Anda di halaman 1dari 20

SMF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa Case Report

Fakultas Kedokteran Umum


Universitas Mulawarman

DEPRESI BERAT

Disusun Oleh:
Endra Wibisono Harmawan
NIM. 05.48865.00266.09

Pembimbing:
dr. Denny Jeffry Rotinusulu, Sp. KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


SMF/lab Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2011

0
LAPORAN KASUS

Dipresentasikan pada kegiatan Kepanitraan Klinik Madya Laboratorium


Kedokteran Jiwa. Di poliklinik RSKD AtmaJaya tanggal 18 Juni 2011 pukul 7.30
WITA.
Pasien datang keUnit Gawat Darurat (UGD) RSKD Atma Jaya pada hari
Jumat, 17 Juni 2011 pukul 16.40 WITA. Anamnesa dan Pemeriksaan dilakukan
pada hari dan jam yang sama di UGD RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Pasien datang ke UGD RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh
keluarganya. sumber autoanamnesis dan heteroanamnesis ( istri serumah dan adik
kandung). ok

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Dayak
Alamat :Jl. Kelawit RT.01 Sihid Ngurai Melak

Status Psikiatri

Anamnesa
Keluhan Utama : Sulit tidur
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Autoanamnesis oleh pasien yang bersangkutan dan Alloanamnesis
diberikan oleh istri serumah pasien.

1
Autoanamnesa :
Kesulitan tidur dirasakan sejak dua tahun yang lalu, pasien kesulitan
memulai tidur dan mudah terbangun serta sering terjaga pada malam hari. Pasien
mengaku mulai tidur malam sekitar jam 10 malam kemudian sekitar jam 2 pagi
pasien biasa terbangun terbangun sendiri tanpa disertai gangguan di sekitar pasien
maupun oleh karena mimpi buruk, setelah terbangun kesulitan untuk mulai tidur
lagi dan terjaga hingga pagi hari. Dalam 2 tahun terakhir ini pasien mengaku tidak
pernah tidur di waktu lainnya, seperti tidur siang. Pasien sudah mencoba
memejamkan matanya namun tidak juga tertidur dan tetap gelisah.
Awalnya sejak tahun 2007 (4 tahun yang lalu) sejak usaha rotannya
gulung tikar yang mana menurut pengakuan pasien diakibatkan karena modal
usaha dipakai berjudi, semangat hidup dan kerja pasien mulai menurun. Saat itu
pasien masih bisa berladang di sawah, namun pada tahun 2009 (2 tahun yang lalu)
pasien sama sekali menghentikan aktifitas bekerjanya. Pasien mengaku tidak
memiliki keinginan untuk melakukan aktifitas bekerja di ladang maupun di tempat
lain, sehingga aktifitas rutinnya hanya makan,minum,tidur,BAB/BAK, duduk dan
berjalan mengelilingi kebun
Pasien juga mengaku nafsu makannya menurun dan juga mengeluh
tubuhnya semakin kurus. Pasien juga mengeluhkan tubuhnya lemah dan lesu.
Pasien tidak memiliki ide bunuh diri. Pasien merasa sedih melihat dirinya yang
sekarang karena semakin kurus dan tidak memiliki keinginan untuk
berkomunikasi dengan tetangga maupun teman temannya di luar rumah.
Pasien juga mengaku senang keluyuran keluar rumah mengelilingi ladang
yang berada di belakang rumah pasien dengan alasan untuk mencari ketenangan.
Hal tersebut tidak didahului dengan adnya bisikan untuk menyuruh pasien
keluyuran, pasien juga tidak pernah melihat bayangan aneh maupun mencium bau
yang tidak sedap.
Alloanamnesa: (oleh istri pasien)
Menurut istri pasien, pasien sudah mengalami kesulitan tidur, kehilangan
semangat bekerja dan cenderung merasa lelah sejak 2 tahun setelah usaha
wiraswastanya gulung tikar. Menurut istri pasien, setiap hari sejak 2 tahun yang

