Pengertian NAPZA
Napza adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik
secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) maupun intravena (melalui jarum
suntik) sehingga dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku
seseorang. Penggunaan Napza berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan secara fisik
dan/ atau psikologis serta kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ otonom. Napza
terdiri atas bahan-bahan yang bersifat alamiah (natural) maupun yang sintetik (buatan).
Bahan alamiah terdiri atas tumbuhan dan tanaman, sedangkan yang buatan berasal dari
bahan-bahan kimiawi. Narkoba dapat disebut juga Napza (Narkotik, Alkohol dan Zat
Aktif).
2. Jenis-jenis NAPZA
Narkotika adalah zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, juga dapat mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Contohnya Heroin, Kokain, Ganja. Alkohol adalah cairan
yang dihasilkan dari proses peragian minuman berkadaralkohol tinggi disebut sebagai
golongan minuman keras dan dilarang diperjualbelikan secara bebas ditempat umum.
Psikotropika adalah zat atau obat yang berkhasiat psiko aktif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku golongan pshikotropika
antara lain : Amfetamin, Ekstasy, Shabu-shabu Phenogarvital, Diazepam, Pil BK, Pil
Koplo. Zat Aktif adalah zat atau obat yang berpotensi menimbulkan ketergantungan
misalnya Lem kayu (aibon), Tipp Ex, Penyegar Ruangan.
Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam perilaku ini. Pada
remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri
yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidak
mampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan
cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan remaja untuk
memecahkan masalahnya secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah
mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan
mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor- faktor di luar dirinya yang
menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri
memainkan peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya pemecahan
masalah yang dihadapi. Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan
dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas diri. Namun bila ia memiliki
kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari
lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya
menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan
harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.
Faktor Kelompok
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara
teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku
seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja,
karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi
dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga,
sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain yang dapat
menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki
perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan NAPZA dapat muncul.
Faktor Kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan
sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional,
menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa
mendapat informasi bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di
sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya
berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan usaha penjualan
NAPZA di Indonesia.
Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat yang bayak berperan dalam menentukan karakteristik
seseorang, sifat serta perilaku seseorang akan sangat berpengarug terhadap penyalah
gunaan obat tersebut karena kondisi lingkungan yang kurang aktiv dalam upaya
pemberantasan peredaran obat- obatan tersebut atau sikap tak acuh seolah membiarkan
penyalahgunaan napza.
4. Bahaya NAPZA
Semua jenis obat dan zat dapat membahayakan tubuh bila digunakan tidak sesuai
dengan aturan pemakaiannya. Efek obat akan sangat tergantung pada berbagai faktor
yang saling berinteraksi. Seberapa besar efeknya bagi tubuh tergantung pada jenis obat
yang digunakan, berapa banyak dan sering digunakan, bagaimana cara menggunakan
obat itu, dan apakah digunakan bersama obat lain. Efek obat terhadap tubuh manusia juga
tergantung dari berbagai faktor psikologis seperti kepribadian, harapan atau perasaan saat
memakai, dan faktor biologis seperti berat badan, kecenderungan alergi, dll. Secara
fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf pusat (SSP) ,
termasuk otak dan sumsum belakang organ-organ otonom seperti jantung, paru-paru,
hati, ginjal, dan pancaindera. Kerusakan pada organ-organ tubuh itu menghilangkan dan
merusak fungsi-fungsi tubuh pemakai sebagai manusia normal, sehingga selanjutnya
pemakai tidak dapat lagi hidup normal.
NAPZA membahayakan hidup pemakai sendiri maupun orang lain. Bagi pemakai,
selain tidak dapat hidup normal, ia juga bisa menghadapi kematian karena overdosis atau
penyakit lain. Para pemakai NAPZA biasanya juga menjadi beban bagi orang-orang lain
di sekitarnya mulai dari keluarganya sendiri sampai masyarakat luas.
Orang yang menyalahgunakan NAPZA disebut pengguna obat biasanya tidak dapat
hidup normal. Penyalahgunaan obat menciptakan ketergantungan fisik maupun
psikologis pada tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan atau kecanduan
menyebabkan pengguna tidak dapat hidup tanpa obat. Ketergantungan dimulai ketika
orang dengan sadar memilih untuk menyalahgunakan obat. Ketergantungan bukan hanya
berarti memakai obat secara berlebih. Ketergantungan disebabkan efek obat pada kerja
dan metabolisme otak yang merubah penyalahgunaan menjadi ketergantungan akan obat
dan sebuah penyakit kronis.
