

A. Tumor primer (T)

a) Supra glottis :

T is : Tumor insitu.

T0 : Tidak jelas adanya tumor primer l.

T1 : Tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal.

T 1a : Tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika,


ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.

T 1b : Tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau


pita suara palsu

T2 : Tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi

T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke
dalam.

T4 : Tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

b) Glotis :

T is : Tumor insitu.

T0 : Tak jelas adanya tumor primer.

8
T1 : Tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan
posterior) dengan pergerakan normal.

T 1a : Tumor terbatas pada satu pita suara asli.

T 1b : Tumor mengenai kedua pita suara.

T2 : Tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun


subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu.

T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita
suara.

T4 : Tumor dengan perluasan ke luar laring.

c) Sub glotis :

T is : Tumor insitu

T0 : Tak jelas adanya tumor primer

T1 :Tumor terbatas pada subglotis

T 1a : Tumor terbatas pada satu sisi

T 1b : Tumor telah mengenai kedua sisi

T2 : Tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita
suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu

T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara

T4 : Tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring.

B. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

Nx : kelenjar tidak dapat dinilai.

N0 : Secara klinis tidak ada kelenjar.

N1 : Klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm.

9
N2 : Klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau
klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm.

N 2a : Klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter>3cm-≤ 6 cm.

N 2b : Klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm.

N3 : Kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral.

N 3 a : Klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm

N 3 b : Klinis terdapat kelenjar bilateral

N 3 c : Klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

C. Metastase jauh (M)

M0 : Tidak ada metastase jauh

M1 : Terdapat metastase jauh

D. Stadium :

a) Stadium I : T1 N0 M0

b) Stadium II : T2 N0 M0

c) Stadium III : T3 N0 M0, T1, T2, T3, N1, M0

d) Stadium IV : T4, N0, M0

Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

VIII. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fitula baik yang faringokutan
maupun orokutan.

IX. Pemeriksaan Penunjang

Setelah kanker dapat diidentifikasi, dan dilakukan biopsi, kanker dapat


ditentukan stadiumnya. Penentuan stadium ini penting untuk pilihan terapi dan

10
prognosis. Penting untuk menentukan luas tumor untuk memilih intervensi yang paling
tepat. Penentuan stadium dapat dilakukan dengan :

(1) mengukur ukuran tumor primer,

(2) menentukan adanya kelenjar getah bening yang membesar,

(3) menetukan adanya metastasis jauh.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara :

1. Laringoskop

Menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.

2. Foto thoraks

Menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.

3. CT-Scan

Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan


daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.

4. Biopsi laring

Pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa

X. Penatalaksanaan

11
Penatalaksanaan tumor laring dapat berupa kemoterapi, radioterapi, maupun
operasi (laringektomi) serta kombinasi ketiganya(NCI, 2014). Sebagian besar penderita
mendapatkan operasi total laringektomi yang dilanjutkan dengan radioterapi.

A. Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

1. Laringektomi

1) Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak


memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.

2) Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.

B. Diseksi Leher Radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena kemungkinan
metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis,
subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke
kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini
tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.2,10

C. RADIOTERAPI

12
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2
dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini
adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang
dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.2,10

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som,
Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh
kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada
jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–
6 minggu diikuti dengan laringektomi total.2

D. KEMOTERAPI

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ.
Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000
mg/m2.3

XI. Pengkajian

1. Identitas klien

a. Nama

b. Tempat tanggal lahir

c. Jenis kelamin

d. Umur

e. Pendidikan

f. Pekerjaan

g. Status

h. Agama

i. Alamat

2. Pemeriksaan fisik
13
3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker
pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada
tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut
meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.

4. Riwayat kesehatan masa lalu

Adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit tenggorokan, riwayat epiglottis.

5. Keluhan utama

Keluhan utama pada klien kanker Laring meliputi nyeri tenggorok, sulit
menelan, sulit bernapas, suara serak, hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan,
nyeri tenggorok, lemah.

6. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif kanker laring.

7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan

Sering mengkonsumsi alcohol dan perokok.

8. System respirasi

Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.

9. System kardiovaskuler

Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.

10. System gastrointestinal

Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.

11. System musculoskeletal

14
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada tidaknya
atropi.

12. System endokrin

Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.

13. System neurologi

Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap


atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan
menelan. Kerusakan membran mukosa.

14. Nutrisi

Sulit menelan, mudah tersedak, sakit tenggorokan yang menetap.

15. Eliminasi

Tidak bisa BAB dengan normal, sulit BAK.

16. Aktivitas dan latihan

Tidak dapat mengeluarkan suara yang normal pada saat sedang menyanyi.

17. Tidur dan istirahat

18. Persepsi kognitif

Tidak dapat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan suara, tidak ada nafsu
makan, mual-mual, badan terasa lemah.

XII. Diagnosa

1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.

Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan fisik Kode 00132

Definisi :

Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan


kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai
15
kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga
berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi
kurang dari 3 bulan.

2) Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing dalam
jalan napas.

Domain 11. Kemananan/perlindungan Kelas 2. Cidera fisik Kode 00031

Definisi :

Ketidak mampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.

3) Gangguan menelan berhubungan dengan masalah perilaku makan.

Domain 2. Nutrisi Kelas 1. Makanan Kode 00103

Definisi :

Fungsi abdominal/ mekanisme menelan yang dikaitkan dengan deficit struktur


atau fungsi oral, faring, atau esophagus.

4) Mual berhubungan dengan ansietas.

Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan fisik Kode 00134

Definisi :

Suatu fenomena subjek tentang rasa tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung, yang dapat atau tidak mengakibatkan muntah.

5) Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Domain 2. Nutrisi Kelas 1. Makanan Kode 00002

Definisi :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

6) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak cukupan stimuli

16
Domain 5. Persepsi/kognisi Kelas 5. komunikasi Kode 00051

Definisi :

Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,


memproses, mengirim, dan/atau menggunakan system simbol

7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri.

Domain 6. Persepsi diri Kelas 3. Citra tubuh Kode 00118

Definisi :

Konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individu.

XIII. Intervensi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.

Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan fisik Kode 00132

Definisi :

Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan


jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat
diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Nyeri  Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x24 (1400) - Untuk
- Lakukan mengetahui
jam diharapkan masalah pengkajian nyeri berapa berat
keperawatan nyeri akut komprehensif nyeri yang
dapat teratasi dengan yang meliputi dialami pasien
lokasi, - Pengetahuan
kriteria hasil: karakteristik, pasien mengenai
 Tanda-tanda onset/durasi, faktor-faktor
frekuensi, nyeri akan
vital (0802) kualitas, mengurangi
17
- Suhu tubuh intensitas, atau ketegangan dan
beratnya nyeri dan lebih waspada
normal 36,5-
faktor pencetus - Untuk
37,5 derajat - Gali bersama membantu
pasien faktor- penurunan nyeri
celcius
faktor yang dapat - Memberikan
- Denyut nadi
menurunkan atau kenyamanan
radial normal memperberat pada pasien dan
nyeri keluarga
60-100
- Dukung - Untuk
x/menit istirahat/tidur meningkatkan
- Tingkat yang adekuat pengetahuan
untuk membantu dan respon
pernafasan
penurunan nyeri kelaurga
normal 12-20 - Kolaborasi dengan  Terapi Relaksasi
pasien, orang - Mengurangi
x/menit
terdekat dan tim ketegangan pada
- Tekanan darah
kesehatan lainnya pasien
normal untuk memilih dan - Memberikan
mengimplementas kenyamanan
100/70-120/90
ikan tindakan pada pasien
mmHg penurun nyeri - Agar klien dapat
 Status nonfarmakologi, melakukan
sesuai kebutuhan secara mandiri
Kenyamanan - Berikan informasi tanpa bantuan
Fisik (2010) yang akurat untuk tenaga
- Klien dalam meningkatkan kesehatan
pengetahuan dan - Membantu
posisi nyaman respon kelaurga pasien
- Tidak ada terhadap mengingat
keluhan sesak pengalaman nyeri teknik relaksasi
 Terapi Relaksasi yang telah
nafas
(6040) dipraktikkan
- Dorong klien oleh tenaga
untuk mengambil kesehatan
posisi yang - Agar pasien
nyaman dengan lebih mandiri
pakaian longgar dandapat
dan mata tertutup mengatur
- Minta klien untuk dengan sendiri
rileks dan seberapa lama
merasakan sensasi relaksasi
yang terjadi diperlakukan
- Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada
18
klien
- Dorong klien
untuk mengulang
praktik teknik
relaksasai, jika
memungkinkan
- Dorong kontrol
sendiri ketika
relaksasi
dilakukan

19
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, I., Permana, A. D., Dewi, Y. A., & Aroeman, N. A. (2016). Karakteristik
Penderita Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2013–Juli 2015. Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan,
3(1).
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. (2013). Nursing Interventions Classification
(NIC). 6th ed. America: Mosby Elseiver
Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2017). Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2018-2020. Thieme.
Irfandy, D., & Rahman, S. (2015). Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas Laring.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2).
Krisdayantini, Umi (2017). Pathway kanker laring. SCRIBD.
https://www.scribd.com/doc/306607387/Patofis-CA-Laring diakses pada
minggu, 11 November 2018 pukul 15.00 WIB
Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of
Health Outcomes, Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier
Surono, A. (2015). Karakteristik Karsinoma Sel Skuamousa Laring di RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2012-2013 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Tiara, E., Tarigan, P., & Hutabarat, H. (2018). PERANCANGAN SISTEM PAKAR
MENDIAGNOSA PENYAKIT KANKER TENGGOROKAN DENGAN
MENERAPKAN METODE CASE BASED REASONING. Pelita Informatika:
Informasi dan Informatika, 17(1).

20

Anda mungkin juga menyukai