2
lalu, pasien setiap hari keluyuran ke halam belakang rumah kurang lebih 5
kali/hari dan alasan pasien ialah untuk menenagkan pikiran di tanah yang lapang.
Hilangnya semangat tidak pernah membaik dan keluhan ini terus terjadi
semenjak 2 tahun yang lalu, sebelumnya tidak pernah terjadi keluhan serupa.
Menurut istri, pasien tidak pernah marah dan berbicara sendiri, namun kegiatan
sosial berkurang dan tidak pernah berkumpul dengan masyarakat sejak mulai
gulung tikar. Menurut istri pasien sebelum gulung tikar pasien tidak pernah
mengalami gangguan dalam bertingkah laku dan merupakan pribadi yang periang.
makan pasien juga sedikit sedikit, sehari hanya menghabiskan paling banyak
setengah piring.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat mengalami kejang demam (-), kejang tanpa demam (-), penyakit
malaria (-), thypoid (-),trauma kepala (-)
 Riwayat mengkonsumsi minuman alkohol, narkoba (-), merokok (+) selama
20 tahun 1 bungkus perhari
 Riwayat rawat inap atau jalan di RSJ (-)

Gambaran Kepribadian
Pasien cenderung murung dan keinginan untuk beraktifitas sangat kurang.
Tidak ingin bergaul karena alasan yang tidak dimengerti pasien. Tetapi pasien
suka menyimpan masalahnya sendiri, dan berusaha menyelesaikannya sendiri
tanpa meminta bantuan kepada orang lain, demikian juga tidak terlalu peduli
dengan kondisi keluarga.

Faktor Pencetus
Pasien mengatakan bahwa hilangnya minat untuk melakukan sesuatu,
karena pasien merasa menyesal dan bersalah akibat perbuatannnya berupa berjudi
sehingga usaha rotannnya gulung tikar.

Riwayat perkawinan

3
Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak
Riwayat sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa

Hubungan dengan keluarga dan lingkungan


Akhir akhir ini pasien sudah mulai tidak terlalu mengatur urusan rumah
tangga dan cenderung tertutup kepada keluarga tanpa pernaha menuangkan isi
hati. Pasien tidak memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan tetangga da
orang di sekitar rumah lainnya.
Genogram
Pasien merupakan anak ke 1 dari 8 bersaudara,dan memiliki 4 orang anak

Keterangan :

= Laki-laki = menunjukkan pasien

= Laki-laki dengan gangguan jiwa

= Perempuan

4
a. Status Praesens
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/ menit, reguler kuat angkat
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0 C
Sistem kardiovaskular : normal
Sistem respiratorik : normal
Sistem gastrointestinal : normal
Sistem urogenital : normal
Kelainan khusus : normal

b. Status Neurologikus
Panca indera : Tidak didapatkan kelainan
Tanda meningeal : Tidak didapatkan kelainan
Tekanan intrakranial : tidak didapatkan kelainan
Mata :
Gerakan : normal, strabismus (-)
Pupil : isokor 3mm/3mm, midriasis (-)
Diplopia : Tidak ada
Visus : secara kasar normal

c. Status Psikiatrikus
 Kesan umum : penampilan rapi, tenang, kooperatif
 Kontak : verbal (+) , visual (+)
 Kesadaran : orientasi orang (+), waktu (+),tempat (+); atensi berkurang;
 Emosi / afek : stabil/ afek depresi
 Proses berpikir : Bentuk pikiran : lambat

5
Arus pikiran : koheren
Isi pikiran : waham (-),
 Intelegensi : baik
 Persepsi : halusinasi visual(-), auditori (-); ilusi (-)
 Psikomotor : menurun
 Kemauan : ADL (+) mandiri
 Insight : merasa menyesal dengan perbuatannya yang dulu sering
main judi dan merasa kasihan dengan diri sendiri karena
semakin kurus
IKHTISAR & KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
A. Keadaan Umum
o Kesadaran : compos mentis
o Sikap : kooperatif
o Tingkah laku : tenang
o Perhatian : kurang
o Inisiatif : baik
o Ekspresi wajah : sedih
o Verbalisasi : (+) lancar

B. Keadaan Spesifik
Keadaan Afek
o Afek : depresi
o Arus Emosi : stabil
Keadaan dan fungsi Intelek
o Daya Ingat : baik
o Konsentrasi : kurang
o Orientasi : baik
o Insight : kurang
Keadaan Proses berpikir
o Bentuk fikiran : lambat
o Arus fikiran : koheren