Ketergantungan fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit luar biasa bila ada usaha
untuk mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaian akan dihentikan. Ketergantungan
secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif (berkeras, ngotot) untuk
memperoleh obat-obatan tersebut Ketergantungan ini menyebabkan perilaku orang
tersebut menjadi aneh dan kadang-kadang tak terkendali.
Keadaan ini semakin buruk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal, sehingga
kebutuhan tubuh akan zat yang biasa dipakainya tersebut meningkat untuk dapat sampai
pada efek yang sama “tingginya” (disebut toleransi). Dosis yang tinggi dan pemakaian
yang sering diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Semakin tinggi dosis
dan semakin sering pemakaian, semakin besar kemungkinan pemakai mengalami over
dosis (takaran melebihi kemampuan tubuh menerimanya) yang menyebabkan kematian.
a. Fisik : sistim syaraf pusat yaitu otak dan sum-sum tulang belakang, organ-organ
otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera.
b. Psikologis atau kejiwaan : Perasaan tertekan bila tidak memakai obat tersebut,
percobaan bunuh diri karena tidak dapat mendapatkan obat yang dibutuhkan, melakukan
tindak kekerasan.
A. Kondisi fisik
1.Dampak yang ditimbulakn terhadap kondisi fisik misalnya gangguan impotensi, gangan
fungsi ginjal, kanker usus, aritmia jantung, dan pendarahan otak.
2. Akibat bahan campuran atau pelarut menimbulkan infeksi.
3. kibat alat yang digunakan tidak steril,menimbulkan berbagai infeksi.
B. Kondisi mental.
1. Timbulnya perilaku yang tidak wajar.
2. Timbulnya perasaan defresi dan ingin bunuh diri.
3. Gangguan perspsi dan daya pikir.
C. Kondisi kehidupan sosial.
1. Gangguan terhadap prestasi sekolah, kuliah, dan bekerja.
2. Gangguan terhadap hubungan dengan keluarga, dan teman
3. Gangguan terhadap perilaku normal, munculnya keinginan untuk mencuri dan
melukai orang lain.
B. Peran pendidik.
Sebagai mana diketahui bahwa para pendidik merupakan pengganti orang tua di
sekolah. Dengan predikat seperti itulah keberadaan pendidik harus mendidik siswanya
penuh dengan rasa kasih sayang dan penuh dedikasi, oleh karena pendidik di sekolah
sangat dianjurkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kenalilah setiap anak didiknya dengan baik.
2. Selalu bersikap sensitif terhadap keberadaan dan permasalahan setiap anak
didiknya.
3. Membina dan mengembangkan kepribadian anak didiknya seoptimal mungkin.
4. Menanmkan nilai-nilai budi pekarti, moral, dan spiritual sesuai dengan
agamanya masing-masing dan pancasila.
5. Selalu menciptakan saling percaya, keterbukaan, dan bersikap jujur.
C.Peran anggota masyarakat.
Tiap anggoata masyrakat memilki tanggung jawab sekaligus mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan
dan pemberantasan penyalah gunaan dan peredaran narkoba di lingkungan masyarakat.
Peran serta anggoata masyrakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Gunakan obat secara wajar, sesuai dengan resp dokter.
Kembangkan potensi yang dimiliki serta melibatkan diri sebagai anggoata masyrakat
dalam berbagai kegiatan positif.
Belajar cara mengatasi berbagai permasalahan dan tekanan hidup, tanpa mengalihkan
kepada penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.
Mengembangkan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat yang bersipat positif,
misalnya kegiatan olah raga, kebersihan lingkungan, pengajian.
D. Peranan Masyarakat
Gerakan kampanye anti Napza
Bekerjasama dengan orang yang berpengaruh
E. Peranan Pemerintah
UU tentang Narkotika dan Psikotropika
Pembentukan LSM
Pembentukan Tempat Rehabilitasi
Berdasarkan Undang-Undang Tentang Narkotika No.35 Tahun 2009 ini, Pada Pasal 8
ayat 1 isinya menyatakan bahwa "Narkotika golongan satu dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan". Dan dalam Pasal 8 ayat 2 isinya menyatakan bahwa
"Dalam jumlah terbatas, narkotika golongan satu dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta
reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan atas rekomendasi Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan".
Meskipun kita harus bergaul dengan sesama teman tanpa memilih-milih, namun kita harus
tetap menjaga agar pergaulan tidak merugikan dan membahayakan diri kita. Sedekat apapun
hubungan pertemanan kita, kita harus selalu berani menolak ajakan yang :
Depkes RI. (2000). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.