6
o Isi : waham (-)
Keadaan sensasi dan persepsi
o Halusinasi : (-) visual dan auditori
o Ilusi : (-)
Keadaan intelektual dan perbuatan
o Kegaduhan umum : (-)
o Deviasi seksual : (-)
Psikomotor : menurun
Kemauan : ADL (+) mandiri
C. Diagnosis
Formulasi Diagnosis
 Seorang laki-laki, usia 56 tahun, beragama Islam, status menikah, lulusan
SD, tidak bekerja, tinggal di Melak. Datang berobat ke UGD RSKD Atma
Husada Mahakam Samarinda diantar oleh istri dan adik kandung pasien
yang tinggal serumah pada hari Jumat, 17 Oktober 2011 pukul 16.40
WITA.
 Pasien susah tidur, minat dan semangat kerja hilang, merasa lelah dan
tidak bertenaga, nafsu makan menurun dan mudah melupakan sesuatu.
Pasien juga sering keluar rumah setiap harinya untuk menenagkan
pikirannya . pasien merasa menyesal dan bersalah atas apa yang menimpa
pekerjaannya dan kondisi ekonomi keluarga saat ini. Pasien juga sedih
dengan dirina sendiri bila melihat kondisi badannya yang semakin kurus.
Keinginan dan kontak komunikasi ke orang lain selain keluarga tidak ada,
sehingga tidak ada komunikasi. Perhatian terhadap keluarga mulai
berkurang. Keluhan sejak 2 tahun yang lalu.
 Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan penampilan rapi, tenang,
kooperatif, orientasi tidak terganggu, atensi menurun, emosi stabil, bentuk
pikiran lambat, arus pikiran koheren, waham (-), halusinasi visual dan
auditori (-), kemauan ADL mandiri, intelegensi baik, psikomotor menurun,
insight tidak baik

7
 Pasien merupakan pribadi yang sekarang tidak bergaul dengan orang lain
karena keinginan pasien tidak ada. . Tetapi pasien suka menyimpan
masalahnya sendiri, dan berusaha menyelesaikannya sendiri tanpa
meminta bantuan kepada orang lain, bahkan tidak dengan istriny demikian
juga perhatian terhadap keluarga juga berkurang.
 Pada pemeriksaan fisik : tidak dididapatkan kelainan
 Pasien merasa bersalah dan menyesal atas yang terjadi dengan usaha yang
gulung tikar dan keadaan ekonomi keluarga sekarang, akibat permainan
judi yang dilakukan.
D. Diagnosis Multiaksial
 Aksis I : F.32.2. depresi berat
 Aksis II : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
 Aksis III : tidak ada diagnose untuk aksis ini
 Aksis IV : masalah ekonomi
 Aksis V : GAF 50-41

E. Penatalaksanaan
Farmakoterapi
 Kalxetin 10 mg tab 1x1
 Alprazolam 0,5 mg tab 1x1

Psikoterapi
 Dukungan keluarga berupa pengertian, perhatian, dan mengajak
pasien untuk rutin kontrol berobat.
 Lebih banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan aktivitas yang
menyita konsentrasi seperti berolahraga .
 Mengajak pasien untuk lebih rajin beribadah sehingga pikiran pasien
dapat lebih logis dan realistis.

8
F. Prognosis
Dubia ad bonam

9
PEMBAHASAN DAN TEORI

A. DIAGNOSIS

Diagnosis F32.2 Episode Depresif berat pada pasien laki-laki, usia 39 tahun
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
psikiatri.

Pasien ini menujukan adanya gambaran mood terdepresi yaitu sedih atau
perasaan kosong atau kelihangan minat/kesenanganan selama 2 minggu atau lebih
disertai 4 atau lebih gejala berikut : tidur insomnia hampir setiap hari, rasa
bersalah yang berlebihan, kehilangan energi dan letih setiap waktu. Pada pasien
depresi juga ada penurunan selera makan dan aspek psikomotor juga dapat
berkurang.

Dari anamnesa ditemukan gejala depresi yang tidak berulang maupun


campuran dengan gejala manik. Akibat gangguan ini pasien tidak memiliki
keinginan untuk bekerja maupun berkomunikasi dengan orang lain.

Gejala pada pasien ini bukan merupakan efek fisiologi langsung tanpa zat.
Stressor pada pasien ini diketahui yaitu semenjak usaha wiraswasta rotannya
gulung tikar maka pasien merasa bersalah.

Pada kasus ini, penegakkan diagnosis disesuaikan dengan literatur menurut


kriteria PPDGJ III dan DSM-IV-TR.

Kriteria PPDGJ III untuk Episode Depresif adalah sebagai berikut :

 F.32 Episode Depresif


Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi

10
yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya
aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja.
Gejala lazim lainnya adalah :

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang


b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada
episode tipe ringan sekalipun)
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari
hari ke hari dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya,
namun dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berlalunya
waktu. Pada beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik
mungkin pada waktu-waktu tertentu lebih menonjol daripada depresinya,
dan perubahan suasana perasaan (mood) mungkin juga terselubung oleh
ciri tambahan seperti iritabilitas, minum alkohol berlebih, perilaku
histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada
sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif
dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.

Beberapa diantara gejala tersebut diatas mungkin mencolok dan


memperkembangkan ciri khas yang dipandang secara luas mempunyai
makna klinis khusus. Contoh paling khas dari gejala “somatik” ini ialah ;
kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang biasanya dapat
dinikmati, tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa
yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih

11
daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi hari, bukti objektif
dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata (disebutkan atau
dilaporkan oleh orang lain), kehilangan nafsu makan secara mencolok,
penurunan berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau lebih dari berat
badan bulan terakhir), kehilangan libido secara mencolok. Biasanya
sindrom somatik ini hanya dianggap ada apabila sekitar empat dari gejala
itu pasti dijumpai.

Perbedaan antara episode depresif ringan, sedang, berat terletak


pada penilaian klinis yang kompleks yang meliputi jumlah, bentuk dan
keparahan gejala yang ditemukan. Seringkali luasnya aktivitas pekerjaan
biasa dan sosial merupakan petunjuk yang berguna untuk memperkirakan
derajat keparahan suatu episode, akan tetapi ada pengaruh individual,
sosial, dan budaya yang cukup umum dan cukup kuat yang mengganggu
hubungan selaras antara keparahan gejala dan kinerja sosial.

Penatalaksanaan

Farmakoterapi

Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa
“aminergic neurotransmitter” (noradrenalie, serotonine, dopamine) pada sinaps
neuron di SSP (khususnya pada sistem limbik).

Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah :

 Menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter”


 Menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oksidase”
Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada sinaps
neuron di SSP.

Efek samping obat anti depresi dapat berupa :

12
 Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)’
 Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardia, dll)
 Efek anti-adrenergik (perubahan EKG, hipotensi)
 Efek neurotoksis (tremor halus, agitasi, insomnia)
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya
berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.

Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek


klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder
(efek samping). Pemilihan obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien
terhadap efek samping dan penyesuaia efek samping terhadap kondisi pasien
(usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi)

Berdasarkan kriteria PPDGJ III tersebut, semua kriteria yang ada


terpenuhi untuk pasien pada kasus ini sehingga dapat digolongkan sebagai episode
depresif sedang

Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya
gejala depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan
bijkasana dan penderita sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-
pikiran bunuh diri kepada orang yang memahami masalahnya, tetapi pada
beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan keinginan bunuh dirinya
kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat pikiran-pikiran atau
rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit dengan
pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan
farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi.
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan
terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan
depresi.

13
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi
dalam beberapa golongan yaitu :

1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan


opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine
Oxsidase-A), seperti : moclobemide.
4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti :
sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.

Jenis-jenis obat anti-depresi yang biasa digunakan adalah :

 Trisiklik/Tricyclic Antidepressants (TCA)


Golongan obat : amitriptyline, imipramine, clomipramine, tianeptine,
opipramol

Obat-obatan ini memiliki efek samping berupa efek sedasi otonomik, dan
kardiologik yang relatif besar sehingga pemberiannya dianjurkan pada
pasien usia muda dimana toleransinya lebih besar terhadap efek samping
tersebut dan bermanfaat untuk meredakan “agitated depressive”

 Tetrasiklik
Golongan obat : maprotiline, mianserin, amoxapine

Obat-obatan ini memiliki efek samping pada otonomik dan kardiologik


yang relatif kecil namun efek sedasinya lebih kuat. Pemberiannya
diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek
otonomik dan kardiologik (pasien usia lanjut) dan juga pada pasien dengan

14
sindrom depresi yang disertai dengan gejala anxietas dan insomnia yang
menonjol.

 Atypical
Golongan obat : trazodone, tianeptine, mirtazapine

Efek samping dan pemberian obat sama seperti pada obat golongan
tetrasiklik

 SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor)


Golongan obat : sertraline, fluvoxamine, fluoxetine, citalopram

Obat-obatan ini memiliki efek samping berupa efek sedasi, otonomik, dan
hipotensi yang sangat minimal dan biasanya digunakan pada pasien
dengan “retarded deppresive” pada usia dewasa atau lanjut, atau yang
memiliki riwayat penyakit jantung, berat badan berlebih dan keadaan lain
yang menarik manfaat dari efek samping yang minimal tersebut.

 MAOI-Reversible (Reversible Inhibitor of Monoamine Oxydase – A


(RIMA))
Golongan obat : moclobemide

Obat golongan ini memiliki efek samping berupa hipotensi orthostatik


(relatif sering) sehingga dalam penggunaannya harus dijelaskan pada
pasien atau keluarga pasien, terutama pada pasien usia lanjut.

Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat


minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai
kondisi medik), spektrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat sangat
minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman.

Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang
cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua yaitu

15
golongan trisiklik, yang spektrum anti-depresinya juga luas tetapi efek
sampingnya relatif lebih berat. Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih
ketiga dengan spektrum anti-depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping
lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah golongan MAOI
reversibel. Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI
membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu
paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

Terapi psikologis dengan Psikoterapi

Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-


keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku
maladaptif. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional
antara terapis dengan pasien. Psikoterapi untuk pasien dengan depresi dapat
diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan sesuai dengan gangguan
psikologik yang mendasarinya. Beberapa pasien dan klinisi sangat meyakini
manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada pula yang sebaliknya yaitu tidak percaya.
Berdasarkan hal ini, keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi
oleh penilaian dokter atau pasiennya.

 Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan,
empati, pengertian dan optimisme. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi
faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu memecahkan
problem eksternal (misalnya masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih
pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang.
Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan
secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya.

16
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan
terapis (melalui kemarahan, hostilitas, tuntutan yang tak masuk akal, dan
lain-lain).

 Psikoterapi psikodinamik
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik yaitu kerentanan psikologik
terjadi akibat konflik perkembangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan
dalam periode jangka panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit
psikologik yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi.
Misal- nya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri,
berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, peng- aturan emosi yang
buruk, defisit interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan dengan
keluarga.

 Psikoterapi dinamik singkat (Brief Dynamic Psychotherapy)


Sesinya lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang aman buat
pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat
mengekspresikannya.

 Terapi perkawinan
Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi dan dapat
mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan
perkawinan merupakan hal penting dalam terapi ini.

Prognosis

Prognosis pada pasien yang mengalami depresi pada umumnya baik apabila :

 Episodenya sedang, tidak ada gejala psikotik


 Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik
 Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas
 Tidak ada gangguan kepribadian

17
pada kasus ini prognosa pasien dubia et bonam karena episodenya ringan
dan tidak berulang, tidak ada gejala psikotik, sebelum sakit fungsi sosial baik,
tidak menggunakan alkohol dan NAPZA.

18
TINJAUAN PUSTAKA

Kaplan, H, et al. 1997. Sinopsis Psikiatri, ed 7, vol 1. Binarupa Aksara: Jakarta.


Maslim, R. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ III : Jakarta
Maslim, R., 2007. Penggunaan Obat Psikotropik. Jakarta.
Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University
Press: Surabaya.

19

Anda mungkin juga menyukai